BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), yang termasuk ke dalam kelompok remaja adalah
mereka yang berusia 10-19 tahun dan secara demografis kelompok remaja dibagi menjadi kelompok usia
10-14 tahun dan kelompok usia 15-19 tahun. Sementara Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2022 tentang Perlindungan Anak mengelompokkan setiap
orang yang berusia sampai dengan 18 tahun sebagai anak sehingga berdasarkan Undang-Undang ini
remaja termasuk dalam kelompok anak. Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035, proporsi
penduduk remaja berusia 10-19 tahun pada tahun 2018 adalah sekitar 17,03% dari total penduduk atau
sekitar 45 juta jiwa.
Saat ini remaja Indonesia menghadapi berbagai tantangan, di antaranya sebagai berikut : 58%
remaja perempuan dan 70% remaja laki-laki mulai minum alcohol pada kelompok usia sebelum19 tahun.
Sekitar 3% remaja 15-19 tahun terlibat penyalahgunaan NAPZA,30,2% remaja perempuan dan 33,6%
remaja laki-laki mulai berpacaran saat mereka belum berusia 15 tahun sehingga 0,9% perempuan dan
3,6% laki-laki pernah melakukan hubungan seks pranikah, 16,4% remaja perempuan 15-19 tahun pernah
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, hal ini diakibatkan karena kurangnya pemahaman remaja
tentang keterampilan hidup sehat, resiko hubungan seksual dan kemampuan untuk menolak hubungan
yang tidak mereka inginkan (SDKI 2017). Selain itu pada data Riskesdas 2018, menunjukkan bahwa
sebanyak 9,1% remaja pada populasi umur 10-18 tahun saat ini merokok.
PKPR di puskesmas dalam melaksanakan upaya tidak dapat berdiri sendiri untuk effektif dan
effisien dalam pelaksanaan upaya, PKPR dapat berkolaborasi dengan upaya lain yaitu pelaksanaan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat strategis dan upaya Promkes dalam penanganan HIV
AIDS . UKS sebagai salah satu program yang langsung berhubungan dengan anak sekolah sudah dirintis
sejak tahun 1970 dan diperkuat tahun 1984 dengan diterbitkannya Surat Keputusan bersama 4 menteri
yaitu Menteri Pendidikan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri yang
diperbaharui tahun 2003.
B. Tujuan Pedoman
1 Sebagai pedoman petugas dalam merencanakan dan melaksana kan upaya PKPR di Puskesmas
2 Sebagai pedoman petugas dalam membangun tim dan menetap kan strategi PKPR di Puskesmas
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petugas puskesmas dan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas upaya PKPR
meliputi :
1. Kegiatan Upaya PKPR di dalam gedung Puskesmas
Adalah upaya yang dilaksanakan di dalam gedung yang bersifat konseling, penyuluhan, pemberian
materi PKPR, pembinaan konselor remaja, koordinasi lintas upaya, pencatatan dan pelaporan
dilakukan di ruang pelayanan remaja.
2. Kegiatan Upaya PKPR di luar gedung Puskesmas
Adalah upaya yang dilakukan petugas PKPR untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja
puskesmas adapun bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut: Penyuluham, kerjasama lintas
sektor, monitoring dan evaluasi.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional Upaya promosi kesehatan di puskesmas adalah :
1. Konseling
Konseling adalah suatu hubungan dimana sedikitnya satu diantara pihak-pihak yang terlibat
mempunyai maksud membantu pihak lain untuk meningkatkan perkembangan dirinya, kedewasaan,
kemampuan berfungsi dan menghadapi hidup lebih baik.
a. Konsep dasar : merupakan kegiatan yang mewakili PKPR, yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan remaja dan meningkatkan daya tahan remaja terhadap berbagai masalah
yang dialaminya sehingga mereka mampu memelihara kesehatan danterhindar dari perilaku
beresiko.
b. Tujuan :
- Membantu teman sebaya mampu menghadapi masalah yang dihadapi
- Memberi informasi yang berkaitan dengan masalah teman sebayamu tanpa memihak dan
memberikan informasi tentang jangkauan kepada berbagai sumber daya/ fasilitas kesehatan.
- Membantu teman sebaya untuk mengambil keputusan sendiri dan melaksanakan keputusan
tersebut dengan bertanggung jawab.
- Memberikan dukungan emosi, mengurangi kekhawatiran dan penderitaan teman sebaya.
c. Media KIE : adalah media pembelajaran dalam upaya PKPR yang dapat berfungsi sebagai
media komunikasi, informasi, edukasi dapat berupa media cetak, media elektronik
(audio,audiovisual), media tradisional, media telepon dan media internet.
2. Penyuluhan kesehatan
Dikenal dengan istilah lain pendidikan kesehatan atau sekarang sering disebut KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi). Penyuluhan kesehatan dapat dilaksanakan secara individu, kelompok dan
massal.
a. Konsep dasar : merupakan salah satu bentuk penting dalam upaya promosi PKPR ,
penyampaian materi PKPR dan sebagai upaya promotif dan preventif dalam pelayanan
kesehatan perorangan, kelompok maupun masyarakat yang dilaksanakan di puskesmas.
b. Tujuan : membangkitkan perhatian terhadap pesan promosi kesehatan yang dipaparkan
kepadanya, kemudian diharapkan dapat memahami isi pesan yang disampaikan dan mengambil
sikap yang positif serta mengubah perilaku dirinya dengan mengadopsi dan mempratekkan
pesan kesehatan tersebut.
c. Media KIE : adalah media pembelajaran dalam upaya PKPR yang dapat berfungsi sebagai
media komunikasi, informasi, edukasi dapat berupa media cetak, media elektronik
(audio,audiovisual), media tradisional, media telepon dan media internet.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat yang menjadi salah satu SPM antara lain:
a. Konsep dasar : adalah proses menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatannya
dengan menggunakan sumber daya sendiri. Khusunya dalam upaya pencegahan penyakit,
meningkatkan kesehatan diri, menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
b. Tujuan : Untuk meningkatkan individu, keluarga dan masyarakat agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat, dalam memelihara, mengatasi serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri serta berperan aktif dalam upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (dari, oleh dan untuk masyarakat)
c. Prinsip dasar : ada 5 prinsip dasar yaitu menumbuh kembangkan kemampuan dan peran serta
masyarakat, melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan dan pelaksanaan
(masyarakat sebagai subyek), menggalang kemitraan, petugas sebagai katalisator, serta
mengakomodir kearifan lokal sesuai sosial budaya setempat.
4. Pelatihan Konselor Sebaya
Konselor sebaya dibutuhkan sebagai tempat curahan hati (curhat) karena remaja lebih mudah
mengkomunikasikan masalahnya kepada sebayanya, serta memotivasi dan memberikan informasi
yang benar mengenai kesehatan remaja.
a. Konsep dasar : pelatihan bagi konselor merupakan sarana kegiatan belajar agar konselor
mampu memberikan informasi tentang kesehatan dan membantu remaja mengenali
masalahnya, menyadari adanya kebutuhan untuk mencari pertolongan (rujukan) dalam rangka
menyelesaikan masalahnya.
b. Tujuan :
- Konselor sebagai pendengar yang baik bagin curhat klien sebaya.
- Membantu petugas PKPR / pendamping PKPR untuk menemukan sedini mungkin masalah
kesehatan remaja.
- Membantu menyelesaikan masalah
- Memberikan informasi yg benar ttg kesehatan remaja
- Merujuk remaja ke ahli jika masalahnya diluar kemampuannya untuk membantu.
c. Pelatihan konselor sebaya yaitu diselenggarakan dengan memperhatikan hak peserta antara
lain : dihargai, didengarkan, dipertimbangkan, dilakukan refleksi dan umpan balik, dilakukan
evaluasi baik terhadap penyelenggaran dan tingkat pemahaman terkait materi pelatihan.
5. Advokasi
Adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif (JHU,1999).
a. Konsep dasar : merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi penentu
kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan dukungan
terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
b. Tujuan : mendorong dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik oleh pejabat publik sehingga
dapat mendukung dan menguntungkan kesehatan.
c. Unsur-unsur advokasi : ada delapan unsur –unsur advokasi yaitu tujuan, pemanfaatan data dan
riset, identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi, penyajian/presentasi,
penggalangan dana, serta pemantauan-penilaian upaya advokasi.
E. Landasan Hukum
1) Undang-undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
4) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan
5) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah
6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Seorang Koordinator PKPR adalah dokter umum yang telah dilatih Konseling PKPR .
- Mempunyai jiwa peduli remaja
- Mempunyai empati
- Berkemauan untuk meningkatkan remaja
- Menjaga rahasia sesuai dengan sumpah profesi
Pelaksana PKPR adalah Sarjana kesehatan ataupun D III kesehatan yang mempunyai karakter :
- Mempunyai jiwa peduli remaja
- Mempunyai empati pada remaja
- Berkemauan unuk meningkatkan remaja
- Dapat meluangkan waktu untuk pembinaan
- Berjiwa sosial
- Dapat menjaga rahasia sesuai dengan profesinya
Kompetensi Koordinator ataupun pelaksana PKPR di Puskesmas yaitu memiliki kemampuan dalam :
1. Perencanaan upaya promosi kesehatan
2. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) antar pribadi, kelompok, publik via media massa termasuk
publikasi poster, brosur, profil puskesmas dan program puskesmas, mengisi acara kesehatan di
radio dan televisi lokal
3. Perluasan jejaring kemitraan dan jejaring koalisi
4. Advokasi kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
5. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
6. Pemasaran sosial tentang produk yang bermanfaat untuk kesehatan
7. Pemantauan dan penilaian upaya promosi kesehatan
8. Sebagai humas dan sekaligus menjadi pusat informasi kesehatan puskesmas
9. Mediasi
B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan PKPR mulai di Kepala puskesmas,
penanggung jawab UKP, penanggung jawab UKM, dan seluruh karyawan. Sebagai koordinator dalam
penyelenggaraan kegiatan PKPR di Puskesmas adalah Tim PKPR
Pengaturan dan penjadwalan tenaga puskesmas dalam upaya PKPR dikoordinir oleh Petugas Promkes
sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan.
Jadwal pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan disepakatii dan disusun bersama dengan lintas program
dan lintas sektor terkait.
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Mengidentifikasi masalah remaja
4. Mengkoordinasikan kegiatan X X X
PKPR dengan kegiatan UKS di
Sekolah
6. Meningkatkan pelayanan X X X
kesehatan peduli remaja bersama
jejaring PKPR.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang:
Koordinasi pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dilakukan oleh Penanggung jawab UKM.
Pelaksanaan konseling remaja dilaksanakan di ruang konseling terpadu yang terletak di sebelah poli gigi
Puskesmas Lenek.
Ruang konseling terpadu
Kur
Meja
si
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
4. Pelaksanaan
- Melaksanaan upaya PKPR sesuai dengan jadwal yang telah disusun bersama.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan upaya PKPR.
5. Pemantauan
Tindakan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap pelaksanaan suatu upaya
PKPR dengan tujuan memberikan umpan balik pada pengelolaan upaya PKPR untuk perbaikan dan
optimalisasi pelaksanaan upaya PKPR Dilakukan untuk :
a. Menetapkan masalah dan situasi
b. Menganalisis penyebab dan faktor yang mempengaruhi
c. Merumuskan dan merevisi upaya solusi
6. Penilaian dan Evaluasi
Merupakan proses sistematis yang mempelajari pengalaman pembelajaran upaya PKPR sebagai
upaya meningkatkan kualitas rancangan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan upaya PKPR yang
baru.
Rentang waktu :
a. Evaluasi pra upaya PKPR
b. Evaluasi sewaktu pelaksanaan PKPR sedang berlangsung
c. Evaluasi upaya PKPR pada akhir tahun
BAB V
LOGISTIK
Kebuthan dana dan logistic untuk pelaksanaan upaya PKPR direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini
lintas program dan lintas sector sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan upaya PKPR perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan
identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan upaya PKPR perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas
dan lintas sector terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
KELENGKAPAN PENCATATAN DAN PELAPORAN PKPR
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dalam pelaksanaan upaya
PKPR dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan upaya
PKPR tergantung pada komitmen yang kuat dan semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian
masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.