Anda di halaman 1dari 4

Resume Kuliah Tamu Mata Kuliah Administrasi Rumah Sakit dan Puskesmas

Nama : Alika Imani Nabila

NIM : 102011133234

Kelas : IKM 3D

Indonesian Hospital Readiness and the Impact on Safety During Covid-19 Pandemic
Based on Health Workers Perspective

Covid-19 dideklarasikan sebagai pandemi global oleh World Health Organization


(WHO) pada bulan Maret 2020. Hingga tanggal 15 September 2021, dilansir dari
Pemerintahan Republik Indonesia, angka masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19
mencapai lebih dari empat juta orang dengan angka kasus kematian yang terkait virus ini
sebesar 139.682 orang. Disamping itu, adapun per bulan Juli 2021 tercatat lebih dari 1500
pekerja kesehatan di Indonesia meninggal akibat virus Covid-19 yang menempatkan
Indonesia sebagai negara dengan kasus kematian tenaga kesehatan akibat virus Covid-19
tertinggi di Asia.

Disamping fenomena ini, tentu pemerintah sudah melakukan beberapa upaya gna
membebaskan Indonesia dar virus Covid-19, mulai dari mengevakuasi Warga Negara
Indonesia yang berada di Wuhan, membangun tim penanggulangan pandemi, melengkapi
kebutuhan peralatan kesehatan, membentuk hukum dan regulasi yang terkait, hingga
mendorong vaksin kepada masyarakat. Banyak pula tindakan darurat yang dilakukan
pemerintah ataupun pihak tenaga kesehatan yang dilakukan untuk memaksimalan pelayanan
kesehatan di tengah angka kebutuhan pelayanan yang meningkat, seperti membangun tenda
pelayanan darurat di luar gedung rumah sakit.

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan, rumah sakit memainkan peran penting dalam
upaya menanggulangi pandemi ini. Pelayanan kesehatan dan medis menjadi hal yang sangat
krusial dalam kondisi ini, mengingat penyebaran virus yang sangat cepat sehingga membuat
masyarakat memerlukan pertahanan dan perawatan lebih dari keadaan sebelumnya.
Perubahan pencegahan infeksi dan prosudur kontrol menyebabkan tingginya angka terinveksi
virus Covid-9 pada pekerja kesehatan. Selain masalah kesehatan akibat virus Covid-19 yang
menjadi fokus utama setiap tenaga kesehatan, penyakit lainnya juga memerlukan perhatian
yang cukup untuk menghindari terjadinya penyakit yang lebih parah di kemudian hari.
Ada banyak rumah sakit yang ada di Indinesia, kurang lebih sebanyak 2 ribu buah.
Adapun 2 tahun setelah dibangunnya rumah sakit, rumah sakit harus melakukan akreditasi
untuk menilai kelayakan rumah sakit tersebut.

Selain hal-hal yang berkaitan dengan akreditas rumah sakit, kesehatan pasiean juga
harus diutamakan dan diperhatikan. Banyak poin didalamnya yang dapat mengakibatkan
kurang diperhatikannya kesehatan pasien, diantaranya adalah kesalahan dalam mendiagnosis
pasien sehingga pasien tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya, tertundanya
perawatan, kegagalan dalam berkomunikasi dengan tenaga kesehatan, kesalahan administrasi,
kesalahan diagnosis, tercampurnya data pasien, kurangnya ruangan maupun peralatan
kesehatan, dan memiliki sangat sedikit ventilator,

Dengan beberapa hal yang sudah dipaparkan sebelumnya, Adapun beberapa


kesimpulan yang dapat kita ambil adalah :

1. Tingkat kesiapan rumah sakit dipengaruhi oleh status akreditasi rumah sakit dan
kepemilikan rumha sakit tersebut
2. Tidak ada rumah sakit yang benar-benar siap untuk menghadapi pandemi Covid-
19 di dunia, namun seiring berjalannya waktu, 1 tahun kemudian terjadi beberapa
perubahan yang meningkatkan kesiapan rumah sakit terhadap penanganan
pandemi
3. Keselamatan pasien harus selalu mejadi perhatian walaupun ia tidak berada pada
rumah sakit dengan pelayanan kesehatan memumpuni
4. Penelitian di masa depan harus memfokuskan pada meningkatkan kualitas
perawatan kesehatan selama pandemic dan memperkenalkan insiatif baru yang
dapat dipakai pada semua rumah sakit. Pembuat kebijakan harus banyak menaruh
perhatian pada operalisasi berkala rumah sakit

Surgical Public Health : WHO and the Safe Surgery Saves Lives Campaign

Operasi bedah yang mungkin lebih familiar dikaitkan dengan upaya medis ternyata
merupakan bagian dari ranah kesehatan masyarakat. Adapun beberapa permasalahan pada
keselamatan operasi bedah :

1. Masalah kesehatan masyarakat yang tidak disadari


2. Kurangnya data terhadap operasi bedah dan hasilnya
3. Gagal melakukan panduan keselamatan operasi bedah

Permasalahan pertama, berdasarkan Lancet 2008, tercatat setiap tahunnya operasi


merupakan prosedur kesehatan yang paling banyak dilakukan di dunia, tepatnya sekitar 234
juta kali setiap tahunnya, bahkan mengalahkan angka kelahiran bayi per tahun. Tercatat pula
bahwa kasus meninggal akibat kecelakaan selama operasi setiap tahunnya mecapai angka
saju juta jiwa. Teknologi yang semakin maju juga turut membuka jalan dilakukannya lebih
banyak prosedur operasi pada banyak penyakit lainnya guna mencapai angka kesembuhan.

Permasalahan kedua adalah kita tidak memiliki data yang baik mengenai banyaknya
operasi yang dilakukan setiap rumah sakit di setiap daerahnya dan apa hasil dari
dilakukannya prosedur operasi tersebut. Apakah berhasil ataupun tidak. Hal ini menyebabkan
ahli tidak dapat mengambil keputusan untuk melkukan ataunpun mengevaluasi kondisi yang
ada, karena pada dasarnya kita tidak memiliki data yang dapat dijadikan sebagai acuan.

Permasalahan ketiga, kita gagal melakukan panduan keselamatan operasi yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Setiap operasi memiliki ketentuan dan panduan keselamatannya
masing-masing. Gagalnya perealisasian panduan keselamatan operasi pun dapat dilihat dari
beberapa kasus seperti tingginya tingkat infeksi operasi yang merupakan hasil
ketidakkonsistenan waktu pemberian antibiotic prphylaxis, komplikasi anastesi 100-1000 kali
lebih besar pada negara yang tidak mengikuti monitoring standar, dan salah pasien dan tidak
tepatnya tempat dilakakunya operasi walaupun tingkan publisitas tinggi.

Kampanye “The Safe Surgery Saves Lives” ini pun diusung oleh WHO dengan
beberapa strategi yang akan dilakukan dalam penyuaraan kampanye ini, diantaranya :

a. Dipromosikannya kesehatan operasi sebagai masalah kesehatan umum


b. Dikreasikannya evidence based checklist untuk meningkatkan standar keselamatan
operasi
c. Dikumpulkannya statistik operasi vital

Poin pertama disuarakan karena operai memiliki panduan yang sama secara global, jadi
keselamatannya pun juga harus menjadi perhatian umum.

Kenyatannya, kini rumah sakit melakuan lebih banyak hal yang benar, kepada lebih
banyak pasien, dan dalam waktu yang lebih banyak. Checklist membantu kita untuk
melakukan seluruh hal yang benar, kepada seluruh pasian, sepannjang waktu.
Check list sendiri awal dipakai dalam penerbangan. Guna memastikan tingkat
keamanan selama penerbangan, pilot akan membuat check list dan mengecek hal apa saja
yang harus dilakuaknnya sebelum, ketika, dan setelah melakukan penerbangan sehingga
dapat meminimalisir adanya kecerobohan dalam ingatan dan membuat penumpang lebih
merasa aman dan nyaman. Hal ini pun juga digunakan di lapangan kesehatan untuk
meminimalisir adanya kecelakaan akibat prosedur perawatan yang akan diberikan. Kita juga
dapat memastikan apa yang kita lakukan adalah benar melalui check list yang ada.

Adapun beberapa cara penggunaan check list, yaitu dengan menyusunnya sesuai
kebutuhan, didukung oleh bukti, evaluasi berdasarkan berbagai sistem yang diterapkan secara
global, mempromosikan kepatuhan untuk mewujudkan praktik yang aman, dan menggunakan
sedikit sumber untuk diimplementasikan dalam intervensi keselamatan yang sulit dijangkau.

WHO juga menyusun 10 objektif dalam keselamatan operasi, yang terdiri dari :

1. Tim akan mengoperasi pasien yang tepat pada lokasi yang tepat
2. Tim akan menggunakan metode yang telah diketahui untuk menghindari kesalahan
dari pemberlakuan anastesi selama melindungi pasien dari rasa sakit
3. Tim akan menyadari dan mempersiapkan secara efektif ancaman kehilangan nyawa
melalui saluran nafas atau sistem pernafasan
4. Tim akan menyadari dan menyiapkan secara efektif risiko kekurangan darah dalam
jumlah besar
5. Tim akan menghindari menginduksi alergi atau reaksi yang tidak baik dari obat pada
pasien yang diketahui memiliki risiko signifikan
6. Tim akan melakukan metode secara konsisten untuk meminimalisir kemungkinan
terjadi infeksi pada bagian yang dilakukan operasi
7. Tim akan mencegah ketidaksegajaan penyimpanan alat bedah atau sponge pada luka
operasi
8. Tim akan mengamankan dan mengidentifikasi secara akurat seluruh spesimen operasi
9. Tim akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi kritis untuk melakukan
operasi yang aman
10. Rumah sakit dan sistem kesehatan masyarakat akan membangun rutinitas surveilans
dari kapasitas operasi, volume, dan hasil operasi

Anda mungkin juga menyukai