Anda di halaman 1dari 4

 Menyempurnakan separuh agama

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ِ َّ‫ فَ ْليَت‬، ‫إِ َذا تَ َز َّو َج ال َع ْب ُد فَقَ ْد َك َّم َل نَصْ فَ ال ِّد ْي ِن‬
ِ ْ‫ق هللاَ فِي النِّص‬
‫ف البَاقِي‬

Artinya: “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh


agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al
Baihaqi)

 Membantu menahan pandangan pada yang haram


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

ِ ْ‫ص َر أَ َح ُد ُك ُم ا ْم َرأَةً فَ ْليَأ‬


‫ فَإ ِ َّن َذلِكَ يَ ُر ُّد‬،ُ‫ت أَ ْهلَه‬ َ ‫ فَإ ِ َذا أَ ْب‬،‫ َوتُ ْدبِ ُر فِي صُو َر ِة َش ْيطَا ٍن‬،‫إِ َّن ْال َمرْ أَةَ تُ ْقبِ ُل فِي صُو َر ِة َش ْيطَا ٍن‬
‫َما فِي نَ ْف ِسه‬
ِArtinya: ”Sesungguhnya wanita itu maju dalam rupa setan dan membelakang dalam
rupa setan. Jika salah seorang dari kalian melihat wanita yang mengagumkannya,
maka datangilah istrinya. Karena hal itu menghilangkan apa yang terdapat dalam
dirinya.” (HR. Muslim no. 1403).

 Menjadi golongan yang ditolong Allah


Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

‫ َو ْال ُم َكاتَبُ ي ُِري ُد اأْل َدَا َء‬، ُ‫ َوالنَّا ِك ُح ْال ُم ْستَ ْعفِف‬،ِ‫يل هللا‬
ِ ِ‫ ْال ُم َجا ِه ُد فِي َسب‬:ُ‫ق َعلَى هللاِ عَوْ نُه‬
ٌّ ‫ث ُكلُّهُ ْم َح‬
ٌ ‫ثَاَل‬

Artinya: ”Ada tiga kelompok manusia yang pasti ditolong oleh Allah: (1) mujahid di
jalan Allah; (2) pemuda yang menikah untuk menjaga kehormatan diri; dan (3) budak
yang berusaha memerdekakan diri (agar lebih leluasa beribadah).” (HR. Ahmad no.
7416.)

 Menikah untuk menambah keturunan

Diriwayatkan oleh Abu Umamah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda:

َ َّ‫ َوالَ تَ ُكوْ نُوْ ا َك َر ْهبَانِيَّ ِة الن‬،‫تَ َز َّوجُوْ ا فَإِنِّي ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ُم ْاألُ َم َم يَوْ َم ْالقِيَـا َم ِة‬
‫صا َرى‬

Artinya: “Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah


kalian kepada umat-umat lain pada hari kiamat, dan janganlah kalian seperti para
pendeta Nasrani.” (HR. Al-Baihaqi no. VII/78)

 Mengikuti sunnah para Rasul


Dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

ُّ ‫ َوالتَّ َع‬،‫ اَ ْل َحيَـا ُء‬: َ‫أَرْ بَ ٌع ِم ْن سُـنَ ِن ْال ُمرْ َسلِ ْين‬
‫ َوالنِّ َكا ُح‬،ُ‫ َوال ِّس َواك‬،ُ‫طر‬
Artinya: “Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai
wewangian, bersiwak, dan menikah.” (HR. At-Tirmidzi no. 1086)

 Menikahi wanita berdasarkan agamanya


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ َ‫ت ال ِّدي ِْن ت َِرب‬


َ‫ت يَدَاك‬ ْ َ‫ ف‬،‫ لِ َمـالِهَا َولِ َح َسبِهَا َولِ َج َمالِهَا َولِ ِد ْينِهَا‬:‫تُ ْن َك ُح ْال َمرْ أَةُ ألَرْ بَ ٍع‬.
ِ ‫اظفَرْ بِ َذا‬

Artinya: “Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya,


kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya
engkau beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

Siroh pernikahan Pertama Rasulullah Saw.


Ingat pernikahan, maka kita ingat pernikahan Rasulullah, junjungan dan panutan kita.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau beserta ahlul bayt-
nya, para sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga hari kiamat. Dari sekian
kali pernikahan Rasulullah, kami ambil dua saja, yaitu pernikahan beliau dengan
Khadijah bintu Khuwailid Radhiyallahu anha dan pernikahan beliau dengan Aisyah
bin Abu Bakar Asy-Syidiq. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Ketika berusia
dua puluh lima tahun, Rasulullah menikah pertama dengan seorang janda kaya dan
mulia yaitu Khadijah bintu Khuwailid Radhiyallahu anha. Sebelum menikah dengan
Rasulullah, Siti Khadijah sudah pernah dua kali menikah, yaitu pertama dengan ‘Atiq
bin A’idz al Makhzumi dan melahirkan seorang puteri. Setelah itu, Khadijah menikah
dengan Abu Haalah Hindun bin an Nabaasy at Tamimi. Dari pernikahan yang kedua
ini, melahirkan seorang anak lelaki bernama Hindun dan seorang anak perempuan,
Abu Haalah. Kemudian, pernikahan ketiga Khadijah adalah dengan Muhammad bin
Abdullah bin Abdulmuthalib hingga sampai akhir hayatnya. Menurut Dr. Akrom
Dhiya’ al Umari dalam Asn-Sirah ash-Shahihah (1/12), banyak riwayat lemah
berkisah tentang pernikahan Khadijah dengan Muhammad. Riwayat-riwayat ini
menjelaskan awal perkenalan keduanya melalui kerja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengelola perdagangan Khadijah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bekerja mengelola perdagangan Khadijah.
Khadijah dua kali ke kota Jursy —dekat kota Khomis Masyith— Yaman. Pernah juga
ke Hubaasyah pasar Negeri Tuhamah dan Negeri Syam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berangkat bersama budak laki-laki Khadijah yang bernama Maisarah. Selama
berinteraksi inilah, Maisarah melihat ketinggian dan kemuliaan akhlak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maisarah menceritakan apa yang dilihatnya tersebut
kepada Khadijah. Mendengar cerita Maisarah ini, serta merta Khadijah kagum oleh
perilaku mulia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu, dia menyampaikan
keinginannya untuk menjadikan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
suaminya. Mendengar keinginan Khadijah, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bermusyawarah dengan para pamannya dan mereka pun menyetujuinya.
Kemudian beliau berangkat bersama Hamzah bin Abdil Muthalib untuk meminang
Khadijah kepada orang tuanya. Dan beliau pun menikahi Khadijah dengan mahar 20
ekor unta.
5 Alasan Meneladani Pernikahan Rasulullah dan Khadijah.
Pertama, pebisnis.
Jiwa pebisnis Khadijah diwarisi dari keterampilan, integritas, dan keluhuran ayahnya.
Beliau mulai berdagang mebel, tembikar, dan sutra di pusat-pusat perdagangan utama
pada saat itu, dari Mekah ke Syria dan Yaman.

