Anda di halaman 1dari 6

Teladan dari Maryam

Maryam adalah seorang wanita salehah yang menjaga diri dan kehormatan.
Dialah pemuka kaum wanita di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
،‫يج ُة ِبنْتُ خُوَ ْي ِل ٍد‬ َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬
َ ‫ وَ خَ ِد‬،‫سلَّ َم‬ ِ ‫ وَ َف‬، َ‫ مَرْ يَ ُم ِبنْتُ ِعمْ رَ ان‬:ٌ‫سيِّدَاتُ ِنسَا ِء َأ ْه ِل ا ْل َجنَّ ِة َأرْ بَع‬
ُ ‫اط َم ُة ِبنْتُ رَ سُو ِل اللَّ ِه صَ لَّى‬ َ
‫آسيَ ُة‬
ِ َ‫و‬
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah  ‫ﷺ‬, Khadijah binti Khuwailid,
dan Asiyah.” (HR. Hakim, 4853).
Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫آسيَ ُة ِبنْتُ مُزَ ا ِح ٍم امْ رَ َأ ُة ِفرْ عَ وْ نَ وَ مَرْ يَ ُم ا ْبنَ ُة ِعمْ رَ ان‬ َ ‫َأ ْفضَ ُل ِنسَا ِء َأ ْه ِل ا ْل َجنَّ ِة خَ ِد‬
ِ ‫يج ُة ِبنْتُ خُوَ ْي ِل ٍد وَ َف‬
َ ‫اط َم ُة ِبنْتُ م‬
ِ َ‫ُح َّم ٍد و‬
“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti
Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-
Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫يج ُة‬
َ ‫ وَ خَ يْرُ ِنسَاِئ َها خَ ِد‬، َ‫خَ ْي ُر ِنسَاِئ َها مَرْ يَ ُم ا ْبنَ ُة ِعمْ رَ ان‬
“Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no.
2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing.
Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ و َفضْ ُل عاِئ‬، َ‫وآسيَ ُة امْ رَ َأ ُة ِفرْ عَ وْ ن‬
‫ش َة علَى النِّسا ِء‬ ِ ، َ‫ ولَ ْم يَ ْكمُلْ ِمنَ النِّسا ِء إاَّل مَرْ يَ ُم بنْتُ ِعمْ ران‬، ٌ‫َك َم َل ِمنَ الرِّ جا ِل َكثِير‬
ِ َّ ‫ل الثَّ ِري ِد علَى ساِئ ِر الط‬jِ ْ‫َك َفض‬
‫عام‬
“Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain Maryam binti Imran dan
Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid
dibandingkan makanan lainnya.” (HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431)
Mengenal keluarga Imran
Keluarga Imran adalah keluarga mulia dalam kurun sejarah. Allah memilih mereka dibanding keluarga lainnya
adalah tanda nyata keagungan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
ٍ ‫ُوحا وَ آ َل ِإبْرَ ا ِهي َم وَ آ َل ِعمْ رَ انَ عَ لَى ا ْلعَالَ ِمينَ ُذرِّ يَّ ًة بَعْضُ َها ِمن ب‬
َ ‫َعْض وَ اللّ ُه‬
‫سمِيعٌ عَ ِلي ٌم‬ ً ‫ِإنَّ اللّ َه اصْ ط َ َفى آ َد َم وَ ن‬
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di
masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)
Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin Al-Azar bin Al-Yud… bin
Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud ‘alaihis salam. Dalam bahasa Ibrani,
Imran disebut dengan Imram. Dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim.
Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara
mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya.
 
Anggota keluarga Imran
Istri Imran bernama Hannah binti Faquda. Ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila. Hannah adalah seorang
wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,
‫س ِمي ُع ا ْل َع ِلي ُم‬ َ ‫ُحرَّ رً ا َفتَ َقبَّلْ ِمنِّي ِإنَّكَ َأ ْن‬
َّ ‫ت ال‬ ِّ َ‫ت امْ رَ َأتُ ِعمْ رَ انَ ر‬
َ ‫ب ِإنِّي نَ َذرْ تُ لَكَ مَا ِفي بَطْ ِني م‬ ِ َ‫ِإ ْذ َقال‬
“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang
dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu
dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35)
 
Anak-anak Imran
Pertama: Asy-ya’
Asy-ya’ adalah putri sulung Imran. Ia dinikahi oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Dan merupakan ibu dari Nabi Yahya
‘alaihis salam. Ada juga mengatakan ia adalah bibinya Maryam, bukan saudara perempuannya.
Kedua: Maryam
Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran
yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna.
Ada juga saudara Maryam yang bernama Harun nanti akan diterangkan.
 
Sifat Maryam dalam Surah At-Tahrim
Dalam ayat terakhir dari surah At-Tahrim disebutkan,
َ‫ت ِمنَ ا ْل َقا ِن ِتين‬
ْ َ‫ه وَ َكان‬jِ ‫َات رَ بِّ َها وَ ُكت ُِب‬
ِ ‫ت ِب َك ِلم‬ ْ َ‫ت ِعمْ رَ انَ الَّ ِتي َأ ْحصَ ن‬
ْ ‫ت َفرْ َج َها َفنَ َفخْ نَا ِفي ِه ِمنْ رُو ِحنَا وَ صَ َّد َق‬ َ َ‫وَ مَرْ يَ َم ا ْبن‬
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya
sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah
termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)
Ia adalah wanita terhormat yang menjaga dirinya dari zina karena kesempurnaan agama dan penjagaan dirinya
(‘iffah). Karenanya Allah katakan, “maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.”
Maryam disifati dengan “dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya”, menunjukkan Maryam
memiliki ilmu dan makrifah. Karena membenarkan kalimat Rabb-Nya menunjukkan Maryam membenarkan semua
ajaran diin dan membenarkan setiap takdir Allah. Sedangkan membenarkan kitab-kitab-Nya berarti ia mengenal
kitab-Nya. Ini semua didapati dengan berilmu dan beramal.
Oleh karena itu Maryam disebut “termasuk orang-orang yang taat” yaitu al-qaanitin. Maksudnya adalah Maryam itu
taat kepada Allah, terus menerus dalam ketaatan dengan penuh rasa takut dan kekhusyuan. Maka kesimpulannya
Maryam itu adalah Shiddiqiyyah yaitu wanita yang sempurna dalam ilmu dan amal.
Maryam dikatakan termasuk qaanitiin, menurut Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u
Qad Sami’a (hlm. 383), yang dimaksud adalah Maryam termasuk dari kaum yang qaanitin (yang taat). Ayat ini untuk
menyanggah perkataan kaumnya yang menyatakan,
ْ َ‫ك امْ رَ َأ سَوْ ٍء وَ مَا َكان‬
ِ ‫ت ُأ ُّم‬
‫ك بَ ِغيًّا‬ ِ ‫ت َهارُونَ مَا َكانَ َأبُو‬
َ ْ‫يَا ُأخ‬
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).
 
Kisah Maryam menjaga diri dari laki-laki
Berikut keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (juz kelima).
Ketika Allah telah menceritakan kisah Zakariya ‘alaihis salam, bahwa di saat kondiri masa tuanya
dan kemandulan istrinya, dia diberi oleh Allah seorang anak yang pandai, suci, dan berkah. Lalu Allah menyambung
firman-Nya dengan kisah Maryam yang diberikan seorang putra, yaitu ‘Isa tanpa ayah. Karena di antara kedua kisah
tersebut memiliki kesesuaian dan kesamaan. Untuk itu, cerita keduanya diseiringkan (dalam surah Ali ‘Imran, surah
Maryam, dan surah Al-Anbiyaa’) karena kedekatan antara keduanya dalam pengertian, agar menunjukkan kepada
hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan dan keagungan kerajaan-Nya serta Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat disebutkan,
َ ‫ت ِمنْ َأ ْه ِل َها َم َكانًا‬
‫شرْ ِقيًّا‬ ِ ‫وَ ا ْذ ُكرْ ِفي ا ْل ِكتَا‬
ْ ‫ب مَرْ يَ َم ِإ ِذ ا ْنتَبَ َذ‬
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu
tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yang dimaksud di sini adalah Maryam binti ‘Imran, dari keturunan Daud
‘alaihis salam. Beliau berada di antara keluarga suci dan baik pada kaum Bani Israil.
Sesungguhnya Allah menyebutkan kisah kelahiran Maryam dari ibunya di surah Ali ‘Imran. Sang ibu
menadzarkannya sebagai muharrarah, yaitu orang yang berkhidmat di Masjid Baitul Maqdis. Di mana dahulu
mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara demikian. Dalam ayat disebutkan,
َ ‫َن وَ َأ ْنبَتَ َها نَبَاتًا َح‬
‫سنًا‬ ٍ ‫ل َحس‬jٍ ‫َفتَ َقبَّلَ َها رَ بُّ َها ِب َقبُو‬
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik.” (QS. Ali Imran: 37)
Maryam tumbuh di kalangan Bani Israil dengan terhormat. Maryam adalah salah seorang wanita ahli ibadah, yang
tekun ibadah lagi terkenal dan beliau adalah seorang gadis muda yang tidak bersuami. Beliau berada di dalam
pemeliharaan suami saudaranya yaitu Zakariya, salah seorang Nabi dari Bani Israil serta pembesar yang dijadikan
tempat bertanya dalam masalah agama. Zakariya melihat bahwa Maryam memiliki karamah yang melimpah.
Dalam surah Ali ‘Imran disebutkan,
ِ َ‫وَ َك َّفلَ َها زَ َك ِريَّا ۖ ُكلَّمَا دَخَ َل عَ لَ ْي َها زَ َك ِريَّا ا ْل ِم ْحرَ ابَ وَ َج َد ِع ْن َد َها ِرزْ ًقا ۖ َقا َل يَا مَرْ يَ ُم َأنَّىٰ ل‬
ْ َ‫ك ٰ َه َذا ۖ َقال‬
َّ‫ت ُهوَ ِمنْ ِع ْن ِد اللَّ ِه ۖ ِإن‬
ٍ ‫شا ُء ِب َغي ِْر ِحسَا‬
‫ب‬ َ َ‫اللَّ َه يَرْ زُ ُق مَنْ ي‬
“Dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya
masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana
kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37)
Diceritakan bahwa Zakariya mendapati di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di saat musim panas, dan
menemukan buah-buahan musim panas di saat musim dingin. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam surah Ali
‘Imran. Allah yang memiliki hikmah dan dalil yang nyata menciptakan hamba dan Rasul-Nya, Isa, salah seorang
Rasul agung, ‘Ulul ‘Azmi yang lima. Dalam ayat ini Allah menerangkan,
َ ‫ت ِمنْ َأ ْه ِل َها َم َكانًا‬
‫شرْ ِقيًّا‬ ْ ‫ِإ ِذ ا ْنتَبَ َذ‬
“Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yaitu
Maryam mengasingkan dan menjauhkan diri dari mereka serta pergi ke arah timur masjid Baitul Maqdis. Mereka
orang-orang Nasrani menjadikan tempat lahirnya Isa sebagai kiblat.
Lalu disebutkan,
َ َ‫ُوحنَا َفتَ َمثَّ َل لَ َها ب‬
‫شرً ا س َِويًّا‬ َ ْ‫ت ِمنْ دُو ِن ِه ْم ِح َجابًا َفَأر‬
َ ‫س ْلنَا ِإلَ ْي َها ر‬ ْ ‫َفاتَّخَ َذ‬
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia
menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17). Yaitu Maryam menutup diri
dari mereka, lalu Allah mengutus Jibril kepada Maryam, datang dalam bentuk manusia sempurna.
Lalu apa yang dilakukan oleh Maryam? Lihat lanjutan ayat,
َ ‫ت ِإنِّي َأعُو ُذ ِبال َّر ْح ٰ َم ِن ِم ْنكَ ِإنْ ُك ْن‬
‫ت تَ ِقيًّا‬ ْ َ‫َقال‬
“Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang
yang bertakwa’.” (QS. Maryam: 18). Maryam cuma mengira kalau nantinya malaikat tersebut mengganggu dirinya.
Ketika membaca kisah Maryam ini, Abu Wail berkata,
َّ ‫َت َأنَّ التَّ ِق‬
ٍ ‫ي ُذوْ نُ ْهيَ ٍة َحي‬
‫ْن‬ ْ ‫َق ْد عَ ِلم‬
“Maryam itu tahu bahwa orang bertakwa itu mengerti ada batasan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:215-216)
Jibril pun menjawab bahwa ia bukanlah lelaki seperti yang Maryam duga. Jibril mengatakan bahwa ia adalah utusan
Allah sebagaimana dalam ayat,
ِ َ‫ك َأِل َهبَ ل‬
‫ك ُغاَل مًا زَ ِكيًّا‬ ِ ِّ‫َقا َل ِإنَّمَا َأنَا رَ سُو ُل رَ ب‬
“Ia (jibril) berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-
laki yang suci’.” (QS. Maryam: 19)
Jawaban Maryam,
‫ش ٌر وَ لَ ْم َأكُ بَ ِغيًّا‬
َ َ‫س ِني ب‬ َ ْ‫ت َأنَّىٰ يَ ُكونُ ِلي ُغاَل ٌم وَ لَ ْم يَم‬
ْ ‫س‬ ْ َ‫َقال‬
“Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’” (QS. Maryam: 20). Al-baghyu dalam ayat maksudnya adalah
pezina. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan larangan untuk mahar al-baghyu (upah pelacur).
Lalu ayat selanjutnya menyebutkan,
ِ ‫َّاس وَ رَ ْح َم ًة ِمنَّا ۚ وَ َكانَ َأمْ رً ا َم ْق‬
‫ضيًّا‬ ِ ‫ي َهيِّنٌ ۖ وَ ِلنَ ْج َعلَ ُه آيَ ًة ِللن‬
َّ َ‫ك ُهوَ عَ ل‬ ِ ‫َقا َل َك ٰ َذ ِل‬
ِ ُّ‫ك َقا َل رَ ب‬
“Jibril berkata: ‘Demikianlah’. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang
sudah diputuskan.’” (QS. Maryam: 21)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam tanpa ayah
dan ibu. Allah menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita. Lalu Allah menciptakan seluruh keturunannya dari laki-
laki dan wanita, kecuali ‘Isa ‘alaihis salam yang diciptakan dari wanita tanpa laki-laki. Dengan demikian,
lengkaplah empat cara adanya keturunan yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah dan keagungan
kewenangan Allah. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan tidak ada Rabb selain-Nya.” (Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azhim, 5:216)
 
Keadaan Maryam ketika melahirkan Isa
Menurut pendapat yang masyhur dari jumhur (mayoritas) ulama, Maryam itu hamil sembilan bulan seperti
umumnya wanita. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 217.
Tentang kehamilan Maryam disebutkan dalam ayat,
ِ ‫ت ِب ِه َم َكانًا َق‬
‫صيًّا‬ ْ ‫َف َح َملَ ْت ُه َفا ْنتَبَ َذ‬
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS.
Maryam: 22). Jibril meniupkan ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji,
sehingga ia mengandung anak dengan izin Allah Ta’ala. Ketika ia hamil, ia merasa kesulitan, tidak tahu apa yang
harus dikatakan pada orang-orang. Karena orang-orang pasti tidak akan percaya ceritanya padahal ia bercerita
dengan jujur. Maryam lalu ingin menceritakan perihal dirinya pada saudara perempuannya (istri Nabi Zakariya).
Ketika bertemu saudaranya, ia pun hamil. Kemudian saudaranya melihat bahwa bayi dalam perutnya menghormati
dan tunduk pada bayi yang ada dalam perut Maryam. Di mana syariat sebelum Islam untuk menghormati
disyariatkan untuk sujud ketika mengucapkan salam. Namun dalam syariat kita hal seperti ini sudah terlarang,
hanya boleh dilakukan pada Allah Ta’ala untuk mengagungkan Allah.
Yang dialami Maryam selanjutnya,
ْ َ‫َفَأ َجا َء َها ا ْلمَخَ اضُ ِإلَىٰ ِج ْذ ِع النَّخْ لَ ِة َقال‬
ْ َ‫ت يَا لَ ْيتَ ِني ِمتُّ َق ْب َل ٰ َه َذا وَ ُكنْتُ ن‬
‫سيًا َم ْن ِسيًّا‬
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai,
alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan“.” (QS. Maryam:
23). Tempat lahirnya Isa ini adalah di Bait lahm (Betlehem). Banyak yang mengakui demikian, termasuk pula
orang-orang Nashrani.
Catatan:
Pertama: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin menyatakan bahwa pernyataan tempatnya di Bait lahm adalah berita
dari Ahli Kitab. Lihat tahqiq Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:218.
Kedua: Bolehkah berdoa meminta mati?
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Banyak hadits menunjukkan larangan berangan-angan untuk mati kecuali
ketika menghadapi cobaan yang berat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:219)
Dalam ayat disebutkan,
َ‫س ِلمًا وَ َأ ْل ِح ْق ِني ِبالصَّ ا ِل ِحين‬
ْ ‫تَوَ َّف ِني ُم‬
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.”  (QS. Yusuf: 101)
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
،‫الحيَا ُة خَ يْرً ا ِلي‬
َ ‫ت‬ ِ َ‫ اللَّ ُه َّم َأ ْح ِي ِني مَا َكان‬j:‫ت َف ْليَ ُق ْل‬ َ ْ‫الَ يَتَ َمنَّيَنَّ َأ َح ٌد ِم ْن ُك ُم المَو‬
ِ ْ‫ َفِإنْ َكانَ الَ بُ َّد ُمتَ َمنِّيًا ِل ْلمَو‬،‫ت لِضُ رٍّ نَزَ َل ِب ِه‬
‫ت الوَ َفا ُة خَ يْرً ا ِلي‬ ِ َ‫وَ تَوَ َّف ِني ِإ َذا َكان‬
“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau
memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik
untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari, no. 6351 dan Muslim, no. 2680)
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ وَ اَل يَدْعُ ِب ِه ِمنْ َق ْب ِل َأنْ يَْأ ِتيَ ُه‬،‫ت‬
َ ْ‫اَل يَتَ َمنَّى َأ َح ُد ُك ُم ا ْلمَو‬
“Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah berdoa meminta mati sebelum datang waktunya.”
(HR. Muslim, no. 2682)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa dengan lafadz tersebut dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat
‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu,
‫ت ا ْلوَ َفا ُة خَ يْرً ا ِلي‬ َ ْ‫ َأ ْح ِي ِني مَا عَ ِلم‬،‫ وَ ُقدْرَ ِتكَ عَ لَى ا ْلخَ ْل ِق‬، َ‫الل ُه َّم ِب ِع ْل ِمكَ ا ْل َغيْب‬
ِ َ‫ وَ تَوَ َّف ِني ِإ َذا َكان‬،‫ت ا ْل َحيَا َة خَ يْرً ا ِلي‬
“Ya Allah, dengan ilmu ghaib-Mu dan kekuasaanmu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau mengetahui
bahwa kehidupan itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik untukku…” (HR. Ahmad,
4:264. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
 
