Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam

pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa,

mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan yang dilakukan

juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa (Haynes, et

al. 2011). Oleh sebab itu diperlukan pelayanan pembedahan yang aman untuk

mengatasi komplikasi pembedahan.

Berbagai penelitian menunjukkan komplikasi yang terjadi setelah pembedahan.

Data WHO tahun 2009 menunjukkan komplikasi utama pembedahan adalah

kecacatan dan rawat inap yang berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di

negaranegara berkembang. Secara global angka kematian kasar berbagai operasi

sebesar 0,2-10%. Diperkirakan hingga 50% dari komplikasi dan kematian dapat

dicegah di negara berkembang jika standar dasar tertentu perawatan diikuti.

WHO melaksanakan 19 item ceklist bedah dapat mengurangi komplikasi,

meningkatkan komunikasi tim dan menurunkan kematian yang berhubungan dengan

operasi. Save surgery Checklist diciptakan oleh sekelompok ahli Internasional dengan

tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien selama menjalani prosedur bedah di

seluruh dunia. WHO mengidentifikasi tiga fase operasi yaitu sebelum induksi

anestesi (sign in), sebelum sayatan kulit (time out) dan sebelum pasien meninggalkan

ruang operasi (sign out) (Cavoukian, 2009).

Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan

pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Safety & complience (2012)

Surgical Safety Checklist merupakan alat komunikasi, mendorong teamwork untuk

keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional diruang operasi untuk

1
meningkatkan kualitas dan menurunkan kematian serta komplikasi akibat

pembedahan, dan memerlukan persamaan persepsi antara ahli bedah, anestesi dan

perawat.

Sectio caesaria adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini

digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi

distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi

janin, plasenta previa, diabetes ibu dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio

sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea

biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum,

maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi

efek depresif obat anestesi pada bayi .(Muttaqin, Arif.2010)

Menurut Word Health Organization (WHO,2010) angka persalinan dengan

metode sectio caesaria cukup besar yaitu sekitar 24% sampai 30% dari semua proses

persalinan. Standart rata-rata sectio caesaria disebuah negara adalah 5-15% per 1000

persalinan didunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara dirumah sakit

swasta bisa lebih dari 30% (Gibbons,2010).

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

melahirkan bayi yang sempurna dan sehat. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan

normal dan persalinan dengan tindakan section caesar.

Sectio caesaria adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini

digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi

distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi

janin, plasenta previa, diabetes ibu dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio

sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat. Untuk sectio caesarea

biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum,

maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi

efek depresif obat anestesi pada bayi .(Muttaqin, Arif.2010)

2
Menurut Word Health Organization (WHO,2010) angka persalinan dengan

metode sectio caesaria cukup besar yaitu sekitar 24 - 30% dari semua proses

persalinan. Standart rata-rata sectio caesaria disebuah negara adalah 5-15% per 1000

persalinan didunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara dirumah sakit

swasta bisa lebih dari 30% (Gibbons,2010).

Di kota Malang berdasarkan data yang didapat diruang medical rekord Instalasi

Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang tercatat dalam 4

bulan terakhir yaitu bulan Januari 2017 - bulan April 2017 tercatat sebanyak 25 kasus

pasien menjalani persalinan dengan sectio caesaria dari 196 kasus bedah obstetri dan

ginekologi.

Dari data tersebut penulis tertarik untuk membuat tugas akhir yang berjudul

Penatalaksanaan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. S Dengan SCTP Atas

Indikasi G4 P1001 Ab200 Gr 35-36 Mgg T/H PPI + IMP + Oligohidramnion

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana Penatalaksanaan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. S Dengan

SCTP Atas Indikasi G4 P1001 Ab200 Gr 35-36 Mgg T/H PPI + IMP +

Oligohidramnion di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Saiful

Anwar.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan instrument, peserta pelatihan diharapkan mampu

mengembangkan pola pikir ilmiah dan menerapkan asuhan keperawatan perioperatif

pada klien dengan operasi SCTP (Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda) di

Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan instrumen, peserta pelatihan diharapkan :

3
1. Mampu melakukan atau mengidentifikasi klien sebelum dilakukan tindakan

operasi diantaranya:

a) Serah terima pasien

b) Mengisi identitas pasien di buku register

c) Mengecek kelengkapan data pasien

d) Melakukan sign ini, time out dan sign out

2. Mampu menyiapkan instrument dan alat penunjang yang digunakan pada

operasi SCTP (Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda)

3. Mampu menyiapkan BHP ( Bahan Habis Pakai ) yang digunakan pada operasi

SCTP (Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda)

4. Mampu menjadi perawat instrument secara mandiri pada operasi SCTP

(Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda)

5. Mampu melakukan inventarisasi instrument dan BHP (Bahan Habis Pakai)

yang digunakan pada operasi SCTP (Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda)

6. Mampu melakukan proses dekontaminasi, pembersihan dan packing

instrument setelah digunakan untuk operasi SCTP (Sectio Caesaria

Tranperitoneal Profunda)

7. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan perioperatif pada klien

dengan indikasi tindakan operasi SCTP (Sectio Caesaria Tranperitoneal

Profunda).

Anda mungkin juga menyukai