Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkara yang ghaib seringkali menjadi persoalan karna berbeda penafsiran antara
masyarakat disekitar kita namun bagi kaum muslimin ini menyangkut kepercayaan seseorang
dalam beragama. Seorang yang beriman wajib mengetahui apa-apa saja yang harus ia yakini.
QS.Al-Baqarah[2]:1-5
menjelaskan bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa, di mana mengimani yang gaib
termasuk salah satunya.

Pada makalah ini ingin mengurai pembahasan tentang setan, iblis dan jin yang
merupakan perkara gaib namun, perlu diyakini keberadaannya. Tak jarang para ilmuwan
yang dengan metode ilmiah menolak pembahasan di luar panca indera manusia. Menurut
mereka hal-hal gaib tak bisa dijelaskan karena tak dapat diketahui keberadaanya.

Untuk itu akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut:

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Setan dan tujuan penciptaanya?
2. Bagaimana sifat-sifatnya?
3. Apa pengertian iblis serta sifat-sifatnya?

C. Tujuan makalah
1. Mengetahui pengertian setan
2. Menjelaskan sifat-sifatnya
3. Menjelaskan pengertian iblis serta sifat-sifatnya

1
B. Pengertian setan dan sifat-sifatnya

1. Pengertian Setan
Kata syaithan ) ‫ ( شيطان‬terambil dari bahasa arab, hal ini dapat ditemukan dengan
sekian banyak kata arab asli yang dapat dibentuk dengan kata syaithan, misalnya
syathata ‫ شطط‬, syâtha ‫ شاط‬, syawatha ‫ شوط‬, syathana ‫ شطن‬,yang mengandung makna jauh,
sesat, berkobar, dan terbakar serta ekstrem. Dalam kamus al-Misbâh al-Munîr karya al-
Fayyûmi (w.1368) seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab, bisa jadi kata syaithan
terambil dari kata syathana yang berarti jauh karena setan menjauh dari kebenaran atau
menjauh dari rahmat Allah. Boleh jadi juga ia terambil dari kata syâtha dalam arti
melakukan kebatilan atau terbakar6 Dari segi makna, Quraish Shihab mengutip pakar
bahasa, al-Jauhari (w. 1005), bahwa semua yang membangkang, baik jin, manusia,
maupun binatang, dinamai syaithan. Jika dilihat dari pengertian al-Jauhari tadi makna
setan sangatlah luas, tak hanya dari golongan jin, setiap manusia ataupun binatang ketika
ia membangkang dapat juga disebut setan.
Quraish Shihab menambahkan bahwa setiap pelaku sesuatu yang buruk atau tidak
menyenangkan, atau sesuatu yang buruk dan tercela dapat disebut dengan setan. Karena
setan
merupakan lambang kejahatan dan keburukan. Al-Quran menamai setan bagi ular,
sebagaimana
firman-Nya ketika menjelaskan satu pohon di neraka QS. Ash-Shâffat[37]:64-65

‫ِاَّنَها َش َجَر ٌة َتْخ ُرُج ِفْٓي َاْص ِل اْلَج ِح ْيِۙم‬


‫َطْلُع َها َك َاَّنٗه ُرُءْو ُس الَّش ٰي ِط ْيِن‬

64 Sesungguhnya itu adalah pohon yang keluar dari dasar (neraka) Jahim.

65 Mayangnya seperti kepala-kepala setan.

Beliau mengutip at-Thabari (w. 933) dalam tafsirnya: ini adalah perumpamaan yang
disebutkan untuk sesuatu yang buruk, seperti setan. Atau (mayangnya) diperumpamakan
dengan ular yang dikenal oleh masyarakat arab dengan nama syâithan. Jenis ular ini

2
berbau busuk dan berwajah buruk. Atau, kata setan dalam ayat ini adalah tumbuhan yang
dikenal dengan nama ru’us asysyayâthîn.
Pemahaman semacam ini diperlukan, khususnya jika enggan menolak sekian banyak teks
keagamaan yang tidak lurus dalam pandangan ilmuwan, jika kata setan dalam redaksinya
diartikan sebagai sosok pelaku keburukan dari jenis manusia dan jin.
Makna setan juga bisa berarti virus atau kuman-kuman penyakit. Seperti tercantum
dalam firman Allah QS. Shad[38]:41.

