Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

HEMATHOTORAX
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis”
Dosen Mata Kuliah ASKEP Gadar:
Sunardi Adi Wibowo,. S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Ginta Septiana (108114003)


2. Aprilianto (108114004)
3. Mukharom (108114010)
4. Anah Nur Aliyah (108114015)
5. Aryanti (108114009)
6. Rizki Sefriyanto (108114024)
7. Luciana Rahmawati (108114028)
8. Syarah Eka Prasetya (108114033)
9. Tri Puji Rahayu (108114034)
10. Nina Herlina (108114040)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2017

i
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... iii

A. Latar Belakang ............................................................................................ iii

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... iv

C. Tujuan ......................................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

A. Definisi ......................................................................................................... 5

B. Etiologi ......................................................................................................... 6

C. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 6

D. Patofisiologi ................................................................................................. 6

E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 7

F. Penanganan .................................................................................................. 7

1. Resusitasi cairan. ...................................................................................... 7

2. Pemasangan chest tube ( WSD ) .............................................................. 8

3. Thoracotomy ............................................................................................ 8

G. Komplikasi ................................................................................................... 9

H. Kegawatdaruratan Yang Terjadi .................................................................. 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

A. Simpulan .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akumulasi darah dalam dada, atau hematothorax adalah masalah
yang relatif umum, paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur
atau dinding dada . hematothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah
kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Identifikasi dan
pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari perawatan
pasien yang terluka. Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan
trauma, penyelidikan yang hati-hati untuk sumber yang mendasari harus
dilakukan ketika perawatan terjadi.

Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura.


Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya
50 % diperlukan untuk mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan
berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar tidak setuju pada perbedaan tertentu .
Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax tumpul atau trauma
tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau
dapat terjadi secara spontan.

Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan
pada saat yang sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap ,
luka harus ditutup dengan harapan bahwa ada tekanan intrathoracic akan
menghentikan perdarahan jika efek yang diinginkan tercapai , menyarankan
agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian untuk evakuasi tetap beku
darah atau cairan serosa.

Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit .


Hematothorax yang sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang
rusuk dan mungkin tak terdeteksi atau tidak memerlukan pengobatan. Karena
sebagian besar terkait dengan hematothorax trauma, perkiraan kasar
terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik.

iii
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hematothorax ?
2. Apa saja etiologi dari hematothorax ?
3. Bagaimana patofisiologi dari hematothorax?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari hematothorax ?
5. Apa saja pemeriksaan dari hematothorax ?
6. Bagaimana penanganan dari hematothorax ?
7. Apa saja komplikasi yang terjadi pada pasien hematothorax?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
lebih jauh tentang patofisiologi Hemathorax.
b. Tuhuan Khusus
Tujuan Khusus pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari Hematothorax.
2. Untuk mengetahui penyebab dari Hematothorax.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari hematothorax.
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari hematothorax.
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan dari hematothorax.
6. Untuk mengetahui bagaimana penanganan dari hematothorax.
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada pasien
hematothorax.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber
berasal dari darah yang beradapada dinding dada , parenkim paru – paru,
jantung atau pembuluh darah besar . kondisi ini biasanya konsekuensi dari
trauma tumpul atau tajam. Ini juga merupakan komplikasi dari beberapa
penyakit.(Reksoprodjo , 1995).

Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul


atau tembus pada toraks (Willimas, 2013).

Adanya darah dalam rongga dada, sebanyak >200cc/kgBB/jam


(>1500cc). Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter
cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat terjadi syok hipovolemik berat
yang mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi, tanpa terlihat adanya
perdarahan yang nyata oleh karena perdarahan masif yang terjadi, yang
terkumpul di dalam rongga toraks.

5
B. Etiologi
a. Traumatis
a. Trauma tumpul
b. Penetrasi trauma .
b. Non traumatic atau spontan
a. Neoplasia ( primer atau metastasis )
b. Diskrasia darah , termasuk komplikasi antikoagulasi
c. Emboli paru dengan infark
d. Emfisema .
e. Tuberkulosis .
f. Paru arteriovenosa fistula .
g. Pembedahan (komplikasi pada oprasi thorax)

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada hematotoraks sesuai dengan
besarnya perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi. Perlu diperhatikan
adanya tanda dan gejala dari instabilitas hemodinamik dan depresi
pernapasan, diantaranya Penderita bisa mengeluh sesak nafas, nyeri dada
sampai syok serta anemia.

D. Patofisiologi
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru
atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura.Benda tajam
seperti pisau atau peluru menembus paru-paru.mengakibatkan pecahnya
membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya
membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura.Setiap
sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra


Alveoler, kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil ,
sehingga takanan perifer pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun.
Perdarahan ke dalam rongga pleura dapat terjadi, hampir semua gangguan
dari jaringan dinding dada dan pleura atau struktur intratoracic yang fisiologis
terhadap pengembangan hematothorax diwujudkan dalam 2 bidang utama

6
hemodinamik dan pernapasan. Tingkat responshemodinamik ditentukan oleh
jumlah dan kecepatan kehilangan darah. Gerakan pernapasan normal
mungkin terhambat oleh ruang efek menduduki akumulasi besar darah dalam
rongga pleura. Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigen dapat
mengakibatkan, terutama jika dikaitkan dengan cedera pada dinding dada.

Dalam beberapa kasus nontraumatic asal usul, terutama yang


berkaitan dengan pneumotorax dan jumlah terbatas perdarahan, gejala
pernapasan dapat mendominasi.

Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan


dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress
pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan
awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah
jantung.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x dada menyatakan adanya akumulasi cairan pada area pleura,
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

2. Analisa gas darah : PaCO2 meningkat > 45, PaO2 menurun< 80, saturasi
oksigen menurun

3. Kadar Hb menurun < 10 gr %

4. Torasentesis : Menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).

F. Penanganan
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan
pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.
Penanganan pada hemotoraks adalah

1. Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah
yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan
kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah

7
dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok
untuk autotranfusi bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest
tube ( WSD ).

2. Pemasangan chest tube ( WSD )

ada dikasih motornya kaka papa buat dibantenUkuran besar agar darah
pada toraks tersebut dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam
pleura.Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto
toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube
tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai
dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan
juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik.WSD adalah suatu sistem drainase
yang menggunakan air.Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan
tekanan negatif intrapleural / cavum pleura.

3. Thoracotomy
Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan`:

a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan


besar penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml,
tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.
c. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc /
jam dalam waktu 2 – 4 jam.
d. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu
atau luka di daerah posterior, medial dari scapula harus
dipertimbangkan kemungkinan diperlukannya torakotomi, oleh karena
kemungkinan melukai pembuluh darah besar, struktur hilus atau
jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.
Tranfusi darah diperlukan selam aada indikasi untuk torakotomi.
Selama penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang
dikeluarkan dengan chest tube dan kehilangan darah selanjutnya harus

8
ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang akan diberikan. Warna darah
( artery / vena ) bukan merupakan indikator yang baik untuk di pakai
sebagai dasar dilakukannya torakotomi.
Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah
lengan (aksilaris torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata
sternotomy); miring dari belakang ke samping (posterolateral torakotomi);
atau di bawah payudara (anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus,
dokter dapat membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut
pendekatan) untuk meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot.
Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cm.

G. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan
diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak.Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba,
paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga
menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru,
atau bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks ).

H. Kegawatdaruratan Yang Terjadi


1. syok hipovolemik berat
Syok Hipovolemik mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi,
tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata oleh karena perdarahan
masif yang terjadi, yang terkumpul di dalam rongga toraks.
2. Dispnea
Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga pleura
dapat menghambat gerakan pernapasan normal. Dalam kasus trauma,

9
kelainan ventilasi dan oksigenasi bisa terjadi, terutama jika berhubungan
dengan luka pada dinding dada. Sebuah kumpulan yang cukup besar
darah menyebabkan pasien mengalami dyspnea dan dapat menghasilkan
temuan klinis takipnea. Volume darah yang diperlukan untuk
memproduksi gejala pada individu tertentu bervariasi tergantung pada
sejumlah faktor, termasuk organ cedera, tingkat keparahan cedera, dan
cadangan paru dan jantung yang mendasari adalah gejala yang umum
dalam kasus-kasus di mana hemothorax berkembang dengan cara yang
membahayakan, seperti yang sekunder untuk penyakit metastasis.
Kehilangan darah dalam kasus tersebut tidak akut untuk menghasilkan
respon hemodinamik terlihat, dan dispnea sering menjadi keluhan utama.
3. Empiema
dihasilkan dari kontaminasi bakteri pada hemothorax. Jika
tidak terdeteksi atau tidak diterapi, maka dapat menyebabkan
bakteremia dan syok septik.
4. Fibrothorax
terjadi saat fibrin dihasilkan secara terorganisir pada
hemitorak dan melapisi permukaan pleura parietal dan pleura
visceral. Proses perekat ini merangkap paru-paru dalam posisi dan
mencegah untuk berkembang sepenuhnya. Atelektasis Persistent
sebagian dan menurunnya fungsi faal paru adalah akibat dari
proses tersebut.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber
berasal dari darah yang beradapada dinding dada , parenkim paru – paru,
jantung atau pembuluh darah besar . kondisi ini biasanya konsekuensi dari
trauma tumpul atau tajam. Ini juga merupakan komplikasi dari beberapa
penyakit.(Reksoprodjo , 1995).

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-
paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura.Benda tajam
seperti pisau atau peluru menembus paru-paru.mengakibatkan pecahnya
membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya
membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura.Setiap
sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang. kejadian
tersebut apabila tida di tangani dapat mengaibatan kompliasi :

1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok

11
DAFTAR PUSTAKA

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,


Jakarta.

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB


Lippincott company, Philadelpia.

Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi Revisi.1996.jakarta:EGC

kapita selekta kedokteran.edisi ketiga.1997.Jakarta: Media Aesculapius.FKUI

http://indobeta.com/hemothorax

http://wikidoc.org/index.php/Hemothorax

12

Anda mungkin juga menyukai