Anda di halaman 1dari 11

ASH SHIDDIQAH BINTI ASH-SHIDDIQ, Al-‘Atiqah binti al-‘Atiq, kekasihnya kekasih, penghibur yang dekat

dengan junjungan Nabi Muhammad SAW, wanita yang dibebaskan dari segala cacat dalam Kitabullah
dan bersih dari keraguan hati hingga ia mampu melihat Jibril, utusan Allah Yang Maha Mengetahui yang
gaib. Wanita yang selalu berpuasa dan berpuasa hingga tubuhnya lemah karena puasa. Ialah Aisyah,
pemilik cinta pertama dalam Islam, cinta Rasulullah SAW.

Sungguh Aisyah memiliki kedudukan yang agung seperti kisah dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Abdullah ibn Shafwan: “Ada tujuh hal pada diriku yang tidak dimiliki oleh wanita manapun, kecuali yang
diberikan oleh Allah kepada Maryam binti Imran. Demi Allah, aku tidak mengatakan ini sebagai
kesombongan terhadap para sahabatku (maduku).

Tujuh hal itu adalah (1) Malaikat Jibril pernah turun membawa gambarku kepada Rasulullah (dalam
mimpi); (2) Rasulullah menikahiku saat aku baru berusia tujuh tahun lalu aku diberikan kepada beliau
saat berusia sembilan tahun; (3) beliau menikahiku sebagai seorang gadis dan tidak ada seorang
manusia pun yang menyamaiku; (3) wahyu datang kepada Rasulullah SAW saat aku dan beliau dalam
selimut yang sama; (4) aku adalah orang yang paling beliau cintai; (5) ada ayat yang turun berkaitan
denganku ketika umat ini hampir hancur; (6) Aku pernah melihat Jibril dan tidak satu pun istri Rasulullah
selain aku yang pernah melihatnya: (7) dan Rasulullah SAW wafat di rumahku tanpa ada seorang pun
menemani selain malaikat dan aku.

Wanita yang jujur, setia, tulus, pencemburu, dan terhormat: Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq.
Ayahnya bernama Abdullah ibn Utsman ibn ‘Amir ibn ‘Amar ibn Ka ‘b ibn Sa’d ibn Murrah ibn Ka’b ibn
Lu’ay al-Qurasyi at-Taimi. Ibunya bernama Ummu Ruman binti ‘Amir ibn ‘Uwaimir al-Kinaniyyah, sahabat
wanita yang agung dan mukminah yang pernah disabdakan oleh Rasulullah: “Siapa yang ingin melihat
bidadari maka hendaklah ia melihat Ummu Ruman.”

Wanita yang dibersihkan namanya dari atas tujuh langit adalah Aisyah binti Abu Bakar r.a. Ialah Ummul
Mukminin, istri junjungan seluruh umat manusia, yang paling beliau cintai dan putri dari laki-laki yang
beliau cintai. Aisyah adalah wanita yang telah membuktikan, sejak empat belas abad yang lalu, bahwa
wanita bisa menjadi lebih unggul daripada laki-laki dan bisa menjadi politikus, bahkan prajurit perang.

Wanita ini telah berguru dan dididik dalam madrasah nubuwah, madrasah iman, dan madrasah
perjuangan. Pada masa kanak-kanak, Aisyah dididik oleh guru kaum Muslimin dan manusia paling utama
di antara mereka, yaitu sang ayah: Abu Bakar ash-Shiddiq. Selanjutnya, pada masa remaja, ia dibimbing
oleh Nabi dan mahaguru umat manusia, orang yang paling mulia dan paling utama, yaitu sang suami:
Rasulullah SAW.

Tidak diragukan lagi bahwa mengetahui istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta jumlah
mereka dan sekilas kisah kehidupan mereka merupakan bagian dari kesempurnaan mentadabburi ayat
al-Qur’an yang berkenaan dengan istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Buku-buku sirah dan
biografi banyak berisikan penjelasan tentang para istri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , akan
tetapi alangkah bagusnya bila kita memberikan sedikit penjelasan tentang mereka walaupun dalam
bentuk yang sangat ringkas.[1] Jumlah istri-istri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebelas
orang, dua diantara mereka meninggal dunia saat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup,
adapun sisanya (sembilan orang) masih hidup tatkala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Berikut
penjelasan singkat tentang mereka: 1. Khadîjah binti Khuwailid al-Quraisyiah al-Asadiyah Radhiyallahu
anha Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya sebelum diangkat menjadi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam , dan umur Khadîjah saat itu empat puluh tahun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
menikah lagi dengan wanita lain sampai Khadîjah wafat. Semua anak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam didapatkan dari Khdijah kecuali Ibrahim Radhiyallahu anhu. Ibrahim Radhiyallahu anhu
merupakan anak yang Rasûlullâh dapatkan dari budak Beliau Mariyah Qibtiyyah. Khadîjahlah yang
menemani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam disaat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat
menjadi Nabi. Dia juga berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harta dan jiwanya.
Khadîjah Radhiyallahu anhuma meninggal dunia tiga tahun sebelum Hijrah Rasûlullâh ke Madinah.
Diantara keutamaan Khadîjah a. Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan salam kepadanya melalui
Malaikat Jibril Alaihissallam lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan salam tersebut kepada
istrinya Khadîjah Radhiyallahu anhuma . Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari
Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau Radhiyallahu anhu berkata : ‫أَتَى ِجب ِْري ُل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم إِلَى النَّبِ ِّي‬
‫ك فَا ْق َر ْأ َعلَ ْيهَا ال َّساَل َم ِم ْن َربِّهَا‬
َ ‫ فَإِ َذا ِه َي أَتَ ْت‬، ٌ‫ إِنَا ٌء فِي ِه إِدَا ٌم أَوْ طَ َعا ٌم أَوْ َش َراب‬3‫ هَ ِذ ِه َخ ِدي َجةُ قَ ْد أَتَ ْتكَ َو َم َعهَا‬،ِ ‫ُول هَّللا‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬
َ ‫ يَا َرس‬:‫ال‬ َ
‫ب‬َ ‫َص‬َ ‫ َواَل ن‬،‫َب فِي ِه‬ َ ‫صخ‬ َ ‫ اَل‬،‫ب‬ ٍ ‫ص‬ ْ
َ َ‫ت فِي ال َجنَّ ِة ِم ْن ق‬ ٍ ‫ َع َّز َو َج َّل َوبَ ِّشرْ هَا بِبَ ْي‬Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan berkata, ‘Wahai Rasûlullâh! Ini Khadîjah telah berjalan menuju kepadamu seraya membawa lauk
atau makanan atau minuman. Apabila dia telah sampai kepadamu maka sampaikanlah padanya salam
dari Rabbnya dan dariku! Dan berilah kabar gembira padanya dengan sebuah rumah di surga yang
terbuat dari qashab (perak) tidak ada kegaduhan (suara-suara keras) di dalamnya tidak adapula rasa
lelah (payah).[2] b. Khadijah Radhiyallahu anha tidak pernah menyakiti dan membuat Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah. Rasûlullâh tidak pernah menghardik, mencela, tidak pula
memboikotnya. c. Beliau Radhiyallahu anha adalah wanita pertama yang beriman dengan Allâh dan
Rasulnya dari ummat ini. 2. Saudah bintu Zam’ah bin Qais al-Qurasyiah Radhiyallahu anha Setelah
Khadîjah Radhiyallahu anha wafat, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Saudah bintu
Zum’ah bin Qais al-Quraisyah. Ketika Saudah sudah tua, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin
mentalaknya, akan tetapi Saudah Radhiyallahu anha memberikan hari yang menjadi bagiannya (jatahnya
bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma , sehingga
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan niatnya untuk mentalaknya.[3] Ini merupakan
salah satu keutamaan Saudah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha memberikan bagiannya
kepada orang yang dikasihi oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri
kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai bukti cintanya Radhiyallahu anha kepada
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta mengutamakan kedudukan Aisyah Radhiyallahu anhuma di
sisi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
bagian (dari ghanîmah) kepada para istrinya yang lain, sedangkan Saudah Radhiyallahu anha tidak Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri bagian, akan tetapi beliau Radhiyallahu anha ridha dengan hal itu
semua. Beliau Radhiyallahu anha lebih mementingkan ridha Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga Allâh Azza wa Jalla meridhai Saudah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anhameninggal di
akhir masa kekhilafahan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, semoga Allâh meridhai mereka berdua,
dan meridhai semua Shahabat. 3. Aisyah binti Abu Bakr Radhiyallahu anhuma Kemudian
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah binti Abu Bakr as-Shiddiq Radhiyallahu anhuma
pada bulan Syawal dua tahun sebelum hijrah ke Madinah. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau
Radhiyallahu anhuma dinikahi tiga tahun sebelum hijrah, ketika itu Aisyah Radhiyallahu anhuma
berumur enam tahun. Kemudian beliau Radhiyallahu anhuma digauli oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam diawal-awal kedatangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah pada tahun pertama
hijriyah, saat itu Aisyah Radhiyallahu anhuma telah berumur sembilan tahun. Sebelum Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah Radhiyallahu anhuma, Malaikat pernah menampakkan
Aisyah Radhiyallahu anhuma kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpinya dengan
berbalut kain sutra. Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Muslim dari Aisyah Radhiyallahu anhuma ,
beliau Radhiyallahu anhuma berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: ‫ك فِي‬ ِ ُ‫أُ ِريت‬
‫ض ِه‬ ُ َ‫ت فَأَقُو ُل إِ ْن ي‬
ِ ‫ك هَ َذا ِم ْن ِع ْن ِد هَّللا ِ يُ ْم‬ ِ ‫ف َع ْنهَا فَإِ َذا ِه َي أَ ْن‬ َ ُ‫ير َويَقُو ُل هَ ِذ ِه ا ْم َرأَت‬
ْ ‫ك فَا ْك ِش‬ ٍ ‫ك فِي َس َرقَ ٍة ِم ْن َح ِر‬ ِ َّ‫ ْال َمن َِام َم َّرتَ ْي ِن أَ َرى أَن‬Tahukah
kamu? Kamu sudah diperlihatkan kepadaku dalam mimpi sebanyak dua kali. Aku melihat seorang laki-
laki datang membawamu dengan berbalut sepotong kain sutra, kemudian laki-laki itu berkata, ‘Ini
adalah istrimu, maka singkaplah (hijab)nya.’ Ternyata wanita itu adalah kamu. Lalu Aku mengatakan,
‘Jika ini memang dari Allâh, maka pasti Dia akan menjalankannya.”[4] Diantara keistimewaan Aisyah
Radhiyallahu anhuma adalah beliau Radhiyallahu anhuma merupakan istri yang paling dicintai oleh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhâri dan Muslim,
tatkala nabi ditanya oleh ‘Amr bin al’Ash Radhiyallahu anhuma : ‫ال‬ َ َ‫ال فَق‬ِ ‫ت ِم ْن ال ِّر َج‬ ُ ‫ال عَائِ َشةُ فَقُ ْل‬ َ َ‫اس أَ َحبُّ إِلَ ْيكَ ق‬
ِ َّ‫أَيُّ الن‬
‫ب فَ َع َّد ِر َجااًل‬ِ ‫ت ثُ َّم َم ْن قَا َل ثُ َّم ُع َم ُر بْنُ ْالخَ طَّا‬ ُ ‫ أَبُوهَا قُ ْل‬Siapakah orang yang paling Anda cintai? Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, ‘Aisyah.’ Kemudian aku bertanya, ‘Dari kaum laki-laki?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, ‘Bapaknya Aisyah.”[5] Diantara keutamaannya juga adalah Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah menikahi gadis selain Aisyah Radhiyallahu anhuma. Diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhîri dari Aisyah Radhiyallahu anhuma , beliau Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Saya berkata
kepada Rasûlullâh, ‘Ya Rasûlullâh, seandainya engkau mampir disebuah lembah yang berisi sebuah
pohon yang sebagian buahnya telah dimakan, dan sebuah pohon yang buahnya belum dimakan sama
sekali, maka dimanakah kamu akan melepaskan (mengikatkan) ontamu? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, ‘Pada pohon yang belum dijamah.'[6] Maksud Aisyah adalah Rasûlullâh tidak pernah
menikahi gadis selain dirinya. Diantara keitimewaannya Radhiyallahu anhuma juga adalah Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menerima wahyu sementara saat itu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang berada dalam satu selimut bersama Aisyah Radhiyallahu anhuma . Ini tidak pernah terjadi
dengan istri-istri Beliau Radhiyallahu anhuma yang lainnya. Dalam hadits yang shahih, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ُ‫يَا أُ َّم َسلَ َمةَ اَل تُ ْؤ ِذينِي فِي عَائِ َشةَ فَإِنَّه‬
‫اف ا ْم َرأَ ٍة ِم ْن ُك َّن َغي ِْرهَا‬ ِ ‫ي ْال َوحْ ُي َوأَنَا فِي لِ َح‬ َّ َ‫ َوهَّللا ِ َما نَ َز َل َعل‬Wahai Ummu Salamah! Jangan kamu menyakitiku pada diri
Aisyah, karena demi Allâh tidak pernah wahyu turun kepadaku di saat aku berada didalam selimut salah
seorang diantara kalian selain Aisyah. Keutamaan Aisyah yang lainnya, Allâh Azza wa Jalla
membersihkannya dari tuduhan dan fitnah keji yang dilontarkan oleh para pendusta yang menuduh
Aisyah Radhiyallahu anhuma berzina. Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat yang berkenaan dengan
bersihnya Aisyah Radhiyallahu anhuma dari tuduhan tersebut, sebuah ayat yang akan terus dibaca oleh
kaum Muslim baik dalam shalat ataupun diluar shalat sampai hari kiamat. Allâh Azza wa Jalla juga
memberikan persaksian bahwa Aisyah Radhiyallahu anhuma termasuk wanita yang baik. Allâh Azza wa
Jalla juga berjanji akan memberikan pengampunan dan rezeki yang sangat mulia. Tentang ini, Aisyah
Radhiyallahu anhuma berkata dengan penuh ketawaduan, “Sungguh kedudukan pada diriku lebih
rendah dari pembicaraan Allah Azza wa Jalla mengenai aku dengan suatu perkara yang akan dibaca (al-
Qur’an)”[8] Diantara keutamaannya juga adalah Aisyah Radhiyallahu anhuma merupakan istri Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling faqih (paling paham tentang agama) dan yang paling banyak
ilmunya dibandingkan dengan istri-istri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, bahkan beliau
Radhiyallahu anhuma lebih faqih dari semua wanita ummat ini secara mutlak. Para pembesar Shahabat
g menjadikan beliau Radhiyallahu anhuma sebagai rujukan dan meminta fatwa kepada beliau
Radhiyallahu anhuma . Diantara keutamaannya adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal
di rumah Aisyah, pada hari yang menjadi giliran Aisyah Radhiyallahu anhuma , meninggal dipangkuan
Aisyah dan dikuburkan di rumah Aisyah Radhiyallahu anhuma.[9] Saat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam meninggal dunia, Aisyah Radhiyallahu anhuma baru berumur delapan belas tahun. Aisyah
Radhiyallahu anhuma meninggal dunia di Madinah pada tahun 58 hijrah dan dimakamkan di pekuburan
Baqi’. Sebelum meninggal, beliau Radhiyallahu anhuma sempat berwasiat agar dishalatkan oleh Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu . Kemudian para Ulama berbeda pendapat tentang masalah siapakah yang
lebih utama antara Khadîjah Radhiyallahu anhuma dan Âisyah Radhiyallahu anhuma . Diantara mereka
ada yang berpendapat Aisyah Radhiyallahu anhuma lebih utama, sebagian yang lain berpendapat
Khadîjah lebih utama, ada juga yang memilih diam. Ibn Qayyim rahimahullah mengatakan, “Saya pernah
bertanya pada guru kami Ibnu Taimiyah rahimahullah, beliau rahimahullah menjawab, ‘Masing-masing
dari mereka berdua memiliki keistimewaan. Khadîjah Radhiyallahu anhuma memiliki pengaruh kuat di
awal-awal Islam. Beliaulah yang menghibur, menguatkan dan menenangkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Beliau Radhiyallahu anhuma menginfakkan hartanya dalam rangka membantu dakwah
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga beliau Radhiyallahu anhuma mendapat ghurratal
(cahaya di akhirat) Islam. Beliau Radhiyallahu anhuma bersabar menanggung derita demi membela Allah
Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Pertolongan beliau Radhiyallahu anhuma untuk Rasûlullâh datang tepat
pada waktu yang sangat dibutuhkan. Bantuan dan pertolongan yang beliau Radhiyallahu anhuma
berikan tidak dimiliki oleh selainnya. Adapun Âisyah Radhiyallahu anhuma pengaruh beliau Radhiyallahu
anhuma ada pada akhir-akhir Islam. Diantara keutamaannya at-tafaqquh fiddin (memahami ilmu
agama), menyampaikan ilmu tersebut kepada umat ini, dan orang-orang Mukmin banyak mendapatkan
manfaat dari ilmu yang telah beliau Radhiyallahu anhuma sampaikan dan ini tidak dimiliki oleh
selainnya. Inilah ucapan beliau rahimahullah yang saya nukilkan secara makna.[10] 4. Hafshah binti
Umar bin Khattab Radhyallahu anhuma Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi
Hafshah binti Umar bin Khattab Radhiyallahu anhuma pada tahun ke-3 Hijrah. Sebelum menikah dengan
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Hafshah pernah menjadi istri Khunais bin khuzafah yang
merupakan salah seorang Shahabat Rasûlullâh yang pernah ikut serta dalam perang Badar. Hafshah bin
Umar al-Khatthab c meninggal dunia pada tahun ke-27 atau ke-28 hijrah. 5. Zainab binti Khuzaimah bin
al-Harist al-Qaisiah Radhiyallahu anha Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab
binti Khuzaimah bin al-Hârist al-Qaisiah dari Bani Hilal bin ‘Amir. Zainab Radhiyallahu anhuma meninggal
dunia setelah hidup bersama Rasûlullâh selama dua bulan. Zainab Radhiyallahu anhuma dijuluki Ummul
Masâkin (ibunda kaum miskin) karena beliau Radhiyallahu anhuma sering memberi makan kepada
orang-orang miskin. 6. Ummu Salamah Radhiyallahu anha Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahi dengan Ummu Salamah yang bernama Hindun binti Abi Umayyah bin al-Mughirah al-
Quraisyah al-Makhzûumiyah. Ada yang mengatakan bahwa Ummu Salamah Radhiyallahu anha adalah
istri Rasulûllâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terakhir menginggal dunia. Beliau Radhiyallahu anha
meninggal dunia pada tahun 62 hijrah. Beliau Radhiyallahu anha dikuburkan di pekuburan al-Baqî’.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya pada tahun ke-4 hijrah. Diantara keutamaan Ummu
Salamah Radhiyallahu anha adalah Jibril Alaihissallam pernah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedangkan Ummu Salamah Radhiyallahu anha sedang ada bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam sehingga beliau Radhiyallahu anha bisa melihat malaikat Jibril Alaihissallam dalam rupa salah
seorang shahabat yang Dihyah al-Kalbi. Disebutkan dalam Shahîh Muslim dari Abu Utsman, beliau
berkata, ” aku dikabari bahwasanya Jibril Alaihissallam mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sementara disamping Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma .
Beliau berkata; kemudian Jibril Alaihissallam mulai berbicara dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu pergi, kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Ummu Salamah
Radhiyallahu anha, Siapakah dia?”[11] (al-Hadits). 7. Zainab binti Jahsyi Radhiyallahu anha Selanjutnya,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Jahsyi dari Bani Asad bin Khuzaimah.
Zainab Radhiyallahu anha merupakan anak dari bibi Rasûlullâh yang bernama Amimah bintu ‘Abdil
Muttalib. Sebelum menikah dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Zainab Radhiyallahu anha
menjadi istri Zaid bin Hâritsah Radhiyallahu anhu, salah seorang bekas budak Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Setelah Zaid Radhiyallahu anhu menceraikan Zainan Radhiyallahu anha, Allâh Azza wa
Jalla menikahkan Zainab Radhiyallahu anhuma dengan Rasûlullâh langsung dari atas tujuh lapisan langit
dan Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya: ‫ض ٰى زَ ْي ٌد ِم ْنهَا َوطَرًا زَ َّوجْ نَا َكهَا‬ َ َ‫ فَلَ َّما ق‬Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia [Al-
Ahzâb/33:37] Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dan masuk ke tempat Zainab
Radhiyallahu anhuma tanpa meminta izin. Zainab Radhiyallahu anha membanggakan dirinya dihadapan
para Istri Rasûlullâh yang lain seraya berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga-keluarga kalian,
sedangkan aku dinikahkan langsung oleh Allâh Azza wa Jalla dari atas tujuh lapisan langit.”[12] Ini
termasuk salah dari keistimewaan Zainab bintu Jahsyi. Beliau Radhiyallahu anhuma meninggal dunia
pada tahun 20 hijrah, dan dimakamkan di pekuburan al-Baqi’. Zainab Radhiyallahu anha adalah istri Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling awal meninggal dunia setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat. Diriwayatkan dari Â’isyah Radhiyallahu anhuma , beliau Radhiyallahu anhuma berkata,
‘Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ط َولَنَا يَدًا أِل َنَّهَا‬ ْ َ‫َت أ‬
3ْ ‫ فَكَان‬: ُ‫ت عَائِ َشة‬ ْ َ‫أَس َْر ُع ُك َّن لِ َحاقًا بِي أ‬
ْ َ‫ قَال‬. ‫ط َولُ ُك َّن يَدًا‬
ُ ‫ص َّد‬
‫ق‬ َ َ‫ تَ ْع َم ُل بِيَ ِدهَا وتَت‬Yang paling cepat diantara kalian yang menyusulku (meniggal dunia) adalah yang paling
panjang tangannya.’ Âisyah Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Zainab Radhiyallahu anha adalah istri Beliau
Radhiyallahu anhuma yang paling panjang tangannya, karena dia sering bekerja dan banyak bersedekah
dengan tangannya.”[13] 8. Juwairiyyah bin al-Hârits bin Abi Dhirar Radhiyallahu anha Kemudian
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Juwairiyyah bin al-Hârits bin Abi Dhirar al-Mustaliqiyah.
Dia merupakan tawanan pada perang Bani Musthaliq dan masuk dalam bagian (ghanîmah) Tsâbit bin
Qais Radhiyallahu anhu. Tsâbit bin Qais Radhiyallahu anhu membebaskannya dengan syarat dia harus
membayar sejumlah uang. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melunasinya lalu menikahinya pada
tahun keenam hijriah, dan beliau Radhiyallahu anhuma meninggal dunia pada tahun lima puluh enam.
Diantara keutamaan Juwairiyah Radhiyallahu anha adalah kaum Muslim membebaskan seratus budak
dan tawanan yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan Juwairiyyah Radhiyallahu anha ketika
mereka tahu beliau Radhiyallahu anha dinikahi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Shahabat
mengatakan bahwa para tawanan itu telah menjadi saudara-saudara ipar bagi Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ini merupakan salah satu berkah Juwairiyah Radhiyallahu anha untuk kaumnya. 9.
Ummu Habîbah, Ramlah bintu Abi Sufyân Shakhr bin Harb Radhiyallahu anha Kemudian Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Habîbah Radhiyallahu anha yang bernama Ramlah bintu
Abi Sufyân Shakhri bin Harbi al-Quraisyi al-Umawiyah. Ada yang mengatakan bahwa nama Ummu
Habîbah Radhiyallahu anha adalah Hindun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya saat
beliau Radhiyallahu anha sedang berhijrah di negeri Habasyah. Raja Najasyi memberikan kepadanya
Radhiyallahu anhuma empat ratus dinar sebagai mahar dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Kemudian beliau dibawa dari Habasyah menuju Rasûlullâh di Madinah. Ummu Habîbah Radhiyallahu
anha meninggal dunia dimasa kepemimpinan saudaranya yang bernama Mu’âwiyah bin Abi Sufyân. 10.
Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab Radhiyallahu anha Pada tahun ketujuh hijriyah Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam menikah dengan Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab tetua bani Nadhir dari keturunan
Hârûn bin Imrân saudara Musa Alaihissallam. Berdasarkan ini berarti dia adalah anak Nabi (Hârûn),
pamannya seorang Nabi (yaitu Nabi Musa Alaihissalam), dan suaminya juga seorang Nabi (yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dia Radhiyallahu anha termasuk wanita paling cantik di dunia
ini. Pada awalnya dia adalah seorang budak (dari tawanan perang) kemudian Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam menikahinya dengan mahar dibebaskan atau dimerdekakan dari status budak. Ini
termasuk bagian dari keutamaannya Radhiyallahu anha. 11. Maimunah bintu al-Hârits al-Hilaliyah
Radhiyallahu anha Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah bintu al-Hârist
al-Hilaliyah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha adalah wanita terakhir yang dinikahi Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya Radhiyallahu anha pada
tahun ketujuh hijrah setelah umrah qada’, kemudian beliau Radhiyallahu anha meninggal di daerah
Saraf pada tahun enampuluh tiga hijrah dimasa kekuasaan Mu’âwiyah, semoga Allâh meridhai mereka
berdua dan meridhai semua Shahabat Rasûlullâh.

Referensi: https://almanhaj.or.id/4207-sekilas-tentang-istri-istri-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-
sallam.html

Beberapa keutamaan Khadijah istri Rasulullah SAW yang mana menjadikannya seorang wanita yang
begitu dicintai oleh Allah SWT karena keagungan dan kemuliaan semasa hidupnya:

1. *Khadijah Adalah Wanita Terbaik di Dunia dan di Akhirat*


Menurut Ali Radiallahu’anhu, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wanita terbaik yang ada di dunia dan
di akhirat kelak adalah Maryam Putri Imran dan Khadijah istri pertamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain itu dalam hadist Ibnu Abbas Radiallahu’anhu, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wanita-wanita
yang paling utama yang akan masuk surga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad,
Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim (istri Firaun).” (HR. Ahmad).

2. *Khadijah Adalah Wanita yang Sangat Diagungkan dan Dimuliakan Oleh Allah*

Sebagai istri pertama Rasulullah SAW yang selalu mendampingi susah maupun senang dalam kehidupan
Rasul. Khadijah disebut-sebut sebagai wanita yang baik menurut islam yang sangat diagungkan dan
dimuliakan oleh Allah SWT yang mana Ia akan dijamin masuk surganya Allah dan telah dipersiapkan
sebuah rumah yang berasal dari emas dan perak sebagai tempat hunianya kelak.

3. *Khadijah Adalah Wanita Pertama yang Diajarkan Islam Oleh Rasulullah SAW*

Keutamaan dari istri pertama Nabi SAW ini adalah Beliau merupakan wanita pertama yang diajarkan
islam oleh Baginda Rasulullah SAW. Menurut Qatadah, Az-Zuhri, Ibnu Ishaq, Abdullah bin Muhammad
bin ‘Aqil menyatakan:

“Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Allah SAW (dari laki-laki dan perempuan) dan
tidak ada yang menyatakan selain itu.” Selain itu menurut Imam Adz-Dzahabi juga menyatakan:
“Khadijah adalah Ummul Mukminin yaitu orang yang pertama kali beriman kepada Allah SWT atas
ajaran Rasulullah SAW dan telah membenarkan sebelum yang lainnya.” (Siyar A’lam An-Nubala).

4. *Wanita Pertama yang Sholat Bersama Rasulullah SAW*

Dalam semasa hidupnya Khadijah yang selalu mendampingi Rasulullah SAW ini juga dinyatakan sebagai
wanita yang pertama kali sholat bersama Rasulullah SAW.
Dimana pada saat ini Rasulullah mengajarkan Khadijah untuk berwudhu dan menunaikan sholat sunnah
bersama beliau. Pada masa tersebut sholat 5 waktu belum diberlakukan, sehingga hanya sholat sunnah
yang dikerjakan oleh Beliau semasa hidupnya. Karena Beliau wafat sebelum kejadian isya’ Mi’raj.

5. *Khadijah Membantu Dakwah Rasulullah SAW*

Khadijah merupakan wanita (istri Rasul) yang membantunya berdakwah untuk meluruskan agama islam
yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Beliau telah membantu Rasulullah SAW saat menerima wahyu
pertama dari Allah SWT di Goa Hiro.

Dan Beliaulah yang senantiasa memberikan kekuatan dan semangat kepada Rasulullah dengan
memberikan ketenangan atas apa yang terjadi pada masa itu. Baca juga menganai keutamaan
memuliakan istri.

6 *Khadijah Pernah mendapatkan Salam dari Allah SWT dan Malaikat Jibril*

Dari hadist Abu Hurairah Radiyallahu’anhu, ia bertaka:

“Pada suatu waktu ketika malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW sambil berkata, Wahai Rasulullah
ini dia Khadijah. Ia datang kepadamu dengan membawa wadah berisikan lauk pauk di dalamnya serta
makanan dan minuman. Apabila Ia datang kepadamu maka sampaikan kepadanya salam dari Allah SWT
dan dariku kepadanya.

Selain itu beritahukan kepadanya bahwa Allah telah mempersiapkan rumah untunya di surga yang
terbuat dari emas dan perak yang di dalamnya tidak ada kebisingan dan kepayahan lainnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

7. *Khadijah Adalah Ummul Mukmin yang Telah Dijamin Masuk Surga*

Peran Khadijah yang begitu besar bagi kehidupan Rasulullah dalam menyebar luaskan ajaran islam
sesuai yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Khadijah juga tercatat sebagai Ummul Mukmin yaitu
orang yang pertama kali beriman kepada Allah SWT atas ajaran Rasulullah SAW dan telah membenarkan
sebelum yang lainnya.
Dan Allah SWT telah menjanjikan kepadanya sebagai wanita yang dirindukan surga bersama Rasulullah
SAW kelak.

8. *Khadijah Akan Mendapatkan Rumah di Surga Kelak*

Seperti ciri-ciri wanita penghuni surga, Khadijah merupakan wanita pertama yang tercatat sebagai
Ummul Mukmin yang mana telah dijanjikan oleh Allah SWT untuk masuk ke surganya Allah bersama
Baginda Rasul. Dan Allah SWT juga telah mempersiapkan sebuah rumah surga yang terbuat dari emas
dan perak yang telah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk
disampaikannya kepada Khadijah.

9. *Memiliki Sanjungan yang Sangat Luar Biasa*

Dari keutamaan Aisyah Radiallahu’anha, ia berkata:

“Sungguh aku tidak cemburu kepada seorang wanita pun kecuali rasa cemburuku kepada Khadijah. Dia
telah wafat 3 tahun sebelum Rasulullah SAW menikahiku. Kecemburuanku ini bukan tanpa sebab,
melainkan aku pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW selalu menyebut-nyebut dia (Khadijah).

Dan Rabbnya pun juga telah menyuruh kepada Rasulullah untuk memberikan kabar gembira kepada
Khadijah tentang rumah surga yang terbuat dari emas dan perak yang telah dipersiapkan untuknya
kelak. Ditambah ketika Rasulullah SAW menyembih seekor kambing, maka Beliau pun akan
membagikannya kepada para sahabat-sahabat Khadijah.” (HR. Muslim).

10. *Kerabat dan Sahabat-Sahabat Khadijah Juga Mendapatkan Penghormatan dari Rasulullah SAW

Setelah Khadijah wafatm* penghormatan masih saja dilakukan oleh Rasulullah SAW. Yang mana tatkala
Beliau (Rasulullah SAW) menyembelih seekor kambing dan Beliau memotong-motongnya menjadi
beberapa bagian untuk dibagikan kepada para sahabat-sahabat Khadijah. Hal inilah yang menjadi bentuk
penghormatan dari Rasulullah SAW kepada para sahabat Khadijah hingga Beliau wafat.

11. *Wanita yang Sangat Dicintai Rasulullah SAW*

Ketika Rasulullah SAW bercerita tentang Khadijah, Beliau selalu menyanjung istri pertamanya tersebut
seperti halnya cara Rasulullah menyayangi istri. Hingga memicu kecemburuan Aisyah istri Rasul dan Ia
sempat berkata: “ Terlalu sering Engkau menyanjung-nyanjungnya, ia adalah seorang wanita tua yang
mana Allah SWT telah menggantikannya buatmu seorang wanita yang lebih baik darinya.”

Rasulullah SAW pun menjawab:

“Allah SWT tidak menggantikan dia dengan seorang wanita pun yang lebih baik darinya. Ia adalah wanita
yang telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir masih memusuhiku, Ia adalah wanita yang
membenarkanku tatkala orang-orang mendustakanku, Ia adalah wanita yang membantuku dengan harta
yang dimilikinya tatkala orang tidak mau membantuku dengan harta yang dimilikinya.

Dan Allah SWT telah menganugrahkan dirinya seorang anak-anak yang mana Allah SWT tidak
menganugrahkan kepadaku anak-anak dari wanita (istriku) yang lain.” (HR. Ahmad).

Wanita Shidiq Diantara Mukmin Wanita

Dimasa hidupnya Khadijah dikenal sebagai seorang wanita yang begitu jujur (Shidiq). Bahkan dari
kejujuran yang dimilikinya, ia mendapatkan sanjungan yang luar biasa dari Rasulullah SAW hingga Beliau
tidak pernah sedikit pun melupakan apa yang telah diperbuat Khadijah semasa hidupnya. Dan hal ini
yang selalu diceritakan Baginda Rasul kepada para sahabat-sahabatnya.

12. *Memberikan Keturunan Kepada Nabi SAW*

Dari istri-istri Rasulullah SAW hanya Khadijah dan Maria Al-Qibtiyalah yang memberikan keturunan
kepadanya. Namun dari keturunan Khadijahlah anak-anak Rasulullah terus tumbuh hingga dewasa. Dan
yang berasal dari keturunan Maria Al-Qibtiyah hanya seorang putra yang bernama Ibrahim dan ia wafat
sewaktu masih kecil.

Sedangkan dari Khadijah, Rasulullah mendapatkan 2 putra dan 4 putri yang mana 2 diantara putra
Rasulullah dan Khadijah juga meninggal di waktu kecilnya. Dan lainnya adalah Zainab, Ummu Kultsum,
Ruqayyah, dan Fatimah dan keempatnya menjadi pembela agama Allah SWT.

13 *Istri Nabi SAW yang Lebih Dulu Meninggal Dunia*

Khadijah dikenal sebagai istri pertama Rasulullah SAW yang mana memiliki usia lebih tua dibandingkan
Baginda Nabi SAW. Meskipun Nabi memiliki beberapa istri, namun Khadijahlah istri pertama Nabi yang
telah lebih dulu meninggal dunia. Baru 3 tahun setelah kepergian Khadijah, Nabi menikah kembali
dengan seorang wanita bernama Aisyah.

14 *Kuburan Khadijah Adalah yang Pertama Kali Disinggahi Oleh Nabi SAW Ketika Berada di Mekkah*

Sebagai seorang istri yang begitu dicintai oleh Nabi SAW, tidak heran rasanya jika rasa cinta tersebut
tetap tumbuh hingga masa kepergian Khadijah.

Dimana sewaktu Nabi SAW bertandang ke negara Mekkah, tempat pertama yang disinggahinya adalah
makam dari Khadijah yang berada di Makkah. Hal ini membuktikan begitu luar biasanya Khadijah dalam
kehidupan Nabi SAW hingga akhir hayatnya. Untuk itu Rasulullah SWA selalu memrintahkan untuk
mencari sosok istri terbaik seperti kriteria calon istri menurut islam dan ciri-ciri istri shalehah.

Dari pembahasan mengenai keutamaan Khadijah istri Rasulullah SAW di atas, maka banyak pelajaran
yang dapat kita petik dari seorang Khadijah. Dimana semasa hidupnya, ia memiliki peran yang cukup
besar bagi kehidupan Rasulullah dimasa penyebaran agama islam waktu itu. Semoga pembahasan ini
memberikan manfaat kepada kita semua tentang apa yang telah ditanamkan Khadijah semasa hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai