Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

EFUSI PLEURA

Dosen pembimbing : Ns. YENNY SAFITRI, M. Kep

Disusun Oleh : Kelompok 3


MHD ZIKRIL HAKIM

ALFAN ZIKRI

FADILA ISLAMI

YUYUN FEBRI CAHYANI

YUNI SALVIANIS

RINDIANI PRAMUDITA

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI SI KEPERAWATAN

BANGKINANG 2020

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah tepat waktu. Tidak
lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “EFUSI PLEURA” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi seluruh pihak. Selain itu, kami juga berharap agar
pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami
menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bangkinang , 19 september 2020

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................

1.3 Tujuan ........................................................................................................


BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

2.1 Pengertian efusi pleura..............................................................................

2.2 Efusi pleura rekuren ...................................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................................

3.2 Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Latar Belakang Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang disebabkan
oleh produksi berlebihan cairan ataupun berkurangnya absorpsi. Efusi pleura merupakan manifestasi
penyakit pada pleura yang paling sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner,
inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi dan diterapi.

Efusi pleura digolongkan dalam tipe transudat dan eksudat, berdasarkan mekanisme terbentuknya cairan dan
biokimiawi cairan pleura. Transudat timbul karena akibat ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dan
tekanan hidrostatik, sementara eksudat timbul akibat peradangan pleura atau berkurangnya drainase limfatik.
Pada beberapa kasus, cairan pleura yang dihasilkan dapat saja menunjukkan kombinasi sifat transudat dan
eksudat(Rubins, 2011).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari efusi pleura?
2. Apa yang di maksut efusi pleura rekuren?
3. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EFUSI PLEURA

Efusi Pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan pleura normalnya merembas
secara terus-menerus ke dalam rongga dada dari kapiler-kapiler yang membatasi pleura parietalis
dan diserap ulang oleh kapiler dan system limfatik pleura vaseralis. Kondisi apapun yang
mengganggu sekresi atau drainase dari cairan ini akan menyebabkan efusi pleura.

Penyebab efusi pelura dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori utama :

 Peningkatan tekanan hidrostatik sistemik (misalnya, gagal jantung)


 Penurunan tekanan onkotik kapiler (misalnya, gagal ginjal atau hati
 Peningkatan permeabilitas kapiler (misalnya infeksi atau trauma)
 Gangguan fungsi limfatik (misalnya, obstruksi limfatik yang disebabkan oleh tumor)

Manifestasi klinis akan bergantung pada jumlah cairan yang ada dan keparahan kompresi paru.
Jika efusi hanya sedikit (yaitu 250ml), keberadaannya hanya dapat dikenali dengan rontgen
dada. Dengan efusi yang lebih besar, ekspansi paru mungkin terganggu, dan klien mungkin
mengalami dyspnea, terutama saat beraktivitas, dan batuk kering nonproduktif yang disebabkan
oleh iritasi bronkial atau pergeseran mediastinum. Traktil fremitus dapat menurun atau tidak ada,
dan perkusi tumpul atau rata.

Torakosentesis diguakan untuk mengeluarkan cairan pleura yang berlebihan. Cairan yang
diambil ini dianalisis untuk menentukan apakah berupa transudat atau eksudat. Transudate
adalah zat yang telah melewati membran atau permukaan jaringan. Terjadi utamanya pada
kondisi-kondisi saat ada kehilangan protein dan kandungan protein yang rendah (misalnya,
hipoalbuminemia, sirosis, nefrosis) atau peningkatan tekanan hidrostatik (misalnya, gagal
jantung). Eksudat adalah zat yang lolos dari pembuluh darah. Mengandung akumulasi dari sel-
sel, memiliki gravitasi khusus yang tinggi dan kadar laktat dehydrogenase (LDH) yang tinggi,
dan terjadi sebagai respons terhadap keganasa, infeksi, atau proses inflamasi. Eksudat terjadi
ketika ada peningkatan permeabilitas kapiler.

Membedakan antara transudate dan eksudat akan membantu menentukan suatu diagnosis
spesifik. Diagnosis juga memerlukan analisis cairan terhadap adanya sel darah merah atau sel
darah puti, sel-sel keganasan, bakteria, kandungan glukosa, pH, dan LDH.

Cairan pleura dapat berupa :

 Hemoragik (atau pendarahan), seperti jika ada tumor atau setela trauma atau embolus paru
dengan infark
 Kilosa (atau kental dan putih), seperti setelah obstruksi limfatik atau trauma pada duktus
toraksikus
 Kaya kolesterol, seperti pada efusi kronis yang berulang, yang disebabkan oleh tuberculosis
atau artristis rheumatoid. Jika ada angka sel darah putih yang tinggi dan cairan pleura bernanah,
efusi disebut sebagai emplema. Emplema dalam volume berapa pun harus didrainase dan
infeksinya ditangani.
Jika nanah tidak dikeluarkan, maka akan menjadi kental dan hampir memadat atau berlokulasi
(mengandung rongga), suatu kondisi yang disebut fibrotoraks, fibrotoraks dapat menghambat
ekspensi paru dengan signifikan dan mungkin membutuhkan intervensi bedah. Prosedur ini,
dikenal sebagai dekortikasi, meliputi pengambilan dari massa fibrin restriktif dan sel-sel
inflamasi. Dekortikasi biasanya tidak dilakukan hungga fibrotoraks cukup padat, sehingga bisa
diambil dengan mudah. Setelah torakosentesis, drainase dada tertutup dengan alat isap
digunakan untuk mendapatkan ekspensi kembali paru dengan cepat dan mengisi rongga pleura.
Jika bahan fibrosa telah menghambat paru selama beberapa waktu, maka paru mungkin tidak
melakukan ekspensi kembali dengan efektif dan membutuhkan intervensi lebih lanjut (biasanya
torakoplasti)

2.2 EFUSI PLEURA REKUREN

Pada beberapa kasus, efusi pelura yang dapat kambuh walaupun torakosentesis berulang
(misalnya, efusi yang dipicu keganasan), dengan gangguan yang dihasilkan dari fungsi paru atau
nyeri pleura persisten. Tetapi dari efusi rekuren didapatkan melalui obliterasi dari rongga pleura.
Metode obliterasi rongga pleura adalah sebagai berikut :

Pleuroktomi (pengelupasan pleura) : Pengelupasan pleura parietalis secarah bedah dari pleura
viceralis, akan menciptakan reaksi inflamasi yang hebat yang mendorong pembentukan
perlekatan antara dua lapisan tersebut selama masa penyembuhan

Pleurodesis : Instilasi zat sklerosing (misalnya, tetrasiklin tanpa dapar, bleomisin) ke dalam
rongga pleura melalui slang dada untuk menciptakan reaksi inflamasi yang menyebabkan pelura
menempel dan mengalami sclerosis satu dengan lainnya. Selama instilasi, klien dimiringkan
bergantian untuk menyebarkan zat tersebut ke seluruh rongga pleura.

Penyebab :

Akumulasi cairan yang abnormal di dalam sekat pleura antara pariental dan visceral pleura pada
paru-paru . cairan mungkin cairan serosa , darah, atau nanah . cairan terbentuk ketika cairan
melebihi kemampuan tubuh untuk memindahkan cairan . kelebihan cairan menghalangi paru
paru berkembang penuh . area pembentukan cairan akan memindahkan jaringan paru-paru ke
pertengahan (mediastinum) dada. Ini memindahkan struktur pusat , menimbulkan pertukaran
udara di bagian lain paru-paru. Penyebab efusi pleura berfariasi dan meliputi gagal jantung
kongesif, gagal ginjal , penyakit berbahaya atau mematikan.

A. Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada penyebab dan jumlah cairan . begitu cairan di buang
pasien di monitor untuk mengetahui apakah cairan terbentuk lagi . cairan mungkin perlu di
buang secara berkala, tergantung penyebab .
B. Tanda-tanda dan gejala
1) Dada sakit karna adanya inflamasi pleura di dalam area (tidak selalu ada)
2) Kesulitan bernafas (dyspnea) karna berkurangnya pembesaran dada di area
3) Turunya suara pernafasan pada auskultrasi di area, karena adanya cairan.
4) Tumpul saat di ketuk di area yang terkena, karna adanya cairan
5) Demam karna infeksi pada empyema
6) Denyut jantung dan respirasi bertambah( tekanan darah turun karnakehilagan darah pada
hemothorax
7) Satu rasi oksigen rendah pada oksimetri denyut .
C. Interprestasi hasil tes
 Sinar x dada menunjukan efusi pleura
 Ct scan dada menunjukan efusi pleura
 Ultrasound dada menunjukan efusi pleura
 Thoracentesis ( penghilangan cairan dengan sebuah jarum dari sekat pleura) menunjukan
jenis cairan.
D. Tindakan
Penghilangan cairan di lakukan entah sebagai prosedur satu kali atau dengan selang yang di
pasang di dada , agar ada pembuangan cairan secara terus menerus sampai tabung di lepas .
oksigen tambahan di perlukan untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh
 Thoracentesis untuk menghilangkan cairan.
 Selang di dada untuk memindhkan sebagian besar kotoran.
 Oksigen di perlukan
 Memberikan antibiotic untuk empyema (di pilih berdasarkan hasil kultur dan setudi sensivitas
E. Diagnosis keperawatan
 Gangguan pertukaran gas
 Resiko infeksi
 Nyeri akut
F. Intervensi keperawatan
 Memberikan terapi oksigen tambahan untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh
 Monitor perubahan dalam tanda-tanda vital
 Minta pasien untuk melakukan latihan memutar , batuk, napas dalam untuk meningkatkan
pelebaran paru-paru
 Monitor pengeringan selang di dada dalam hal warna ,jumlah dan perubahan-perubahan
dalam pengertian.
 Pastikan selang di dada tidak bergerak-gerak untuk memastikan tabung di kosongkan dengan
benar .
 Menjelaskan pada pasien :
 Proses penyakit
 Perlunya batuk dan napas dalam

A. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan
sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat
mekanisme dasar :
 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

A. Tanda dan Gejala


a.Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan
cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
b.Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak
riak.
c.Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
d.Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah
(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
e.Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis
Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f.Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
B. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut
kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin
terdapat pergeseran di mediatinum.
 Ultrasonografi
 Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan,
sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8.
Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus
(kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil
radang).
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk
TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat
dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
C. Penatalaksanaan Medis
 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia,
sirosis).
 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau
minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan
kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada
dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk
mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic.
D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan
pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap
kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam
pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan
osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya
efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal
jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena
tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan
infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi.
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Ny E usia 38tahun, agama islam, alamat Jl.punokawan no.33 Jombang. Pendidikan SMP
pekerjaan ibu rumah tangga. Tanggal MRS 8 september 2018 jam 08.00 WIB, tanggal dpengkajian
9 September 2018 jam 09.00 WIB. Diagnosa Mrs Efusi Pleura. Pasien mengatakan sesak nafas dan
dada terasa nyeri pada bagian kiri. Pasien mengatakan kurang nyaman dengan keadaan mulutnya.
sesak dan nyeri dada bertambah ketika digunakan untuk bergerak dengan skala nyeri 5. Klien
merasa sesak, batuk dan nyeri dada sejak jum’at (7 oktober 2013). Batuk klien keluar secret. lalu
klien berobat di puskesmas dengan diagnosa asma, klien pulang dan meminum obat yang diberikan
dokter di puskesmas, tetapi sesak nafas dan nyeri dada klien tidak berkurang. Kemudian klien
dibawa ke IRD RS. Sumber waras jombang pada tanggal 8 September 2018 jam 20.00 WIB.
Pemeriksaan fisik di peroleh hasi TD : 120/90,  Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt.Suhu : 36,6 C.

