Anda di halaman 1dari 11

Tafsir Surat An-Nazi’at Ayat 1-14 (Bagian Kesatu)

Surat an-Nazi’at adalah surat yang ke 79 atau surat kedua dari juz ‘amma. Surat an-
Nazi’at -sebagaimana yang disampaikan oleh al-Imam Al–Qurtubi rahimahumullahu
ta’ala– merupakan surat makiyyah, artinya ayat-ayat dalam surat An-Nazi’at diturunkan
tatkala Nabi ‫ ﷺ‬berdakwah di fase mekah sebelum berhijrah ke kota madinah. Sebagimana
yang telah dijelaskan bahwa kebanyakan pokok pembahasan surat-surat makiyyah
berkisar pada iman kepada Allah, iman kepada Rasul, dan terutama iman tentang adanya
hari kebangkitan yaitu tentang hari kiamat.

Sebagaimana pada surat an-Naba’, pokok pembahasannya berkisar pada beriman


terhadap hari kebangkitan, begitu pula dengan surat an-Nazi’at, Allah ‫ ﷻ‬memfokuskan
permasalahan pada iman tentang hari akhirat. Dan demikianlah surat-surat yang ada
dalam juz ‘amma yang sebagian besarnya berbicara tentang hari akhirat. Kita mengetahui
akan pentingnya beriman terhadap hari akhirat. Barang siapa yg beriman bahwasanya dia
akan dibangkitkan, kemudian akan disidang oleh Allah subhanallahu wata’ala maka dia
tidak akan bertindak seenaknya di dunia ini. Dia juga tidak akan berucap seenaknya di
dunia ini. Dia tidak akan mendzhalimi orang lain karena dia tahu akan ada hari
pembalasan. Adapun orang yang tidak beriman terhadap hari akhirat, kemudian dia tidak
beriman bahwasanya dia akan dibangkitkan maka dia akan bertindak sepuasnya, karena
dia merasa bahwasanya setelah dia meninggal dunia maka kehidupan telah selesai. Inilah
yang dibantah oleh Allah subhanallahu wata’ala dan dijelaskan dengan gamblang dalam
surat-surat yang terdapat dalam juz ‘amma.

Allah berfirman :

‫ت غَرْ قًا‬ ِ َّ‫ َوالن‬.]1[


ِ ‫از َعا‬
“demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras.”

Di awal surat an-nazi’at Allah ‫ ﷻ‬bersumpah dengan para malaikat. Allah subhanallahu
wata’ala bersumpah dengan makhluk yang Allah kehendaki. Diantaranya Allah bersumpah
dengan para malaikat untuk menekankan bahwasanya hari kiamat pasti terjadi. Tidaklah
Allah bersumpah dengan sesuatu kecuali untuk menekankan sesuatu. Dan kita tahu
bahwasanya para malaikat adalah makhluk-makhluk Allah yang amat dahsyat.

Kata para ahli tafsir, sebagian sahabat menyatakan bahwa an-nazi’at adalah para
malaikat yang mencabut nyawa orang kafir dengan pencabutan yang sangat keras.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist yang shahih, dimana Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ٍ َ‫اع ِم َن ال ُّد ْنيَا َوِإ ْقب‬


‫ نَ َز َل ِإلَ ْي ِه ِم َن‬،‫ال ِم َن اآْل ِخ َر ِة‬ ٍ َ‫ان فِي ا ْنقِط‬ َ ‫َوِإ َّن ْال َع ْب َد ْال َكافِ َر ِإ َذا َك‬
‫ َم َعهُ ُم ْال ُمسُو ُح (وفي‬،‫ ِغالَظٌ ِش َدا ٌد) سُو ُد ْال ُوجُو ِه‬: ‫ال َّس َما ِء َماَل ِئ َكةٌ (وفي رواية‬
‫س‬َ ِ‫ َحتَّى يَجْ ل‬،‫ت‬ ِ ‫ك ْال َم ْو‬ُ َ‫ ثُ َّم يَ ِجي ُء َمل‬،‫ص ِر‬ َ َ‫ُون ِم ْنهُ َم َّد ْالب‬
َ ‫ فَيَجْ لِس‬،)‫ار‬ ِ َّ‫ ِم َن الن‬: ‫رواية‬
َ َ‫ ق‬.“ ‫ب‬
:‫ال‬ ٍ ‫ض‬ َ ‫اخ ُر ِجي ِإلَى َس َخ ٍط ِم َن هللاِ َو َغ‬ ْ ،ُ‫ َأيَّتُهَا النَّ ْفسُ ْال َخبِيثَة‬:ُ‫ فَيَقُول‬،‫ِع ْن َد َرْأ ِس ِه‬
ِ ُّ‫ع ال َّسفُّو ُد (الكثير الشعب) ِم َن الص‬
‫وف‬ ُ ‫ فَيَ ْنتَ ِز ُعهَا َك َما يُ ْنتَ َز‬،‫ق ِفي َج َس ِد ِه‬ ُ ‫” فَتُفَ َّر‬
)‫ْال َم ْبلُو ِل (فتقطع معها العروق والعصب‬
“Dan sesungguhnya hamba yang kafir jika telah terputus dari dunia dan menuju ke
akhirat maka turunlah kepadanya dari langit malaikat-malaikat yang kasar dan keras
serta hitam wajahnya, sambil membawa pakaian tebal/kasar yang terbuat dari api
neraka, lalu para malaikat tersebut duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu
datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepalanya, lalu berkata, “Wahai jiwa yang
buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah”. Lalu jiwa yang buruk tersebut
tersebar di jasadnya kemudian malaikat maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya as-
sufud (besi tajam yang digunakan untuk mengaitkan daging agar siap untuk dibakar-
pent) dari wol yang basah.” (HR Ahmad No. 18534 dengan sanad yang shahih)

Andaikan sepotong kain wol dalam keadaan basah kemudiannya didalamnya terdapat
semacam duri, maka mengeluarkannya adalah suatu hal yang susah karena kainnya
basah. Jika ingin dikeluarkan maka duri tersebut akan merobek-robek kain wol.
Demikianlah gambaran bagaimana para mailaikat ketikamencabut ruh orang-orang kafir.
Malaikat akan memaksa untuk mencabutnya dengan keras meskipun sulit. Ini merupakan
bentuk siksaan untuk mereka.

Adapun makna (‫ )غَ رْ ًقا‬sebagaimana penjelasan Asy-Syaukani rahimahullah adalah berasal


dari kata seseorang yang sedang menarik tali busur. Beliau berkata:

‫ إغراقا في النزع حيث‬:‫ أي‬.…‫س َأ ْن يَ ُم َّدهُ َغايَةَ ْال َم ِّد‬


ِ ‫ع ِفي ْالقَ ْو‬ ُ ‫َوِإ ْغ َرا‬
ِ َّ‫ق الن‬
ِ ‫از‬
‫تنزعها من أقاصي األجسام‬
“Seseorang yang menarik tali busur panah dengan ‫ غَ رْ ًقا‬yang menarik tali busur dengan
sekuat-kuatnya hingga …yaitu para malaikat mencabut nyawa sekuat-kuatnya dari
seluruh ujung-ujung tubuh” (Fathul Qodir 5/449)

Allah menyebutkan dalam Al Qur’an bagaimana malaikat maut mencabut nyawa orang-
orang kafir. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

‫ُون ُوجُوهَهُ ْم َوَأ ْدبَا َرهُ ْم َو ُذوقُوا‬


َ ‫ين َكفَرُوا ۙ ْال َماَل ِئ َكةُ يَضْ ِرب‬
َ ‫َولَ ْو تَ َر ٰى ِإ ْذ يَتَ َوفَّى الَّ ِذ‬
ِ ‫اب ْال َح ِر‬
‫يق‬ َ ‫َع َذ‬
Dan sekiranya kamu mereka melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang
yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah
olehmu siksa neraka yang membakar.” (QS Al-Anfal : 50)

Tentunya tata cara malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir dengan kasar dan keras
tersebut adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh mata manusia. Kita
saksikan secara kasat mata sebagian orang kafir seakan-akan meninggal dengan tenang,
padahal nyawa mereka disiksa oleh para malaikat. Seandainya pukulan para malaikat
terhadap ruh-ruh orang kafir tersebut nampak pada jasad-jasad mereka yang menghitam,
nicaya hal tersebut bukan lagi perkara ghaib sehingga semua orang akan masuk islam
dan beriman kepada Allah serta Rasul-Nya ‫ ﷺ‬karena mengetahui keadaan orang yang
meninggal dalam keadaan kafir, mereka disiksa oleh para malaikat.
Kemudian Allah ‫ ﷻ‬bersumpah dengan jenis malaikat berikutnya. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

‫ت نَ ْشطًا‬
ِ ‫ َوالنَّا ِشطَا‬.]2[
“dan demi malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah lembut”

Malaikat yang dipakai bersumpah pada ayat pertama adalah malaikat pencabut nyawa
orang-orang kafir. Sedangkan jenis malaikat yang dipakai bersumpah pada ayat yang
kedua adalah malaikat pencabut nyawa orang mukmin dengan pencabutan yang penuh
dengan kelembutan. Disebutkan dalam hadist :

q‫ أيتها النفس الطيبة‬:‫ثم يجيئ ملك الموت عليه السالم حتى يجلس عند رأسه فيقول‬
‫ فتخرج تسيل‬:‫ قال‬،‫ اُخرجي إلى مغفرة من هللا ورضوان‬،)‫ المطمئنة‬:‫(وفي رواية‬
‫كما تسيل القطرة ِم ْن فِي ال ِّسقَاء‬
“Kemudian datanglah malaikat Maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan
mengatakan, ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.’
Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana tetesan air keluar dari mulut ceret.” (HR Ahmad
no. 18543 dan Abu Daud no. 4753. Al-Albani menyatakan hadis ini hadis yang shahih)

Demikianlah ruh orang-orang yang beriman tatkala dicabut oleh malaikat, penuh dengan
kelembutan, penuh dengan rahmat dan kasih sayang. Berbeda dengan nyawa orang-
orang kafir yang dicabut dengan cara kasar.

Sekali lagi, ini adalah perkara ghaib yang tidak terlihat oleh kasat mata tetapi. Tidak ada
yang bisa melihat bagaimana cara malaikat mencabut nyawa, semuanya hanya dijelaskan
melalui Nabi ‫ ﷺ‬dalam hadist-hadsitnya bahwasanya orang-orang yang beriman dicabut
dengan cara yang lembut adapun orang kafir dengan cara yang kasar.

Kemudian Allah ‫ ﷺ‬bersumpah dengan malaikat berikutnya. Allah berfirman :

‫ت َس ْبحًا‬
ِ ‫ َوالسَّابِ َحا‬.]3[
“demi malaikat yang turun dari langit dengan cepat”.

Para malaikat adalah makhluk Allah yang sangat dahsyat yang bergerak dengan cepat.
Ada malaikat langit ada juga malaikat bumi. Malaikat yang turun dari langit menuju bumi
bergerak begitu cepat, kemudian dari utara ke selatan, dari barat ke timur. Bahkan
sebagian ulama mengatakan bahwasanya kecepatan malaikat melebihi kecepatan jin. Kita
ketahui bahwasanya jin juga bergerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya
sehingga dalam sebuah hadist disebutkan tentang bagaimana jin mencuri berita dari
langit dari para malaikat. Para jin tersebut terbang bergerak, namun para jin itu
bertumpuk-tumpuk agar bisa mencuri berita dari langit, adapun ketika bergerak tidaklah
secepat malaikat. Itulah sebabnya para jin yang mencuri berita bisa terkena lemparan api
sebelum menyampaikan semua kabar hasil mencuri dengar dari malaikat. Karena para
malaikat ketika bergerak melebihi kecepatan jin.

Sebagian ulama ketika menyebutkan tentang kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissallam, yang


tatkala Nabi Sulaiman meminta anak buahnya untuk mendatangkan singgasana Ratu
Balqis, maka kemudian diantara anak buah Nabi Sulaiman ada jin ifrit yang berkata :
ٌ ‫ك ۖ َوِإنِّي َعلَ ْي ِه لَقَ ِويٌّ َأ ِم‬
‫ين‬ َ ‫ك بِ ِه قَب َْل َأ ْن تَقُو َم ِم ْن َمقَا ِم‬
َ ‫يت ِم َن ْال ِج ِّن َأنَا آتِي‬
ٌ ‫قَا َل ِع ْف ِر‬
“Aku akan mendatangkan singgasana ratu balqis sebelum engkau berdiri dari tempat
dudukmu.” (QS An-Naml : 39)

Tiba-tiba ada yang lain yang lebih hebat berkata :

َ ‫ك بِ ِه قَب َْل َأ ْن يَرْ تَ َّد ِإلَ ْي‬


‫ك طَرْ فُك‬ َ ‫َأنَا آتِي‬
“Aku akan mendatangkannya sebelum engkau mengedipkan mata” (QS An-Naml : 40)

Sebagian ulama menyatakan bahwa yang menantangnya itu adalah orang shaleh yang
kemudian dia berdoa kepada Allah subhanAllahu wata’ala agar bisa mendatangkan
singgasana Ratu Balqis dalam waktu yang sangat cepat. Maka Allah pun memerintahkan
malaikat untuk membawa singgasana tersebut dengan sangat cepat. Adapun jin ‘Ifrit
membutuhkan waktu untuk mendatangkan singgasana Ratu Balqis menuju Sulaiman. Jadi
meskipun jin sangat cepat bergerak, akan tetapi kata para ulama malaikat lebih cepat
daripada jin.

Dan ini semua menunjukan hebatnya penciptaan malaikat, karena malaikat terciptakan
dari cahaya, dan mereka adalah makhluk yang tidak makan dan tidak minum, akan tetapi
energi mereka luar biasa dengan kecepatan gerak yang luar biasa serta kekuatan mereka
yang sangat hebat. Sungguh Allah maha kuasa dalam menciptakan para malaikat.

Kemudian Allah ‫ ﷻ‬berfirman lagi, bersumpah dengan para malaikat-malaikatnya:

‫ت َس ْبقًا‬
ِ ‫ فَالسَّابِقَا‬.]4[
“dan malaikat-malaikat yang mendahului dengan kencang”.

Ayat ini memperkuat ayat sebelumnya tentang bagaimana malaikat bergerak dengan
begitu kencangnya. Ini adalah salah satu bukti bahwa para malaikat adalah makhluk yang
sangat dahsyat. Allah mengatakan :

َ ‫ض َجا ِع ِل ْال َماَل ِئ َك ِة ُر ُساًل ُأولِي َأجْ نِ َح ٍة َم ْثنَ ٰى َوثُاَل‬


‫ث‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ ِ َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ ف‬
َ ‫اط ِر ال َّس َم‬
qِ ‫َو ُربَا َع ۚ يَ ِزي ُد فِي ْال َخ ْل‬
‫ق َما يَ َشا ُء ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, yang menjadikan
malaikat sebagai utusan-utusan Allah, yang para malaikat tersebut ada yang memiliki
sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga, empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya
apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir :
1)

Ini menunjukkan akan kedahsyatan salah satu makhluk Allah ini yaitu malaikat. Oleh
karena itu, salah satu malaikat yang pernah dinampakkan dalam bentuk aslinya kepada
Nabi ‫ ﷺ‬yaitu malaikat jibril yang digambarkan dengan begitu luar biasanya yaitu memiliki
600 sayap dimana Nabi pernah melihatnya sebanyak dua kali dalam bentuk aslinya.

Kebanyakan malaikat apabila turun, dia menjelma menjadi manusia. Malaikat jibril sering
datang menemui Nabi dalam bentuk manusia. Terkadang dalam bentuk seorang sahabat
yang bernama Dihyah Al-Kalbi. Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah melihat bentuk malaikat Jibril
dalam bentuk yang asli kecuali hanya dua kali. Beliau melihat bahwasanya malaikat jibril
memiliki 600 sayap, dan sayapnya jika dibuka akan menutupi cakrawala. Ini menunjukkan
betapa besarnya para malaikat tersebut. Dan malaikat merupakan makhluk yang benar-
benar ghaib, bahkan lebih ghaib daripada jin. Kalau jin meski dia termasuk makhluk yang
ghaib, namun sering kita masih merasakan keberadaannya. Kita melihat ada orang yang
kerasukan oleh jin, terkadang kita merinding seperti ada makhluk halus yang
mengganggu. Kita juga terkadang melihat jin yang menjelma dalam bentuk-bentuk yang
mengerikan atau bahkan ke dalam bentuk manusia.

Adapun malaikat benar-benar tidak pernah kita lihat keberadaannya, kita juga tidak
pernah merasakan keberadaannya. Namun Malaikat adalah makhluk yang benar-benar
ada.

Kemudian Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

‫ت َأ ْمرًا‬
ِ ‫ فَ ْال ُم َدبِّ َرا‬.]5[
“demi para malaikat yang mengatur urusan-urusan”

Para ulama menjelaskan bahwasanya malaikat itu sangatlah banyak, mereka menjalankan
perintah-perintah Allah subhanAllahu wata’ala. Mereka tidak pernah membangkang atas
apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mereka menjalankan apa yang
ditugaskan kepada mereka”. Sehingga kita dapati ada malaikat gunung, malaikat laut,
malaikat awan, malaikat pencabut nyawa, malaikat peniup sangkakala, malaikat penjaga
surga, malaikat penjaga neraka, dan ada malaikat yang tugasnya hanya beribadah
dilangit. Sampai-sampai Nabi ‫ ﷺ‬menyebutkan bahwa langit penuh sesak karena tidak ada
tempat sejengkal pun kecuali ada malaikat yang bersujud. Nabi berkata :

‫ َما فِيهَا‬،َّ‫ق لَهَا َأ ْن تَِئط‬ ِ َّ‫ َأط‬،‫ُون‬


َّ ‫ت ال َّس َما ُء َو َح‬ َ ‫ َوَأ ْس َم ُع َما اَل تَ ْس َمع‬،‫ِإنِّي َأ َرى َما اَل تَ َر ْو َن‬
‫ك َسا ِج ٌد‬ َ ‫ض ُع َأرْ بَ ِع َأ‬
ٌ َ‫صابِ َع ِإاَّل َعلَ ْي ِه َمل‬ ِ ‫َم ْو‬
“Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat, dan aku mendengar apa yang
kalian tidak mendengarnya. Langit terasa berat dan pantas bagi langit untuk terasa berat.
Tidak ada satu tempat seukuran empat jari kecuali ada malaikat yang sujud di
atasnya” (HR Ahmad no 21516, At-Tirmidzi no 2312 dan Ibnu Maajah no 4190 dengan
sanad yang hasan)

ٌ ‫ َأطِ ي‬asalnya adalah suara yang keluar dari rahil (pelana onta yang terbuat dari kayu)
‫ْط‬
tatkala diduduki oleh penunggang onta. Atau suara rintihan onta tatkala dibebani dengan
beban yang sangat berat. Maksud dari hadits di atas adalah langit seakan-akan merasa
keberatan karena betapa banyaknya malaikat yang menempati langit.

Allah menciptakan malaikat dengan jumlah yang sangat banyak yang mengatur berbagai
macam urusan.

Kita meyakini ada malaikat pengatur hujan, dan dia benar-benar mengatur hujan. Apakah
boleh bagi kita berdoa kepada malaikat hujan tersebut agar dia menurunkan hujan? Ada
malaikat yang mengatur gunung. Apakah jika gunung berapi akan meletus kita boleh
meminta kepada malaikat gunung agar menahan letusan gunung berapi tersebut?
Bukankah malaikat hujan tersebut yang mengatur hujan? Bukankah malaikat gunung
tersebut yang benar-benar mengatur gunung? Tetapi semua itu tidak boleh dilakukan
karena para malaikat tersebut tidak memiliki hak otonomi. Demikian juga kita meyakini
ada malaikat maut pencabut nyawa, apakah tatkala kita ingin berumur panjang lantas kita
meminta kepada malaikat maut agar menunda kedatangannya kepada kita? Mereka para
malaikat hanyalah menjalankan perintah Allah ‫ﷻ‬. Malaikat pengatur hujan tidak punya
hak seutuhnya untuk mengatur hujan, dia hanya menjalankan perintah Allah untuk
mengaturnya. Malaikat pengatur gunung tidak punya hak seutuhnya untuk mengatur
gunung, dia hanya menjalankan perintah Allah untuk mengaturnya. Demikian juga
malaikat pencabut nyawa tidak punya hak sama sekali untuk mencabut nyawa, ia hanya
menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah.

Barang siapa yang meminta kepada malaikat gunung atau malaikat hujan atau malaikat-
malaikat lainnya maka dia telah berbuat kesyirikan. Seharusnya dia minta kepada Allah
‫ﷻ‬, Dzat yang telah memerintakan malaikat tersebut. Tidak ada ulama yang membolehkan
meminta kepada malaikat gunung atau malaikat hujan. Melainkan semua sepakat
bahwasanya meminta kepada malaikat gunung atau malaikat hujan adalah perbuatan
kesyirikan. Meskipun malaikat-malaikat tersebut bertanggung jawab dalam mengatur
hujan maupun gunung. Lantas bagaimana dengan orang-orang yang meminta pada
penghuni kubur yang sedikitpun tidak ada yang bisa diaturnya? Bahkan tidak bisa berbuat
apa-apa. Yang tidak bisa mandi tetapi dimandikan, yang tidak bisa memakai baju sendiri
tetapi dikafankan, yang sudah tidak bisa shalat tetapi dishalatkan, yang tidak bisa pulang
tempat huniannya tetapi dibopong lalu dimasukkan ke dalam kuburannya. Sungguh aneh
apabila ada orang yang mamandikan, dia juga yang mengkafankan, dia yang
menyalatkan, dia pula yang membawa mayat tersebut ke kuburannya, kemudian dia
meminta tolong kepada orang mati tersebut. Sungguh ini telah keluar dari akal sehat.
Orang yang meninggal dunia sudah tidak bisa berbuat apa-apa, karenanya para sahabat
Nabi ‫ ﷺ‬tidak ada yang pergi kekuburan Nabi meminta kepada Nabi atau sekedar
berdiskusi dengan Nabi shAllahu ‘alaihi wassallam. Nabi tidak akan keluar dari kuburannya
kecuali hari kiamat telah tegak.

Setelah itu Allah ‫ ﷻ‬menyebutkan sebagian kondisi hari kiamat. Allah berfirman:

ُ‫ُف الرَّا ِجفَة‬


ُ ‫ يَ ْو َم تَرْ ج‬.]6[
“(tatkala kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam”

Pada tafsir surat An-Naba’ telah berlalu bahwasanya hari kiamat akan terjadi melalui 2
tiupan sangkakala. Malaikat israfil akan meniup pada tiupan pertama sehingga terjadilah
goncangan yang sangat dahsyat, makanya Allah mengatakan bahwasanya bumi ini akan
mengoncangkan alam semesta dan membinasakan para makhluk. Itulah gambaran dalam
Al Qur’an yang Allah sebutkan tentang kehancuran alam semesta.

Allah menggambarkannya dengan firman-Nya dalam surat Al-Infithar ayat 1-3:

ْ ‫ َوِإ َذا ْالبِ َحا ُر فُ ِّج َر‬. ‫ت‬


‫ت‬ ْ ‫ َوِإ َذا ْال َك َوا ِكبُ ا ْنتَثَ َر‬. ‫ت‬
ْ ‫ِإ َذا ال َّس َما ُء ا ْنفَطَ َر‬
“Tatkala langit terbelah. Tatkala bintang-bintang berjatuhan. Tatkala lautan berubah jadi
lautan api.” (QS Al-Infithar : 1-3)

Allah juga menggambarkannya dalam surat Az-Zalzalah ayat 1-3:


‫ َو َقا َل اِإْل ْنسَ انُ مَا لَهَا‬. ‫ت اَأْلرْ ضُ َأ ْث َقالَهَا‬
ِ َ‫ َوَأ ْخرَ ج‬. ‫ت اَأْلرْ ضُ ِز ْل َزالَهَا‬
ِ َ‫ِإ َذا ُز ْل ِزل‬

“Tatkala bumi digoncangkan dengaan sedahsyat-dahsyatnya. Dan bumi mengeluarkan isi


perutnya. Dan manusia bertanya, ‘Apa yang terjadi pada bumi ini?’” (QS Az-Zalzalah : 1-
3)

Allah juga berfirman pada surat Al-Hajj ayat 1 :

‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ْم ۚ ِإ َّن َز ْل َزلَةَ السَّا َع ِة َش ْي ٌء َع ِظي ٌم‬
“Wahai manusia takutlah kalian kepada Allah, sesungguhnya goncangan yang terjadi pada
hari kiamat sangatlah dahsyat.” (QS Al-Hajj : 1)

Goncangan tersebut terjadi tatkala sangkakala ditiupkan pada tiupan yang pertama. Allah
subhanAllahu wata’ala berfirman tentang tiupan sangkakala yang pertama :

ِ ْ‫ت َو َم ْن فِي اَأْلر‬


ۖ ُ ‫ض ِإاَّل َم ْن َشا َء هَّللا‬ ِ ‫ق َم ْن فِي ال َّس َما َوا‬ ِ ُّ‫َونُفِ َخ ِفي الص‬
َ َ‫ور ف‬
َ ‫ص ِع‬
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang ada di langit dan di
bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah.” (QS Az-Zumar : 68)

Padahal tiupan adalah sesuatu yang paling ringan yang menimpa manusia, akan tetapi hal
itu membinasakan manusia. Allah ingin menjelaskan betapa lemahnya manusia, bahkan
hanya dengan tiupan sudah bisa membinasakan manusia (lihat Al-Ifshooh ‘an Ma’aani As-
Shihaah 6/348)

Kemudian pada tiupan yang kedua Allah ‫ ﷻ‬berfirman :

ُ‫ تَ ْتبَ ُعهَا الرَّا ِدفَة‬.]7[


“(tiupan yang pertama) diikuti dengan tiupan yang kedua”

Tiupan yang kedua inilah yang akan membangkitkan manusia. Jarak antara tiupan yang
pertama dengan yang kedua selama 40.

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sabda Nabi :

َ ‫َما بَي َْن النَّ ْف َختَي ِْن َأرْ بَع‬


‫ُون‬
“Jarak antara dua tiupan sangkakala adalah empat puluh”

ُ ‫ َأبَي‬:‫ال‬
،‫ْت‬ َ ‫ َأرْ بَع‬:‫ قَالُوا‬،‫ْت‬
َ َ‫ُون َش ْهرًا؟ ق‬ ُ ‫ َأبَي‬:‫ُون يَ ْو ًما؟ قَا َل‬
َ ‫ يَا َأبَا هُ َر ْي َرةَ َأرْ بَع‬:‫قَالُوا‬
ُ ‫ َأبَي‬:‫ُون َسنَةً؟ قَا َل‬
‫ْت‬ َ ‫ َأرْ بَع‬:‫قَالُوا‬
Mereka bertanya, “Wahai Abu Hurairah apakah jarak yang dimaksud adalah 40 hari?”.
Abu Hurariah berkata, “Aku tidak bisa memastikan”. Mereka bertanya lagi, “Apakah 40
bulan?”. Abu Hurairah menjawab, “Aku tidak bisa memastikan”. Mereka bertanya lagi, “40
tahun?”. Abu Hurairah menjawab, “Aku tidak bisa memastikan”.
Lalu Nabi melanjutkan sabdanya :

‫ان َش ْي ٌء ِإاَّل‬ِ ‫ْس ِم َن اِإْل ْن َس‬ َ ‫ل َولَي‬qُ ‫ُت ْالبَ ْق‬


ُ ‫ َك َما يَ ْنب‬،‫ون‬َ ُ‫«ثُ َّم يُ ْن ِز ُل هللاُ ِم َن ال َّس َما ِء َما ًء فَيَ ْنبُت‬
»‫ق يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة‬
ُ ‫ َو ِم ْنهُ ي َُر َّكبُ ْال َخ ْل‬،‫ب‬
ِ َ‫ َوهُ َو َعجْ بُ ال َّذن‬،‫اح ًدا‬ ْ ‫ ِإاَّل َع‬،‫يَ ْبلَى‬
ِ ‫ظ ًما َو‬
“Lalu Allah menurunkan air (hujan) dari langit, maka manusiapun tumbuh sebagaimana
tumbuhnya sayur mayur (dari tanah). Dan tidak tersisa sesuatupun dari tubuh manusia
kecuali akan sirna kecuali satu tulang, yaitu ujung tulang ekor. Dari tulang tersebutlah
disusun makhluk pada hari kiamat” (HR Al-Bukhari no 4814 dan Muslim no 2955)1

Kemudian Allah ‫ ﷻ‬berfirman :

ٌ‫ قُلُوبٌ يَ ْو َمِئ ٍذ َوا ِجفَة‬.]8[


“Hati manusia pada waktu itu sangatlah ketakutan.”

Pada hari itu semua manusia dalam ketakutan, tetapi ketakutannya bertingkat-tingkat.
Orang-orang beriman juga akan ketakutan, para Nabi juga ketakutan pada hari tersebut,
hari tatkala semua manusia dibangkitkan. Terlebih lagi orang kafir ketakutannya sangat
parah menyadari itu adalah hari kebangkitan. Sampai-sampai Allah subhanAllahu wata’ala
berfirman dalam Al–Qur’an :

َ ‫َونَحْ ُش ُر ْال ُمجْ ِر ِم‬


‫ين يَ ْو َمِئ ٍذ ُزرْ قًا‬
“dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan (wajah) biru
muram.” (QS Thaha : 102)

Bukan hanya pucat putih, tapi hingga berwarna biru karena saking takutnya. Sebagian
ulama berpendapat mata mereka berubah menjadi biru karena saking ketakutan (Tafsiir
Ibnu Katsir 5/278)

Ini dikuatkan dengan ayat yang lain yang menunjukan akan mata yang ketakutan. Allah
menyebutkan :

