Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu
survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Hasil akhir kegiatan
analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan
yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan
kurikulum yaitu perumusan tujuan.
b. Perumusan Tujuan
c. Pengorganisasian Materi
Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu
yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan
pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Isi atau bahan tersebut disusun
dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan jenjang sekolah,
kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan dalam
pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk
bahan pengajaran dalam berbagai bentuknya. Tugas guru adalah mengembangkan
bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan
dirumuskan sebelumnya. Ada sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan
dalam pemilihan materi kurikulum ini, antara lain: (1) Materi kurikulum harus
dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai; Materi kurikulum dipilih karena
dianggap berharga sebagaiwarisan budaya (positif) dari generasi masa lalu; (2)
Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu;(3)
Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia, untuk bekal hidup di masa kini dan masa yang akan datang; (4) Materi
kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa)
dan kebutuhan masyarakat.
IAIN dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1960 di kota Yogyakarta dengan nama
IAIN Al Jami’ah al-Islamiah al-Hukumiyah, yang merupakan gabungan dari
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Akademi Dinas
Ilmu Agama (ADIA) Jakarta.
Sejak tahun 1963, berdirilah cabang-cabang IAIN yang terpisah dari pusat. Pada
tahun 1965, nama IAIN di Yogyakarta diubah menjadi IAIN Sunan Kalijaga.
Pada abad ke-21, sejumlah IAIN berubah nama menjadi universitas Islam Negeri
(UIN), karena memiliki fakultas dan jurusan di luar studi keislaman. IAIN Syarif
Hidayatullah di Jakarta misalnya, berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jika pada tahun 2000 tercatat masih terdapat 14 IAIN di
Indonesia, saat ini 11 di antaranya telah berubah menjadi UIN.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki pola-
pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada di
lingkungannya. Pengertian ini berarti menegakkan bahwa yang masuk adalam
ketagori pendidi Islam in formal adalah pendidika Islam yang diberikan oleh orang
tua kepada keluarganya dan juga pendidikan Islam dilingkunangan masyarakat
seperti majlis ta’lim yang ada di masjid-masjid atau mushola.
Praktek pendidikan Islam informal tidak terikat dengan penjenjangan, waktu, atau
muatan kuirkulumnya. Pendidikan berjalan secara alami dan materi pendidikannya
bersiafat kondisonal dan sesuai dengan kebutuhan tanpa ada program waktu dan
evaluasi.
2. Sentralisasi Pendidikan
Sentralisasi adalah seluruh wewenang terpusat pada pemerintah pusat. Daerah
tinggal menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
yang telah digariskan menurut UU. Menurut ekonomi manajemen sentralisasi
adalah memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang
berada di suatu puncak pada sebuah struktur organisasi. Sentralisasi banyak
digunakan pemerintah sebelum otonomi daerah. Kelemahan sistem sentralisasi
adalah dimana sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh
orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga waktu untuk memutuskan
suatu hal menjadi lebih lama Dalam era reformasi deawasa ini, diberlakukan
kebijakan otonomi yang seluas-luasnya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Otonomi daerah merupakan distribusi kekuasaan secara
vertikal. Distribusi kekuasan itu dari pemerintah pusat ke daerah, termasuk
kekuasaan dalam bidang pendidikan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah di
bidang pendidikan tampak masih menghadapi berbagai masalah. Masalah itu
diantaranya tampak pada kebijakan pendidikan yang tidak sejalan dengan prinsip
otonomi daerah dan masalah kurang adanya koordinasi dan sinkronisasi.
Sementara itu Abdullah Idi (1999) mengemukakan beberapa hal yang harus
dilakukan dalam kegiatan pengembangan program pada tiap bidang studi,
yakni:
Disamping itu, Muhammad Idi (1999) sependapat dengan apa yang telah
dikemukakan oleh Subandijah mengenai kegiatan pengembangan program
pada setiap mata pelajaran, hanya beliau ingin mempertegas bahwa perlua
adanya pedoman khusus pada setiap bidang mata pelajaran, karena setiap
mata pelajaran punya karakteristik tertentu yang sudah tentu memiliki
perbedaan dalam metode dan media penyampaiannya.
a) Pemantaun Langsung
Pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan cara
mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat
secara bebas mengumpulkan informasi yang diperlukan.Agar pengumpulan
informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi
pengumpulan data yaitu;
Sedangkan kelemahan dari cara monitoring langsung ini antara kain dapat
disebutkan:
Memerlukan biaya yang relatif besar karena bukan saja factor jarak
(tranformasi) tetapi juga untuk mengirim petugas monitoring ke
lokasi.
Memerlukan ketelitian yang lebih, sebab dengan wawancara
langsung, seringkali hasilnya tidak sesuai bila petugas monitoring
tidak pandai-pandai mengali data yang baikdan benar.
b) PemantauanTidak Langsung
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat,
kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi
kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data
yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang
berjalan atau telah dijalankan.
Tujuan evaluasi kurikulum untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan
tercapai atau tidak setelah kurikulum itu diimplementasikan, Selain itu, evaluasi
kurikulum dimaksud juga untuk mengetahui validitas tujuan atau sasaran kurikulum
itu sendiri, termasuk penilaian apakah kurikulum itu sesuai dengan tingkat
kecerdasan pelajar atau anak didik tertentu, apakah mode intruksional yang dipakai
yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, apakah materi yang
direkomendasikan terbaik untuk mencapai tujuan kurikulum atau tujuan intruksional
yang diinginkan.
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah uji coba dilaksanakan dan perbaikan / penyempurnaan prosedur, teknik
serta instrumen penelitian, langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini antara lain;
Pengumpulan data di lapangan artinya melaksanakan penilaian melalui instrumen
yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah
direncanakan.
Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan
berdasarkan persepsi pelaksana kurikulum dan kelompok sasaran kurikulum
maupun data berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilai.
Menyusun deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data informasi yang
diperoleh dari hasil penilaian.
Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum berdasarkan criteria tertentu
yang telah ditentukan. Judgment dapat menggunakan dua macam logika yakni
logika vertikal dan horizontal.
Pembahasan dan pengukuhan hasil- hasil penilaian dalam satu pertemuan khusus
yang melibatkan tim penilai dengan pelaksana kurikulum, pengambilan keputusan
dan mungkin dari unsur lain yang relevan, sangat diperlukan, sebelum hasil –hasil
tersebut dimanfaatkan.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori
dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan
adalah mengadakan pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya
yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar
membaca dengan menggunakan metode global dan kelompok lain menggunakan
metode unsur. Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang
sangat teliti dan rinci, seperti sampel, variabel yang terkontrol, hipotesis, treatment,
tes hasil belajar dan sebagainya, perlu dirumuskan secara tepat dan rinci.
Evaluasi model objektif (model tujuan) berasal dari Amerika Serika., Perbedaan
model objektif dengan model komparatif ada dalam dua hal :
Referensi