Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I (HEMATHORAKS)”

OLEH :

KELOMPOK 6

HARMA :A22056

MULTASANI MANDEHE : A22070

NURUL ILMI :A22085

ULFA :A22101

STIKES BINA BANGSA MAJENE

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul HEMATHORAKS.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW., beserta keluarga dan sahabat beliau.

Makalah ini diajukan kepada untuk memenuhi tugas mata pelajaran tersebut. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dukungan dan kerjasama yang baik dengan
berbagai pihak, maka akan sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena kekurangan
dan keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan terutama bagi saya sebagai penulisnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
 Tujuan umum.......................................................................1
 Tujuan khusus......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................

A. Definisi........................................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................................3
C. Patofisiologi.................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala.........................................................................................5
E. Diagnosis.....................................................................................................6
F. Penanganan..................................................................................................6
G. Proses Keperawatan.....................................................................................9
 Pengkajian............................................................................9
 Diagnosa Keperawatan......................................................12
 Intervensi Keperawatan.....................................................12
 Implementasi......................................................................15
 Evaluasi..............................................................................15

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks.

Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.


Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya
diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan
darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam
rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.

Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap


kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. Walaupun banyak faktor yang
berperan dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks,
status fisiologi dan volume darah yang kelura dari selang dada merupakan faktor
utama. Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada
sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jamuntuk 2
sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi bedah
herus dipertimbangkan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tantang


hemotoraks.

1
2. Tujuan Khusus

Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1. menjelaskan definisi hemotoraks

2. menyebutkan etiologi hemotoraks

3. menjelaskan patofisiologi hemotoraks

4. menyebutkan tanda dan gejala hemotoraks

5. menyebutkan komplikasi hemotoraks

6. menjelaskan derajat perdarahan hemotoraks

7. menyebutkan faktor resiko hemotoraks

8. menjelaskan diagnosis hemotoraks

9. menjelaskan pemeriksaan penunjang hemotoraks

10. menjelaskan diagnosis banding

11. melaksanakan penanganan pada pasien hemotoraks

12. melaksanakan asuhan keperawatan hemotoraks

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.DEFINISI

Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-
paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma
dada.Trauma misalnya :

 Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada.

 Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax


oleh pembuluh internal.

Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura
Henoch-Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid
malformasi kongenital kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi,
seperti hemothorax.

B. ETIOLOGI

1. 1. Traumatik

 Trauma tumpul.

 Trauma tembus (termasuk iatrogenik)

1. 2. Nontraumatik / spontan

 Neoplasma.

 komplikasi antikoagulan.

 emboli paru dengan infark

3
 robekan adesi pleura yang berhubungan dengan pneumotoraks spontan.

 Bullous emphysema.

 Nekrosis akibat infeksi.

 Tuberculosis.

 fistula arteri atau vena pulmonal.

 telangiectasia hemoragik herediter.

 kelainan vaskular intratoraks nonpulmoner (aneurisma aorta pars thoraxica,


aneurisma arteri mamaria interna).

 sekuestrasi intralobar dan ekstralobar.

 patologi abdomen ( pancreatic pseudocyst, splenic artery aneurysm,


hemoperitoneum).

 Catamenial

C. PATOFISIOLOGI

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya
darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume
darah seseorang.

Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,


kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer
pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia,
syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada.

4
Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang
anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea
berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai
dengan penurunan curah jantung.

1. Pemeriksaan diagnostik.

2. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).

3. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi,


gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2
kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi
oksigen biasanya menurun.

4. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).

5. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

D. Tanda dan gejala Hemotoraks

· Denyut jantung yang cepat

· Kecemasan

· Kegelisahan

· Kelelahan

· Kulit yang dingin dan berkeringat

· Kulit yang pucat

· Rasa sakit di dada

· Sesak nafas

5
E. DIAGNOSIS

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

Inspeksi : ketinggalan gerak

Perkusi : redup di bagian basal karena darah mencapai tempat yang paling rendah

Auskultasi : vesikuler

Sumber lain menyebutkan tanda pemariksaan yang bisa ditemukan adalah :

 Tachypnea

 Pada perkusi redup

 Jika kehilangan darah sistemik substansial akan terjadi hipotensi dan


takikardia.

 Gangguan pernafasan dan tanda awal syok hemoragi.

Selain dari pemeriksaan fisik hemotoraks dapat ditegakkan dengan rontgen toraks
akan didapatkan gambaran sudut costophrenicus menghilang, bahkan pada
hemotoraks masif akan didapatkan gambaran pulmo hilang.

F. PENANGANAN

Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan


menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemotoraks
adalah

1. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume


darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian

6
pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga
pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi
bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).

2. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut
dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut
yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi
dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah
dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam
rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah
selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya
penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD
adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri
adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum pleura.

1. Macam WSD adalah :

WSD aktif : continous suction, gelembung berasal dari udara sistem.

WSD pasif : gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien

1. Pemasangan WSD :

Setinggi SIC 5 – 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang sakit .

1) Persiapkan kulit dengan antiseptik

2) Lakukan infiltratif kulit, otot dan pleura dengan lidokain 1 % diruang sela iga
yang sesuai, biasanya di sela iga ke 5 atau ke 6 pada garis mid axillaris.

3) Perhatikan bahwa ujung jarum harus mencapai rongga pleura

4) Hisap cairan dari rongga dada untuk memastikan diagnosis

7
5) Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk menghindari
melukai pembuluh darah di bagian bawah iga

6) Dengan menggunan forceps arteri bengkok panjang, lakukan penetrasi pleura


dan perlebar lubangnya

7) Gunakan forceps yang sama untuk menjepit ujung selang dan dimasukkan ke
dalam kulit

8) Tutup kulit luka dengan jahitan terputus, dan selang tersebut di fiksasi dengan
satu jahitan.

9) Tinggalkan 1 jahitan tambahan berdekatan dengan selang tersebut tanpa dijahit,


yang berguna untuk menutup luka setelah selang dicabut nanti. Tutup dengan
selembar kasa hubungkan selang tersebut dengan sistem drainage tertutup air

10) Tandai tinggi awal cairan dalam botol drainage.

3. Thoracotomy.

Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan`:

1. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar


penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.

2. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus.

3. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam
waktu 2 – 4 jam.

4. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau luka
di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan kemungkinan
diperlukannya torakotomi, oleh karena kemungkinan melukai pembuluh darah
besar, struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.

8
Tranfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomi. Selama penderita
dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube dan
kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang
akan diberikan. Warna darah ( artery / vena ) bukan merupakan indikator yang baik
untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya torakotomi.

Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris


torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari
belakang ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara
(anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan
antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan memotong
tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah 12.7 cm hingga 25
cm.

G. PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Berdasarkan klasifikasi Doenges, dkk (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah :

1. Aktifitas / istirahat.

Gejala : Dispnea dengan aktifitas ataupun istirahat

1) Sirkulasi

Tanda

 Takikardia

 Frekwensi tidak teratur/disritmia

 S3 atau S4 / irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi)

9
 Nadi apical berpindah oleh adanyapenyimpangan mediastinal (dengan
tegangan pneumothorak).

 Tanda Homan (bunyi renyah s/d denyutan jantung, menunjukan udara dalam
mediastinum).

 Tekanan Darah : Hipertensi / hipotensi

2) Integritas Ego.

Tanda : ketakutan, gelisah

3) Makanan / Cairan.

Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan

4) Nyeri / Kenyamanan

Gejala:

 Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.

 Timbul tiba-tiba sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).

 Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinanan
menyebar keleher, bahu abdomen (Effusi Pleural).

Tanda:

 Berhati-hati pada area yang sakit

 Perilaku distraksi.

 Mengkerutkan wajah.

5) Pernapasan

Gejala:

 kesulitan bernapas, lapar napas

10
 Batuk (mungkin gejala yang ada)

 Riwayat bedah dada/trauma: Penyakit paru kronik, inflamasi/infeksi paru


(Empiema, Efusi) ; penyakit interstisial menyebar (Sarkoidosis) ; keganasan
(mis: Obstruksi tumor).

 Pneumothorak spontan sebelumnya, ruptur empisematous bula spontan, bleb


sub pleural (PPOM).

Tanda:

 Pernapasan ; peningkatan frekwensi/takipnea

 Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada,


leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat.

 Bunyi napas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat)

 Fremitus menurun (sisi yang terlibat).

 Perkusi dada : Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak), bunyi


pekak diatas area yang terisi cairan (hemothorak)

 Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma atau kemps, penurunan penmgembangan thorak (are yang sakit).

 Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subcutan (udara pada jaringan


dengan palpasi).

 Mental : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

 Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP.

6) Keamanan

Gejala:

 Adanya trauma dada

11
 Radiasi / kemoterapi untuk keganasan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Tak efektif pola pernapasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


(akumulasi udara/cairan, gangguan muskuloskeletal, Nyeri ansietas, proses inflamasi.

2.(Resiko tinggi)Trauma / penghentian napas berhubungan dengan penyakit saat


ini/proses cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.

3. Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan pengobatan


berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Tak efektif pola pernapasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


(akumulasi udara/cairan, gangguan muskuloskeletal, Nyeri ansietas, proses
inflamasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Identifikasi etiologi /factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, infeksi,


komplikasi ventilasi mekanik.

2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea, terjadinya


sianosis, perubahan tanda vital.

3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik dan catat
perubahan tekanan udara.

4. Auskultasi bunyi napas.

5. Catat pengembangan dada dan posisi trahea.

12
6. Kaji fremitus.

7. Kaji adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.

8. Pertahankan posisi nyaman (peninggian kepala tempat tidur).

9. Pertahankan perilaku tenang, Bantu klien untuk kontrol diri dengan gunakan
pernapasan lambat/dalam.

10. Bila selang dada dipasang :

– Periksa pengontrol pengisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas air, pengatur
dinding/meja disusun tepat).

– Periksa batas cairan pada botol pengisap

pertahankan pada batas yang ditentukan.

– Observasi gelembung udara botol penampung.

– Evaluasi ketidak normalan/kontuinitas gelembung botol penampung.

– Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada pasien atau system) dengan
mengklem kateter torak pada bagian distal sampai keluar dari dada.

– Klem selang pada bagian bawa unit drainase bila kebocoran udara berlanjut.

– Awasi pasang surut air penampung menetap atau sementara.

– Pertahankan posisi normal dari system drainase selang pada fungsi optimal.

– Catat karakteristik/jumlah drainase selang dada.

– Evaluasi kebutuhan untuk memijat selang (milking).

– Pijat selang hati-hati sesuai protocol, yang meminimalkan tekanan negatif


berlebihan.

13
– Bila kateter torak putus/ lepas.Observasi tanda distress pernapasan

– Setelah kateter torak dilepas. Tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril.

INTERVENSI KOLABORASI

– Kaji seri foto thorak.

– Awasi GDA dan nadi oksimetri, kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal.

– Berikan oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.

2. (Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses


cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kaji dengan pasien tujuan / fungsi drainase dada.

2. Pasangkan kateter torak kedinding dada dan berikan panjang selang ekstra
sebelum memindahkan/mengubah posisi pasien :

– Amankan sisi sambungan selang.

– Beri bantalan pada sisi dengan kasa/plester.

3. Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien

4. Berikan alat transportasi aman bila pasien dikirim keluar unit untuk tujuan
diagnostik.

5. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit.

6. Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring/menarik selang.

7. Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat.Contoh


perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba, nyeri dada segera lepaskan

14
alat.

8. Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak terlepas/tercabut.

3. Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan


pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.

2 .Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang.

3. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat, seperti : nyeri dada
tiba-tiba, dispnea, distress pernapasan lanjut.

4. Kaji ulang praktek kesehatan yang baik contoh : nutrisi baik, istrahat, latihan.

4.Implementasi Keperawatan

Dilakukan sesuai dengan intervensi

5.Evaluasi Keperawatan

1. Menunjukkan ketidakefektifan pola pernapasan

2. menunjukkan inefektif bersihan jalan napas

3. Adanya perubahan kenyamanan : Nyeri akut

4. Tidak adanya gangguan mobilitas fisik

5. Tidak adanya kerusakan integritas kulit

15
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan.

hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks.

Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-
paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada

16
DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGC

Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.

Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi


NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai