(Kel. 01) Trauma Thoraks
(Kel. 01) Trauma Thoraks
Dosen Pengampu :
Ns. Maulidta Karunianingtyas W, S.Kep., M.Kep
Anggota Kelompok :
1. Citra Putri Ambarwati (2107001)
2. Mila Nuraeni (2107004)
3. Reanita Anggis Deraya (2107005)
4. Amelia Firdaus (2107006)
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................2
1.2. TUJUAN........................................................................................................................4
A. TUJUAN UMUM..........................................................................................................4
B. TUJUAN KHUSUS.......................................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................................5
2.1. DEFINISI......................................................................................................................5
2.2. ETIOLOGI....................................................................................................................5
2.3. PATOFISIOLOGI........................................................................................................6
2.4. TANDA DAN GEJALA...............................................................................................7
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................7
2.6. PENATALAKSANAAN..............................................................................................7
2.7. KONSEP DASAR KEPERAWATAN........................................................................7
2.8.1. PENGKAJIAN PERAWATAN............................................................................7
2.8.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................7
2.8. KOMPLIKASI..............................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................10
3.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN...........................................................................10
3.2. ANALISIS DATA.......................................................................................................12
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................12
3.4. INTERVENSI.............................................................................................................13
3.5. IMPLEMENTASI......................................................................................................15
3.5. EVALUASI.................................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
4.1. KESIMPULAN...........................................................................................................18
4.2. SARAN........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
i
2
BAB I
PENDAHULUAN
ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, nyeri akut, hambatan
mobilitas fisik, resiko infeksi serta masih banyak permasalahan yang timbul. Seorang
perawat haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Peran perawat
sangat dibutuhkan dalam menangani pasien dengan hematothorax. Sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui proses penyembuhan. Intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki pertukaran
gas dan gangguan pernapasan antara lain perawatan drainage dada untuk pengeluaran
udara, cairan atau keduanya dari rongga thoraks, agar tekanan intrapleura kembali
normal dan mencegah terjadinya hipoksia yang mengakibatkan kerusakan jaringan otak
dan dapat membuat penderitanya kehilangan kesadaran serta mengalami gangguan
fungsi organ di seluruh tubuh dimana kondisi ini dapat berujung pada kematian.
Pelaksanaan perawatan WSD sangat penting dimana dalam prosesnya bertujuan agar
paru yang mengalami kolaps dapat mengembang kembali. Bila perawatan WSD tidak
optimal akan menyebabkan pengembangan paru menjadi lambat, paru menjadi kolaps
sehingga terjadi gagal nafas dan mengakibatkan kematian. Perawat sebagai
komunikator yaitu peran seorang perawat menjadi penghubung antara klien dan
keluarga, antar-sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya. peran 3 ini harus
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga perawat dapat memberikan
bantuan kepada klien dan keluarga untuk mencapai tujuan yang maksimal serta
membantu klien untuk meningkatkan kesehatannya kembali melalui proses
penyembuhan dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal.
Peran perawat juga sebagai pelaksana perawatan luka yang harus mengerti tehnik
aseptik setiap penggantian balutan serta mengobservasi keadaan umum pasien untuk
mencegah komplikasi. Selain itu peran perawat juga memberikan tehnik perawatan
yang aman dan nyaman bagi pasien secara optimal. Jika perawatan yang diberikan tidak
optimal, paru yang kolaps ekspansinya menjadi lambat, kecenderungan terjadi infeksi
juga semakin besar, hari rawat akan semakin panjang dan akan menambah biaya
pengobatan dan perawatan.
1.2. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
1. Dapat menjelaskan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma Thorax
B. TUJUAN KHUSUS
a. Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hemathorax
b. Dapat menjelaskan aplikasi penerapan asuhan keperawatan pada pada pasien
dengan Hemathorax
c. Dapat menjelaskan analisis asuhan keperawatan pada pada pasien dengan
Hemathorax
4
BAB II
KONSEP DASAR
1.1. DEFINISI
Trauma thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax atau organ intra
thorax, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Trauma berasal
dari bahasa Yunani yang berarti luka. Pengertian sederhana dari trauma adalah luka
pada tubuh yang berasal dari faktor eksternal tubuh. Trauma dapat disebabkan oleh dua
hal yaitu trauma tumpul dan trauma tajam.
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang disebabkan oleh benda tumpul yang tidak
menembus rongga tubuh. Jenis trauma ini paling sering dijumpai pada kasus
kecelakaan atau terjatuh. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain
adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan, dan lain-lain. Adapun definisi dari
benda tumpul itu sendiri adalah tidak bermata tajam, konsistensi keras / kenyal,
permukaan halus / kasar. Trauma tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat
atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan
orang lain yang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak.
b. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang menembus rongga tubuh, seperti luka tembak
atau luka tusuk. Mekanisme dari trauma tajam terbagi atas tiga kategori, yaitu
trauma dengan kecepatan rendah contohnya luka akibat tusukan pisau yang mana
hanya mengenai daerah yang ditusuknya, trauma dengan kecepatan medium seperti
luka akibat tembakan peluru dari pistol softgun, trauma dengan kecepatan tinggi
seperti luka akibat tembakan peluru dari senjata-senjata militer. Luasnya jaringan
yang rusak bergantung pada kekuatan objek yang menembus thorax. Kekuatan ini
menimbulkan lubang yang permanen pada daerah yang ditembusnya.(Arciniegas,
2021)
1.2. ETIOLOGI
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan
trauma tajam 34.9 % Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan
bermotor (63-78%) Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan
(impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap
karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk berenergi
sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata
militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan
pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas
menyelam Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan
5
ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera.
(harsismanto, 2020)
1.3. PATOFISIOLOGI
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -
otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative
dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama
inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding
toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada,
rongga pleura, parenkim paru, dan mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang
- tulang dada dan otot - otot yang terkait.
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh
darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru
– parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio,
laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh
darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks
bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan
oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran
udara dan darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat
dari cedera toraks.
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera
lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien –
pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi
respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung
(harsismanto, 2020)
dan sering juga dyspnea. Pemeriksaan fisik menunjukkan gerakan paradox dari bagian
yang cedera. Dinding dada bergerak kedalam saat inspirasi dan keluar saat ekspirasi.
b) Pneumotoraks
Pneumotoraks paling sering disebabkan oleh tulang rusuk patah
yangmenembus parenkim paru, hal ini tidak absolut. Pasien akan mengeluhkan rasa
nyeri saat inspirasi atau dyspnea dan nyeri pada tulang rusuk yang patah. Pemeriksaan
fisik menunjukkan menurunnya suara pernafasan dan hiperresonansi pada perkusi
pada hemitoraks.
c) Hemotoraks
Akumulasi darah pada ruang pleura yang dikarenakan perdarahan pada
dinding dada atau perdarahan dari parenkim paru atau dari pembuluh darah besar
thoraks. Pasien mengeluhkan nyeri dan dyspnea. Kebanyakan hemotoraks pada
pemeriksaan fisik menunjukkan suara pernafasan yang berkurang dan suara beda pada
saat perkusi. Hemotoraks massif karena cedera pembuluh darah besar dapat
menunjukkan gejala hemodinamik yang tidak stabil.
d) Open pneumotoraks
Disebabkan oleh trauma penetrasi, digambarkan dengan respiratory distress
dikarenakan paru-paru yang kolaps pada paru-paru yang terganggu. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai gangguan dinding dada dimana lebih besar disbanding daerah cross-
sectional dari laring. Pada paru yang mengalami open pneumotoraks suara pernafasan
berkurang hingga tidak terdengar, peningkatan tekanan intrathoracic yang menggeser
mediastinum kearah yang berlawanan, sehingga menurunkan alir balik darah ke
jantung yang berpotensi menyebabkan instabilitas hemodinamik.
e) Tension pneumotoraks
Mekanismenya mirip dengan pneumotoraks biasa tetapi pada tension
pneumotoraks, udara masih bocor cari cedera parenkim paru, meningkatkan tekanan
pada hemitoraks yang terpengaruh. Pasien mengalami respiratory distress, suara
pernapasan sulit terdengar hingga tidak ada dan hemitoraks hiperresonansi pada saat
perkusi. Trakea akan berdeviasi kearah berlawanan dari cedera ini. Mediastinum juga
akan berdeviasi kearah berlawanan dari bagian yang terkena. Hal ini menyebabkan
menurunnya aliran venous return ke jantung. Pasien akan menampilkan tanda
instabilitas hemodinamik seperti hipotensi.
f) Kontusio pulmonal
Dikarakteristik dengan infiltrasi darah ke jaringan paru. Gejala klinis
tergantung keparahan cedera. Pemeriksaan fisik menunjukkan penurunan suara
pernafasan pada bagian paru yang terpengaruh.
g) Cedera jantung
Cedera jantung karena trauma dada dapat menunjukkan gejala klinis dari
aritmia transient hingga rupturnya mekanisme katup jantung, septum intraventricular
atau myocardium. Sehingga pasien tidak mengeluhkan apapun hingga menunjukkan
tanda dan symptom dari nyeri dada hingga tamponade jantung yang menyebabkan
kolapsnya kardiuvaskular dan syok.
h) Cedera pembuluh darah thoraks
7
Cedera pembuluh darah aorta pada luka penetrasi memiliki angka mortalitas
50% dan kebanyakan luka penetrasi karena tikaman mengenai aorta ascending dan
luka penetrasi karena luka tembak mengenai aorta descending. Pada trauma tumpul
sering mengenai aorta ascending dengan angka mortalitas
1.6. PENATALAKSANAAN
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien
trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: Airway patency with care ofcervical
spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment,
dan E: Exposure without causing hypothermia (Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana,
2019)
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus
dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension
Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade
perikardial, dan flail chest yang besar. Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat
merupakan indikasi utama untuk intubasi endotrakeal darurat. Resusitasi cairan
intravena merupakan terapiutama dalam menangani syok hemorhagik. Manajemen
nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien
trauma toraks. Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas (Gallo, 2019)
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani
dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto
toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara
klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang
harus segera dilakukan (Gallo, 2019)
8
a. Subjektif : Ortopnea
b. Objektif :
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Menelan,
Mencerna Dan Mengabsorpsi Makanan (D.0019)
a. Pengertian
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subyektif : -
b. Objektif :
1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor :
a. Subjektif : Nafsu makan menurun
b. Objektif :
1) Otot pengunyah lemah
2) Otot menelan lemah
3) Membran mukosa pucat
1.8. KOMPLIKASI
1. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada,
paru.
2. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang
kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah
yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar
lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain.
4. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura
yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok.
Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
12
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura
maka terjadi tanda – tanda :
a) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
b) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
c) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
d) Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Identitas Keluarga
Nama : Ny.I
Umur : 29 tahun
Golongan darah :O
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMU
Alamat : Jl. gagak No.46, kelurahan krapyak
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway : Pada jalan napas tidak terdapat akumulasi sekret pada jalan napas,
terdengar wheezing .
2. Breating :Tampak sesak Napas , RR : 23 kali/menit, ada retraksi dada
3. Circulation: TD 120/90 mmHg, HR 102 x/menit, capillary refill 2 detik, akral
dingin
4. Disability : Keadaan umum sedang
5. Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4 M6 V5 =15, reaksi pupil +/+, pupil isokor,
lebar 2 mm.
6. Exposure : Ada lebam di dada bagian Kanan klien ada fraktur iga, suhu 37,5 ⁰C
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat Keperawatan.
1. Keuhan utama : Klien mengatakan sesak TTV : RR 24x/ mnt Nadi 88x/ mnt TD
120/ 90 mmHg Suhu 380c.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn D 33thn dibawa ambulance ke IGD RS PERMATA MEDIKA dikaji
Tn. D mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi dan lebam pada
dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri
sehingga gerakan dada tidak simetris. Sesak dirasa bertambah saat klien bergerak
dan berkurang saat istirahat.
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
14
terdapat retraksi intercostal, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam
lebih hitam diarea kanan, tidak ada oedema dan jaringan parut, tampak
fraktur iga ke 6- 8 dengan hemathoraks kanan, terdapat pemasangan Water
Seal Drainage menggunakan sistem 3 botol.
- Auskultasi: Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal, tidak
ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih redup dari dada kiri
k. Jantung
Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung
normal. Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna
aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret.
a) Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi,
tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri tekan
b) Ekstremitas atas (Tangan)
- Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka pada tangan
kanan, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari
0-5, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +
c) Ekstremitas bawah (Kaki)
Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering (kiri/kanan),
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5,terdapat lesi dan jaringan parut, kuku
jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +
d) Pola Nutrisi
- Makan
Frekuensi : 3x Sehari
Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
Porsi/Jumlah : 1 Piring sedang tidak habis
Keluhan : tidak nafsu makan
Makanan yang dipantang : Tidak Ada
Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
Suplemen yang dikonsumsi : Tidak Ada
- Minum
Jenis : Air putih
Jumlah : ± 8 Gelas
e) Pola Eliminasi
- Buang Air Besar (BAB)
Klien mengatakan BAB tidak teratur
- Buang Air Kecil (BAK)
Input : 480cc
Output : 300cc
- Balance : Input – Output = 180cc
Warna : Coklat
Keluhan : Terkadang Nyeri
f) Pola Istirahat/Tidur
Tidur Siang : ± 2 jam
16
1.4. INTERVENSI
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI TTD
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 3x24 Manajemen Nyeri
Agen cedera jam, diharapkan tingkat (I.08238)
fisiologis nyeri menurun dengan Observasi :
(D.0077) kriteria hasil: 1) Identifikasi,
Tingkat Nyeri lokasi,
(L.08066) karakteristik,
1) Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
(5) menurun kualitas, intensitas
2) Meringis (5) nyeri
menurun 2) Identifikasi skala
Gelisah (5) menurun nyeri
3) Identifikasi respon
nyeri nonverbal
Terapeutik :
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetic
2. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Efektif b.d Tindakan Keperawatan (I.01014)
Ekspansi Paru 3x24 jam diharapkan Observasi
(D.0005) Pola Napas (L.01004) 1. Monitor frekuensi,
klien efektif dengan irama, kedalaman
Kriteria Hasil : dan upaya nafas.
1. Penggembangan 2. Monitor pola napas
dada simetris (5) (bradipnea,takipnea,
2. Irama penafasan hiperventilasi).
19
1.5. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon pasien TTD
Keperawatan
01-03- Nyeri akut b.d Agen 1. Identifikasi, DS: pasien
2024 cedera fisiologis lokasi, mengatakan nyeri
(D.0077) karakteristik, dibagian dada kanan
08.00 durasi, frekuensi, nyeri Ketika
kualitas, intensitas bernafas dan skala
nyeri nyeri 8
- SPO2 96%
02-03-
2024 - Memonitor pola S : Pasien
11.00 napas mengatakan
(bradipnea,takipnea, dadanya masih
hiperventilasi). sedikit sesak
O:
- Takipnea
- RR 62x/menit
03-03-
2024 - Memonitor S : Pasien
11.00 saturasi oksigen mengatakan
sesaknya sedikit
mulai berkurang
l
O:
- SPO2 96%
- Dokumentasikan S : Pasien
hasil pemantauan mengatakan tidak
sesak lagi dan tidak
ada keluhan
O:
- RR 62x/menit
- N 129/menit
- Sesak
- Terpasang
CPAP
60%
- SPO2 96%
- Takipnea
- RR
62x/menit
mengetahui status
nutrisinya
3.6 EVALUASI
Tgl/Jam Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD
P: Lanjutkan Intervensi
- Memonitor pola napas
(bradipnea,takipnea,
hiperventilasi).
- Memonitor saturasi
oksigen
BAB IV
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik
tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas
(bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax
seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis
traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.
1.2. SARAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan system
pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran keadaan
pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. L., Mahila, N. A. D., Kadarmo, A., Utami, H. D., Siswosaputro, A. Y., &
Riyantiningtyas B.S, L. (2023). Laporan Kasus Berbasis Bukti: Trauma pada Kepala dan
Dada yang Berujung pada Kematian. Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences (IJLFS), 13(1), 46. https://doi.org/10.24843/ijlfs.2023.v13.i01.p05
Arciniegas. (2021). trauma toraks. 6.
Gallo, H. dan. (2019). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
harsismanto, H. (2020). ASKEP TRAUMA THORAKS (HEMATHORAKS).
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.29375.36001
Mayasari, D. (2019). Penatalaksanaan Hematotoraks Sedang Et Causa Trauma Tumpul. J
AgromedUnila.
Mayasari, D., & Ika Pratiwi, A. (2018). Penatalaksanaan Hematotoraks Sedang Et Causa
Trauma Tumpul. Jurnal AgromedUnila, 4(1), 37–42.
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D. P. (2019). Teori asuhan keperawatan gawat darurat.
Medical book.
Sejati, U., & Nurbaiti, N. (2021). Literatur Review: Analisa Teknik Pemeriksaan CT-Scan
Thorax Pada Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19. Webinar Nasional Pakar ke 4
Tahun 2021, 1(1), Pp. 1.1.1-1.1.8.
https://publikasi.kocenin.com/index.php/pakar/article/view/150
Soesanto, H., Tangkilisan, A., & Lahunduitan, I. (2018). Thorax Trauma Severity Score
sebagai Prediktor Acute Respiratory Distress Syndrome pada Trauma Tumpul Toraks.
Jurnal Biomedik (Jbm), 10(1), 34–38. https://doi.org/10.35790/jbm.10.1.2018.18999
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tunggal, Y. A. N., Noor, D. M., & Octavallen, A. (2023). Peran Ultrasonografi pada
Tamponade Jantung Akut Akibat Trauma Tumpul Dada. Cermin Dunia Kedokteran,
50(5), 259–261. https://doi.org/10.55175/cdk.v50i5.888
30
1.3.