Anda di halaman 1dari 11

TUGAS GIZI PRODUKTIVITAS

Hipertensi, hiperkolesterolemia dan Hiperurisemia pada Pekerja

Disusunoleh:
1. Nelsa Kurnia

101311133150

2. Dinda Laminia

101311133139

3. Anandya Femia

101311133111

4. Athalla Permana

101311133166

5. Shely Dinar T.

101311133120

6. Kartika I.D

101311133168

7. Petronela Ayamiseba

101311133118

PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
Abstract
Penyakit kardiovaskuler cenderung meningkat sebagai penyebab kematian.
Berberapa kondisi yang mendukung terjadinya penyakit ini diantaranya

Hipertensi, hiperkolesterolemia, dan hiperurisemia. Faktor risikonya antara lain


kebiasaan merokok, kurangnya aktifitas fisik, obesitas atau kelebihan berat badan,
penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi serta adanya riwayat
keluarga. Bila kondisi ini terjadi pada pekerja di sebuah institusi tentu akan
mempengaruhi produktivitas. Penyakit kardiovaskuler sangat merugikan bagi
pekerja, tidak hanya produktivitas dalam perusahaan yang menurun, tetapi kondisi
kesehatan pekerja juga menurun bahkan beresiko kematian. Tujuan paper ini
adalah untuk mengetahui kasus Hipertensi, hiperkolesterolemia, dan hiperurisemia
di Institusi. Data dikumpulkan dari data sekunder yang terpercaya. Dari jurnal
didapat hasil bahwa konsumsi karbohidrat pada pekerja dapat mengakibatkan
obesitas. Sedangkan keadaan pekerja yang mengalami obesitas dapat memicu
terjangkitnya penyakit hipertensi. tidak ditenemukan hubungan antara aktivitas
fisik dengan hiperkolesterolemia dan tidak terlihat perbedaan bermakna antara
pekerja yang berolahraga teratur dengan kejadian hiperkolesterolemia. Namun
secara stastistik terlihat adanya hubungan antara variabel tempat bekerja dengan
kejadian hiperkolestrolemia. Dan semakin tinggi IMT seseorang maka semakin
tinggi risiko hiperurisemia. Selain itu, apabila pekerja tersebut semakin tinggi
IMT nya maka semakin tinggi pula risiko menderita obesitas. Sehingga di
sarankan bagi perusahaan untuk memperhatikan kesehatan dari karyawannya
dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung upaya pencegahan
penyakit kardiovaskuler.
Keyword : kardiovaskuler, obesitas, hipertensi, hiperkolesterol, hiperurisemia.

PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak
ditularkan dari orang ke orang. Beberapa contoh dari penyakit tidak menular
2

adalah hipertensi, hiperkolesterolemia, dan hiperurisemia. PTM dapat menyerang


setiap orang, tak terkecuali pekerja.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama
organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Kriteria hipertensi yang digunakan
pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil
pengukuran tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90
mmHg (Riskesdas, 2013). Hipertensi adalah penyakit yang dapat berhubungan
dengan pekerja. Terutama pada pekerja shift, peningkatan berat badan, tekanan
darah, dan gangguan sirkardian dapat memicu terjadinya hipertensi sehingga
berakibat pada produktivitas pekerja.
Selain hipertensi, salah satu penyakit yang termasuk PTM adalah
hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah faktor risiko penting penyakit
kardiovaskuler yang menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan di seluruh
dunia. Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang terjadi secara
primer atau sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi terhadap
berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit kardiovaskuler. Hiperkolesterolemia
dapat terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam jangka
panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis dan hipertensi yang bermanifestasi
dalam berbagai penyakit kardiovaskuler.
Pada 15 tahun terakhir ini, Indonesia mengalami transisi epidemiologi
dimana penyebab kematian terbanyak bergeser dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular. Kondisi hiperkolesterolemia ini memicu terjadinya
penyakit jantung koroner. Di Indonesia pada tahun 1972, penyakit jantung dan
pembuluh darah (PJPD) menempati urutan ke-11 penyebab kematian dan tahun
1986 meningkat menjadi urutan ke-3 (9,1%). Sejak tahun 1992, PJPD menjadi
penyebab kematian utama (16,0%), pada tahun 1995 (19,0%), dan tahun 2001
(26,3%).3 Kematian akibat PJK pada kelompok umur 45 - 54 tahun di masyarakat
dilaporkan 5,2% dari seluruh kematian.

Hiperurisemia atau peningkatan kadar asam urat dalam darah merupakan


indikator pada seseorang dengan penyakit gout. Batas kadar asam urat dalam
serum darah pada laki-laki adalah sebesar 7mg dan pada perempuan sebesar 6mg.
Seseorang akan mengalami hiperurisemia apabila memiliki kadar asam urat alam
darah yang melebihi kadar tersebut. Seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia,
kondisi hiperurisemia juga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung
dan sindrom metabolik.
Hipertensi, hiperkolesterolemia, dan hiperurisemia merupakan suatu
kondisi yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Hal ini dapat dicegah dengan pola hidup sehat. Mengonsumsi makanan yang
bervariasi dan bergizi serta diimbangi dengan olahraga dan aktivitas fisik yang
cukup merupakan kegiatan yang mendukung seseorang untuk memiliki pola hidup
sehat. Tak terkecuali bagi para pekerja, pola hidup sehat merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan. Kondisi fisik sangat mempengaruhi
produktivitas pada pekerja. Oleh karena itu, maka pekerja harus memperhatikan
kondisi kesehatan mereka supaya terhindar dari penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler sangat merugikan bagi pekerja, tidak hanya produktivitas dalam
perusahaan yang menurun, tetapi kondisi kesehatan pekerja juga menurun bahkan
beresiko kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko penyakit
kardiovaskuler pada perkerja di beberapa institusi sehingga dapat dihasilkan
rekomendasi yang tepat bagi perusahaan.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode litertaur review daari beberapa jurnal diantaranya berjudul Peningkatan
angka kejadian obesitas dan hipertensi, Resiko hiperkolesterolemis, dan Status
Gizi Dan Riwayat Kesehatan. Sehingga dapat melihat gambaran asupan pekerja,
kondisi kesehatan pekerja dan satatus gizi yang berpengaruh pada kondisi
hipertensi, heperkolestrolemia dan hiperurisemia di perusahaan chevron kawasan
industri pulo gadung dan PT IP.
HASIL

A. Karakteristik Subyek dan Asupan Zat Gizi pekerja Shift dan Non-Shift
PT IP

B. Distribusi IMT dan Tekanan Darah pekerja Shift dan Non-Shift PT IP

C. Kadar Kolesterol dan kejadian Hiperkolesterolemia pekerja di Industri


Pulo Gadung
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil mengenai rata-rata
kadar kolersterol darah pada pekerja yang ada dikawasan industri Pulo Gadung,
yaitu kadar kolesterol darah terendah adalah 77 mg/dl dan tertinggi adalah 332
mg/dl. Prevalensi hiperkolesterolemia ( 200 mg/dl) yang ditemukan adalah
21,1%. Prevalensi hiperkolesterolemia terbesar ditemukan pada perusahaan
makanan (41,4%) dan terkecil pada perusahaan percetakan (7,5%). Kasus
hiperkolesterolemia pada perusahaan yang lain adalah perusahaan garmen
(30,2%), kimia (22,6%), konstruksi (21,1%), suku cadang (20%), dan baja
(12,1%). Rata-rata umur responden adalah 35,89 tahun (95% CI=35,3 tahun 36,49 tahun) sedangkan umur termuda adalalah 20 tahun dan tertua 55 tahun.
DISKUSI

A. Peningkatan Angka Kejadian Obesitas dan Hipertensi Pada Pekerja


Shift
Pekerja shift atau paruh waktu cenderung memeliki gangguan kesehatan yang
lebih kompleks seperti gastrointensial, sindrom metabolik dan gangguan
kesehatan lainnya. Pada pekerja shift terjadi gangguan irama sirkadian yang
merupakan dasar metabometabolisme. penelitian yang dilakukan di PT IP selama
bulan Juli 2012 menunjukkan bahwa ada asupan lemak yang berbeda pada pekerja
shift dan non-shift dimana asupan lemak pada pekerja shift lebih rendah
dibandingkan dengan pekerja non-shift. Namun berbanding dengan asupan
karbohidrat pada pekerja shift lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja non-shift
yang lebih rendah. Karena kejadian ini membuat pekerja shift mengalami
obesitas.
Kejadian selanjutnya mengenai tekanan darah pekerja dimana data
menunjukkan 40% mengalami penyakit kardiovaskular yang dapat digambarkan
dengan penyakit hipertensi. Dari data penelitian ini penderita hipertensi sebesar
59,4% dari jumlah sampel yang memenuhi standart. Hasil tersebut sesuai dimana
pekerja shift mengalami obesitas yang berpeluang terhadap kejadian hipertensi.
Obesitas meningkatkan tekanan darah dengan mengubah fungsi ginjal, memacu
resitensi insulin yang merusak pembuluh darah dan kardiak output tanpa
penurunan yang sesuai resistensi prifer.
B. Hiperkolesterolemea
Hiperkolesterolimea merupakan gangguan metabolisme yang terjadi secara
primer atau sekunder akibat berbagai penyakit, khusunya penyakit kardiovaskuler.
Pada populasi pekerja di perusahaan besar seperti Pertamina, PT Indocement
Tunggal Perkasa, dan karyawan Virginia Indonesia Company (VI-CO) dari tahun
ke tahun juga mengalami peningkatan kematian akibat PJK pada tahun 2003
(2,64%), 2004(4,73%), 2005 (6,3%) dan 2006 (6,9%). Hiperkolesterolemia
berhubungan

erat

dengan

hiperlipidemia

dan

hiperlipoproteinemia.

Hiperkolesterolemia dapat terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah


yang dalam jangka panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis dan hipertensi
yang bermanifestasi dalam berbagai penyakit kardiovaskuler.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil mengenai rata-rata
kadar kolersterol darah pada pekerja yang ada dikawasan industri Pulo Gadung,
yaitu kadar kolesterol darah terendah adalah 77 mg/dl dan tertinggi adalah 332
mg/dl. Prevalensi hiperkolesterolemia ( 200 mg/dl) yang ditemukan adalah
21,1%. Prevalensi hiperkolesterolemia terbesar ditemukan pada perusahaan
makanan (41,4%) dan terkecil pada perusahaan percetakan (7,5%). Kasus
hiperkolesterolemia pada perusahaan yang lain adalah perusahaan garmen
(30,2%), kimia (22,6%), konstruksi (21,1%), suku cadang (20%), dan baja
(12,1%). Rata-rata umur responden adalah 35,89 tahun (95% CI=35,3 tahun 36,49 tahun) sedangkan umur termuda adalalah 20 tahun dan tertua 55 tahun.
Faktor resiko yang berhungan dengan terjadinya hiperkolesterolemia adalah
pada variabel umur, IMT, dan RLPP. Rata-rata IMT responden adalah 24,01 (95%
CI = 23,76 - 24,27). IMT terendah adalah 16,02 dan tertinggi adalah 39,89 para
pekerja dengan IMT 25 berisiko mengalami hiperkolesterolemia 1,7 kali lebih
tinggi dibandingan pekerja dengan IMT < 25. Sedangkan rata-rata rasio lingkar
pinggang pinggul (RLPP) perempuan 0,835; terendah = 0,71 dan tertinggi= 0,98.
RLPP laki-laki adalah 0,876 terendah = 0,64 dan tertinggi = 1,46.
Pada analisis multivarata secara stastistik terlihat hubungan yang bermakna
antara variabel tempat bekerja dengan kejadian hiperkolestrolemia. Pekerja pada
perusahaan makanan, garmen, kimia, dan suku cadang secara statistik
berhubungan bermakna dengan kejadian hiperkolesterolemia. Mereka berisiko
lebih tinggi mengalami

hiperkolesterolemia dibandingkan pekerja pada

perusahaan percetakan. Sementara, tidak ditemukan perbedaan bermakna pada


pekerja di perusahaan konstruksi dan baja dengan perusahaan percetakan.
Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan asupan makanan tinggi lemak dan
aktivitas fisik kurang. Pekerja di perusahaan makanan, garmen, kimia, dan suku
cadang berpeluang mempunyai aktivitas fisik lebih rendah dibandingkan pekerja
di perusahaan konstruksi dan baja. Dalam penelitian ini tidak terlihat perbedaan
bermakna

antara

pekerja

yang

berolahraga

teratur

dengan

kejadian

hiperkolesterolemia. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran asupan gizi


pada

responden

sehingga

kemungkinan

ada

perbedaan

kejadian

hiperkolesterolemia antara pekerja berdasarkan tempat kerja karena perbedaan


asupan gizi terutama asupan lemak.
Pada penelitian ini tidak menemukan hubungan antara aktivitas fisik dengan
hiperkolesterolemia. Penelitian ini menemukan sekitar 21,1 % pekerja di kawasan
Pulo

Gadung

mengalami

hiperkolesterolemia

yang

dapat

menurunkan

produktivitas pekerja dalam bekerja.


C. Hiperurisemia
Hiperurisemia disebabkan oleh sintesa purin berlebih dalam tubuh karena
pola makan yang tidak teratur dan proses pengeluaran asam urat dari dalam tubuh
yang mengalami gangguan. Menurut tim vitahealth (2004) faktor risiko yang
menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa
purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi
dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan
fungsi ginjal.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PT. Chevron Pacific Indonesia
(PT. CPI), Distrik Duri, Propinsi Riau. Pengumpulan data dilakukan dari bulan
Maret hingga April 2008 dengan desain cross sectional study. Responden pada
penelitian ini berjumlah 69 orang. Kelompok kontrol terdiri dari 20 orang,
kelompok hiperurisemia asimptomatik terdiri dari 21 orang, dan kelompok gout
terdiri dari 28 orang. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik contoh (umur,
pendidikan terakhir, daerah asal, besar pengeluaran pangan, pengetahuan gizi, dan
status gizi), riwayat kesehatan sam dan keluarga responden , konsumsi obatobatan, aktivitas, dan konsumsi pangan (jenis dan jumlah pangan), sedangkan
Data sekunder meliputi hasil rekam medik (kadar asam urat, kadar kolesterol total,
kadar gula darah, berat badan, dan tinggi badan) dan gambaran umum rumah
sakit.
Variabel-variabel di atas kemudian diteliti dan ditemukan bahwa terdapat
hubungan antara IMT (p=0.02, r=0.24) dengan kadar asam urat contoh. Semakin
tinggi IMT seseorang maka semakin tinggi risiko hiperurisemia. Semakin tinggi
IMT maka semakin tinggi risiko menderita obesitas. Menurut Lyu et al (2000)
obesitas merupakan salah satu faktor risiko gout. Hal ini diduga karena terjadi

peningkatan kadar leptin, yaitu zat yang berfungsi meregulasi konsentrasi asam
urat dalam darah, sehingga memicu terjadinya hiperurisemia (Hayden & Tyagi
2007). Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat konsumsi purin
(p=0.000, r=0.69) dengan hiperurisemia. Tingginya konsumsi bahan pangan kaya
purin dapat meningkatkan sintesis asam urat dalam tubuh dan menyebabkan
hiperurisemia.
D. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang bisa digunakan perusahaan untuk mencegah
terjadinya hipertensi, hiperkolestrol dan hiperurisemia adalah :
1. Persentase hipertensi dan obesitas yang tinggi ditemukan baik pada
pekerja shift dan non-shift maka diharapkan pekerja dapat memperhatikan
asupan zat gizi, konsumsi minuman berkafein, dan kebiasaan merokok
untuk meminimalkan risiko hipertensi dan obesitas. Bagi pekerja yang
memiliki risiko tinggi hipertensi dan obesitas dapat dipertimbangkan untuk
perubahan jadwal kerja.
2. Intervensi pada para pekerja khususnya di tempat kerja tertentu dan
pekerja yang overweight dengan promosi kesehatan pengendalian
hiperkolesterolemia akan membantu menurunkan kejadian penyakit
kardiovaskuler. Pekerja yang overweight disarankan untuk memeriksakan
kadar kolesterolnya.
3. Perlu dilakukan pengukuran derajat kesehatan (IMT ) secara periodik
untuk mengatisipasi peledakan jumlah karyawan yang mengalami
kegemukan.
4. Perlu dilakukan penyusunan menu makan siang dengan gizi seimbang dan
bervariasi. Yaitu meningkatkan menu makanan tinggi protein karena
protein sangat penting pada perkembangan dan fungsi jaringan otot yang
berkaitan erat dengan kinerja fisik. Dan memberikan menu sayur atau
buah sebagai sumber serat pangan untuk dapat menjaga berat badan
karyawan yang ideal.
5. Dilakukan olahraga atau senam pagi rutin minimal seminggu sekali untuk
menjaga kebugaran karyawan
KESIMPULAN

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan mengenai jurnal terkait


dengan penyakit hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia. Adapun judul
dari jurnal jurnal tersebut adalah Peningkatan angka kejadian obesitas dan
hipertensi, Resiko hiperkolesterolemis, serta Status gizi dan riwayat
kesehatan. Jurnal-jurnal tersebut berkaitan dengan adanya kondisi para pekerja
dan produktivitas kerjanya. Berikut adalah penjelasan kesimpulan dari setiap
jurnal tersebut :
1. Pada jurnal berjudul Peningkatan angka kejadian obesitas dan hipertensi
dapat disimpulkan bahwa konsumsi karbohidrat pada pekerja dapat
mengakibatkan obesitas. Sedangkan keadaan pekerja yang mengalami
obesitas dapat memicu terjangkitnya penyakit hipertensi.
2. Pada jurnal berjudul Resiko hiperkolesterolemisdapat disimpulkan
bahwa peneliti tidak menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik
dengan hiperkolesterolemia dan pada penelitian ini tidak terlihat
perbedaan bermakna antara pekerja yang berolahraga teratur dengan
kejadian hiperkolesterolemia. Namun secara stastistik terlihat adanya
hubungan

antara

variabel

tempat

bekerja

dengan

kejadian

hiperkolestrolemia.
3. Pada jurnal berjudul Status gizi dan riwayat kesehatan dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka semakin tinggi
risiko hiperurisemia. Selain itu, apabila pekerja tersebut semakin tinggi
IMT nya maka semakin tinggi pula risiko menderita obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

10

Anonimous. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. [serial online] 2013 [cited
15
Oktober
2016].
Available
from
URL:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Ris
kesdas2013.PDF
Budianti, Alfinda. (2008). Status Gizi dan Riwayat Kesehatan Sebagai
Determinant hiperurisemia. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Bantas, K; Agustina, FMT; Zakiyah, D. (2012). Risiko

Hiperkolesterolemia

pada Pekerja di Kawasan Industri. Depok : Departemen Epidemiologi


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Etika Ratna, Kirana Laksmi. (2012). Peningkatan Angka Kejadian Obesitas dan
Hipertensi Pada Pekerja Shift. Semarang : Universitas Diponegoro
Harianto, E; Pratomo,H.(2013). Pajanan Kebisingan dan Hipertensi di Kalangan
Pekerja Pelabuhan. Jakarta : Departemen Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai