Hematothorax Kelompok3 Rspad (4) .New
Hematothorax Kelompok3 Rspad (4) .New
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN TRAUMA THORAKS” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pelatihan icu komprehensif RS KEPRESIDENAN RSPAD GAOTOT
SUBROTO angkatan I tahun 2024.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para peserta pelatihan icu
komprehensif khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah
ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para peserta
pelatihan icu komprehensif dan masyarakat dan pembaca.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1. Pengkajian............................................................................................14
3.2. Pemeriksaan fisik.................................................................................16
3.3. Analisa data..........................................................................................18
3.4. Diagnosa keperawatan.........................................................................21
3.5. Tindakan keperawatan.........................................................................21
3.6. Implementasi dan Evaluasi..................................................................28
BAB IV PENUTUP
3
4.1. Kesimpulan..............................................................................................34
4.2. Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.2.2 Bagaimana rumusan diagnosa keperawatan Pada Ny S dengan Trauma Thorax
(Hematothorax).
1.2.3 Bagaimana proses merencanakan asuhan keperawatan Pada Ny S. dengan
Trauma Thorax (Hematothorax).
1.2.4 Bagaimana proses implementasi keperawatan Pada Ny S. dengan Trauma Thorax
(Hematothorax).
1.2.5 Bagaimana proses dokumentasi asuhan keperawatan Pada Ny S. dengan Trauma
Thorax (Hematothorax).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peserta pelatihan mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien Trauma
Thorax (Hematothorax).
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Memaparkan konsep penyakit Trauma Thorax (Hematothorax) yang meliputi
anatomi dan fisiologi penyakit jantung, definisi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan
2) Memahami asuhan keperawatan pada pasien Trauma Thorax (Hematothorax)
dengan metodologi asuhan keperawatan yang benar
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari lima BAB, meliputi Bab satu pendahuluan
yang memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan baik itu
tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan, Bab dua tinjauan pustaka yang membahas tentang konsep dasar
dari masalah yang diangkat yang terdiri dari anatomi fisiologi penyakit, definisi,
penyebab, klasifikasi, patofisiologi, penataksanaan dan komplikasi serta juga berisi
tentang konsep dasar asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, inetervensi, implementasi dan evaluasi. Bab tiga tinjauan kasus yang
memuat tentang tinjauan kasus secara nyata yang dilakukan pada klien dilapangan
secara langsung mulai dari pengkajian yang berisi data demografi, keluhan utama,
riwayat kesehatan, riwayat psikososial, riwayat spritual, pemeriksaan fisik, aktivitas
sehari-hari, pemeriksaan diagnostik, terapi saat ini, klasifikasi data dan analisa data.
Bab ini juga membahas tentang diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasi dan catatan perkembangan. Bab empat pembahasan yang membahas tentang
kesenjangan yang didapat dari penulis antara konsep dan asuhan keperawatan yang
dilakukan dilapangan, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Dan bab lima penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding
dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal
baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax
akut.Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan
luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang
sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo,
2010)
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada
pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab
trauma tajam.
2.2 Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan trauma tajam
34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan
bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis
benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
(Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena
setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma
tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti
trauma tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada
tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang
berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas
menyelam (Hudak, 2011).
9
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura
saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun
kombinasi tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).
2.3 Anatomi Fisiologi
Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana pada bagian bawah lebih
besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan.
Pada rongga toraks terdapat paru - paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang
didalam rongga dada diantara kedua paru - paru. Di dalam rongga toraks terdapat beberapa
sistem diantaranya yaitu: sistem pernapasan dan peredaran darah. Organ yang terletak dalam
rongga dada yaitu; esophagus, paru, hati, jantung, pembuluh darah dan saluran limfe
(Patriani, 2012).
Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, dua
belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan dua pasang kosta yang melayang. Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital
rongga toraks seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Patriani, 2012).
10
1. m.interkostal eksternal merupakan yang paling superficial
Suplai arterial
2. satu lagi yang lewat di atas tepi rusuk di bawahnya dan kemudian
bertemu dengan sebuah kolateral percabangan arteri interkostal
posterior Distribusi pembuluh - pembuluh interkostal anterior dan
posterior saling tumpang tindih dan dapat berkembang menjadi
hubungan anastomosis.
12
Suplai Vena
Drainase vena dari dinding toraks pada umumnya paralel dengan pola
suplai arterialnya. Secara sentral, vena - vena interkostal pada akhirnya akan
didrainase menuju sistem vena atau ke dalam vena torakal internal, yang
terhubung dengan vena brakhiosefalika dalam leher. Vena - vena interkostal
posterior pada sisi kiri akan bergabung dan membentuk vena interkostal
superior kiri, yang akan didrainase ke dalam vena brakhiosefalik kiri
(Patriani, 2012).
Drainase Limfatik
Innervasi sensori dari kulit yang melapisi dinding toraks bagian atas
disuplai oleh cabang kutaneus, yang turun dari pleksus servikal di leher.
Selain menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta juga menginnervasi
area lainnya :
1. Ramus anterior T1 berkontribusi ke pleksus brakhialis
14
cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang
mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai
akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan
berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
Pathway KLL
Trauma
Thoraks
Laserasi pembuluh
Ekspansi paru Hemathoraks darah intracostalis
2.6 Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma lainnya
dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B: Breathing
adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing
hypothermia (Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa
dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka
yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar (Nugroho,
2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk intubasi
endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam menangani syok
hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting
pada pasien trauma toraks.
Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea
berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011). Pasien dengan tanda klinis tension
Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan
dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis
17
dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan
tindakan medis yang harus segera dilakukan (Hudak, 2011).
2.7 Pencegahan
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor penyebabnya,
seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan
dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding
thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun
benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012) .
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan antara perawat, pasien dan lingkungannya,
yang mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kemandirian pasien selama perawatan
(Tarigan dan Handyani, 2019) Asuhan Keperawatan dilakukan dalam keperawatan secara
sistematis, terstruktur dan integeratif menggunakan metode yang disebut proses keperawatan
(Koerniawan, 2021). Proses keperawatan adalah pendekatan pemecahan masalah yang
mencakup pemikiran kritis, logis dan kreatif, yang merupakan salah satu prinsip dasar
keperawatan (Siregar, 2021). Proses keperawatan terdiri dari beberapa tahapan.
2.8.1 Pengkajian
Pengkajian/anamnesa terbagi menjadi 2 jenis (Family nursing) oleh Niswa Salamung
(2021) yaitu :
1. Alo Anamnase Yaitu suatu kegiatan wawancara yang dilakukan bersama keluarga
pasien maupun teman pasien untuk mendapatkan informasi penting tentang kondisi
pasien. Dilakukan ketika pasien sulit memberikan informasi.
2. Auto Anamnase Yaitu suatu kegiatan di mana pasien diwawancarai secara langsung.
Hal ini sangat mungkin apabila pasien dianggap mampu untuk menjawab pertanyaan.
Biasanya mengalami kesulitan berkomunikasi pada pasien yang mengalami depresi
dan menarik diri, ini juga berlaku pada pasien anak – anak. Pengkajian adalah tahap
keperawatan yang paling awal, mendasar, dan utama.
a. Identitas Pasien meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama
atau kepercayaan, latar belakang etnis, bahasa lisan, status pendidikan dan
pekerjaan.
b. Keluhan Utama Pasien dengan efusi pleura biasanya mengeluh sesak napas, sesak
dada, terutama dengan batuk dan mengi, dan batuk non produktif.
c. Riwayat penyakit saat ini Penderita efusi pleura biasanya diawali dengan gejala
seperti batuk, sesak napas, nyeri pleura, dada terasa berat, penurunan berat badan,
dll.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita
18
penyakit seperti TBC paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dll. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang diduga menyebabkan efusi pleura, seperti kalsium paru, asma,
tuberkulosis paru, dll.
f. Riwayat Psikososial Meliputi pengetahuan pasien tentang penyakitnya, cara
penanggulangannya, dan perilaku pasien sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan.
g. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola persepsi & tata laksana gaya hidup sehat.
2) Adanya prosedur medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi terkait kesehatan, namun terkadang juga menimbulkan miskonsepsi
tentang pelayanan kesehatan.
3) Kemungkinan riwayat merokok, alkohol dan obat-obatan dapat menjadi faktor
penyebab munculnya penyakit.
4) Pola Nutrisi & Metabolisme
5) Saat menilai pola nutrisi dan metabolisme, kita harus mengukur tinggi dan berat
badan untuk menentukan status gizi pasien.
6) Perlu ditanyakan tentang kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS, penderita efusi pleura mengalami penurunan nafsu makan akibat sesak
napas tekanan pada struktur perut.
7) Peningkatan Metabolisme akibat proses penyakit. Pasien dengan diagnosis efusi
pleura biasanya keadaan umumnya lemah.
h. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai defekasi sebelum dan sesudah MRS.
Karena kondisi umum pasien yang lemah, pasien lebih banyak istirahat di tempat tidur,
sehingga menyebabkan konstipasi.
i. Pola aktifitas dan latihan
1. Akibat dispnea, kebutuhan O2 dari jaringan tetap tidak terpenuhi.
2. Pasien cepat lelah, dengan aktivitas minimal.
3. Selain itu, pasien mengurangi aktivitasnya karena nyeri dada.
4. Sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya untuk memenuhi
kebutuhan ADL
j. Pola Tidur dan Istirahat
1. Nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan tidur dan istirahat.
2. Selain itu, perubahan kondisi 19
lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang
menjadi lingkungan rumah sakit yang banyak orang gaduh, berisik, dll.
k. Pemeriksaan Fisik Klien
1. Status Kesehatan Umum
Perlunya pengkajian untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien, penampilan umum
pasien, ekspresi wajah pasien pada saat anamnesa, sikap pasien terhadap petugas,
suasana hati pasien, tingkat kecemasan dan ketegangan.
2. Sistem Respirasi Pemeriksaan pasien dengan efusi pleura, hemitoraks mencembung,
tulang rusuk rata, ruang iga melebar, gerakan pernapasan menurun. Dilihat dari
posisi trakea dan ictus cordis, mediastinum meluas ke arah hemithorax kontra lateral.
Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya sesak napas.
a. Fremitus tokal menurun, terutama pada efusi pleura, dimana jumlah cairan > 250
cc.
b. Suara perkusi redup sampai pekak tergantung banyaknya cairan. Jika cairan tidak
sepenuhnya mengisi rongga pleura, akan ada batas atas cairan, berupa garis
lengkung dengan ujung lateral atas. Garis ini paling menonjol di depan dada,
kurang jelas di belakang.
c. Auskultasi nafas menurun sampai menghilang. Dalam posisi duduk, cairan
menipis dan di baliknya ada kompresi atelektasis dari parenkim paru, tanda
auskultasi atelektasis kompresi ditemukan di sekitar batas atas cairan.
3. Sistem Kardiovaskular
a. Pada pemeriksaan Inspeksi harus diperhatikan letak ictus cordis yang biasanya
terletak di sebelah kiri ICS-5 selebar 1 cm pada garis midclavicula. Tujuan dari tes
ini adalah untuk menentukan apakah itu pembesaran jantung.
b. Palpasi, untuk menghitung denyut jantung,harus memperhatikan kedalaman dan
keteraturan detak jantung, dan periksa apakah ada thrill, yaitu getaran ictus cordis,
harus diperiksa.
c. Perkusi untuk menentukan batas jantung, dimana jantung terdengar tumpul. Ini
dilakukan untuk menentukan apakah itu jantung yang membesar atau ventrikel kiri
yang membesar.
d. Auskultasi untuk mengidentifikasi bunyi jantung I dan II tunggal dan apakah
terdapat bunyi murmur yang menandakan peningkatan aliran arus turbulensi darah.
4. Sistem Pencernaan
a. Pada saat inspeksi perlu diperhatikan apakah perut membuncit atau rata, tepi perut
menonjol atau tidak, pusar menonjol atau tidak dan periksa apakah ada massa.
b. Auskultasi untuk mendengarkan bunyi peristaltik usus,untuk nilai normalnya adalah
5-35 kali per menit. 20
c. Palpasi harus diperhatikan, apakah ada nyeri tekan di daerah perut, apakah ada massa
(tumor, faces), apakah hepar teraba.
d. Perkusi Abdomen normal, adanya massa padat atau cair menyebabkan suara pekak
(hati, asites, hidrosefalus, tumor).
e. Sistem Neurologis Pemeriksaan harus memeriksa tingkat kesadaran, selain itu juga
diperlukan pemeriksaan GCS untuk melihat apakah pasien compomentis, somnolen,
atau koma. dan juga perlu diperiksa, fungsi sensorik seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan serta perabaan.
f. Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan inspeksi harus memperhatikan apakah terdapat pembengkakan peritibial, dan
palpasi ekstremitas untuk mengetahui perfusi perifer dan memeriksa waktu capillary
refiltime. Kemudian bandingkan pemeriksaan kekuatan otot kiri dan kanan.
g. Sistem integumen Inspeksi keadaan umum kebersihan kulit, ada tidaknya lesi kulit, tampak
sianosis pada pasien dengan efusi pleura, palpasi diperlukan untuk memeriksa suhu kulit
(dingin, panas, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-lembut-kasar) dan turgor kulit agar
dapat mengetahui tingkat hidrasi.
2.8.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis dari respon pasien terhadap masalah
kesehatan dan memiliki karakteristik positif dan negatif, diagnosis negatif dibagi menjadi
diagnosis berisiko dan diagnosis aktual, diagnosis positif sering disebut diagnosis promosi
kesehatan. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respons individu,
komunitas dan keluarga terhadap situasi yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam
metode perumusa Diagnosis aktual, yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2019).
Diagnosis Keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan Hemothorax yaitu: (Nurarif
& Kusuma: Umara et al., 2021), (PPNI,2016) :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran napas
(D.0001).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus – kapiler
(D.0003).
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (penumpukan
cairan pada rongga pleura) (D.0005)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019).
5. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik(penatalaksanaan prosedur drain)
(D.0077) 6. Resiko Infeksi ditandai dengan prosedur invasif (D.0142).
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056). 21
Edukasi
1.13 Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari,jika tidak
kontraindikasi.
1.14 Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1.15 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukoliitk,
23
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
No jika perlu
2 Gangguan pertukaran Pertukaran Terapi Oksigen ( I.01026)
Gas b.d perubahan
membran alveolus- kapiler Gas (L.10003) Observasi
(D.0003) 2.1 Monitor kecepatan
Setelah aliran oksigen
Gejala & Tanda Mayor 2.2 Monitor posisi alat
Subjektif: dilakukan tindakan terapi oksigen
1. Dispnea keperawatan selama 2.3 Monitor aliran
Objektif : 3x8 jam diharapkan oksigen secara
1. PCO2 bersihan pertukaran periodic dan pastikan
meningkat/menurun gas meningkat atau fraksi yang diberikan
2. P02 menurun dengan kriteria hasil: cukup
3. Bunyi napas tambahan 1. Dispnea 2.4 Monitor efektifitas
menurun(5) terapi oksigen
Gejala & Tanda Minor 2. Bunyi (mis.oksimetri,analisa
Subjektif: napas tambahan gas darah) jika perlu
1. Pusing menurun(5) 2.5 Monitor kemampuan
2. Penglihtan 3. PCO2 membaik(5) melepaskan oksigen
kabur Objektif: 4. PO2 membaik(5) saat makan
1. Sianosis 5. Takikardi 2.6 Monitor tanda tanda
2. Diaforesis membaik(5) hipoventilasi
3. Gelisah 6. Ph arteri 2.7 Monitor tanda tanda
4. Napas cuping hidup membaik(5) dan gejala toksikasi
5. Pola napas oksigen dengan
abnormal(cepat/lambat, atelaktasis
reguler/ireguller, 2.8 Monitor
dalam/dangkal) tingkat kecemasan
6. Warna kulit akibat terapi oksigen
24
abnormal (mis.pucat, 2.9 Monitor
kebiruan) intergritas mukosa
7. Kesadaran menurun hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
2.10 Bersihkan secret
pada mulut,
hidung dan
trachea, jika perlu
2.11 Pertahankan
kepatenan jalan
napas
2.12 Siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
2.13 Berikan oksigen
tambahan jika
perlu
2.14 Tetap berikan
oksigen saat pasien
di transportasi
2.15 Gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobilisasi
pasien
Edukasi
2.16 Ajarkan pasien
dan keluarga
cara
25
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
2.17 Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2.18 Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktifitas dan/atau
tidur
3 Pola Napas Tidak efektif Pola Napas (L.01004) Pemantauan
b.d
hambatan upaya napas Respirasi (I.01014)
(D.005)
26
Setelah
Gejala & Tanda Mayor Observasi
Subjektif : dilakukan tindakan 3.1 Monitor
1. Dispnea keperawatan selama frekuensi,irama,kedala
Objektif : 3x8 jam diharapkan ma n,dan upaya napas
1. Penggunaan otot pola napas membaik 3.2 Monitor pola
bantu napas atau dengan kriteria napas (seperti
2. Fase ekspirasi hasil : bradipnea, takipnea,
memanjang hiperventilasi,
3. Pola napas 1. Dispnea menurun kussmaul,cheyne-
abnormal(mis. (5) stokes, Biot, ataksik
Takipnea,bradipnea.hi 2. Penggunaan 3.3 Monitor
perve otot bantu kemampuan batuk
ntilasi,kussmaul,cheyn napas efektif
e- stokes) menurun(5) 3.4 Monitor adanya
3. Pemanjangan produksi sputum
Gejala & Tanda fase ekspirasi 3.5 Monitor adanya
Minor Subjektif : menurun(5) sumbatan jalan napas
1. 4. Frekuensi 3.6 Palpasi
napas membaik kesimetrisan ekspansi
Ortopnea (5) paru
Objektif : 5. Kedalaman 3.7 Auskultasi bunyi napas
1. Pernapasan pursed-lip napas membaik 3.8 Monitor saturasi
2. Pernapasan cuping (5) oksigen
hidung 3.9 Monitor nilai AGD
3. Diameter thoraks 3.10 Monitor hasil x-
anterior- posterior ray toraks
meningkat Terapeutik
4. Ventilasi semenit 3.11 Atur interval waktu
menurun pemantauan respirasi
5. Kapasitas vital menurun sesuai kondisi pasien
6. Tekanan ekspirasi 3.12 Dokmentasikan hasil
menurun pemantauan
7. Tekanan inspirasi 3.13 Jelaskan tujuan dan
menurun 27 prosedur pemantauan
8. Ekskrusi dada berubah 3.14 Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu
Perawatan Selang
Dada
(I.01022)
Observasi
3.15 Identifikasi
indikasi dilakukan
pemasangan selang
dada
3.16 Identifikasi
indikasi
28
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
dilakukan
pemasangan selang
dada
3.17 Monitor kebocoran
udara dari selang
dada
3.18 Monitor fungsi,posisi
dan kepatenan
aliran selang(undulasi
cairan pada selang)
3.19 Monitor tanda dan
gejala pneumothoraks
3.20 Monitor
penurunan
produksi gelembung,
undulasi, dan
gelombang pada
tabung penampung
cairan
3.21 Monitor jumlah
cairan pada
tabung(seal)
3.22 Monitor posisi selang
dengan sinar X
3.23 Monitor krepitasi di
sekitar selang dada
3.24 Monitor tanda tanda
akumulasi
cairan intrapleura
29 3.25 Monitor
volume,warna dan
konsistensi drianase
dari paru-paru
3.26 Monitor tanda-
tanda infeksi
3.27 Lakukan
kebersihan tangan
sebelum dan setelah
pemasangan atau
perawatan selang
dada
3.28 Pastikan
sambungan selang
tertutup sempurna
3.29 Klem selang saat
pergantian tabung
3.30 Berikan selang yang
cukup panjang untuk
mempermudah
gerakan
3.31 Lakukan kultur cairan
dari selang dad,jika
perlu
3.32 Fasilitasi batuk,napas
dalam dan ubah posisi
setiap 2 jam
3.33 Lakukan perawatan
di area pemasangan
selang setiap 48-72
jam atau sesuai
kebutuhan
3.34 Lakukan
pergantian
tabung(seal)secara
berkala
30 3.35 Lakukan pelepasan
selang dada,sesuai
indikasi
31
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Edukasi
3.36 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
selang
3.37 Ajarkan cara
perawatan selang
3.38 Ajarkan mengenali
tanda
– tanda infeksi
32
4 Defisit Nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
peningkatan kebutuhan (L.03030) (I.03119)
Edukasi
4.16 Anjurkan posisi
34
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
duduk,jika mampu
4.17 Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
4.18 Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan(mis.
pereda nyeri
antiematik), jika
perlu
4.19 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan junlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
35
me Nyeri Akut b.d pencedera Tingkat Nyeri Manajemen
mba fisik (L.08066) Nyeri(I.08238)
ik 5 (D.0077)
Setelah Observasi
Gejala & Tanda Mayor 5.1 Identifikasi
Subjektif: dilakukan tindakan lokasi,karakterisik,
1. Mengeluh keperawatan selama durasi, frekuensi,
nyeri Objektif: 3x8 jam dihapkan kualitas, intensitas
1. Tampak meringis tingkat nyeri nyeri
2. Bersikap protektif menurun atau dengan 5.2 Identifikasi skala nyeri
(mis waspada,posisi kriteria hasil: 5.3 Identifikasi respon
menghindari nyeri) 1. Keluhan nyeri non verbal
3. Gelisah nyeri menurun 5.4 Identifikasi faktor
4. Frekuensi nadi 2. Meringis yang memperberat
meningkat menurun dan memperingan
5. Sulit tidur 3. Sikap protektif nyeri
menrun 5.5 Identifikasi
Gejala & Tanda 4. Gelisah menurun pengetahuan
Mayor Subjektif : 5. Kesulitan tidur keyakinan tentang
(tidak tersedia) menurun nyeri
6. Frekuensi 5.6 Identifikasi pengaruh
Objektif : nadi nyeri pada kualitas
1. Tekanan darah hidup
meningkat 5.7 Monitor keberhasilan
2. Pola napas berubah terapi komplementer
3. Nafsu makan berubah yang sudah diberikan
4. Proses berpikir 5.8 Monitor efek samping
terganggu penggunaan anlgetik
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri Terapeutik
sendiri Diaforesis 5.9 Berikan teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.TENS.
36 hypnosis, akupresur,
terapi musi,
biofeedback,
terapi pijataroma
terapi,teknik
imajinasi, terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
5.10 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis suhu
ruangan, pencahyaan,
kebisingan)
5.11 Fasilitasi isirahat
dan
37
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
tidur
Edukasi
5.12 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
6 Resiko infeksi d.d Tingkat Pencegahan Infeksi
prosedur invasif (D.0142) (L.14539)
infeksi (L.14137)
Observasi
Setelah 6.1 Monitor tanda dan
dilakukan gejala infeksi lokal
tindakan dan sistemik
keperawatan Selama
3x8 terapeutik
jam 6.2 Batasi jumlah
diharapkan tingkat pengunjung
infeksi menurun 6.3 Berikan perawatan
atau kulit pada area edema
dengan 6.4 Cuci tangan sebelum
kriteria hasill: dan sesudah kontak
1. Demam dengan pasien
menurun(5)
2. Kemerahan(5) Edukasi
3. Nyeri(5) 6.5 Jelaskan tanda dan
4. Bengkak(5) gejala infeksi
5. Kadar sel darah 6.6 Ajarkan cara
putih mencuci tangan
38
membaik(5) dengan benar
6.7 Ajarkan etika batuk
6.8 Ajarkan cara
memeriksa luka
operasi
6.9 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
7 Intoleransi aktifitas b.d Toleransi Manajemen
ketidakseimbangan antara aktiiftas Energi
suplai dan kebutuuhan (l.05047) (I.05178)
cairan oksigen (D.0056)
Setelah Observasi
Gejala & Tanda 7.1 Identifikasi ganggguan
Mayor Subjektif : melakukan tindakan fungsi tubuh yang
1. Mengeluh lelah keperawatan selama mengakibatkan
Objektif : 3x 8 jam diharpkan kelelahan
1. Frekuensi jantung toleransi 7.2 Monitor kelelahan fisik
meningkat aktivitas meningkat dan emosional
>20% dari kondisi sehat atau dengan kriteria 7.3 Monitor pola dan jam
hasil : tidur
Gejala & Tanda 1. Frekuensi 7.4 Monitor lokasi dan
Minor Subjektif : nadi meningkat ketidaknyamanann
1. Dispnea saat/setelah menurun(5) selama melakukan
aktivitas 2. Keluhan aktifitas
2. Merasa tidak nyaman kelelehaan
setelah beraktifitas menurun(5) Terapeutik
3. Merasa lemah 3. Dispnea 7.5 Sediakan
40
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
saat/setelah aktivitas tempat tidur,jika tidak
3. Gambaran dapat dapat berjalan
EKG menunjukkan atau berpindah
iskemia
4. Sianosis Edukasi
7.9 Anjurkan tirah baring
7.10Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap 7.11Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
7.12 Anjurkan startegi
koping untuk
mengurangi kelelahan
41
8 Ketidakberdayaan b.d Keberdayaan Manajemen
program perawatan atau (L.09071)
pengobatan yang kompleks Prilaku (L.12463)
atau jangka panjang Setelah
(D.0092) Observasi
dilakuakan tindakan 8.1 Identifikasi harapan
Gejala & Tanda Mayor keperawatan selma untuk mengendalikan
Subjektif: 3x 8 jam diharapkan perilaku
1. Menyatakan frustasi keberdayaan
atau tidak mampu meningkat Teraputik
melaksanakan aktivitas dengan 8.2 Diskusikan
sebelumnya kriteria hasil : tanggung jawab
1. Pernyataan terhadap perilaku
Objektif: mampu 8.3 Jadwalkan
1. Bergantung pada orang melaksanakan kegiatan terstruktur
lain meningkat(5) 8.4 Ciptakan dan
2. Pernyataan pertahankan
Gejala & Tanda Minor frustasi lingkungan dan
Objektif: menurun(5) kegiatan perawatan
1. Merasa diasingkan 3. Ketergantungan konsisten setiap dinas
2. Menyatakan pad aorang lain 8.5 Tingkatkan aktivitas
keragaun tentang menurun (5) fisik sesuai
kinerja peran 4. Perasaan kemampuan
3. Menyatakan diasingkan 8.6 Batasi jumlah
kurangnya konrrol menurun (5) pengunjung
4. Menyatakan rasa malu 8.7 Bicara dengan nada
5. Merasa rendah dan tenang
tertekan(depresi) 8.8 Lakukan
Objektif: kegiatan pengalhan
1. Tidak berpartisipasi terhadap sumber
dalam perawatan agitasi
2. Pengasingan 8.9 Cegah perilaku pasif
dan agresif
8.10 Beri penguatan positif
42 terhadap keberhasilan
mengendalikan
perilaku
8.11 Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
8.12 Hindari
sikap menyudutkan
dan menghentikan
pembicaraan 8.13Hindari
sikap mengancam
dan berdebat
8.14 Hindari berdebat
atau
43
No Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
menawar batas
perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi
8.15 Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
45
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A. Airway : Terdapat sumbatan berupa sputum purulen,terpasang
ETT on ventilator VCSIMV TV 380, RR 12 x/menit,
FiO2 90 %, PEEP + 10, PS 8
46
2. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Nama : Ny S
Umur : 56 tahun
Alamat : Malang
Agama : Islam
Bahasa Indonesia
Status perkawinan :
Menikah
Pendidikan :
S1 keperawatan
Pekerjaan : Perawat
Golongan darah :
No. register : 01181588
Tanggal MRS : 21 Maret 2024
Diagnosa medis :
b) Identitas penanggung jawab :
Nama : Ny.
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Malang
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Anak
c) Keluhan utama
Pasien sesak
d) Riwayat kesehatan
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris
48
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat
perdarahan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e). Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir
f). Leher
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
g). Toraks
Perkusi : Snoring
h). Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
1. Data psikologi
Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan
2. Data social
49
Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu
menunggu klien.
3. Data spiritual
Keluarga selalu mendoakan kesembuhan pasien
a. Skrining gizi
Pasien dilakukan pengkajian lanjut oleh Tim Gizi tanggal 22 Maret 2024, terkait
pasien dengan diagnosa CKB,ICH,SAH,HEMATOTHORAX,DM tipe 2 , sehingga
pasien mendapat diit enteral via NGT yaitu susu peptiren 3x100 dan diit mixer
3x100ml per hari ditambah putih telur 3x/hari
b. Data Penunjang
1. Foto Thorax
50
Foto Thorax tgl 20/3/24 Foto Thorax tgl 23/3/24
2. EKG
51
3. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
c. Tanggal
25/3/24 Magnesium 2,24 1,8-3,0
Calsium total 8,5 8,6-10,3
Analisa gas darah
PH 7,612 7,37-7,45
PCO2 25,6 33-44
PO2 165,6 71-104
HCO3 26,0 22-29
BE 5,8 (-2)-(3)
Saturasi O2 98,4 94-98
Paket elektrolit
Natrium 143 135-147
Kalium 4,3 3,5-5,0
Clorida 103 95-105
Imunoserologi
Procalsitonin 0,48 0,02-0,5
4. Therapy
1. Infus Ringer Fundin 40cc/jam
2. Precedex 200/50 0,5 mcq/kgbb/jam
3. Fentanyl 300/30 5cc/jam
4. Resfar 1x12.5 mg (habis dalam 4 jam)
5. Meropenem 3x1gr
6. Levofloxacin 1x750mg
7. Asam tranexamat 3x500mg
8. Vit K 3x10mg
9. Methilprednisolon 2x62,5mg
10. Mecobalamin 3x500mg
11. Citicolin 3x100mg
12. Phenitoin 3x100mg
13. Paracetamol 3x1gr
14. Sucralfat 4x1cth
15. Nimotop 4x60mg
16. Inhalasi Ventolin:1 3x1
Discharge Planning
Komponen penilaian Ya Tidak Keterangan
Perlu pelayanan home care √
Perlu pemasangan inplant √
Penggunaan alat bantu √
Telah dilakukan pemasangan √
alat
Dirujuk ke komunitas tertentu √
Dirujuk ke tim terapis √
Dirujuk ke ahli gizi √
Perlu edukasi pasien/keluarga √
Perlu adanya inform concent √
53
3.3 Analisa data
- TTV:
54
3. Ds: Tidak dapat dikaji Trauma Thorax Gangguan mobilitas fisik
Do : berhubungan dengan
- Hasil foto thorax terdapat fraktur kerusakan integritas struktur
costae 2-7 tulang
- Bentuk dada tidak simetris Fraktur costae 2-7
- Gerakan terbatas tidak bisa miring
kiri
Kerusakan
jaringan
Gangguan
mobilitas fisik
Edukasi
Kolaborasi
58
3.6 Implementasi
Tangga Diagnosis Implementasi Hasil Evaluasi
l&
Waktu
25/3/24 Bersihan - Timbang terima dengan yang S: Pasien
(Shift dinas malam - TTV: TD: tidak
jalan napas
1) - Memonitoring pola napas 150/80 mmHg, dapat
08.00 tidak efektif (frekuensi, kedalaman, usaha N: 110/m, dikaji
napas) RR:33 X/m, secara
berhubunga
S:38, 5 °C, verbal
n dengan SpO2 92 %, O: K/U
- Memonitoring bunyi napas - Suara ronchi (+) tampak
hipersekresi
tambahan (misal gurgling, di kedua lapang sakit
sekresi jalan paru berat
mengi, wheezing, ronkhi
Kes:
nafas kering) Sedasi
GCS:
- Melakukan suctioning dan - Sputum warna E:2 M: 2
kuning purulen V: ETT
memonitoring produksi
sputum (jumlah, warna, Ronchi
aroma) +/+
Slym
- Memberikan posisi semi fowler - Pasien masih
warn
sesak SpO2
a
- 92%
kunin
g
- Berkolaborasi dalam pemberian - Memberikan
purul
bronkodilator,ekspektoran,muk terapi nebulizer
en
olitik jika perlu suction ventolyn 1 resp
A:
- Masalah
- Memonitoring respirasi dan status - TTV: TD: bersihan
oksigen atas advis dokter FiO2 150/80 mmHg, jalan
naik 90 % N: 110/m, nafas
RR:33 X/m, belum
S:38, 5 °C, teratasi
SpO2 92 %, P:
Lanjutka
n
Intervensi
25/3/24 Bersihan - Timbang terima dengan yang - TTV: TD: S: Pasien
14.30 dinas pagi 150/80 mmHg, tidak
jalan napas
N: 110/m, dapat
tidak efektif RR:33 X/m, dikaji
S:38,2°C, SpO2 secara
berhubunga
95% verbal
n dengan O: K/U
- Memonitoring pola napas - Suara ronchi (+) tampak
hipersekresi
(frekuensi, kedalaman, usaha di kedua lapang sakit
sekresi jalan paru berat
napas)
nafas
60
- Memonitoring respirasi dan status - TTV: TD: jalan
oksigen 150/80 mmHg, nafas
N: 110/m, belum
RR:33 X/m, teratasi
S:37,8 °C, SpO2 P:
97 %, Lanjutka
n
Intervensi
an ventilasi dan
perfusi
- Mempertahankan Suctioning
berkala sesuai
kepatenan jalan kebutuhan
nafas
- Kolaborasi - Setting
ventilator PC
dengan tim medis SIMV TV
dalam 273 PEEP
+10 RR 12
menentukan FiO2 90 %
setting vntilator PS 12
dan pemberian
obat relaksan
07.45 Gangguan Membantu Adl pasien Pasien saat
dilakukan adl
mobilitas (meliputi : mandi, oral mengalami
fisik hygiene, Vulva hygiene) bradikardi
berhubun
gan
dengan
kerusakan
integritas
struktur
tulang
BAB IV
63
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan mengenai “ Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan diagnosa Hematothorax di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) RSPAD Gatot Soebroto”
yang dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 25 Maret 2024 sampai dengan 27 Maret 2024.
Pembahasan akan dilakukan berdasarkan tahapan proses keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
I. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian keperawatan, penulis melakukan pengkajian sesuai data yang
ditemukan di hari pertama dinas tanggal 25 Maret 2024. Pengkajian berfokus pada prioritas
masalah airway, breathing, circulation, disability, setelah itu dilanjutkan dengan sistem yang
terkait secara komprehensif. Data didapat dengan menggunakan teknik observasi,
pemeriksaan fisik, wawancara, dan menggunakan catatan medis, sehingga dihasilkan data
fokus berupa data subjektif dan data objektif untuk kemudian dianalisa sehingga dapat
menegakkan diagnosa keperawatan.
Beberapa kesenjangan data yang kami peroleh antara teori dan praktek diantaranya:
Pada teori disebutkan tauma toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan
trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima
jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
(Sudoyo, 2010). Saat dilakukan pengkajian dilapangan penyebab pasien karena kecelakaan
bermotor dan terjadi benturan yang diakibatkan oleh benturan benda tumpul sehingga pasien
mengalami fraktur coste 2 sampai 7 kiri.
Pada teori untuk pengkajian awal dilakukan dengan Manajemen awal pasien trauma toraks
meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B: Breathing adequacy,
C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing hypothermia
(Nugroho, 2015). Saat dilakukan dilapangan pengkajian awal yang dilakukan menggunakan
pengkajian ABCD dan juga melakukan pengkajian pemeriksaan fisik (Head to toe).
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis dari respon pasien terhadap masalah kesehatan
dan memiliki karakteristik positif dan negatif, diagnosis negatif dibagi menjadi diagnosis
berisiko dan diagnosis aktual, diagnosis positif sering disebut diagnosis promosi kesehatan.
Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respons individu,
64
komunitas dan keluarga terhadap situasi yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam
metode perumusa Diagnosis aktual, yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2019).
Diagnosis Keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan h e m a t o t h o r a x yaitu:
(Nurarif & Kusuma: Umara et al., 2021), (PPNI,2016) Bersihan jalan napas tidak efektif,
Gangguan pertukaran gas alveolus – kapiler, Pola napas tidak efektif, Defisit nutrisi,
Nyeri akut, Resiko Infeksi, Intoleransi aktifitas ,
Sedangkan pada kasus Ny. S diagnosa yang tidak ada pada teori namun muncul
pada kasus kasus Ny. S diantaranya :
1. Gangguan mobilitas fisik karena pasien mengalami multiple fraktur sehingan
semua aktifitas adl dibantu oleh perawat.
2. Hipertermi diagnosa muncul pada Ny. S karena saat praktek dilapangan pasien
mengalami kenaikan suhu dalam 3 hari berturut-turut cenderung hipertermi
dengan therapy antipiretik namun suhu tetap tinggi.
III. Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi keperawatan disusun berdasarkan prioritas
masalah/diagnostik, tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan. Dari kasus Ny. S ini
65
kelompok melakukan asuhan keperawatan berdasarkan 4 diagnosa keperawatan
prioritas, yaitu diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan
nafas, Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang, Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (respon trauma)
Untuk intervensi yang dilakukan mengacu pada SDKI, namun memang ada
beberapa intervensi yang tidak dapat dilaksanakan karena satu dan lain hal. Hal
tersebut akan dijelaskan lebih detail pada bagian implementasi.
IV. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan, yang dilakukan selama 3 hari yang dimulai dari
tanggal 25 Maret 2024 sampai 27 Maret 2024, kelompok melakukan implementasi
berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan, rencana yang telah dibuat, serta disesuaikan
dengan kondisi yang dialami pasien dan fasilitas yang ada di ruangan. Selain itu, kelompok
melakukan implementasi berdasarkan jurnal yang kelompok dapat mengenai penghisapan
lendir melalui teknik closed suction.
Beberapa perbedaan antara implementasi secara teori dan praktik di lapangan yang
dilakukan oleh kelompok diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif, ditambahkan implementasi mengenai
jurnal yang kelompok dapatkan tentang teknik closed suction. Jika mengacu pada hasil
jurnal, jika pasien terpasang closed suction, suction dapat dilakukan tiap 3 jam sekali
atau frekuensi yang lebih sering sesuai kebutuhan. Dan sudah sesuai dengan dilapangan.
2. Pada dioagnosa hypertermi, pada implementasi untuk menurunkan demam dapat
dilakukan dengan pemberian therapi non farmakologi, salah satunya adalah metode
kompres dan aliran udara dingin yaitu dengan cooling blanket sebuah selinut yang
dialiri air dingin serta mampu menurunkan suhu sekitar 1 sampai 20C setelah dilakukan
tindakan selama 5 sampai 7 jam. Namun pada kasus Ny S hal tersebut tidak dilakukan
karena belum tersediamya alat tersebut di lapangan.
V. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini penulis mengevaluasi terhadap asukan keperawatan yang dilakukan
pada Ny. S dengan Hematothorax di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) RSPAD
Gatot Soebroto” selama 3 hari. Evaluasi keperawatan dilakukan pada tanggal 27
Maret 2023 jam 10.00 hasilnya
Dari diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif bd. Hipersekresi jalan nafas
Hasilnya belum teratasi secret masih banyak, pasien masih dilakukan close suction
66
setiap 4jam sekali. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi, hasil belum teratasi karena respirasi masih on
ventilator. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, hasil belum teratasi karena adl masih dibantu penuh. Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit (respon trauma). Hasilnya belum teratasi pasien
masih mengalami kenaikan suhu, Dari keseluruhan diagnosa diatas hasil evaluasi
belum teratasi namun intervensi harus dihentikan karena pasien meninngal.
67
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
68
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
darurat. Padang : Medical book
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit
dalam . yogjakarta : Nuha medika
69
70
71