Anda di halaman 1dari 7

[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka

Thursday, 13 June 2013 14:00

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan
menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke
dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. Orang-orang kafir itu telah menjadikan
sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:
"Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka"
(TQS Ibrahim [14]: 28-30).

Kesudahan nasib manusia di akhirat amat ditentukan oleh tindakan mereka sendiri selama
hidup di dunia. Ayat ini adalah di antara yang menjelaskan realitas tersebut secara gamblang.
Perilaku orang-orang yang menjerumuskan diri mereka dan orang lain di neraka jahannam
digambarkan ayat ini. Dengan gambaran tersebut, diharapkan manusia terhindar dari perilaku
buruk yang mengantarkan kepada neraka tersebut.

Mengganti Nikmat dengan Kufur

Allah SWT berfirman: Alam tara ilâ al-ladzîna baddalû ni’matal-Lâh kufr[an] (tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang telah menukar ni`mat Allah dengan kekafiran). Imam al-Qurthubi
meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa orang-orang yang diceritakan dalam ayat ini adalah
musyrik Quraisy. Menurut al-Syaukani dalam tafsirnya,

1/7
[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka
Thursday, 13 June 2013 14:00

Fat
h
al-Qadîr,
ini merupakan pendapat jumhur mufassirin berpendapat bahwa yang dimaksud mereka dalam
ayat ini adalah kafir Makkah. Ayat ini juga turun berkaitan dengan mereka.

Meskipun demikian, ditegaskan Ibnu Katsir bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup
semua orang kafir. Sebab, Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat
bagi alam semesta dan nikmat bagi manusia. Barangsiapa yang menerima dan mensyukurinya,
masuk surga. Sebaliknya, siapa saja yang menolak dan mengingkarinya, maka masuk neraka.
Penjelasan senada juga dikemukakan al-Hasan. Sebagaimana dikutip al-Qurthubi, al-Hasan
mengatakan bahwa ayat ini meliputi semua orang musyrik.

Ini merupakan khithâb (seruan) yang ditujukan kepada Rasulullah SAW dan semua orang yang
tepat dengan seruan tersebut. Seruan tersebut mengandung makna ta’jî
b (
memunculkan rasa heran) pada diri Raslullah SAW terhadap orang-orang kafir yang melakukan
sejumlah perilaku buruk dan jahat yang menyebabkan mereka sengsara.

Perbuatan buruk pertama yang disebutkan adalah: baddalû ni’matal-Lâh kufr[an] (orang-orang
yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran). Menurut Fakhruddin al-Razi ada tiga
kemungkinan maksud dari
‘mengganti nikmat Allah dengan kekufuran’.
Pertama,
mereka mengganti sikap syukur mereka kepada nikmat Allah dengan kekufuran. Ketika mereka
diwajibkan mensyukuri kenikmatan, tetapi mereka justru melakukan kekufuran. Seolah-olah
mereka telah mengubah dan mengganti total syukur dengan kekufuran.

Kedua, yang mereka tukar adalah nikmat Allah SWT itu sendiri dengan kekufuran. Pasalnya,
mereka telah mengingkari kenikmatan tersebut, kemudian Allah SWT mencabut nikmat itu dari
mereka. Sehingga, yang tersisa hanya kekufuran sebagai pengganti kenikmatan.

Ketiga, sesungguhnya Allah SWT memberi kenikmatan kepada mereka berupa Rasul SAW dan
Alquran. Namun mereka lebih memilih kekufuran daripada keimanan. Dijelaskan juga oleh
al-Thabari, makna telah menukar kenikmatan Allah dengan kekufuran; bahwa Allah SWT telah
memberikan kenikmatan kepada Quraisy dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW dari

2/7
[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka
Thursday, 13 June 2013 14:00

kalangan mereka dan menjadi rasul yang memberikan rahmat bagi mereka. Namun mereka
mengingkari dan mendustakannya; sehingga mereka menukar kenikmatan Allah dengan
kekufuran. Ituah perbuatan dan perilaku buruk mereka.

Menjerumuskan Pengikutnya ke Neraka

Perbuatan buruk mereka yang kedua adalah: Wa ahallû qawmahum dâr al-bawâr (dan
menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?). Kata
a
h
allû qawmahum
dalam ayat ini berarti   
anzalûhum
(menjatuhkan, menjerumuskan mereka). Menjerumuskan kaum mereka adalah dengan
menghalangi mereka (untuk mengimani kenikmatan Allah SWT itu). Demikian  penjelasan
Abdurrahman al-Sa’di. Sedangkan yang dimaksud dengan
qawmahum,
menurut al-Zamakhsyari dalam tafsirnya,
al-Kasysyâf,
adalah orang-orang yang mengikuti mereka atas kekufuran. Tak jauh berbeda, Ibnu ‘Athiyah
juga menafsirkan
qawmahum
sebagai orang-orang yang menaati mereka.

Kaum yang mengikuti mereka itu pun dijerumuskan ke dalam dâr al-bawâr. Diterangkan oleh
banyak mufassir, kata
al-bawâr
berarti
al-halâk
(kebinasaan). Sehingga
dâr al-bawâr
berarti
dâr al-halâk
(tempat kebinasaan, kehancuran). Yang dimaksud dengan lembah kebinasaan diterangkan
dalam ayat selanjutnya Allah SWT berfirman:
Jahannam yashlawnahâ

3/7
[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka
Thursday, 13 June 2013 14:00

(yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya).

Menurut al-Zamakhsyari, kata Jahannam merupakan athf al-bayân (menambahkan kata baru
yang berfungsi sebagai penjelas). Itu artinya, yang dimaksud dengan
dâr al-bawâr
adalah
Jahannam.
Demikian penjelasan para mufassir, seperti Ibnu Zaid, sebagaimana dikutip al-Qurthubi dalam
tafsirnya,
al-Jâmi’ li A
h
kâm al-Qur`ân.
Dikatakan juga oleh al-Samarqandi, bahwa frasa:
Jahannam yashlawnahâ
(neraka Jahannam yang mereka masuki) berarti mereka masuk ke dalamnya di akhirat.

Kemudian ditegaskan dengan firman-Nya: Wabi`sa al-qarâr (dan itulah seburuk-buruk tempat
kediaman). Kata bi`sa merupaka
kata yang digunakan untuk celaan terhadap segala sesuatu. Sedangkan kata
al-qarâr
di sini berarti
al-mustaqarr
(tempat kediaman). Sehingga
bi`sa al-qarâr
berarti tempat kembali yang paling buruk. Dikatakan al-Samarqandi,
bi`sa al-qarâr
berarti
bi`sa al-mustaqarr Jahannam
(seburuk-buruknya tempat kediaman adalah adalah neraka Jahannam).

Menjadikan Sekutu bagi Allah SWT

Perbuatan buruk ketiga yang mereka lakukan adalah: Waja’alû lil-Lâh andâd[an] liyudhillû ‘an
sabîlihi (orang-orang kafir itu telah

4/7
[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka
Thursday, 13 June 2013 14:00

menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya).
Kata andâd[an] merupakan
bentuk jamak dari kata
nidd[an].
Dijelaskan Fakhruddin al-Razi, yang dimaksud dengan
al-andâd
adalah
al-asybâh wa al-syurakâ`
(serupa dan sekutu). Menurutnya, sekutu yang dimaksudkan mengndung tiga kemungkinan
makna.

Pertama, mereka memberikan bagian tertentu untuk berhala dalam kenikmatan yang
dianugerahkan Allah SWT kepada mereka. Contoh ucapan mereka dalam ini adalah: I
ni u
n
tuk Allah, dan ini untuk sekutu-sekutu kami.
Kedua
, mereka menyekutukan antara berhala dan al-Khaliq dalam peribadatan. Dan
ketiga
, mereka menyampaikan secara terang-terangan keberadaan sekutu bagi Allah. Ucapan
mereka dalam hal ini seperti ketika berhaji:
Labayka lâ syarîka laka illâ syarîka huwa laka tamlikuhu wa mâ milk
(kami menghadiri panggilanmu, tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang menjadi
milik-Mu).

Menjadikan sekutu selain Allah SWT jelas merupakan kesesatan. Selain membuat mereka
tersesat, tindakan tersebut juga dapat menyesatkan orang lain. Ini ditegaskan dalam frasa
selanjutnya: liyudhillû ‘an sabîlihi. Mereka menyesatkan manusia dari sabîlihi. Pengertian sabîli
hi
adalah
dînihi
(agama-Nya). Sehingga, sebagaimana dijelaskan al-Samarqandi, frasa tersebut bermakna:
liyushrifû al-nâs ‘an dîn al-Islâm
(untuk memalingkan manusia dari agama Islam). Dikatakan juga oleh Ibnu Katsir, di samping
telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang mereka sembah, mereka juga mengajak
manusia untuk melakukan hal yang sama.

Kemudian Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan ancaman


terhadap mereka: Qul tamatta’û (katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu). Artinya,
bersnang-senanglah di dunia dengan kekufuran kalian. Kalimat ini, sekalipun menggunakan

5/7
[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka
Thursday, 13 June 2013 14:00

shîghah fi’l al-amr


(bentuk kata perintah), akan tetapi menghasilkan makna
al-tahdîd wa al-wa’îd
(ancaman). Makna ini dapat disimpulkan dari kalimat berikutnya:
Fainna mashîrakum ilâ al-nâr
(karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka"). Ini sebagaimana firman Allah SWT:
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan
(TQS Fushilat [41]: 40). Dijelaskan Imam al-Qurthubi, ancaman terhadap mereka ini
mengisyaratkan sedikitnya kenikmatan dunia. Pasalnya, kenikmatan dunia tersebut terputus.

Kata mashîrakum berarti maruddukum wa marji’ukum (tempat kembali kalian). Sehingga ayat
ini berarti: Tempat kembali kalian di
akhirat kelak adalah neraka Jahannam. Bukan yang lain.
Inilah balasan yang setimpal atas kejahatan dan kekufuran mereka di dunia. Diterangkan Ibni
Katsir, ayat ini sebagaimana firman Allah SWT
: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke
dalam siksa yang keras
(TQS Lukman [31]: 24). Juga firman Allah SWT: (
Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali,
kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka
(TQS Yunus [10]: 70).

Demikianlah perilaku jahat orang-orang kafir selama di dunia. Kenikmatan yang Allah SWT
anugerahkan kepada mereka tidak disyukuri. Di antara kenikmatan besar adalah diutusnya
Rasulullah SAW dan risalah yang  beliau bawa, Islam. Kenikmatan tersebut mereka tolak dan
ingkari. Mereka sendirilah mengubah kenikmatan dengan kekufuran, yang akhirnya berbuah
kesengsaraan. Mereka dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Tak berhenti pada dirinya.
Mereka memalingkan manusia dari Islam dan menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Semoga kita termasuk yang terselamatkan dari proganda sesat mereka. Wal-Lâh a’lam bi
al-shawâb.

Ikhtisar:

1. Perilaku orang yang dimasukkan ke dalam neraka Jahannam: (a) menukar kenikmatan

6/7
[104] Perilaku Jahat Penghuni Neraka
Thursday, 13 June 2013 14:00

Allah dengan kekufuran; (b) menjerumuskan kaumnya di neraka Jahannam; (c) menyesatkan
manusia di jalan Allah
2. Kita tidak boleh terpengaruh dengan mereka, apalagi mengikuti propaganda sesat
mereka.

7/7

Anda mungkin juga menyukai