Anda di halaman 1dari 31

AKIDAH AKHLAK

Teguh, S.Ag., M.Pdi

KULIAH 8

Referensi:
KULIAH AQIDAH ISLAM
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.
LPII Yogyakarta
MALAIKAT
A. Makhluk Ghaib
Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu yang ghaib (al-ghaib) dan yang nyata
(asy-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak
bisanya dijangkau oleh pancaindera manusia. Segala sesuatu yang
tidak bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia
digolongkan kepada al-ghaib. Sebaliknya yang bisa dijangkau oleh
salah satu pancaindera manusia digolongkan kepada asy-syahadah.
Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk ghaib
tersebut, seseorang dapat menempuh dua cara. Pertama, melalui
berita atau informasi yang diberikan oleh sumber tertentu (bil-
akhbar). Kedua, melalui bukti-bukti nyata yang menunjukkan
makhluk ghaib itu ada (bil-atsar). Misalnya Malaikat, kita dapat
mengetahui dan mengimani wujud Malaikat, pertama melalui
akhbar yang disampaikan oleh Rasulullah baik berupa Al-Qur’an
maupun Sunnah. Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani
wujud malaikat lewat bukti-bukti nyata yang ada.
B. Siapakah Malaikat Itu?
1. Pengertian Malaikat
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh
Allah dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu.
2. Penciptaan Malaikat
Malaikat diciptakan Allah dari cahaya, tentang kapan
Malaikat diciptakan, tidak ada penjelasan. Tapi yang
jelas Malaikat diciptkan lebih dahulu dari manusia
pertama (Adam AS) sebagaimana yang disebutkan dalam
Surat Al-Baqarah ayat 30:
                       

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para


malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi."
3. Wujud Malaikat
Sebagai makhluk ghaib wujud Malaikat tidak dapat dilihat,
didengar, diraba, dicium dan dicicipi (dirasakan) oleh manusia,
atau dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh pancaindera,
kecuali jika Malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu,
seperti rupa manusia.

                                     

              

“Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu


ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di
sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang
melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh Kami
(Jibril AS) kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya
(dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam : 16-
17)
4. Sifat Malaikat
Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang mulia:
                     

“Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah telah


mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah.
Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba
yang dimuliakan”. (Al-Anbiya’ : 26)

Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan


patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat
maksiat dan durhaka
  kepada
  Allah:
                

“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka


mengerjakan perintah-perintahNya.” (Al-Anbiya’ : 27)
C. Nama dan Tugas Malaikat
Jumlah Malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan.
Sesama mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan,
baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat dan
kedudukan. Dalam surat Fathir ayat 1 disebutkan bahwa ada
Malaikat yang bersayap dua, tiga dan empat:
                                         

                       

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang


menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-
masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan
pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Fathir : 1)
Sebagian dari Malaikat disebut nama-nama mereka dan
sebagian lagi hanya dijelaskan tugas-tugasnya saja. Di
antara nama-nama dan tugas-tugas Malaikat adalah:
1. Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada
Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul

                                      

        

“Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,


Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke
dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
(Al-Baqarah :97)
2. Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal
yang berhubungan dengan alam seperti
melepaskan angin, menurunkan hujan,
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan lain-
lain. Nama Mikail disebut di dalam surat
Al-Baqarah ayat 98:
                                    

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah,


malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya
Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
3. Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari
kiamat dan hari berbangkit nanti. Tentang tiupan
terompet itu Al-Qur’an menyebutkan:
                                    

                                

“Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi


dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu
dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di
tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu
sangkakala ditiup. dia mengetahui yang ghaib dan
yang nampak. dan dialah yang Maha Bijaksana lagi
Maha Mengetahui.” (Al-An’am:73)
4. Malaikat Maut (Malakul Maut),
bertugas mencabut nyawa manusia dan
makhluk hidup lainnya. Malaikat Maut
dikenal juga dengan nama Izrail.
                                 

“Katakanlah: "Malaikat maut yang


diserahi untuk (mencabut nyawa)mu
akan mematikanmu, kemudian hanya
kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan."
5.Malaikat Raqib dan ‘Atid, bertugas mencatat amal
perbuatan manusia.
                                           

“Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,


seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Raqib ‘Atid.” (Qaf:
17-18)
                          

Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat)


yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah)
dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Infithar : 10-12)
6. Malaikat Munkar dan Nakir, bertugas menanyai mayat dalam
alam kubur tentang siapa Tuhannya, apa agamanya dan siapa
nabinya.

7. Malaikat Ridwan, bertugas menjaga sorga dan memimpin para


Malaikat pelayan sorga.
                                   

              

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke


dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila
mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah
terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu!
Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".
(Az-Zumar: 73)
8. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka:
                                      

                                      

              

“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam


berombong-rombongan. sehingga apabila mereka
sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan
berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
"Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di
antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat
Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan
pertemuan dengan hari ini?" mereka menjawab: "Benar
(telah datang)". tetapi Telah pasti berlaku ketetapan
azab terhadap orang-orang yang kafir.” (Az-Zumar:71)
9. Malaikat yang bertugas memikul ‘Arasy
                                        

                                    

“Malaikat-malaikat yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di


sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-
Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi
segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang
bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari
siksaan neraka yang menyala-nyala.”

10. Malaikat yang bertugas menggerakkan hati manusia untuk berbuat


kebaikan dan kebenaran.

11. Malaikat yang bertugas mendoakan orang-orang yang beriman


supaya diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya, diberi ganjaran
sorga dan dijaga dari segala keburukan dan doa-doa lain.
D. Manusia lebih mulia daripada Malaikat
Manusia (jika beriman dan taat kepada Allah)
lebih mulia dari Malaikat. Ada beberapa alasan
yang mendukung pernyataan tersebut:
1. Allah memerintahkan kepada Malaikat untuk
bersujud (hormat) kepada Adam:
                                    

“Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada


para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam,"
Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)
2. Malaikat tidak bisa menjawab pertanaan Allah tentang Al-Asma’ (nama-nama
ilmu pengetahuan), sedangkan Adam mampu, karena memang diberi oleh Allah:

                                          

                                  

                                       

            

“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana" Allah berfirman: "Hai
Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan?“ (Al-Baqarah: 31-33)
3. Kepatuhan Malaikat kepada Allah karena sudah
tabiatnya, sebab Malaikat tidak memiliki hawa
nafsu, sedangkan kepatuhan manusia kepada
Allah melalui perjuangan yang berat melawan
hawa nafsu dan godaan syaitan.

4. Manusia diberi tugas oleh Allah menjadi Khalifah


di permukaan bumi.
                       

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para


malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." (Al-Baqarah:30)
F. Jin, Iblis, dan Syaitan
1. Pengertian Jin, Iblis, dan Syaitan
Dinamai al-jin karena tersembunyi dari
pandangan manusia. Dinamai iblis karena dia putus
asa dari rahmat atau kasih sayang Allah. Dan
dinamai syaitan karena jauhnya dia dari kebenaran.
Jin adalah sebangsa makhluk ghaib yang
diciptakan Allah dari api:

                   


“Dan kami telah menciptakan jin sebelum
(Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-
Hijr:27)
2. Hizbu as-Syaitan
Hisbu as-syaitan adalah golongan atau partai Syaitan.
Maksudnya orang-orang yang secara sadar atau tidak
menjadi pengikut Syaitan. Dalam surat Al-Mujadilah
ayat 19 dijelaskan oleh Allah dua ciri utama hizbu as-
syaitan, yaitu mereka dikuasai oleh Syaitan dan mereka
lupa kepada Allah:
                                       

     

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan


mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan
syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
syaitan itulah golongan yang merugi.”
 
Untuk menguasai dan membuat manusia lupa dengan Allah,
Syaitan menempuh dua cara:
1) Tadhil (menyesatkan)
Langkah-langkah yang ditempuh Syaitan dalam menyesatkan
manusia antara lain:
a. Waswasah (bisikan)
Syaitan membisikkan keraguan, kebimbangan, dan keinginan
untuk melakukan kejahatan ke dalam hati manusia:
                                      

                      

“Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan


menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan)
jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (An-Nas : 1-6)
b. Nisyan (lupa)
Lupa memang sesuatu yang manusiawi. Tapi Syaitan
berusaha membuat manusia lupa dengan Allah, atau paling
kurang membuat manusia menjadikan lupa sebagai alasan
untuk menutupi kesalahan atau mengingkari tanggung
jawab:
                                  

                           

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-


olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka
sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan
jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini),
maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang
zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (Al-
An’am:68)
c. Tamani (angan-angan)
Syaitan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan
khayalan yang mustahil terjadi dan dengan angan-angan
kosong. Allah mengingatkan kita akan tekad Syaitan untuk
membangkitkan angan-angan kosong pada diri manusia:
....          

“Dan sesungguhnya saya (Syaitan) benar-benar akan


menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka …” (An-Nisa:119)
                         

“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan


membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan
itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”
(An-Nisa:120)
d.Tazyin (memandang baik perbuatan maksiat)
Syaitan berusaha dengan segala macam cara
menutupi keadaan yang sebenarnya sehingga yang
batil kelihatan terpuji.
                                      

      

“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau


telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-
hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka“.(Al-
Hijr:39-40)
d. Wa’dun (janji palsu)
Syaitan berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya
dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang akan
mereka peroleh jika mau menuruti ajakannya. Namun di akhirat kelak Syaitan
akan mengingkarinya.
                                          

                                      

                                    

         


“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak
ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu
lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku
akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu
dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak
membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak
dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang
pedih.” (Ibrahim:22)
f. Kaidun (tipu daya)
Syaitan berusaha dengan segala macam tipu daya
untuk menyesatkan umat manusia. Akan tetapi
sebenarnya tipu daya Syaitan itu tidak akan ada
pengaruhnya bagi orang-orang yang benar-benar
beriman kepada Allah.
                                   

                  

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan


Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di
jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan
syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan
itu adalah lemah.” (An-Nisa’:76)
g. Shaddun (hambatan)
Syaitan berusaha untuk menghalangi manusia
menjalankan perintah Allah dengan menggunakan
segala macam hambatan.
                                            

            

“Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah


matahari, selain Allah; dan syaitan telah
menjadikan mereka memandang indah perbuatan-
perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari
jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat
petunjuk.” (An-Naml:24)
h. ‘Adawah (permusuhan)
Syaitan berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling
membenci di antara sesama manusia, karena dengan
permusuhan itu manusia akan lupa diri dan melakukan hal-hal
yang tidak dibenarkan oleh Allah untuk membinasakan musuh-
musuhnya. Salah satu sebab Allah melarang minum khamar
dan judi adalah karena dengan dua perbuatan itu Syaitan akan
menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci.
                                         

             

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan


permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (Al-Maidah:91)
2) Takhwif
Kalau Syaitan tidak berhasil menyesatkan umat manusia dengan
segala langkah-langkah yang telah diterangkan di atas, Syaitan masih
punya cara lain yaitu menakut-nakuti. Takut yang dimaksud di sini
bukanlah takut yang tabi’i (alami) seperti takutnya seseorang diterkam
binatang buas, dan bukan takut yang syar’i (sesuai dengan syari’at
Islam) seperti takut melakukan kemaksiatan. Tetapi takut yang
dijadikan senjata Syaitan ini adalah takut menyatakan kebenaran, takut
menegakkan hukum Allah, takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar
karena khawatir dengan segala resiko dan konsekuensinya. Misalnya
resiko jatuh miskin, kehilangan jabatan, masuk penjara, dan lain-lain.

                                      

        


"Yaitu orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka", Maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".
3. Usaha-usaha Melawan Syaitan
a. Masuk Islam secara kaffah (utuh) dengan
menjauhi semua langkah-langkah Syaitan.

                                    

   

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah


kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 288)
b. Selalu menyadari bahwa Syaitan adalah
musuh utama, dan memperlakukannya
sebagai musuh.
                                

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh


bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu
hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala.” (Fathir:6)
c. Secara praktis Rasulullah mengajari
beberapa hal berikut
1) Membaca al-Isti’azah
2) Membaca al-Ma’uzatain (surat
Al-Falaq dan surat An-Nas)
3) Membaca ayat Kursi (Al-
Baqarah:255)
4) Membaca zikir.
5) Mengingat Allah SWT.
6) Berwudhuk tatkala marah.

Anda mungkin juga menyukai