Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL 1

MATA KULIAH : PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI SD


KODE : PDGK 4502
NAMA : RIZKI ANGGUN AZIZAH
KELAS :B
NIM : 855872468

Soal Pertanyaan

1. Tujuan kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari


sebuah proses pendidikan. Karena hal tersebut, kurikulum memiliki komponen-
komponen utama, salah satunya adalah strategi pembelajaran. Apakah strategi
pembelajaran itu? Dan jelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat mempengaruhi
tercapainya tujuan sebuah kurikulum !

JAWABAN :

Pengertian strategi pembelajaran dalam hal ini, meliputi pendekatan, prosedur,


metode, model, dan teknik yang dipergunakan dalam menyajikan bahan/isi kurikulum. Nana
Sudjana (1988) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah
tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu
yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien.

Dengan kata lain, strategi ini berhubungan dengan politik atau taktik yang digunakan
guru dalam melaksanakan kurikulum secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung
arti adanya saling keterkaitan di antara komponen kurikulum sehingga terorganisasikan
secara terpadu dalam mencapai tujuan, sedangkan sistematik mengandung pengertian
bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru secara berurutan sehingga mendukung
tercapainya tujuan. Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswapun banyak dipengaruhi
oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan.

2. Aspek pokok yang melandasi pengembangan kurikulum ada empat, yaitu aspek
filsafat (landasan filosofis), aspek teori/psikologi belajar dan perkembangan (landasan
psikologis), aspek masyarakat dan budaya (landasan sosiologis), dan aspek iptek dan
seni (landasan teknologis). Apakah yang menjadi landasan utama dari perkembangan
kurikulum, dan jelaskan alasannya ?
JAWABAN :

Menurut saya, landasan utama dari perkembangan kurikulum adalah landasan


filosofis. Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang
disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-
praktik pendidikan. Kemudian, praktik-praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi
pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan
landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.

Menurut Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013, Landasan filosofis dalam


pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,
sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil
belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu. Masing masing negara memiliki
pandangan filosofis yang berbeda-beda. Di Indonesia, filsafat bangsa berlandaskan kepada
Pancasila. Semua tujuan negara harus bardasarkan sila-sila yang terkandung dalam
Pancasila. Menurut Hidayat (2015, hlm. 35), dalam pengembangan kurikulum, filsafat
menjawab hal-hal mendasar bagi pengembangan kurikulum, antara lain kemana peserta
didik akan dibawa? Masyarakat yang bagaimana yang akan dikembangkan melalui
pendidikan tersebut? Apa hakikat pengetahuan yang akan dibelajarkan kepada peserta
didik? Dan bagaimana proses pendidikan harus dijalankan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
begitu mendasar dan harus dijawab oleh filsafat.

Selanjutnya (Hidayat, 2015, p. 35) juga menambahkan fungsi filsafat yaitu untuk
menentukan arah tujuan pendidikan, untuk menentukan isi atau materi pelajaran yang harus
dipelajari, untuk menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan dan untuk menentukan
tolok ukur keberhasilan proses pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum senantiasa bertalian
erat dengan filsafat pendidikan karna filsafat pendidikan mengandung nilai-nlai atau cita-
cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut, terdapat landasan, mau dibawa kemana
pendidikan peserta didik.

Filsafat pendidikan menjadi landasan dan sumber untuk menentukan arah dan tujuan
yang hendak dicapai dengan alat yang disebut dengan kurikulum. Jadi, landasan filosofis
tidak terpisahkan dari kegiatan pengembangan kurikulum karna berdasarkan landasan inilah
ditentukan arah dan tujuan pelaksanaan pendidikan.
3. Jelaskan prosedur yang dilaksanakan dalam pengembangan kurikulum !

JAWABAN :

1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan


mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal,
yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari
pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek
perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari
berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di
masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-
kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut
kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan
masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan.

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu
survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara
yang relafif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum
dapat melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat
pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan
pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi
kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan
oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan-ketiga, analisis tugas
merupakan cara yang lebih rumit dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya.
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus
diselesaikan. Tugas-tugas itu bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau
psikomotor.

Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan
sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan
kurikulum yaitu perumusan tujuan.
2. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan.


Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum
(kompleks) sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan
tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta
tujuan instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan
juga dapat dibagi ke dalam beberapa taksonomi tujuan. Benyamin S. Bloom dalam
Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan ini menjadi tiga ranah/domain,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ketiga domain ini masing-masing terdiri atas beberapa aspek yang disusun secara
hierarkis, Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan
intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan
perasaan, sikap, minat, dan nilai- nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan
penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik. Menurut Davies
(1976), ketiga domain tujuan tersebut dirinci gambar sebagai berikut:

3. Pengorganisasian Materi

Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur- prosedur tertentu


yang merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan.
Hal ini berkaitan. dengan kegiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi
apa yang harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-
pokok dan sub pokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope
(ruang lingkup) dan sequence (urutan)-nya. Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan
oleh tujuan-tujuan dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan.

4. Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah


memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan. strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi
yang akan diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual,
pengalaman suara, pengalaman perabaan, pengalaman penciuman, atau variasi dari visual,
suara, perabaan, dan penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat
diorganisasikan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa,
guru, bahan, tujuan, waktu, sumber, fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar yang
dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental- fisik yang menarik minat siswa, sesuai
dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.

5. Penggunaan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan


yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977)
mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum,
yaitu (1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu
memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2) apakah
kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara
memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut
diperoleh, langkah selanjutnya adalah memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu
diberlakukan dan dilaksanakan. Ada orang yang beranggapan bahwa penilaian sama
artinya dengan pengukuran, tes atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan
bagian dari proses penilaian. Penilaian pada dasarnya merupakan suatu proses pembuatan
pertimbangan terhadap suatu hal.

4. Menurut pendapat Anda, aspek-aspek apa saja yang harus dipertimbangkan sebagai
acuan dalam pengembangan kurikulum, jelaskan dengan analisisnya !

JAWABAN :

Aspek - aspek / prinsip-prinsip umum yang harus dipertimbangkan sebagai acuan


dalam pengembangan kurikulum :

A. Umum
1) Prinsip Berorientasi pada Tujuan/Kompetensi
Kurikulum sebagai suatu sistem, di mana komponen tujuan/kompetensi yang
harus dimiliki siswa merupakan sentral bagi komponen-komponen lainnya dalam
pengembangan sistem tersebut. Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan/kompetensi
merupakan arah bagi pengembangan komponen-komponen lainnya dalam
pengembangan kurikulum. Untuk itu, tujuan kurikulum atau kompetensi yang
ingin dicapai harus jelas, artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan
jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan
lainnya yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga harus
komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek domain tujuan, baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Hal ini perlu diperhatikan agar keluaran yang dihasilkan
memiliki ketiga aspek domain tujuan tersebut secara utuh. Demikian halnya
dengan kompetensi, kompetensi dapat dipilah mulai dari standar kompetensi
lulusan (SKL), standar kompetensi mata pelajaran (SKMP), kompetensi dasar
(KD), dan indikator.

2) Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung
secara berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya,
antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan.

3) Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas sebagai salah satu prinsip pengembangan kurikulum
dimaksudkan adanya ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam
melakukan atau mengambil suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh pelaksana kurikulum di lapangan. Para pengembang kurikulum
perlu memikirkan bahwa implementasi kurikulum pada tataran yang sebenarnya
akan terkait dengan keragaman kemampuan sekolah untuk menyediakan tenaga
dan fasilitas bagi berlangsungnya suatu kegiatan yang harus dilaksanakan. Belum
lagi terkait dengan keragaman sumber daya pendidikan secara menyeluruh dan
perbedaan demografis, geografis, dan faktor-faktor pendukung pendidikan lainnya.

Selain itu, prinsip fleksibilitas juga terkait dengan adanya kebebasan siswa
dalam memilih program studi. Artinya, pengembang kurikulum atau sekolah harus
mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa diperkenankan
memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

Selain memberi kebebasan kepada siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan


kepada guru, khususnya dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran,
asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah digariskan dalam kurikulum.
Guru perlu diberikan kebebasan dalam menjabarkan tujuan-tujuan, memilih materi
pelajaran yang sesuai, memilih strategi dan metode yang dikembangkan dalam
suatu kegiatan pembelajaran, serta membuat kriteria yang objektif dan rasional
dalam melakukan dan memberikan penilaian kepada para siswa.

4) Prinsip Integritas
Integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya pengembangan
kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Prinsip ini
menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk manusia
yang utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang mampu selaras dengan
lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi
dalam kehidupannya. Untuk itu, kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai
keterampilan hidup (life skills).

B. Khusus
1) Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan
sehingga perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber
pada ketentuan dan kebijakan pemerintah, survey mengenai persepsi orangtua /
masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang pandangan para ahli dalam
bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower, pengalaman-pengalaman
negara lain dalam masalah yang sama, dan penelitian.

2) Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan


Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
perlunya penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dan sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang
logis dan sistematis.

3) Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar


Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu apakah metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut
mampu memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual
siswa, apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-
tingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan kognitif,
afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan siswa, apakah
metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah metode
tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah
sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat,
serta perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan
hanya learning by seeing and knowing.

4) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran


Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat
bantu pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut,
yaitu alat/media apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana
pembuatannya, siapa yang membuat, bagaimana pembiayaannya, dan kapan
dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar,
serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan diperoleh dengan menggunakan
multi media

5) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian
meliputi kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur
mulai dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa
yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan
butir-butir tes. Selain itu, terdapat bebarapa hal yang perlu juga dicermati dalam
perencanaan penilaian yang meliputi bagaimana kelas, usia, dan tingkat
kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu pelaksanaan tes, apakah tes
berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang perlu disusun, dan
apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan haisl
penilaian juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang
digunakan dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan
formula guessing bagaimana pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar
apa yang digunakan, serta untuk apa hasil tse digunakan

Anda mungkin juga menyukai