َ ‫ون ِإنَّ َما يَُؤ ِّخ ُرهُ ْم لِيَ ْو ٍم تَ ْش َخصُ فِي ِه اَأْل ْب‬
‫صا ُر‬ َ ‫َواَل تَحْ َسبَ َّن هَّللا َ َغافِاًل َع َّما يَ ْع َم ُل الظَّالِ ُم‬
“Jangan engkau menyangka Allah lalai dari perbuatan orang-orang yang dzalim.
sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai pada hari yang waktu itu mata
(mereka) terbelalak.” (QS Ibrahim : 42)

Mereka berbuat dzalim dengan mengambil harta orang lain seenaknya, korupsi, dan
berbagai macam kedzhaliman lainnya, jangan disangka Allah lalai terhadapa kedzaliman
mereka. Allah tidak akan mengadzab mereka sekarang, karena adzab yang ada di dunia
ini masih tergolong ringan, sedangkan Allahmenundanya dan untuk mereka kelak adzab
yang sangat pedih yang membuat mata mereka terbelalak saking ketakutannya.

Allah mengatakan pada akhir ayat setelahnya :

‫َوَأ ْفِئدَ ُت ُه ْم ه ََوا ٌء‬


“Dan dada mereka kosong.” (QS Ibrahim : 43)

Kata para ulama, jantung mereka yang seharusnya berada di dada berpindah naik ke atas
karena sangat ketakutan sehingga membuat dadanya menjadi kosong.2

Allah ‫ ﷻ‬berfirman :

َ ‫ون ِإ ْن َكفَرْ تُ ْم يَ ْو ًما يَجْ َع ُل ْال ِو ْل َد‬


‫ان ِشيبًا‬ َ ُ‫ْف تَتَّق‬
َ ‫فَ َكي‬
“Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari
dimana Allah menjadikan anak-anak beruban.” (QS Al-Muzzammil : 17)

Karena sangat ketakutan sehingga rambut mereka menjadi putih karena melihat hari
yang sangat dahsyat.

َ ‫ َأ ْب‬.]9[
ٌ‫صا ُرهَا َخا ِش َعة‬
“pandangannya tunduk”

Demikianlah kondisi mengerikan yang akan terjadi pada hari kiamat. Lantas apa yang
dikatakan oleh orang-orang kafir? Allah menyebutkan perkataan mereka dalam firman-
Nya:

‫ون فِي ْال َحافِ َر ِة‬


َ ‫ون َأِإنَّا لَ َمرْ ُدو ُد‬
َ ُ‫ يَقُول‬.]10[
“(Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kita benar-benar akan dikembalikan
kepada kehidupan semula?”

Mereka heran mengapa mereka bisa dihidupkan kembali. Inilah yang mereka ingkari yaitu
tentang hari kebangkitan karena tidak masuk dalam akal mereka. Padahal orang-orang
musyirikin arab percaya kepada Allah subhanallahu wata’ala, mereka tidak mengingkari
akan eksitensi Allah. Itulah mengapa kaum musyirikin dahulu juga berhaji, mereka juga
berthawaf di Ka’bah, mereka juga tahu bahwa ka’bah adalah rumah Allah ‫ﷻ‬. Oleh karena
itu, tatkala Raja Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah, maka Abdul Muththalib kakek Nabi
‫ ﷺ‬mengatakan, “Ka’bah ada Tuhannya yang menjaganya“. Jadi, orang-orang musyirikin
arab mengakui adanya Allah sang Pencipta, akan tetapi mereka menyangka bahwasanya
tidak akan ada hari kebangkitan. Mereka menyangka bahwasanya Allah tidak akan
membangkitkan mereka. Mereka tidak mengimani hari kebangkitan. Oleh karena itu,
mereka mengatakan:

ً‫ َأِإ َذا ُكنَّا ِعظَا ًما نَ ِخ َرة‬ .]11[


“apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kita telah menjadi tulang belulang yang
hancur?”
Mereka tidak yakin apakah mereka akan di kembalikan kembali sebagaimana sedia kala?
Apakah mereka akan dikembalikan sementara mereka telah menjadi tulang belulang yang
sudah lumat, yang sudah bersatu dengan tanah? Padahal semua itu mudah bagi Allah ‫ﷻ‬.
Kemudian mereka kembali berkata :

َ ‫ قَالُوا تِ ْل‬.]12[
ٌ‫ك ِإ ًذا َك َّرةٌ َخا ِس َرة‬
“mereka berkata, “kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan””

Kemudian Allah menjawab bahwa itu sangatlah mudah,

ٌ‫ فَِإنَّ َما ِه َي َزجْ َرةٌ َوا ِح َدة‬.]13[


“maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja”,

Malaikat Israfil akan meniup sangkakala pada tiupan yang kedua, sehingga begitu
ditiupkan maka semuanya akan dibangkitkan oleh Allah subhanAllahu wata’ala.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ ثُ َّم‬،‫ت فََأحْ ِرقُونِي‬ ُّ ‫ ِإ َذا َأنَا ُم‬:‫ال لِبَنِي ِه‬


َ َ‫ت ق‬ ُ ‫ض َرهُ ال َم ْو‬َ ‫ف َعلَى نَ ْف ِس ِه فَلَ َّما َح‬ ُ ‫ْر‬ ِ ‫ان َر ُج ٌل يُس‬ َ ‫َك‬
َّ َ‫ فَ َوهَّللا ِ لَِئ ْن قَ َد َر َعل‬،)‫ في البحر‬: ‫ِّيح (وفي رواية‬ ْ
‫ي َربِّي‬ ِ ‫ ثُ َّم َذرُّ ونِي فِي الر‬،‫اط َحنُونِي‬
‫ اجْ َم ِعي‬:‫ال‬ َ َ‫ض فَق‬ َ ْ‫ فََأ َم َر هَّللا ُ اَألر‬،‫ك‬َ ِ‫ات فُ ِع َل بِ ِه َذل‬َ ‫ فَلَ َّما َم‬،‫لَيُ َع ِّذبَنِّي َع َذابًا َما َع َّذبَهُ َأ َح ًدا‬
ِّ‫ يَا َرب‬:‫ال‬ َ َ‫ْت؟ ق‬ َ ‫صنَع‬ َ ‫ك َعلَى َما‬ َ َ‫ َما َح َمل‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬،‫ فَِإ َذا هُ َو قَاِئ ٌم‬،‫ت‬ ْ َ‫ فَفَ َعل‬،ُ‫ك ِم ْنه‬ِ ‫َما فِي‬
» ِّ‫ك يَا َرب‬ َ ُ‫ « َم َخافَت‬:ُ‫ال َغ ْي ُره‬ َ َ‫ فَ َغفَ َر لَهُ ” َوق‬،‫ك‬ َ ُ‫َخ ْشيَت‬
“Ada seseorang yang berlebih-lebihan dalam bermaksiat. Tatkala ia akan meninggal maka
ia berkata kepada anak-anaknya, “Jika aku meninggal maka bakarlah aku, lalu
tumbuk/geruslah aku, lalu tebarkanlah (debuku) di angin (dalam riwayat yang lain : di
lautan). Sungguh demi Allah jika Allah mampu untuk mengembalikan aku maka Allah
akan mengadzabku dengan adzab yang tidak pernah ia mengadzab seorangpun
dengannya”. Tatkala orang itu meninggal maka anak-anaknya melakukan hal tersebut.
Lalu Allah memerintahkan bumi dengan berkata, “Wahai bumi kumpulkanlah bagian orang
tersebut yang ada pada dirimu !”. Maka bumipun melakukannya, dan tiba-tiba orang
tersebut sudah bangkit kembali. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang mendorongmu
melakukan itu semua?”, ia berkata, “Karena takut kepadaMu”. Maka Allahpun
mengampuninya” (HR Al-Bukhari no 3481 dan Muslim no 2756)

Sesungguhnya ini mudah bagi Allah ‫ﷻ‬.

‫ فَِإ َذا هُ ْم بِالسَّا ِه َر ِة‬.]14[


“Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru)”
Patut diketahui bahwasanya bumi tempat dibangkitkannya kelak bukanlah bumi yang kita
pijak sekarang ini akan tetapi bumi yang lain. Allah subhanAllahu wata’ala berfirman :

ِ ‫اح ِد ْالقَه‬
‫َّار‬ ِ ‫ات َوبَ َر ُزوا هَّلِل ِ ْال َو‬
ُ ‫او‬ ِ ْ‫يَ ْو َم تُبَ َّد ُل اَأْلرْ ضُ َغ ْي َر اَأْلر‬
َ ‫ض َوال َّس َم‬
“(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula)
langit-langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di padang mahsyar) menghadap Allah
Yang Maha Esa, Maha Perkasa.” (QS Ibrahim : 48)

Pada hari kiamat nanti Allah akan menghancurkan alam semesta ini, dan Allah akan
menggantikannya dengan yang lain. Bumi yang akan menggantikan bumi sebelumnya di
padang mahsyar nanti adalah bumi yang datar dan tidak mempunyai gunung, tidak juga
lembah, dan tidak ada tanda-tanda, melainkan semuanya datar. Disitulah seluruh
manusia sejak Nabi Adam sampai hari kiamat akan dikumpulkan yaitu di padang mahsyar.

Nabi bersabda :

َ ْ‫ َكقُر‬،‫ْضا َء َع ْف َرا َء‬


َ ‫ لَي‬،‫ص ِة النَّقِ ِّي‬
‫ْس فِيهَا َعلَ ٌم‬ ٍ ْ‫«يُحْ َش ُر النَّاسُ يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َعلَى َأر‬
َ ‫ض بَي‬
»‫َأِل َح ٍد‬
“Manusia dibangkitkan pada hari kiamat di atas tanah yang putih yang kemerah-merahan,
seperti potongan roti yang terbuat dari tepung yang murni, tidak ada tanda-tanda
tertentu milik seseorang (yaitu bumi datar kosong tanpa ada tanda apapun)” (HR Al-
Bukhari no 6521 dan Muslim no 2790)

Anda mungkin juga menyukai