Kedua, lambang kisah cinta sejati.


Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah meskipun selisih usianya, sangat
menunjukkan cinta kasih yang mendalam. Putra-putri Rasulullah terlahir dari rahim
Khadijah. Ketika Muhammad sudah menjadi Rasul, Khadijah rela mengorbankan
semua hartanya untuk perjuangan dan dakwah. Perjuangan dakwah masa-masa sulit,
Khadijah mendampingi suaminya, menghibur, dan menyelimutinya.

Ketiga, ibu pertama kaum mukmin.


Khadijah merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun. Ia masuk dalam golongan
orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk atau pemeluk Islam. Ketika
Rasulullah ketakutan setelah bertemu malaikat Jibril ketika turun surat Al’Alaq ayat
1-5, Khadijah menghibur, menyelimuti, dan mempertemukannya dengan pendeta
Nasrani bernama Waraqah bin Naufal, seorang imam Arab dan sepupu tertua dari
jalur ayah Khadijah, istri Nabi Muhammad.

Keempat, membantu gadis mukmin untuk menikah.


Khadijah mempunyai sifat yang sangat dermawan. Khadijah memberikan
penghasilannya kepada orang miskin, anak yatim, para janda, dan orang sakit. Dia
membantu gadis-gadis miskin untuk menikah dan memberikan mas kawin bagi
mereka.
Kelima, berjiwa mandiri.
Jiwa kemandiriannya membuat bisnis makin melejit. Dua kali gagal menikah, tidak
membuatnya menjadi minder. Beliau mempunyai wawasan yang jauh ke depan.
Mengetahui kejujuran dan keuletan Muhammad dalam mengelola dagangannya, maka
ia tertarik kepada Muhammad.

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah Siti Aisyah memang istimewa. Kesuciannya


telah diakui Allah Swt. dari atas langit ketujuh. Malaikat telah menampakkan Aisyah
tiga malam berturut-turut kepada Baginda Rasul sebelum beliau menikahi Siti Aisyah.
Rasulullah bersabda:
‫ هذه امرأتك فأكشف عن وجهك فإذا أنت‬: ‫ فيقول‬،‫ جاء بك الملك في سرقة من حرير‬، ‫رأيتُك في المنام ثالث ليال‬
‫ إن يك هذا من عند هللا يُمضهه‬: ‫ فأقول‬،‫فيه‬

"Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang
membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, ‘Ini
adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku
bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan
menjadikannya nyata.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fakta Perkawinan Rasulullah dengan Aisyah
Pertama, Ummul al-Mukminun.
Aisyah binti Abu Bakar adalah putri Abu Bakar (khalifah pertama), hasil dari
pernikahan dengan isteri keduanya, yakni Ummi Ruman. Aisyah dijuluki sebagai
ummu al-mu’minin yang artinya ibu orang-orang mukmin. Beliau adalah sumber
otoritatif dari banyak hadis yang membicarakan kehidupan pribadi Nabi Muhammad.
Kedua, Aisyah adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad yang saat dinikahi berstatus
perawan. Sedangkan istri-istri Nabi Muhammad yang lain adalah janda.
Ketiga, ditentang kaum Syiah. Sebagian besar hadis (termasuk sahih Bukhari dan
sahih Muslim) menyatakan bahwa upacara perkawinan tersebut terjadi ketika Aisyah
berusia enam tahun, dan ia diantarkan memasuki rumah tangga Nabi Muhammad
sejak umur sembilan tahun. Tapi pendapat pakar menyebut setidaknya Aisyah
berumur 19 tahun saat menikah dengan Nabi. Keempat, Aisyah adalah istri Nabi
Muhammad yang paling banyak meriwayatkan hadis. Aisyah menghasilkan hadis
lebih banyak daripada Ali bin Abu Thalib. Ali hanya meriwayatkan 29 hadis,
sementara Aisyah meriwayatkan 242 hadis. Sedangkan menurut Ibn Hajar, Fatimah
(anak Rasullah Saw.) tidak menyumbangkan apa-apa, meski ia adalah putri Nabi
Muhammad dan istri Ali.

Anda mungkin juga menyukai