Anda di halaman 1dari 31

i

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA


THORAKS (HEMATHORAKS)
KELOMPOK 01

Dosen Pengampu :
Ns. Maulidta Karunianingtyas W, S.Kep., M.Kep

Anggota Kelompok :
1. Citra Putri Ambarwati (2107001)
2. Mila Nuraeni (2107004)
3. Reanita Anggis Deraya (2107005)
4. Amelia Firdaus (2107006)

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................2
1.2. TUJUAN........................................................................................................................4
A. TUJUAN UMUM..........................................................................................................4
B. TUJUAN KHUSUS.......................................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................................5
2.1. DEFINISI......................................................................................................................5
2.2. ETIOLOGI....................................................................................................................5
2.3. PATOFISIOLOGI........................................................................................................6
2.4. TANDA DAN GEJALA...............................................................................................7
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................7
2.6. PENATALAKSANAAN..............................................................................................7
2.7. KONSEP DASAR KEPERAWATAN........................................................................7
2.8.1. PENGKAJIAN PERAWATAN............................................................................7
2.8.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................7
2.8. KOMPLIKASI..............................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................10
3.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN...........................................................................10
3.2. ANALISIS DATA.......................................................................................................12
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................12
3.4. INTERVENSI.............................................................................................................13
3.5. IMPLEMENTASI......................................................................................................15
3.5. EVALUASI.................................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
4.1. KESIMPULAN...........................................................................................................18
4.2. SARAN........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

i
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hematothorax adalah penumpukan darah di dalam rongga pleura. Penyebab paling
umum dari Hematothorax sejauh ini adalah trauma, baik trauma yang disengaja, tidak
disengaja, atau iatrogenik. Ada kurang lebih 150.000 kematian terjadi dari trauma
setiap tahun. Cedera dada terjadi pada sekitar 60% kasus multipletrauma. Oleh karena
itu, perkiraan kasar dari terjadinya Hematothorax terkait dengan trauma di Amerika
Serikat mendekati 300.000 kasus per tahun. Sekitar 2.086 anak-anak muda Amerika
Serikat, berumur 15 tahun dirawat dengan trauma tumpul atau penetrasi, 104 (4,4%)
memiliki trauma toraks (Mayasari, 2019)
Di Asia, prevalensi penduduk Cina, angka penderita Hematothorax sebanyak 1,5%,
di Hongkong 4,3% dan untuk Singapura sebanyak 6,2%. Pada tahun 2000 penderita
Hematothorax di Indonesia mencapai 1,6 juta adapun prevalensi kejadian
Hematothorax ini tersebar diberbagai kota di Indonesia. Data yang diperoleh dari rekam
medik Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang, diperoleh data prevalensi penderita
Hematothorax pada tahun 2020 sebanyak 3 pasien, sedangkan pada bulan Januari –
Agustus 2021 sebanyak 2 pasien.
Penyebab dari Hematothorax tersebut untuk masing-masing pasien berbeda. Dalam
hal ini terdapat beberapa pasien harus menjalani perawatan di Intensive Care Unit
(ICU). Hematothorax juga dapat terjadi ketika adanya trauma pada dinding dada yang
awalnya berakibat terjadinya hematom pada dada kemudian terjadi ruptur masuk ke
dalam Cavitas pleura, atau ketika terjadinya laserasi pembuluh darah akibat fraktur
costae, yang diakibatkan karena adanya pergerakan atau pada saat pasien batuk.
Trauma toraks atau dada yang terjadi, menyebabkan gagal ventilasi (keluar masuknya
udara), kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar (organ kecil pada paru yang
mirip kantong), kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik (sirkulasi darah).
Ketiga faktor ini dapat menyebabkan hipoksia (kekurangan suplai O2) seluler yang
berkelanjutan pada hipoksia jaringan. Hipoksia pada tingkat jaringan dapat
menyebabkan rangsangan terhadap cytokines yang dapat memacu terjadinya Adult
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), Systemic Inflamation Response Syndrome
(SIRS) dan sepsis. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma
thoraks (Mayasari, 2019)
Hematothorax dapat bersifat simptomatik namun dapat juga bersifat asimptomatik.
Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan Hematothorax yang sangat minimal
sedangkan kebanyakan pasien akan menunjukkan simptom, diantaranya : Nyeri dada
yang berkaitan dengan trauma dinding dada, tandatanda shok seperti hipotensi, dan nadi
cepat, pucat, akral dingin, tachycardia, dyspnea, hypoxemia, ansietas (gelisah),
cyanosis, anemia, deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena, gerak dan pengembangan
rongga dada tidak sama (paradoxical), penurunan suara napas atau menghilang pada
sisi yang terkena, dullness pada perkusi, adanya krepitasi saat palpasi (Mayasari, 2019)
Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul pada pasien dengan Hematothorax
baik masalah aktual maupun potensial antara lain adalah ketidakefektifan pola nafas,
3

ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, nyeri akut, hambatan
mobilitas fisik, resiko infeksi serta masih banyak permasalahan yang timbul. Seorang
perawat haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Peran perawat
sangat dibutuhkan dalam menangani pasien dengan hematothorax. Sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui proses penyembuhan. Intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki pertukaran
gas dan gangguan pernapasan antara lain perawatan drainage dada untuk pengeluaran
udara, cairan atau keduanya dari rongga thoraks, agar tekanan intrapleura kembali
normal dan mencegah terjadinya hipoksia yang mengakibatkan kerusakan jaringan otak
dan dapat membuat penderitanya kehilangan kesadaran serta mengalami gangguan
fungsi organ di seluruh tubuh dimana kondisi ini dapat berujung pada kematian.
Pelaksanaan perawatan WSD sangat penting dimana dalam prosesnya bertujuan agar
paru yang mengalami kolaps dapat mengembang kembali. Bila perawatan WSD tidak
optimal akan menyebabkan pengembangan paru menjadi lambat, paru menjadi kolaps
sehingga terjadi gagal nafas dan mengakibatkan kematian. Perawat sebagai
komunikator yaitu peran seorang perawat menjadi penghubung antara klien dan
keluarga, antar-sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya. peran 3 ini harus
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga perawat dapat memberikan
bantuan kepada klien dan keluarga untuk mencapai tujuan yang maksimal serta
membantu klien untuk meningkatkan kesehatannya kembali melalui proses
penyembuhan dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal.
Peran perawat juga sebagai pelaksana perawatan luka yang harus mengerti tehnik
aseptik setiap penggantian balutan serta mengobservasi keadaan umum pasien untuk
mencegah komplikasi. Selain itu peran perawat juga memberikan tehnik perawatan
yang aman dan nyaman bagi pasien secara optimal. Jika perawatan yang diberikan tidak
optimal, paru yang kolaps ekspansinya menjadi lambat, kecenderungan terjadi infeksi
juga semakin besar, hari rawat akan semakin panjang dan akan menambah biaya
pengobatan dan perawatan.

1.2. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
1. Dapat menjelaskan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma Thorax
B. TUJUAN KHUSUS
a. Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hemathorax
b. Dapat menjelaskan aplikasi penerapan asuhan keperawatan pada pada pasien
dengan Hemathorax
c. Dapat menjelaskan analisis asuhan keperawatan pada pada pasien dengan
Hemathorax
4

BAB II
KONSEP DASAR

1.1. DEFINISI
Trauma thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax atau organ intra
thorax, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Trauma berasal
dari bahasa Yunani yang berarti luka. Pengertian sederhana dari trauma adalah luka
pada tubuh yang berasal dari faktor eksternal tubuh. Trauma dapat disebabkan oleh dua
hal yaitu trauma tumpul dan trauma tajam.
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang disebabkan oleh benda tumpul yang tidak
menembus rongga tubuh. Jenis trauma ini paling sering dijumpai pada kasus
kecelakaan atau terjatuh. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain
adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan, dan lain-lain. Adapun definisi dari
benda tumpul itu sendiri adalah tidak bermata tajam, konsistensi keras / kenyal,
permukaan halus / kasar. Trauma tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat
atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan
orang lain yang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak.
b. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang menembus rongga tubuh, seperti luka tembak
atau luka tusuk. Mekanisme dari trauma tajam terbagi atas tiga kategori, yaitu
trauma dengan kecepatan rendah contohnya luka akibat tusukan pisau yang mana
hanya mengenai daerah yang ditusuknya, trauma dengan kecepatan medium seperti
luka akibat tembakan peluru dari pistol softgun, trauma dengan kecepatan tinggi
seperti luka akibat tembakan peluru dari senjata-senjata militer. Luasnya jaringan
yang rusak bergantung pada kekuatan objek yang menembus thorax. Kekuatan ini
menimbulkan lubang yang permanen pada daerah yang ditembusnya.(Arciniegas,
2021)

1.2. ETIOLOGI
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan
trauma tajam 34.9 % Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan
bermotor (63-78%) Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan
(impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap
karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk berenergi
sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata
militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan
pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas
menyelam Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan
5

ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera.
(harsismanto, 2020)

1.3. PATOFISIOLOGI
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -
otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative
dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama
inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding
toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada,
rongga pleura, parenkim paru, dan mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang
- tulang dada dan otot - otot yang terkait.
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh
darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru
– parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio,
laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh
darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks
bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan
oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran
udara dan darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat
dari cedera toraks.
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera
lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien –
pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi
respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung
(harsismanto, 2020)

1.4. TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis pada trauma dada bervariasi dari nyeri hingga syok. Gejala klinis
bergantung pada mekanisme trauma dan system organ yang cedera. Perlu diperhatikan
dengan cermat pasien dengan trauma dada. Waktu trauma terjadi, mekanisme trauma,
kecepatan dan deselerasi kendaraan (pada kasus kecelakaan lalu lintas) dan bukti yang
menghubungkan cedera dengan system lainnya (contohnya kehilangan kesadaran)
adalah yang perlu ditanyakan untuk mendapatkan riwayat klinis.
a) Patah tulang rusuk
Adalah cedera paling sering terjadi pada trauma dada, tulang rusuk 4-10 yang paling
sering terlibat. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri saat inspirasi dan rasa tidak
nyaman pada tulang rusuk yang patah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai daerah yang
lembek dan krepitus padda daerah yang fraktur. Jika pneumotoraks dijumpai, suara
pernafasan dapat berkurang dan resonansi pada perkusi dapat meningkat. Disebut
Flail Chest bila dijumpai 3 atau lebih tulang rusuk yang berberdekatan patah pada dua
tempat atau lebih, dimana menyebabkan dinding dada yang tidak stabil dan free-
floating. Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah patah tulang, nyeri pada saat inspirasi
6

dan sering juga dyspnea. Pemeriksaan fisik menunjukkan gerakan paradox dari bagian
yang cedera. Dinding dada bergerak kedalam saat inspirasi dan keluar saat ekspirasi.
b) Pneumotoraks
Pneumotoraks paling sering disebabkan oleh tulang rusuk patah
yangmenembus parenkim paru, hal ini tidak absolut. Pasien akan mengeluhkan rasa
nyeri saat inspirasi atau dyspnea dan nyeri pada tulang rusuk yang patah. Pemeriksaan
fisik menunjukkan menurunnya suara pernafasan dan hiperresonansi pada perkusi
pada hemitoraks.
c) Hemotoraks
Akumulasi darah pada ruang pleura yang dikarenakan perdarahan pada
dinding dada atau perdarahan dari parenkim paru atau dari pembuluh darah besar
thoraks. Pasien mengeluhkan nyeri dan dyspnea. Kebanyakan hemotoraks pada
pemeriksaan fisik menunjukkan suara pernafasan yang berkurang dan suara beda pada
saat perkusi. Hemotoraks massif karena cedera pembuluh darah besar dapat
menunjukkan gejala hemodinamik yang tidak stabil.
d) Open pneumotoraks
Disebabkan oleh trauma penetrasi, digambarkan dengan respiratory distress
dikarenakan paru-paru yang kolaps pada paru-paru yang terganggu. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai gangguan dinding dada dimana lebih besar disbanding daerah cross-
sectional dari laring. Pada paru yang mengalami open pneumotoraks suara pernafasan
berkurang hingga tidak terdengar, peningkatan tekanan intrathoracic yang menggeser
mediastinum kearah yang berlawanan, sehingga menurunkan alir balik darah ke
jantung yang berpotensi menyebabkan instabilitas hemodinamik.
e) Tension pneumotoraks
Mekanismenya mirip dengan pneumotoraks biasa tetapi pada tension
pneumotoraks, udara masih bocor cari cedera parenkim paru, meningkatkan tekanan
pada hemitoraks yang terpengaruh. Pasien mengalami respiratory distress, suara
pernapasan sulit terdengar hingga tidak ada dan hemitoraks hiperresonansi pada saat
perkusi. Trakea akan berdeviasi kearah berlawanan dari cedera ini. Mediastinum juga
akan berdeviasi kearah berlawanan dari bagian yang terkena. Hal ini menyebabkan
menurunnya aliran venous return ke jantung. Pasien akan menampilkan tanda
instabilitas hemodinamik seperti hipotensi.
f) Kontusio pulmonal
Dikarakteristik dengan infiltrasi darah ke jaringan paru. Gejala klinis
tergantung keparahan cedera. Pemeriksaan fisik menunjukkan penurunan suara
pernafasan pada bagian paru yang terpengaruh.
g) Cedera jantung
Cedera jantung karena trauma dada dapat menunjukkan gejala klinis dari
aritmia transient hingga rupturnya mekanisme katup jantung, septum intraventricular
atau myocardium. Sehingga pasien tidak mengeluhkan apapun hingga menunjukkan
tanda dan symptom dari nyeri dada hingga tamponade jantung yang menyebabkan
kolapsnya kardiuvaskular dan syok.
h) Cedera pembuluh darah thoraks
7

Cedera pembuluh darah aorta pada luka penetrasi memiliki angka mortalitas
50% dan kebanyakan luka penetrasi karena tikaman mengenai aorta ascending dan
luka penetrasi karena luka tembak mengenai aorta descending. Pada trauma tumpul
sering mengenai aorta ascending dengan angka mortalitas

1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a) Foto rontgen
Gambaran radiologis yang dapat terlihat pada foto rontgen yaitu Bagian
pneumothorax akan tampak lusen dan paru akan terlihat garis. Namun terkadang
apbila paru kolpas juga tidak berbentuk garis tetapi membentuk lobuler sesuai
lobus pada paru.
Jantung dan trakea mungkin akan terdorong pada kondisi yang sehat,
spatium intereostalis melebar, diafragma mendatar dan tertekan di bawah. Apabila
ada pendorongan pada jantung atau trakea pada arah paru yang sehat kemungkinan
besar telah terjadi pneumothorax ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi
Bila disertai adanya cairan dalam rongga pleura, maka akan terlihat
permukaan pada cairan sebagai garis datar di atas diafragma. Analisa gas darah,
analisa darah gas arteri akan mendapatkan hasil gambaran bipoksemia.
b) CT scan Thorax

1.6. PENATALAKSANAAN
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien
trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: Airway patency with care ofcervical
spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment,
dan E: Exposure without causing hypothermia (Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana,
2019)
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus
dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension
Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade
perikardial, dan flail chest yang besar. Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat
merupakan indikasi utama untuk intubasi endotrakeal darurat. Resusitasi cairan
intravena merupakan terapiutama dalam menangani syok hemorhagik. Manajemen
nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien
trauma toraks. Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas (Gallo, 2019)
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani
dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto
toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara
klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang
harus segera dilakukan (Gallo, 2019)
8

1.7. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1.1.1. PENGKAJIAN PERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. AIRWAY
Trauma laring dapat bersamaan dengan trauma thorax.walaupun gejala
kinis yang ada kadang tidak jelas, sumbatan airway karena trauma laring
merupakan cidera laring yang mengancam nyawa. Trauma pada dada bagian
atas, dapat menyebabkan dislokasi ke area posterior atau fraktur dislokasi dari
sendi sternoclavicular. Penanganan trauma ini dapat menyebabkan sumbatan
airway atas. Trauma ini diketahui apabila ada sumbatan napas atas (stridor),
adanya tanda perubahan kualitas suara dan trauma yang luas pada daerah leher
akan menyebabkan terabanya defek pada regio sendi sternoclavikula.
penanganan trauma ini paling baik dengan reposisitertutup fraktur dan jika
perlu dengan intubasi endotracheal.
b. BREATHING
Dada dan leher penderita harus terbuka selama dilakukan penilaian
breathing dan vena-vena leher. Pergerakan pernapasan dan kualitas
pernapasan pernapasan dinilai dengan diobservasi, palpasi dan didengarkan.
Gejala yang terpenting dari trauma thorax adalah hipoksia termasuk
peningkatan frekuensi dan perubahan pada pola pernapasan, terutama
pernapasan yang dengan lambat memburuk. Sianosis adalah gejala hipoksia
yang lanjut pada penderita. Jenis trauma yang mempengaruhi breathing harus
dikenal dan diketahui selama primary survey.
c. CIRCULATION
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas, frekuensi dan
keteraturannya. Tekanan darah dan tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi
perifer dinilai melalui inspeksi dan palpasi kulit untuk warna dan temperatur.
Adnya tanda-tanda syok dapat disebebkan oleh hematothorax masif maupun
tension pneumothorax. Penderita trauma thorax didaerah sternum yang
menunjukkan adanya disritmia harus dicurigai adanya trauma miokard.
d. OPEN PNEUMOTHORAK
Usaha pertama jika open pneumothorak adalah menutup lubang pada
dinding dada ini sehingga open pneumothorax menjadi closed pneumothrax
(tertutup). Prinsip penutupan bersih. Harus segera ditambahkan bahwa apabila
selain lubang pada dinding dada, juga ada lubang pada paru, maka usaha
menutuo lubang ini secara total (occlusive dressing) dapat mengkibatkan
terjadinya tension pneumothorax.
e. TENSION PNEUMOTHORAX
Penatalaksanaan tension pneumothorax adalah dengan dekompresi
“needle thoracosintesis”, yakni menusuk dengan jarum besar pada ruang
interncostal 2 pada garis midclavicularis. Terapi definitif dengan pemasangan
selang dada (chest tube) pada sela iga ke 5 diantara garis axillaris dan
misaxillaris.
f. HEMATHORAX MASIF
9

Jika klien mengalami hematothorax masif harus segera dibawa ke


rumah sakit untuk dilakukan tindakan operatif. Terapi awal yang harus
dilakukan adalah penggantian volume darah yang dilakukan bersama dengan
dekompresi rongga pleura dan kebutuhan thorakotomi diambil bila didapatkan
kehilangan darah awal lebih dari 1500 ml atau kehilangan darah terus menerus
200 cc/jam dalam waktu 2-4 jam.
g. FLAILL CHEST
Terapi awal meliputi pemberian oksigen yang adekuat, pemberian
analgesik untuk mengurangi nyeri resusitasi cairan. Sesak nafas berat akibat
kerusakan perenkim paru mungkin harus dilakukan ventilasi tambahan. Di
rumah sakit akan dipasang respirator apabila analisis gas darah menujukkan
pO2 yang rendah atau pCO2 yang tinggi.
h. TAMPONADE JANTUNG
Pemasangan CVP dan USG abdomen dapat dilakukan pada penderita
temponade jantung tetapi tidak boleh menghambat untuk dilakukannya
resusitasi. Metode yang cepat untuk menyelamatkan penderita ini adalah
dilakukan pericardiosintesis (penusukan rongga perikardium) dengan jarum
besar untuk mengeluarkan darah tersebut. Tindakan definitif adalah dilakukan
perikardiotomi yang dilakukan oleh ahli bedah.
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :
1) Aktivitas istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,
tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
3) Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4) Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan,
tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
6) Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
7) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.

1.1.1. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
10

klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya baik berlangsung actual


maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018) Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2018)
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (adanya
trauma) (D.0077)
a. Pengertian
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan
b. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subyektif : Mengeluh nyeri
b. Objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor :
a. Subjektif : -
b. Objektif :
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
2. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Ekpirasi
Paru (D.0005)
a. Pengertian
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : Dispnea
b. Objektif :
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradypnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
11

a. Subjektif : Ortopnea
b. Objektif :
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Menelan,
Mencerna Dan Mengabsorpsi Makanan (D.0019)
a. Pengertian
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subyektif : -
b. Objektif :
1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor :
a. Subjektif : Nafsu makan menurun
b. Objektif :
1) Otot pengunyah lemah
2) Otot menelan lemah
3) Membran mukosa pucat

1.8. KOMPLIKASI
1. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada,
paru.
2. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang
kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah
yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar
lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain.
4. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura
yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok.
Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
12

Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura
maka terjadi tanda – tanda :
a) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
b) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
c) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
d) Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)
13

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


A. DATA UMUM
a. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D,
status : menikah
Umur : 33 tahun
agama ; Islam
Jenis kelamin : laki – laki
suku : Bugis
Alamat : Jl. gagak No.46, kelurahan krapyak

2. Identitas Keluarga
Nama : Ny.I
Umur : 29 tahun
Golongan darah :O
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMU
Alamat : Jl. gagak No.46, kelurahan krapyak
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway : Pada jalan napas tidak terdapat akumulasi sekret pada jalan napas,
terdengar wheezing .
2. Breating :Tampak sesak Napas , RR : 23 kali/menit, ada retraksi dada
3. Circulation: TD 120/90 mmHg, HR 102 x/menit, capillary refill 2 detik, akral
dingin
4. Disability : Keadaan umum sedang
5. Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4 M6 V5 =15, reaksi pupil +/+, pupil isokor,
lebar 2 mm.
6. Exposure : Ada lebam di dada bagian Kanan klien ada fraktur iga, suhu 37,5 ⁰C
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat Keperawatan.
1. Keuhan utama : Klien mengatakan sesak TTV : RR 24x/ mnt Nadi 88x/ mnt TD
120/ 90 mmHg Suhu 380c.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn D 33thn dibawa ambulance ke IGD RS PERMATA MEDIKA dikaji
Tn. D mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi dan lebam pada
dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri
sehingga gerakan dada tidak simetris. Sesak dirasa bertambah saat klien bergerak
dan berkurang saat istirahat.
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
14

a. Imunisasi : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil


b. Alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
c. Penyakit yang pernah di derita : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit berat.
4. Riwayat masuk RS : Klien mengatakan tidak pernah masuk RS seblumnya.
Obat-obatan yang pernah digunakan : Klien mengatakan lupa nama obat-obatan
yang pernah digunakan
5. Riwayat Kecelakaan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
6. Riwayat Tindakan Operasi : Klien mengatakan tidak pernah operasi
sebelumnya
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan
yang berat maupun menular.
D. STATUS KESEHATAN
a. Keadaan Umum
Keadaan Umum Sedang, Kesadaran Umum Compos Mentis
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 129/90 mmHg
Nadi : 88x Permenit
Suhu : 38ºC
RR : 16x Permenit
c. Antropometri
Tinggi Badan : 164cm
BB Pre OP : 45kg
d. Kepala
Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.
Inspeksi : Rambut beruban dan bersih.
e. Mata
konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif, pengihatan kabur
f. Telinga
- Inspeksi: Tidak ada serumen (kirii/kanan),bentuk simetris (kiri/kanan)
- Palpasi : Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
g. Hidung
- Inspeksi : Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung
- Palpasi: benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
h. Mulut dan faring
Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries, lidah agak
putih, nafas bau urea.
i. Leher
- Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
- Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
j. Thoraks
- Inspeksi: Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang,
pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan dada tidak simetris,
15

terdapat retraksi intercostal, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam
lebih hitam diarea kanan, tidak ada oedema dan jaringan parut, tampak
fraktur iga ke 6- 8 dengan hemathoraks kanan, terdapat pemasangan Water
Seal Drainage menggunakan sistem 3 botol.
- Auskultasi: Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal, tidak
ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih redup dari dada kiri
k. Jantung
Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung
normal. Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna
aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret.
a) Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi,
tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri tekan
b) Ekstremitas atas (Tangan)
- Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka pada tangan
kanan, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari
0-5, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +
c) Ekstremitas bawah (Kaki)
Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering (kiri/kanan),
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5,terdapat lesi dan jaringan parut, kuku
jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +
d) Pola Nutrisi
- Makan
Frekuensi : 3x Sehari
Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
Porsi/Jumlah : 1 Piring sedang tidak habis
Keluhan : tidak nafsu makan
Makanan yang dipantang : Tidak Ada
Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
Suplemen yang dikonsumsi : Tidak Ada
- Minum
Jenis : Air putih
Jumlah : ± 8 Gelas
e) Pola Eliminasi
- Buang Air Besar (BAB)
Klien mengatakan BAB tidak teratur
- Buang Air Kecil (BAK)
Input : 480cc
Output : 300cc
- Balance : Input – Output = 180cc
Warna : Coklat
Keluhan : Terkadang Nyeri
f) Pola Istirahat/Tidur
Tidur Siang : ± 2 jam
16

Tidur Malam : ± 7 Jam


Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari
karena tidak nyaman tidur
g) Personal Hygiene
Mandi : 2x Sehari
Jenis Pakaian : Kaos
Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
Hygiene Ginetalia : 1x sehari
h) Data Psikologis
1. Status Perkawinan : Menikah
2. Status Emosi : Cemas
3. Pola Koping : Positif (Klien selalu menceritakan masalah yang dihadapinya)
4. Pola Komunikatif : Klien Kooperatif
i) Konsep Diri
Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
j) Peran Diri :
Klien mengakui dirinya sebagai kepala keluarga yang baik bagi keluarganya
Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya
k) Harga Diri :
Klien mengakui merasa tersisihkan
Klien mengakui merasa dibutuhkan
Klien mengakui senang menjadi seorang ayah
Klien mengakui senang menjadi ketua aktifis
l) Data Sosial
Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, lingkungan
kerja, kuliah, dan lingkungan sekitar dimanapun ia berada
m) Data Spiritual
Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya
sebagai umat muslim.
n) Theraphy
1. Pemasangan Water Seal Drainage, menggunakan sistem 3 botol
2. Pemasangan Oksigen 3 lt/ mnt
o) Data Penunjang
1. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan foto toraks
3. CT Scan
4. Ekhokardiografi
5. Elektrokardiografi
17

1.1. ANALISIS DATA


NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS: Nyeri akut Agen pencedera
- Klien mengatakan nyeri saat fisiologis
bernafas
- Klien mengeluh nyeri pada
dadanya
DO:
- Klien tampak menahan nyeri
- Tampak laserasi dan lebam
pada dada
- Lebam lebih hitam diarea
kanan
- Tampak fraktur iga ke 6-8
dengann hemathoraks kanan
- Pemasangan Water Seal
Drainage, menggunakan
sistem 3 botol
1. DS: Pola nafas tidak Ekspansi paru
- Klien mengeluh sesak efektif
- Klien mengatakan nyeri saat
bernafas
DO:
- Klien tampak kesulitan
bernafas
- RR : 62x Permenit
- Terdapat cuping hidung
Terdapat retraksi intercostal
- Pergerakan dada kanan
tertinggal dari kiri
- Gerakan dada tidak simetris
- Tampak fraktur iga ke 6-8
3. DS : pasien mengeluh nafsu makan Defisit nutrisi Ketidakmampuan
menurun dikaenakan tidak bisa Menelan,
menelan atau Ketika menelan terasa Mencerna Dan
nyeri Mengabsorpsi
DO : Makanan
- Pasien tampak lemas dan
pucat
- Turgor kulit pucat
- Mata cekung
- Pasien tidak menghabiskan
makanan
18

1.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d fraktur iga tampak laserasi dan lebam
pada dada (D.0077)
2. Pola nafas tidak efektif b.d ekspirasi paru d.d gerakan dada tidak simetris
(D.0005)
3. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan Menelan, Mencerna Dan Mengabsorpsi
Makanan (D.0019)

1.4. INTERVENSI
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI TTD
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 3x24 Manajemen Nyeri
Agen cedera jam, diharapkan tingkat (I.08238)
fisiologis nyeri menurun dengan Observasi :
(D.0077) kriteria hasil: 1) Identifikasi,
Tingkat Nyeri lokasi,
(L.08066) karakteristik,
1) Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
(5) menurun kualitas, intensitas
2) Meringis (5) nyeri
menurun 2) Identifikasi skala
Gelisah (5) menurun nyeri
3) Identifikasi respon
nyeri nonverbal
Terapeutik :
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetic
2. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Efektif b.d Tindakan Keperawatan (I.01014)
Ekspansi Paru 3x24 jam diharapkan Observasi
(D.0005) Pola Napas (L.01004) 1. Monitor frekuensi,
klien efektif dengan irama, kedalaman
Kriteria Hasil : dan upaya nafas.
1. Penggembangan 2. Monitor pola napas
dada simetris (5) (bradipnea,takipnea,
2. Irama penafasan hiperventilasi).
19

teratur (5) 3. Monitor saturasi


3. Tidak ada dispnea oksigen
(5) Terapeutik
4. Tidak ada 1. Dokumentasikan
pernapasan cuping hasil pemantauan
hidung. (5) Edukasi
5. Frekuensi 1. Informasikan hasil
pernafasan pemantauan, jika
membaik (5) perlu
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
b.d tindakan keperawatan (I.03119)
Ketidakmampuan 3x24 jam, diharapkan Observasi:
mencerna status nutrisi membaik 1) Identifikasi status
makanan dengan kriteria hasil: nutrisi
(D.0019) Status Nutrisi 2) Identifikasi
(L.03030) makanan yang
1) Frekuensi disukai
makan (5) 3) Monitor asupan
meningkat makanan
2) Nafsu makan Terapeutik:
(5) 1) Berikan makanan
meningkat tinggi serat untuk
3) Porsi mencegah
makanan konstipasi
yang 2) Berikan makanan
dihabiskan tinggi kalori dan
(5) tinggi protein
meningkat Edukasi:
Pengetahuan Anjurkan posisi duduk
tentang makanan Kolaborasi:
yang sehat (5) Kolaborasi pemberian
meningkat medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic)
Injeksi omeprazole 2x1
vial untuk mengurangi
kadar asam lambung.
20

1.5. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon pasien TTD
Keperawatan
01-03- Nyeri akut b.d Agen 1. Identifikasi, DS: pasien
2024 cedera fisiologis lokasi, mengatakan nyeri
(D.0077) karakteristik, dibagian dada kanan
08.00 durasi, frekuensi, nyeri Ketika
kualitas, intensitas bernafas dan skala
nyeri nyeri 8

2. Identifikasi skala DO: pasien tampak


nyeri meringis kesakitan
dan memegangi
bagian dada kanan

3. Identifikasi respon DS: Pasien


nyeri nonverbal mengatakannyeri
terus bertambah saat
bergerak

DO: Pasien tampak


meringis kesakitan
dan gelisah

02-03- 4. Memfasilitasi DS: Pasien


2024 istirahat dan tidur mengatakan belum
09.00 paham dengan
5. Mengajarkan Teknik
Teknik nonfarmakologis
nonfarmakologis dan pasien
dengan cara mengakatan ketika
relaksasi tarik tidur sering
nafas dalam terbangun

DO: Pasien tampak


antusias saat
diajarkan Teknik
non farmakologis
yaitu relaksasi Tarik
nafas dalam dan
pasien terlihat
sering menguap
21

Memonitoring TTV TTV:


TD: 129/90 mmHg
Nadi: 88x/menit
Suhu: 38ºC
RR: 62x Permenit

03-03- Fasilitasi istirahat dan DS: pasien


2024 tidur mengatakan tidak
bisa tidur
09.00 dikarenakan nyeri
pada bagian dada
kanan dan merasa
sesak
DO:
- Pasien
tampak
meringis
kesakitan
- Pasien
hanya tidur
2-3 jam saja

6. Kolaborasi DS: pasien


pemberian mengatakan
analgetic bersedia untuk
 Buscopan 3x1 dialkukan injeksi
amp untuk obat melalui selang
mengobati infus
masalah nyeri dan
kram pada perut DO: pasien nampak
tenang, tidak ada
tanda alergi
01-03- Pola nafas tidak efektif O:
2024 b.d hambatan - Memonitor S : pasien
upaya nafas frekuensi, irama, mengatakan masih
11.00 (D.0005) kedalaman dan mengalami sesak
upaya nafas. napas
O:
- RR 62x/menit
- N 129/menit
- Sesak
- Terpasang
CPAP 60%
22

- SPO2 96%
02-03-
2024 - Memonitor pola S : Pasien
11.00 napas mengatakan
(bradipnea,takipnea, dadanya masih
hiperventilasi). sedikit sesak
O:
- Takipnea
- RR 62x/menit
03-03-
2024 - Memonitor S : Pasien
11.00 saturasi oksigen mengatakan
sesaknya sedikit
mulai berkurang
l
O:
- SPO2 96%

- Dokumentasikan S : Pasien
hasil pemantauan mengatakan tidak
sesak lagi dan tidak
ada keluhan
O:
- RR 62x/menit
- N 129/menit
- Sesak
- Terpasang
CPAP
60%
- SPO2 96%
- Takipnea
- RR
62x/menit

01-03- Defisit nutrisi b.d 1. Identifikasi status DS: Pasien


2024 Ketidakmampuan nutrisi mengatakan berat
14.00 mencerna makanan badannya 45 kg,
(D.0019) dan tidak
23

mengetahui status
nutrisinya

DO: pasien tampak


kebingungan
Hasil IMT pasien
16,54

2. Anjurkan posisi DS: pasien


duduk mengatakan jika
posisi duduk bisa
membuatnya lebih
nyaman

DO: pasien tampak


sedikit nyaman
tetapi masih tetap
memegangi area
perutnya

02-03- 3. Identifikasi DS: pasien


2024 makanan yang mengatakan
14.00 disukai menyukai semua
4. Monitor asupan makanan kecuali
makanan jeroan sapi dan
5. Berikan makanan buah durian
tinggi serat untuk
mencegah DO: pasien nampak
konstipasi memakan makanan
6. Berikan makanan yang sudah
tinggi kalori dan disediakan
tinggi protein meskipun hanya ½
dari porsi makan
yang sudah
diberikan yang
terdiri dari nasi,
sayur sop, semur
telur, dan buah
pisang
03-03- 7. Kolaborasi DS: pasien
2024 pemberian mengatakan
14.00 medikasi sebelum bersedia untuk
makan (mis. dilakukan
Pereda nyeri, pemberian obat
24

antiemetic) melalui selang infus


 injeksi
omeprazole 2x1 DO: pasien nampak
vial untuk tenang, lancer dan
mengurangi kadar tidak ada tanda
asam lambung alergi

3.6 EVALUASI
Tgl/Jam Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD

01-03- Nyeri akut b.d Agen cedera S:


2024 fisiologis (D.0077) - pasien mengatakan nyeri saat
14.00 bernafas
- pasien mengeluh nyeri pada
dadanya
O:
- Klien tampak menahan nyeri
- Tampak laserasi dan lebam
pada dada
- Lebam lebih hitam diarea
kanan
- Tampak fraktur iga ke 6-8
dengann hemathoraks kanan
- Pemasangan Water Seal
Drainage, menggunakan
sistem 3 botol
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutan intervensi
- Identifikasi, lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
nonverbal
Pola nafas tidak efektif S: Pasien mengatakan masih
b.d hambatan upaya mengalami sesak napas
nafas O: Pasien tampak kesulitan
(D.0005) bernafas
A: Pola nafas tidak efektif belum
teratasi
25

P: Lanjutkan Intervensi
- Memonitor pola napas
(bradipnea,takipnea,
hiperventilasi).
- Memonitor saturasi
oksigen

Defisit nutrisi b.d S: Pasien mengatakan tidak nafsu


Ketidakmampuan mencerna smakan dikarenakan nyeri saat
makanan menelan
(D.0019) O: Pasien tampak lemas dan pucat
A: masalah Deficit nutrisi b.d
Ketidakmampuan mencerna
makanan belum teratas
P: Lanjutkan intervensi
a. Monitor asupan makanan
b. Pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetic
c. injeksi omeprazole 2x1 vial
untuk mengurangi kadar
asam lambung
02-03- Nyeri akut b.d Agen S:
2024 cedera fisiologis - pasien mengatakan nyeri saat
14.00 (D.0077) bernafas sedikit membaik
- pasien mengeluh nyeri pada
dadanya sedikit membaik
O:
- Klien tampak menahan nyeri
- Tampak laserasi dan lebam
pada dada
- Lebam lebih hitam diarea
kanan
- Tampak fraktur iga ke 6-8
dengann hemathoraks kanan
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutan intervensi
- Memfasilitasi istirahat dan
tidur
- Mengajarkan Teknik
nonfarmakologis dengan
cara relaksasi tarik nafas
dalam
26

Pola nafas tidak efektif S: Pasien mengatakan sesaknya


b.d hambatan upaya sedikit mulai berkurang
nafas O: Pasien tampak sedikit rileks
(D.0005) dan gelisah nya berkurang
A: Pola nafas tidak efektif
b.d hambatan upaya nafas
P: Lanjutkan Intervensi
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Defisit nutrisi b.d S: Pasien mengatakan tidak nafsu
Ketidakmampuan mencerna smakan dikarenakan nyeri saat
makanan menelan sedikit membaik
(D.0019) O: Pasien tampak lemas dan pucat
A: masalah Deficit nutrisi b.d
Ketidakmampuan mencerna
makanan teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
03-03-2024 Nyeri akut b.d Agen S:
14.00 cedera fisiologis - pasien mengatakan nyeri saat
(D.0077) bernafas membaik dan sudah
tidak terasa nyeri lagi
- pasien mengatakan nyeri
pada dadanya membaik
O:
- pasien tampak rileks
- pasien sudah tidak murung
lagi
A: Nyeri akut teratasi
P: Hentikan intervensi
Pola nafas tidak efektif S: Pasien mengatakan tidak sesak
b.d hambatan upaya lagi dan tidak ada keluhan
nafas O: Pasien tampak nyaman dan
(D.0005) rileks
A: Pola nafas tidak efektif
b.d hambatan upaya nafas
P: Hentikan Intervensi

Defisit nutrisi b.dS: Pasien mengatakan nafsu makan


27

Ketidakmampuan mencerna dikarenakan nyeri saat menelan


makanan membaik
(D.0019) O: Pasien tampak lnyaman dan
tenang
A: masalah Deficit nutrisi b.d
Ketidakmampuan mencerna
makanan teratasi
P: Hentikan intervensi
28

BAB IV
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik
tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas
(bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax
seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis
traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.

1.2. SARAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan system
pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran keadaan
pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.
29

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. L., Mahila, N. A. D., Kadarmo, A., Utami, H. D., Siswosaputro, A. Y., &
Riyantiningtyas B.S, L. (2023). Laporan Kasus Berbasis Bukti: Trauma pada Kepala dan
Dada yang Berujung pada Kematian. Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences (IJLFS), 13(1), 46. https://doi.org/10.24843/ijlfs.2023.v13.i01.p05
Arciniegas. (2021). trauma toraks. 6.
Gallo, H. dan. (2019). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
harsismanto, H. (2020). ASKEP TRAUMA THORAKS (HEMATHORAKS).
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.29375.36001
Mayasari, D. (2019). Penatalaksanaan Hematotoraks Sedang Et Causa Trauma Tumpul. J
AgromedUnila.
Mayasari, D., & Ika Pratiwi, A. (2018). Penatalaksanaan Hematotoraks Sedang Et Causa
Trauma Tumpul. Jurnal AgromedUnila, 4(1), 37–42.
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D. P. (2019). Teori asuhan keperawatan gawat darurat.
Medical book.
Sejati, U., & Nurbaiti, N. (2021). Literatur Review: Analisa Teknik Pemeriksaan CT-Scan
Thorax Pada Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19. Webinar Nasional Pakar ke 4
Tahun 2021, 1(1), Pp. 1.1.1-1.1.8.
https://publikasi.kocenin.com/index.php/pakar/article/view/150
Soesanto, H., Tangkilisan, A., & Lahunduitan, I. (2018). Thorax Trauma Severity Score
sebagai Prediktor Acute Respiratory Distress Syndrome pada Trauma Tumpul Toraks.
Jurnal Biomedik (Jbm), 10(1), 34–38. https://doi.org/10.35790/jbm.10.1.2018.18999
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tunggal, Y. A. N., Noor, D. M., & Octavallen, A. (2023). Peran Ultrasonografi pada
Tamponade Jantung Akut Akibat Trauma Tumpul Dada. Cermin Dunia Kedokteran,
50(5), 259–261. https://doi.org/10.55175/cdk.v50i5.888
30

1.3.

Anda mungkin juga menyukai