‫َو اْذ ُك ْر َعْبَدَنٓا َاُّيْو َۘب ِاْذ َناٰد ى َر َّبٓٗه َاِّنْي َم َّس ِنَي الَّش ْيٰط ُن ِبُنْص ٍب َّوَع َذ اٍۗب‬

41. Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya
aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.”
Dan hadis nabi yang berbunyi, “wabah penyakit merupakan tusukan musuh-musuh
kamu dar jenis jin (setan)” HR. Ahmad dan Ibnu A’bi Addunya melalui Abu Mûsa).

Selain itu, terdapat pula hadis lain yang berbunyi,

,‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللَا – صلى هللا عليه وسلم – – اَل َيْم ِش َأَح ُد ُك ْم ِفي َنْع ٍل َو اِح َد ٍة‬: ‫َو َع ْنُه َقاَل‬
.‫ َأْو ِلَيْخ َلْعُهَم ا َجِم يًعا – ُم َّتَفٌق َع َلْيِهَم ا‬,‫َو ْلُيْنِع ْلُهَم ا َجِم يًعا‬

Darinya (dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu), ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan
satu sandal. Hendaklah ia memakai kedua-duanya atau melepas kedua-duanya.”
(Muttafaqun ‘alaihima) (kitab Bulughul Maram bab Adab)
Jika melihat ayat dan hadis diatas, tentu agak sulit mengambil pengertian bahwa setan
yang dimaksud adalah setan dalam artian makhluk halus. Namun, bila makna setan
diperluas menjadi semacam virus, kuman-kuman dll. Maka, tentu mudah menangkap apa
yang dimaksud, seperti ucapan ‘Umar Ibn al-Khattab kepada ‘Abdullah
Ibn Yazid sebagaimana diriwayatkan oleh an-Nasa’i, “selanjutnya, masaklah minuman
kalian agar bagian setan menjauh darinya. Yakni agar penyebab mudarat (kuman-
kuman)
menjauh/mati,”

3
2. Ayat-ayat yang berkaitan dengan setan
Kata setan dalam al-Quran tersebut sebanyak 70 kali dalam bentuk tunggal (syaithân),
sedangkan dalam bentuk plural (syayâthîn) disebutkan sebanyak 18 kali10. Beberapa
diantaranya adalah QS. Al-Saffât[37]:6-7
‫ِاَّنا َز َّيَّنا الَّس َم ۤا َء الُّد ْنَيا ِبِز ْيَنِةِۨ اْلَك َو اِكِۙب‬
‫َو ِح ْفًظا ِّم ْن ُك ِّل َشْيٰط ٍن َّم اِر ٍۚد‬

6. Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia (yang terdekat), dengan hiasan
bintangbintang.
7. Dan (Kami) telah menjaganya dari setiap setan yang durhaka,
Dalam tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan makna ayat diatas sebagai
berikut,
melalui ayat ini dan sekian banyak ayat dan hadis yang lain, kita dapat berkata bahwa al-
Quran menggugah manusia agar menemukan keesaan dan kebesaran Allah melalui
keindahan alam raya. Melalui ayat-ayat semacam ini juga kita dapat berkata bahwa Islam
bukan hanya mendukung, tetapi menganjurkan kreasi dan seni selama ia mengarah
kepada keesaan dan kesucian Allah.

Kata ‫ مارد‬terambil dari kata ‫ شجر امرد‬yakni pohon yang tidak berdaun (sebagaimana yang
sering terlihat di musim gugur), pasir dinamai ‫ مرداء‬karena ia adalah muka bumi yang
tidak
bertumbuhan. Sosok yang tidak memiliki kebaikan dan terus membangkang dinamai ‫مارد‬
mârid.
Ayat 7 ini juga serupa dengan firman Allah QS. Al-Mulk[67]:5
‫ۤا‬
‫َو َلَقْد َز َّيَّنا الَّس َم َء الُّد ْنَيا ِبَم َص اِبْيَح َو َجَع ْلٰن َها ُرُجْو ًم ا ِّللَّش ٰي ِط ْيِن َو َاْعَتْد َنا َلُهْم َع َذ اَب الَّس ِع ْيِر‬
5. Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami
jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi
mereka azab neraka yang menyala-nyala.
Al-Biqâi menulis bahwa sebagian langit dihiasi Allah dengan bintang dan dipelihara oleh-
Nya dengan bintang-bintang itu, demikian juga halnya dengan hati orang-orang yang
dekat kepada-Nya. Hati mereka seperti langit yang dihiasi dan dipelihara dengan bintang-
bintang ma’rifah kepada Allah sehingga apabila hati mereka disentuh oleh rayuan setan,

4
mereka langsung teringat.Maka, segera juga hâl (kondisi kejiwaan), ma’rifah dan ucapan-
ucapan mereka melontar rayuan setan-setan itu.

Dalam tafsir al-Qurthubi, beliau menerangkan makna ayat diatas yaitu dengan usaha setan
yang berusaha mencuri informasi dari langit. Berikut dalam tafsirnya: ketika Allah
memberitahukan bahwa Dia menjaga langit dari setan yang mencuri dengar setelah ia
dihiasi dengan bintang-bintang. Al-Mârid adalah yang durhaka dari kalangan jin dan
manusia, dan orang Arab menyebutnya setan.
Hal yang sama juga disebutkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, bahwa di antara
bintang-bintang itu ada yang menjadi meteor yang menjaga langit dari setiap setan yang
durhaka dan membangkang. Juga menghalaunya agar ia tidak mencuri dengar apa yang
dibicarakan di almalâ’ul â’la. Jika setan berusaha untuk mencuri, ia akan dilemparkan
oleh meteor dari segala penjuru arah hingga setan tersebut binasa. Bagaimana setan itu
mencuri tentu tak bisa diketahui oleh manusia, kewajiban seorang muslim adalah
membenarkan apa yang datang dari-Nya

‫َو َك ٰذ ِلَك َجَع ْلَنا ِلُك ِّل َنِبٍّي َع ُد ًّو ا َشٰي ِط ْيَن اِاْل ْنِس َو اْلِج ِّن ُيْو ِحْي َبْعُضُهْم ِاٰل ى َبْع ٍض ُزْخ ُرَف اْلَقْو ِل‬
‫ُغ ُرْو ًراۗ َو َلْو َش ۤا َء َر ُّبَك َم ا َفَع ُلْو ُه َفَذ ْر ُهْم َو َم ا َيْفَتُرْو َن‬

112. Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-
setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka
tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang
mereka ada-adakan. Qs.Al-An’am[6]:112

Mutawalli asy-Sya’râwi sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab mengungkapkan


sebagai berikut berkaitan ayat diatas: Kita harus tahu bahwa ada setan-setan dari jenis jin
dan setan-setan dari jenis manusia. Kedua jenis ini dihimpun oleh sifat yang sama dan
tugas yang sama, yaitu menyebarkan kedurhakaan dan perusakan di bumi. Setan-setan jin
adalah mereka yang durhaka dari jenis jin yang membendung kebenaran dan mengajak
kepada kekufuran. Setan-setan jenis manusia melaksanakan tugas yang sama.

C. Pengertian iblis dan sifat-sifatnya.

‫ٰۤل‬
‫َو َلَقْد َخ َلْقٰن ُك ْم ُثَّم َص َّو ْر ٰن ُك ْم ُثَّم ُقْلَنا ِلْلَم ِٕىَك ِة اْسُج ُد ْو ا ٰاِل َد َم َفَسَج ُد ْٓو ا ِآاَّل ِاْبِلْيَۗس َلْم َيُك ْن ِّم َن‬
‫الّٰس ِج ِد ْيَن‬
5
Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami
membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu
kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk
kelompok yang bersujud.

‫َقاَل َم ا َم َنَع َك َااَّل َتْس ُجَد ِاْذ َاَم ْر ُتَك ۗ َقاَل َاَن۠ا َخْيٌر ِّم ْنُۚه َخ َلْقَتِنْي ِم ْن َّناٍر َّو َخ َلْقَتٗه ِم ْن ِط ْيٍن‬

Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud
ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau
menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

‫َقاَل َفاْهِبْط ِم ْنَها َفَم ا َيُك ْو ُن َلَك َاْن َتَتَك َّبَر ِفْيَها َفاْخ ُرْج ِاَّنَك ِم َن الّٰص ِغ ِر ْيَن‬

Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya
menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk
yang hina.”
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 11-13)

Ada manusia yang tidak mempan baginya peringatan dan ancaman, seperti yang
dikemukakan oleh ayat-ayat yang lalu, tetapi berkesan dalam hatinya kenangan , disini
Allah menguraikan peristiwa yang pernah terjadi masa lalu yang dialami oleh leluhur
manusia, kiranya manusia lebih banyak bersyukur kepada Allah SWT. Untuk tujuan
mengingatkan dan mengembalikan kenangan itulah ayat ini menyatakan bahwa dan demi,
leluhur kamu Adam as.,Lalu kami bentuk fisik dan psikis orang tua kamu itu, dan kami
anugerahi ia potensi yang menjadikannya memiliki kelebihan, kemudian kami katakan
kepada para malaikat : “bersujudlah, wahai para malaikat seluruhnya, atau yang kami
himpun ketika itu, kepada apa yang aku ciptakan dan bentuk itu yang bernama adam,
maka dengan segera mereka pun bersujud, tetapi iblis enggan bersujud. Ia tidak termasuk
kelompok mereka yang sujud mematuhi perintah kami itu.”
Ada yang berpendapat bahwa kata iblis itu bukan terambil dari bahasa Arab. Konon,

6
asalnya dari bahasa Yunani, yakni Diabolos. Kata ini terdiri dari kata dia yang berarti di
tengah atau sewaktu dan ballein yang berarti melontar atau mencampakkan. Dari
penggabungannya, lahir beberapa makna antara lain menentang, menghalangi, dan yang
berada antara dua pihak untuk memecah belah dan menciptakan kesalahpahaman antara
keduanya. Pakar bahasa berpendapat bahwa kata iblis terambil dari kata arab ‫ أبلس‬ablasa
yang berarti putus asa atau dari kata ‫ بلس‬balasa yang berarti tiada kebaikannya
Iblis menolak sujud bukan dengan alasan bahwa sujud kepada Adam adalah syirik.
Keengganannya bersumber dari keangkuhan yang menjadikan ia menduga lebih baik dari
Adam serta ada kecenderungan yang kuat untuk membangkang perintah yang tidak
berkenan dihatinya, dan ia juga menunjukan bahwa tabiatnya bertolak belakang dengan
tabiat malaikat.. Ulama berbeda pendapat tentang makna sujud yang diperintahkan Allah.
Ada yang mengartikannya menampakan ketundukan dan penghormatan kepada Adam as.
Atas kelebihan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Dengan demikian, sujud yang
dimaksud bukan meletakan dahi kelantai. Ini adalah pendapat mayoritas ulama ahl as-
sunnah. Dan adapula yang berpendapat bahwa sujud yang dimaksud adalah sujud kepada
Allah tetapi dengan menjadikan Adam as sebagai arah yang dituju. Persis seperti kaum
muslimin yang menjadikan Ka’bah sebagai arah kiblat "(Allah) berfirman, Apakah yang
menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku
menyuruhmu? (Iblis) menjawab, Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari
api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 12)
Setelah dalam ayat yang lalu dinyatakan bahwa iblis tidak termasuk kelompok mereka
yang sujud, Allah Yang Maha mengetahui “bertanya” kepadanya untuk menunjukan
kepada manusia sifat buruk iblis dan permusuhannya. Dia (Allah) berfirman kepada iblis:
“apakah yang mengahalangimu untuk tidak memaksa dirimu bersujud kepada adam
pada saat Aku menyuruhmu?” yakni pada waktu yang Kutetapkan untuk melaksanakan
perintah itu. Ia, yakni (iblis) berkata: “Aku lebih baik dari padanya sehingga tidak wajar
saya sujud. Saya lebih baik karena engkau telah menciptakan aku dari api yang
mengandung cahaya dan sifatnya menjulang ke atas, sedang Engkau telah
menciptakannya, yakni Adam as., dari tanah yang kotor dan berada dibawah.” Para
ulama berkata ,” Yang mencegah untuk tidak bersujud adalah sifat takabbaur dan dengki.
Sifat ini tersimpan dalam dirinya ketika dia diperintahkan sujud.
Dugaan iblis bahwa ia lebih mulia atau lebih baik dari pada Adam as. Karena ia
diciptakan dari api sedang Adam as dari tanah, sekali-kali tidak benar. Banyak uraian-dari
kaca mata nalar manusia-yang membuktikan kekeliruan tersebut, antara lain:

7
1. Api sifatnya membakar dan memusnahkan, berbeda dengan tanah yang sifatnya
mengembangkan dan menjadi sumberi rezeki.
2. Api sifatnya berkobar, tidak mantap, sangat mudah diombang-ambingkan oleh angina,
berbeda dengan tanah yang sifatnya mantap, tidak berubah lagi tenang.
3. Tanah dibutuhkan oleh manusia dan binatang, sedang api tidak dibutuhkan oleh
binatang,
bahkan manusiapun dapat hidup sekian lama tanpa api.
4. Api walaupun ada manfaatnya, bahayanya pun tidak kecil. Bahayanya hanya dapat
diatasi dengan mengurangi atau memadamkannya, berbeda dengan tanah. Kegunaannya
terdapat pada dirinya dan tanpa bahaya, bahkan semakin digali semakin tampak
manfaat
dan gunanya.
5. Api dapat padam oleh tanah, sedang tanah tidak binasa oleh api. Api berfungsi sebagai
pembantu. Bila dibutuhkan ia dipanggil/dinyalakan dan bila tidak ia
diusir/dipadamkan.
6. Di dalam dan pada tanah terdapat sekian banyak hal yang bermanfaat, seperti barang
tambang, sungai, mata air, pemandangan indah, dan sebagainya. Api tidak demikian.
7. Allah banyak menyebut tanah dalam kitab suci-Nya dalam konteks positif, sedang api
tidak banyak disebut dan kalaupun disebut, umumnya dalam konteks negative.

Deretan dalil dan argumentasi tentang kekeliruan logika iblis dapat ditambah atau apa
yang dikemukakan juga dapat disanggah. Karena itu, perlu digaris bawahi bahwa
seandainya pun unsur api lebih mulia dari tanah, keunggulan dan kemuliaan iblis tidak
serta merta terbukti karena keunggulan dan kemuliaan disisi Allah bukan ditentukan oleh
unsur sesuatu tapi oleh kedekatan dan pengabdiannya kepada Allah.

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Setan salah satu jenis dari jin, ada yang memberi pengertian luas bahwa setan juga
termasuk golongan dari manusia. Kata setan juga merujuk pada sesuatu yang
buruk atau pelaku yang buruk, lebih luas lagi setan juga berarti kuman-kuman,
virus, dll.
2. Iblis merupakan golongan dari jin, ia adalah pemimpin tertinggi kekufuran dan
kesyirikan. Ia berlaku sombong dan membangkang tatkala Allah
memerintahkannya sujud kepada Adam.
3. Iblis bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus, mengajak
semua manusia ke dalam neraka__

9
MAKALAH SETAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan


Ustadz Mata Kuiah Tafsir sebagai tugas pengganti Ujian

Disusun oleh
Yolan Mahesa Mutaqin

TAMHIDUL MUBALIGHIN
PIMPINAN DAERAH PERSIS
KABUPATEN BANDUNG
2022

10
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kariniaNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas yang diberikan oleh Ustadz Mata Kuliah Tafsir.
saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak bantuan
pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran serta kritik hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh karena itu kami mengahrapkan
segala bentuk saran dan masukannya, bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini menjadi manfaat bagi orang lain.

Wasalam

Penyususn

11

Anda mungkin juga menyukai