A. PENGKAJIAN

1.      IDENTITAS
Nama : Ny E
Alamat : Jl. Punokawan no.33 Jombang
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Timur/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. Register : OO7985
Ruang :Ruang Anggrek
Tanggal/Jan MRS        : 08 September 2018 (Jam 15.00)
Tanggal Pengkajian     : 09 September 2018
Diagnosa Medis          : Efusi Pleura
2. RIWAYAT KESEHATAN

1.    Keluhan Utama
-             Saat MRS : Klien mengatakan sesak nafas
-            Saat pengkajian : klien mengatakan sesak dan dada terasa nyeri pada bagian kiri, sesak dan
nyeri dada klien bertambah bila dibuat gerak, skala nyari 5
2.    Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merasa sesak, batuk dan nyeri dada sejak jum’at (7 Agustus 2018) lalu klien berobat di
puskesmas dengan diagnose asma, klien pulang dan meminum obat yang diberikan dokter di
puskesmas, tetapi sesak nafas dan nyeri dada klien tidak berkurang. Kemudian klien dibawa ke IRD
RS. Sumber waras jombang pada tanggal 8 september 2018 jam 20.00 WIB.
3.    Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakitasma sejak 6 tahun yang lalu, klien tidak pernah MRS
sebelumnya
4.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

1.   Nutrisi : pasien minum 4-5 gelas perhari, kadang-kadang minum kopi, nafsu makan tidak ada
penurunan, porsi makan dihabiskan. Makan 3x sehari.
2.   Eleminasi : BAK dan BAB tidak ada perubahan
3.   Tidur/Istirahat : tidur jam 21.00 s/d 05.00 pagi. Sejak sakit klien mengeluh susah tidur karena
merasa sesak dan nyeri pada dadanya. Klien tidak pernah tidur siang.
4.   Persoanal Hygiene : klien mandi dengan diseka di TT, tidak gosok gigi

4.  DATA PSIKOSOSIAL
1. Psikososial : Klien mengatakan merasa cemas tentang penyakit yang di deritanya, apa sudah
parah dan apa masih bias disembuhkan.
2. Sosial : klien mampu berinteraksi dengan baik dangan keluarga, pasien disekitarnya dan dengan
petugas kesehatan.
3. Spiritual : klien beragama islam, selama sakit klien tidak menjalankan solat karena merasa sesak
jika ibuat bergerak.

5.  PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
-       Keadaan Umum          : Lemah
-       Kesadaran                   : Composmentis
-       GCS                            : 456
-       TTV                            : tensi : 120/80 mmHg, Nadi : 112x?mnt, suhu : 36,6 C RR : 28x/mnt
2. Pemeriksaan Body of system
a.  Breathing (B1)
Inspeksi:
Bentuk dada asmetris, cembung pada sisi kiri, pergerakan dada menurun pada sisi kiri, terpasang
nasal kanule O2 2 ltr/mnt, sesak nafas (+), batuk produktif (+), secret (+), warna hijau purulent,
terdapat pernapasan cuping hiung.
Palpasi:
Pergerakan dada asimetris, fremitus dada melemah pada sisi kiri, terdapat nyeri tekan pada dada
kiri
Perkusi:
Pada dada kiri terdapat suara redup
Aukultasi:
Tidak terdapat ronchi dan wheezing, suara napas melemah pada sisi kiri, terdapat egofoni.
b. Blood (B2)
Inspeksi           :Tidakterlihat adanya Cyanosis
Palpasi :Akral hangat, CRT <3 detik, nadi : 122x/ mnit
Perkusi            :Suara redup pada daerah jantung
Aukultasi         : Bunyi jantung normal, TD : 120/90 mmHg
c. Brain (B3)
Kesadaran composmentis, GCS 456, mata : konjungtiva tidak anemis, sclera merah muda.
Fungsi sensoris : penglihatan tidak terdapat gangguan, pendengaran masih dapat mendengarkan
suara baik pelan maupun keras, penciuman, perabaan, dan pengecapan masih pad abates normal.
d. Bladder (B4)
Kondisi saluran kencing bersih, tidak terdapat lesi atau benjolan, BAK 3x sehari warma kuning
jernih, bau khas urine, minum 3/4 gelas/hari
e. Bowel(B5)
Abdomen simetris, tidak ada benjolan, mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap,
BAB 1x/hari, lembek berbau khas. Tidak terdapat nyri tekan pada abdomen, perkusi abdomen
tympani, peristaltic usus 16x/mnt
f. Bone(6)
Ekstremitas simetris kiri kanan, tidak terdapat fraktur pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan
otot normal, akral hangat, CRT <3 detik
F.      Pemeriksaan Penunjang
a.  Foto Ro
-  Perselubungan homogeny di hemithoraks kiri, pendorongan jantung kekanan, pendorongan
trachea ke kanan, diafragma kiri sulit dinilai.
-  Kesimpula : Efusi pleura kiri
b.  Laboratorium
-       Hb       : 9,6
-       Leukosit : 11.500
-       Hematokrit : 28.8
-       Eritrosit : 4.200.000
-       Trombosit : 505.000
-       Bilirubin T : 26,3
-       Bilirubin D : 12,8
-       SGOT : 90
-       SGPT: 117
-       Kreatinin Serum : 0,79
-       Urea : 17,1
-       Asam Urat : 3,97
-       GDA : 86
A. Analisa Data
No Kelompok Data Etiologi Masalah
1. DS Ekspansi paru Ketidakefektifan pola pernapasan
klien mengatakan sesak
napas.
DO : Sesak nafas
 Dispnea,
 perubahan frekuensi napas
 Pernapasan sukar, Ketidakefektifan
 Ortopnea, pola nafas
 Takipna, hiperpnea,
 pernafasan disritmik
 Nadi: 112x/mnt, RR:
28x/mnt
 Dada simetris,cembung pada
sisi kiri pergerakan dada
menurun pada sisi kiri
 Diafragma kiri sulit dinilai
2. DS : Drainase Nyeri resiko infeksi.
Klien mengatakan sesak dan
dada terasa nyeri pada
bagian kiri (skala nyeri 5 ) Resiko tinggi
DO : terhadap tindakan
gangguan kosentrasi, drainase dada
 Agitasi
 menggosok bagian yang
nyeri Nyeri Resiko
 Imobilitas Infeksi
 Gangguan kosentrasi
 Mengatupkan
rahang/mengepalkan  
tangan.
 Terdapat nyeri tekan pada
dada kiri

B. Diagnosa Keperawatan
N TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1 09 Oktober 2018 Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan
cairan dalam rongga pleura.
2 10 Oktober 2018 Nyeri akut b/d gangguan pernafasan ditandai dengan sesak
dan nyeri pada dada bagian kiri.

C. Intervensi
No DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
. STANDART
1 Ketidak Pasien mampu -    Irama: 1. Mengkaji 1. Dengan mengkaji
efektifan pola mempertahank Reguler dan pernafasan,kita
pernafasan an fungsi paru -    Frekuensi : identivikasi dapat tahu sejauh
berhubungan secara normal. 20-24x/mnt penyebab ke mana perubahan
dengan Dalam jangka -    Tidak ada tidak kondisi pasien dan
menurunnya waktu 3x24 dispnea efektifan mengidentifikasi
ekspansi paru jam -    Pernapasan pola nafas. penyebab, kita
sekunder ritmik 2. Melakukan dapat menentukan
 terhadap -   Pada pemerik observasi jenis effusi
penumpukan saan sinar X TTV. pleurasehingga
cairan dalam dadatidak 3. Menetapkan dapat mengambil
rongga pleura. ditemukan klien pada tindakan.
adanya posisi 2. Pening katan RR
akumulasi semifollar. dan tachcardi
cairan 4. Lakukan merupakan
-    Bunyi nafas aukultasi medikasi adanya
terdengar  jela suara nafas penurunan fungsi
s. tiap 2-4 jam pan.
5. Memberikan 3. .memudahkan
HE tentang pertukaran gas agar
tehnik tidak mengalami
pengontrolan kesusahan pada
nafas. pola nafas.
6. Baringkan 4. Aukultasi dapat
pasien dalam menentukan
posisi yang kelainan suara nafas
nyaman, pada bagian paru-
dalam posisi paru
duduk, 5. pasien mampu
dengan berlatih tentang
kepala tehnik pengontrolan
tempat tidur nafas yang di
ditinggikan anjurkan.
60-90 6. Penurunan
derajat. diafragma
7. Bantu dan memperluas daerah
ajarkan dada sehingga
pasien untuk ekspansi pun biasa
batuk dan maksimal.
nafas dalam 7. .Menekan daerah
yang efektif. yang nyeri ketika
8. Kolaborasi batuk atau nafas
dengan tim dalam,penekanan
medis lain otot otot dada serta
untuk abdomen membuat
pemberian batuk lebih efektif.
O2 dan obat- 8. Pemberian oksigen
obatan serta dapat menurunkan
frothorax beban pernafasan
dan mencegah
terjadinya sianosis
akibat hiponia
dengan photo toraks
dapat di monitor
kemajuan dari
berkurangnya
cairan dan
kembalinya daya
kembang paru.
2 Nyeri akut b/d Nyeri hilang -    Pasien 1. Mengkaji 1. N
gangguan atau berkurang mengatakan terhadap yeri dada biasanya
pernafasan Dalam jangka nyeri adanya nyeri. ada dalam beberapa
ditandai waktu 2x24 berkurang atau 2. Ajarkan pada derajat pada
dengan sesak jam dapat klien tentang pneumonia, juga
dan nyeri dikontrol, manajement dapat timbul
pada dada -    Pasien nyeri dengan komplikasi
bagian kiri tampak tenang distraksi dan pericarditis dan
-    Wajah pasien relaksasi. endocarditis.
tampak 3. Anjurkan dan 2. A
membaik bantu pasien gar menurunkan
-    Kondisi dalam ketegangan otot
pasien tidak menekan rangka, yang dapat
terlihat lemah. dada selama menurunkan
episode intensitas nyeri.
batuk. 3. A
4. Menentukaan lat untuk
karakteristik mengontrol
nyeri ketidaknyamanan
5. kolaborasi dada sementara
dengan meningkatkan
dokter untuk keefektifan upaya
pemberian batuk.
analgetik 4. N
sesuai yeri dada biasanya
indikasi. ada dalam beberapa
derajat pada efusi
plura.
5. O
bat dapat digunakan
untuk menekan
batuk
nonproduktif/paroks
imal atau
menurunkan
mukosa berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan/
istirahat umum.

D. Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi
1 Ketidak 9 Oktober 2018 1. Kaji dan identivikasi
efektifan pola pernafasan penyebab ke tidak efektifan
berhubungan dengan pola nafas.
menurunnya ekspansi paru 2. Lakukan observasi TTV.
sekunder 3. Tetapkan klien pada posisi
 terhadap penumpukan semifollar.Lakukan aukultasi
cairan dalam rongga suara nafas tiap 2-4 jam
pleura. 4. Berikan HE tentang tehnik
pengontrolan nafas.
5. Baringkan pasien dalam posisi
yang nyaman,dalam posisi
duduk,dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 60-90
derajat.
6. Bantu dan ajarkan pasien
untuk batuk dan nafas dalam
yang efektif.
7. Lakukan kolaborasi dengan
tim medis lain untuk
pemberian O2 dan obat-
obatan serta frothorax
2 Nyeri akut b/d gangguan 10 Oktober 1. Kaji terhadap adanya nyeri.
pernafasan ditandai 2018 2. Ajarkan pada klien tentang
dengan sesak dan nyeri manajement nyeri dengan
pada dada bagian kiri distraksi dan relaksasi.
3. Anjurkan dan bantu pasien
dalam menekan dada selama
episode batuk.
4. Tentukaan karakteristik nyeri.
5. Lakukan kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
analgetik sesuai indikasi