Maryam puasa bicara
Jibril kemudian memanggil Maryam dari tempat yang rendah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
ِ ُّ‫َفنَادَا َها ِمنْ تَ ْح ِت َها َأاَّل تَ ْحزَ ِني َق ْد َج َع َل رَ ب‬
ِ َ‫ك تَ ْحت‬
‫ك س َِريًّا‬
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam: 24).
Kemudian Maryam disuruh untuk meraih pangkal kurma ke arahnya. Mujahid berkata bahwa pohon tersebut
adalah kurma ‘Ajwah. Dalam ayat disebutkan,
‫ك رُ طَبًا َج ِنيًّا‬
ِ ‫ك ِب ِج ْذ ِع النَّخْ لَ ِة تُسَا ِقطْ عَ لَ ْي‬
ِ ‫وَ ُهزِّ ي ِإلَ ْي‬
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang
masak kepadamu.” (QS. Maryam: 25)
‫ش ِر َأ َحدًا َفقُو ِلي ِإنِّي نَ َذرْ تُ لِلرَّ ْح ٰ َم ِن صَ وْ مًا َفلَنْ ُأ َكلِّ َم ا ْليَوْ َم ِإ ْن ِسيًّا‬
َ َ‫شرَ ِبي وَ َقرِّ ي عَ ْينًا ۖ َفِإمَّا تَرَ ِينَّ ِمنَ ا ْلب‬
ْ ‫َف ُك ِلي وَ ا‬
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:
‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusiapun pada hari ini’.” (QS. Maryam: 26). Shaum (puasa) yang dimaksudkan Maryam—
menurut Anas bin Malik—adalah diam. Karena dahulu dalam syariat mereka, namanya shaum (puasa) adalah tidak
makan dan tidak berbicara.
 
Komentar kaumnya yang melihat Maryam dengan putranya
Kaumnya komentar saat melihat Maryam dengan putranya Isa,
‫ش ْيًئا َف ِريًّا‬ ْ َ‫َفَأت‬
ِ ‫ت ِب ِه َقوْ َم َها تَ ْح ِملُ ُه ۖ َقالُوا يَا مَرْ يَ ُم لَ َق ْد ِجْئ‬
َ ‫ت‬
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam,
sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (QS. Maryam: 27)
Lalu disebutkan,
ْ َ‫ك امْ رَ َأ سَوْ ٍء وَ مَا َكان‬
ِ ‫ت ُأ ُّم‬
‫ك بَ ِغيًّا‬ ِ ‫ت َهارُونَ مَا َكانَ َأبُو‬
َ ْ‫يَا ُأخ‬
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).
Yang dimaksud “wahai saudara perempuan Harun” adalah Harun saudara Musa. Karena Maryam berasal dari
keturunan Harun. Ada juga pendapat lain yang mengatakan Harun di sini adalah laki-laki saleh karena sifat Maryam
sama dengannya yaitu zuhud dan rajin ibadah. Lihat berbagai pendapat dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:223-
224.
Sedangkan Syaikh As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 517) menyatakan bahwa saudara Maryam ada yang bernama
Harun, dan orang-orang dulu sudah terbiasa memakai nama para nabi. Dan tidak mungkin yang dimaksud adalah
Harun saudaranya Musa karena antara mereka melewati kurun waktu yang panjang.
Maryam ketika dituduh telah berzina karena ia sedang puasa dari berbicara, maka ia cukup berisyarat pada
putranya Isa. Dalam ayat disebutkan,
‫ت ِإلَ ْي ِه ۖ َقالُوا َكيْفَ نُ َكلِّ ُم مَنْ َكانَ ِفي ا ْل َم ْه ِد صَ ِبيًّا‬ َ ‫َفَأ‬
ْ َ‫شار‬
“maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil
yang masih di dalam ayunan?” (QS. Maryam: 29)
Putranya Isa pun menjawab,
‫ي ا ْل ِكتَابَ وَ َج َعلَ ِني نَ ِبيًّا‬
َ ‫َقا َل ِإنِّي عَ ْب ُد اللَّ ِه آتَا ِن‬
“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi.” (QS. Maryam: 30)
‫وَ َج َعلَ ِني ُمبَارَ ًكا َأيْنَ مَا ُكنْتُ وَ َأوْ صَ ا ِني ِبالصَّ اَل ِة وَ الزَّ َكا ِة مَا دُمْ تُ َحيًّا‬
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)
َ ‫وَ بَرًّ ا ِبوَ ا ِل َد ِتي وَ لَ ْم ي َْج َع ْل ِني َجبَّارً ا‬
‫ش ِقيًّا‬
“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)
ُ ‫ي يَوْ َم ُو ِلدْتُ وَ يَوْ َم َأ ُموتُ وَ يَوْ َم ُأ ْبع‬
‫َث َحيًّا‬ َّ َ‫ساَل ُم عَ ل‬
َّ ‫وَ ال‬
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)
Adapun maksud ayat “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” adalah Isa
melakukan amar makruf nahi mungkar di mana saja ia berada.
Sebagian salaf berkata,
َ ‫ { وَ بَرًّ ا ِبوَ ا ِل َد ِتي وَ لَ ْم ي َْج َع ْل ِني َجبَّارً ا‬:‫ ثُ َّم َقرَ َأ‬،‫ش ِقيًّا‬
} ‫ش ِقيًّا‬ َ ‫الَ تَ ِج ُد َأ َحدًا عَ ا ًّقا ِلوَ ا ِل َد ْي ِه ِإالَّ وَ َج ْدتَ ُه َجبَّارً ا‬
“Tidaklah engkau dapati seseorang durhaka pada kedua orang tuanya melainkan engkau dapati ia adalah
orang sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah, ‘dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Qatadah berkata, telah diceritakan kepada kami bahwa seorang wanita pernah melihat Isa bin Maryam mampu
menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda
yang diberikan dan diizinkan oleh Allah. Wanita itu berkata, “Beruntunglah perut yang mengandungmu dan tetek
yang menyusuimu.” Lalu ‘Isa menjawab, “Beruntunglah bagi orang yang membaca kitab Allah lalu mengikuti isinya
dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, perawinya tsiqqah namun
haditsnya mursal. Hadits ini bisa diyakinkan berasal dari hadits marfu’. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 5:226)
Jawaban Nabi Isa, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku
meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”, menunjukkan ikrar Isa bahwa ia adalah hamba Allah, ia
dihidupkan, ia dimatikan, ia dibangkitkan seperti makhluk lainnya. Akan tetapi, Nabi Isa memperoleh keselamatan
di saat kondisi mencekam menyelimuti hamba-hamba lainnya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)

Sumber https://rumaysho.com/23426-kisah-maryam-hingga-nabi-isa-lahir.html

Anda mungkin juga menyukai