E. Evaluasi
No Diagnosa Tanggal Evaluasi
1 Ketidak 10 Oktober S : klien mengatakan sesak napas
efektifan pola 2018 sudah berkurang.
pernafasan
berhubungan dengan O O: Dispnea, perubahan frekuensi
menurunnya ekspansi napas, pernapasan mulai nyaman.
paru sekunder 8. Nadi : 93x/menit, RR:
 terhadap penumpukan 24x/menit.
cairan dalam rongga
pleura. A : Masalah terarasi

P : Intervensi dihentikan.
 
2 Nyeri akut b/d 11 Oktober S : - Klien mengatakan sesak dan
gangguan pernafasan 2018 nyeri mulai berkurang.
ditandai dengan sesak
dan nyeri pada dada O : - mulai kosentrasi, sesak nafas
bagian kiri berkurang, batuk,
- Imobilitas
- Sudah tidak mengatupkan
rahang / mengepalkan tangan.
- nyeri tekan pada dada kiri
berkurang.
  A : Masalah teratasi

P P : Intervensi dihentikan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal,
proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Pleura parietal berdasarkan letaknya terbagi atas :

1. Cupula Pleura (Pleura Cervicalis)

Merupakan pleura parietalis yg terletak di atas costa I namun tdk melebihi dr collum costae nya. Cupula pleura
terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os. Clavicula

2. Pleura Parietalis pars Costalis

Pleura yg menghadap ke permukaan dalam costae, cartilage costae, SIC/ ICS, pinggir corpus vertebrae, dan
permukaan belakang os. Sternum

3. Pleura Parietalis pars Diaphragmatica

Pleura yg menghadap ke diaphragm permukaan thoracal yang dipisakan oleh fascia endothoracica

4. Pleura Parietalis pars Mediastinalis (Medialis)

Pleura yang menghadap ke mediastinum/terletak di bagian medial dan membentuk bagian lateral dr
mediastinum.Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan), membran basalis,
jaringan elastic dan kolagen, pembuluh darah dan limfe.Membran pleura bersifat semipermiabel.

Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yg berfungsi agar tidak terjadi gesekan antar pleura
ketika proses pernapasan. Rongga pleura mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang
tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit,
sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimoronuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah
yang sangat kecil didalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar
nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan.

Manifestasi klinis menurut Irman Somantri, 2008 adalah kebanyakan efusi pleura bersifat asimpomatik, timbul gejala
sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritik. Ketika efusi sudah membesae dan menyebar kemungkinan timbul dispenea dan batuk. Efusi pleura yang
besar akan mengakibatkan nafas sesak.

B. Saran

Dalam hal ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kardiomiopati karena akan menjadi fatal jika
terlambat menaganinya. Selain itu perawat juga memberi health ducation kepada klien dan keluarga agar mereka
paham dengan kardiomiopati dn bagaimana pengobatan nya.
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Efeni. 2008. Gambaran Penderita Efusi Pleura di Bangsal Paru RS Dr. M.

Djamil Periode 2005-2007. Profil

Khairani Rita, Syahruddin Elisna, Partakusuma LG. 2012. Karakteristik efusi

pleura di rumah sakit persahabatan. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol. 32.

No. 3: 155-160

Oemiati Ratih, Rahajeng Ekowati, dan Kristanto Yudi. 2011. Prevalensi Tumor

dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Bul.

Penelitian Kesehatan. Vol. 39. No. 4: 190-204

Oemiati Ratih, Rahajeng Ekowati, dan Kristanto Yudi. 2011. Prevalensi Tumor

dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Bul.

Penelitian Kesehatan. Vol. 39. No. 4: 190-204

Anda mungkin juga menyukai