Disusun Oleh:
Kelompok 3
AyundaMaulidin KHGA21093
a
Shera Amalia N KHGA21100
Tita Yunita KHGA21106
Arman Alparu KHGA21115
Rianda Sahril R KHGA21119
Reni Santka KHGA21121
Wafda Hayfa F KHGA21132
2C
i
DAFTAR ISI
ii
3.4................................................................................................................ Implem
entasi dan Evalyasi ...............................................................................29
BAB IV PENUTUP ....................................................................................34
4.1................................................................................................................ Kesimp
ulan .......................................................................................................34
4.2................................................................................................................ Saran
...............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi
Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta 2%, dan Gorontalo
2%. Selain itu 8 provinsi lain juga memliki prevalensi lebih tinggi
dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya Provinsi Kalimantan Timur
yaitu 1,8% (Kemenkes RI, 2018).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang orang
salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya
istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk
mempertahankan beban kerjanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal tergantung bagian jantung mana yang mengalami gangguan
(Russel, 2011). Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi
dominan jantung yang mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri
yaitu : penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit
katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amioloidosis
jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula 3 3
arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri,
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid,
penyakit jantung kongenital (VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli
pulmonal masif (chandrasoma,2006) didalam (Aspani, 2016).
Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema,
anorexia, mual, dan sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri
menimbulkan gejala cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan
penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian kanan dan kiri sama-sama
mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya
bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sitemik
dan sirkulasi paru (Aspani, 2016). pasien dengan tanda dan gejala klinis
penyakit gagal jantung akan menunjukkan masalah keperawatan aktual
maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar
manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola
nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas,
2
hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas
kulit (Aspani, 2016).
Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki
kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi fowler,
memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan volume
cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspani, 2016).
Istirahat total dalam posisi semi fowler dapat mengurangi keluhan yang
dialami pasien gagal jantung diantaranya, sesak nafas dan kesulitan tidur.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Melanie, 2012) tentang sudut posisi tidur
semi fowler 45° terhadap kualitas tidur dan tanda vital pasien gagal jantung
diruang rawat intensif RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Hasil Penelitian
ini membuktikan adanya pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap
kualitas tidur pasien gagal jantung. Namun, tidak ada pengaruh yang
signifikan antara sudut posisi tidur terhadap tanda vital. Oleh karena itu
pengaturan sudut posisi tidur dapat menghasilkan kualitas tidur yang baik,
sehingga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien. Penyakit jantung dan
pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan
masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama sehingga sangat
diperlukan peran perawat dalam penanganan pasien gagal jantung. Adapun
peran perawat yaitu care giver merupakan peran dalam memeberikan asuhan
keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah sesuai dengan metode
dan proses keperawatan yang teridiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi (Gledis & Gobel,
2016).
Selain itu perawat berperan melakukan pendidikan kepada pasien dan
keluarga untuk mempersiapkan pemulangan dan kebutuhan untuk perawatan
tindak lanjut di rumah (Pertiwiwati & Rizany, 2017). Hasil studi
pendahuluan didapatkan data tahun 2019 di RSUD dr 5 5 Kanujdoso
Djatiwibowo khususnya ruang perawatan Flamboyan B terdapat 293 kasus
3
dan menjadi penyakit dengan urutan ke-5 dari Top 1000 diagnosis.
Sedangkan diruang Flamboyan E dalam periode bulan Oktober-Desember
2019 lalu terdapat 23 kasus. Berdasarkan pembahasan diatas, penulis
tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Gagal Jantung
Kongestif ”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan
makalah ini antara lain:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya)
miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram.
Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-
paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.
6
memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, dan
ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah.
Antara organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
7
a. Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung
memanjang atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah jumlah
darah yang berada dalam ventrikel pada akhir diastole.
b. Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung
pada pengambilan darah dari pembuluh vena dan pengembalian darah
dari pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang beredar
serta tonus otot.
c. Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut miokardium.
d. Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium)
akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka
peregangan ini makin panjang.
e. Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung semakin
besar pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah jantung.
pada keadaan preload terjadi pengisian besar pula volume darah yang
masuk dalam ventrikel.
f. Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam keadaan
tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm, kekuatan
kontraksi berkurang sehingga akan menurunkan isi sekuncup.
2. Daya kontraksi
a. Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah
jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan ventrikel.
b. Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium, keseimbangan
elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan keadaan konduksi
jantung.
3. Beban akhir
a. After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel
selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel melalui katup
semilunar aorta.
b. Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan perifer misalnya akibat
hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban akhir.
8
c. Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan mengakibatkan
penurunan isi sekuncup.
d. Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml sehingga
curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup tetapi
dipengaruhi oleh aktivitas tubuh.
e. Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress,
peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedang kan saat
tidur curah jantung akan menurun.
2.4. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
(Aspani, 2016)
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload). 15 15
a. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
b. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta.
c. Disaritmia
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload.
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload) Menurut Smeltzer
(2012), gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan
penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
b. Aterosklerosis koroner Aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
9
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium
menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan
dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia
baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk
jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan
aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)
sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
e. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
2.5. Manifestasi Klinik
1. Gagal Jantung Kiri
a. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
10
b. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
c. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
d. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
e. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
f. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam
hari)
g. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
h. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
2. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena.
a. Edema ekstremitas bawah
b. Distensi vena leher dan escites
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena dihepar.
d. Anorexia dan mual
e. Kelemahan
2.6. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan
kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan
respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini
menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
11
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal
akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan
curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung
dini pada keadaan normal. Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah
gangguan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang harus
menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada
setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah
darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel
yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan
yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol).
Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan
menurun. Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat dianggap
sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat
12
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.
2.7 Komplikasi
Komplikasi akut gagal jantung meliputi :
1. Edema paru
2. Gagal ginjal akut
3. Aritmia
Komplikasi kronis meliputi :
1. Intoleransi terhadap aktivitas
2. Gangguan ginjal
3. Kakeksia jantung
4. Kerusakan metabolik dan Tromboembolisme
13
- Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup
atau insufisiensi.
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan
fungsi ginjal terapi diuretik
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid
menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung.
2.9. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai
berikut :
a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan
diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker,
angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis
aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan
konstipasi.
b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah
baring, perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan
kontrol faktor resiko.
14
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Oksigen
4. Terapi Diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan
air serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan preload
(beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan merendahkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air
juga akan tertahan dan tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang
menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolit lainnya, termasuk kalium,
magnesium,klorida dan bikarbonat. Diuretik yang meningkatkan ekresi kalium
digolongkan sebagai diuretik yang tidak menahan kalium, dan diuretik yang
menahan kalium disebut diuretik hemat kalium.
5. Digitalis
15
6. Inotropik positif
7. Terapi Sedatif
8. Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan
otot jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan klien dan pembatasan natrium.
16
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
18
b. Alasan Masuk
Pasien datang ke IGD RSRD dr. Slamet dengan keluhan utama sesak
napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak napas terutama
pada saat melakukan aktivitas.
c.
1) mata kurang.
Masalah keperawatan: koping individu tidak efektif
Menurut penuturan klien, tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Pengalaman yang tidak menyenangkan:
1) Saat klien kehilangan barang yang baru dibelinya klien mengatakan
merasa sedih dan kesal pada saat itu
2) Saat klien harus selalu menuruti apa yang dikatakan orang tua dan
orang terdekatnya apapun itu meskipun klien tidak menyukianya
Ekspresi wajah: klien ntampak murung saat bercerita
Masalah keperawatan: berduka disfungsional
d. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pengkajian dilakukan pemeriksaan:
1) Tanda – tanda vital
Tekanan Darah: 120/80mmHg
Respirasi: 20x/menit
Nadi: 90x/menit
Suhu: 36,0 derajat Celcius
2) Ukuran badan
Berat badan: 55Kg
Tinggi badan: 164cm
3) Keluhan fisik
19
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan. Klien
merasa sehat.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
e. Psikologi
1) Genogram
20
2) Pola komunikasi: menurut klien orang yang pendiam, klien jarang
membicarakan masalahnya pada orang lain dirumah.
3) Pola pengambilan keputusan: jika ada masalah yang memerlukan
pengambilan keputusan terkadang kaka klien yang suka
memutuskannya.
Masalah keperawatan: tertekan
2) Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan suka dengan semua tubuhnya karena itu
merupakan anugrah dari allah SWT. Tapi klien lebih suka dengan
rambutnya yang hitam dan tebal.
2) Identitas diri
Dirumah klien berperan sebagai seorang anak laki-laki Dan
merasa tidak puas dengan apapu hal yang klien lakukan karena
selalu merasa kurang di depan orang tua atau lingkungan
terdekatnya, sebagai seorang laki-laki dan berpenampilan sesuai
dengan identitasnya.
3) Peran
Klien sebagai seorang anak laki - laki, klien mampu menjadi
seorang kakak untuk adiknya.
4) Ideal diri
Klien mengatakan saat ini yang paling ia harapkan adalah cepat
pulang ke rumah untuk berkumpul bersama orang tuanya akan
tetapi klien mengharapkan tidak ada tekanan lagi untuk dirinya
dari orang tua atau dari lingkungannya tersebut.
5) Harga diri
Klien mengakui dirinya pendiam, tetangganya juga mengatakan
demikian. Hubungan klien dengan orang lain cukup baik.
Terkadang klien merasa rendah diri.
Masalah keperawatan: ada masalah dalam diri karna terpengaruh
oleh tekanan dilingkungannya.
21
3) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah dirinya sendiri
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien klien mengatakan tidak slalu mengikuti kelompok atau
acara kegiatan masyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Terkadang klien mengalami hambatan dalam hubungan social/
orang lain, karena klien orangnya pendiam, apalagi jika sama
orang yang baru dikenalnya.
Masalah keperawatan: ada masalah
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam, klien berpandangan bahwa orang yang
mengalami gangguan jiwa adalah mereka yang sedang diuji oleh
Allah swt, termasuk dirinya sendiri.
b) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sewaktu dirumah klien rajin sholat dan tidak
pernah ketinggalan dan sekarang di RSJ klien mengaku slalu
sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
f. Status mental
1) Penampilan
Penampilan klien cukup raih, rambut agak kusut karena tidak disisr,
penggunaan pakaian sesuai, baju tidak terbalik, kuku pendek, klien
mengatakan jarang gosok gigi dan cuci rambut.
Masalah keperawatan: kurang perawatan diri
2) Pembicaraan
Cara berbicara klien selalu mengulang kata - kata yang sama yang
harus dia lakukan karena ada bisikan yang menjadi dirinya selalu
mengatakan hal yang sama pembicaraan tidak terlalu cepat dan tidak
22
terlalu keras, pembicaraan kadang inkohoren, kadang-kadang
berbicara dengan orang lain.
Masalah keperawatan: kerusakan komunikasi verbal
3) Aktifitas motorik
Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak sedikit lesu, kadang
tegang dan gelisah, tapi sudah lama berbicara klien tampak tenang.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
4) Alam perasaan
Pada saat pengkajian klien mengatakan sedang senang, karena ada
yang mengajaknya ngobrol.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
5) Afek
Saat dikaji Ekspresi wajah klien saat bercerita kadang tampak
senyum atau murung kembali ketika menceritakan yang
membuatnya senang dan kadang tampak murung ketika
menceritakan yang membuatnya sedih.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
6) Interaksi selama wawancara
Saat dikaji klien menunjukan sikap yang kooperatif, klien bersedia
menjawab semua pertanyaan dan mau memperkenalkan diri, meski
kontak matanya kurang klien bersedia berjabat tangan dengan
perawat klien banyak menunduk.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
7) Persepsi
a. Jenis halusinasi: Halusinasi pendengaran
b. Menurut pengakuan klien, klien mengatakan mendengar suara-
suara yang mau mengajaknya pergi. Suara-suara itu muncul 3x
sehari pada saat dia mau makan,pagi siang, dan sore, dan
menurut klien suara itu muncul klien merasa takut, klien tampak
melamun dan bengong saat ngobrol, inkoheren
23
c. Masalah keperawatan: gangguan- sensori persepsi: halusinasi
pendengaran.
8) Isi pikir
Pada saat dikaji klien tidak mengalami gangguan isi pikir
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
9) Proses pikir
Ketika dilakukan pengkajian klien berbicara dengan berbelit-belit,
tapi sampai pada tujuan pembicaraan (sirkumstansial) dan terkadang
pembicaraan klien berhenti tibatiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali (bloking)
Masalah keperawatan: gangguan komunikasi verbal
Waham: Saat dikaji klien tidak mengalami waham
10) Tingkat kesadaran
Kesadaran klien compos mentis, klien sadar bahwa sekarang dia
sedang berada di RSJ orientasi, terhadap waktu dan orang juga baik.
Klien bias menyebutkan tanggal, bulan dan tahun, klien juga dapat
menyebutkan orang yang tinggal bersamanya, klien juga dapat
mengenal dirinya sendiri.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
11) Memori
Klien memiliki memori yang baik, klien dapat mengingat daya ingat
jangka panjang yaitu menceritakan pengalaman didirnya dengan
teman temannya dan daya ingat saat ini yaitu klien dapat
menyebutkan kembali nama perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung secara sederhana
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
13) Kemampuan penilaian
24
Menurut penuturan klien, klien dapat mengambil keputusan tanpa
bantuan orang lain (contoh: klien memilih mencuci tangan sebelum
makan).
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
14) Daya tilik diri
Saat diaji klien menyadari kalau dirinya sedang sakit/ ada gangguan
jiwa sehingga klien dirawat di RSJ ini.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
g. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Makan
Klien mampu makan sendiri tanpa bantuan orang lain dan mencuci
tangan sebelum makan, klien makan 3x sehari dengan variasi yang
berbeda-beda setiap kali makan, klien mengatakan tidak ada
makanan yang tidak disukai dan tidak ada yang dai pantang. Cara
makan klien yaitu klien duduk di meja makan.
2. Pola eliminasi
Klien dapat mengontrol BAB/BAK, sehingga BAB/BAK dilakukan
di kamar mandi. Tanpa bantuan orang lain dan membersihkan diri
dan pakaian setiap habis BAB/BAK
3. Berpakaian
Klien mengatakan mampu berpakaiana sendiri dan mengganti
pakaian sesuai dengan kebutuhan RS ( diruangan) atau dengan
pakaia sendiri
4. Mandi
Menurut penuturan klien, klien mampu mandi sendiri dengan
frekuensi 2x/hari, klien jarang menggosok gigi, dan jarang mencuci
rambut. (keramas)
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lamanya kurang lebih 90 menit /1 ½ jam Tidur mala
lamanya kurang lebih 8 jam, sebelum tidur klien tidak pernah/ jarang
menggosok gigi maupun cuci kaki, namun klien slalu berdoa ketika
25
mau tidur, sesudah tidur klien sholat subuh dan langsung merapihkan
tempat tidur. Masalah keperawatan : tidak ada masalah
6. Penggunaan obat
Klien minum obat secara teratur dan benar dengan bantuan perawat.
Obat yang harus diminum sesuai dengan anjuran dokter. CP 2 1x1 m
7. Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa sesudah pulang nanti, mereka akan
melanjutkan pengobatan rawat jalan. Keluarga juga mengatakan
system pendukung yang dimilikinya yaitu keluarga yang selalu
mendukung dan member semangat untuk klien.
8. Kegiatan di dalam rumah
Sebelum masuk RSJ klien mengatakan selama dirumah klien slalu
main dengan teman-temannya tetapi jarang pulang dan jarang tidur
dirumah.
9. Kegiatan di luar rumah
Main bersama teman
10. Mekanisme koping
Klien tinggal bersama kedua orang tua, kakak dan adiknya klien
termasuk orang yang pendiam, jarang mengungkapkan masalahnya
pada orang lain untuk menenangkan diri klien biasanya keluar
sendiri jalan - jalan
11. Pengetahuan
Klien kurang tahu tentang penyakit yang sedang dideritanya.
12. Aspek medic
Diagnose medis: schizophrenia
Terapi medis : CP2
3.2. Diagnosa
a. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi dengar berhubungan dengan
menarik diri
3.3. Perencanan
26
PERENCANAAN
Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Setelah…x, pertemuan Fase orientasi
klien dapat - BHSP ( menyapa klien Rasa percaya merupakan
yang sudah dilakukan - latih kegiatan agar - agar klien dapat lebih
27
- membuat jadwal halusinasi tidak mandiri beraktifitas
kegiatan sehari2 dan muncul, tahapannya :
mampu - jelaskan pentingnya
memperagakannya aktifitasyang teratur
untuk mengatasi
halusinasi.
: Diskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh
pasien
: - latih pasien melakukan
- penguatan atau
aktifitas
reinforcement untuk
: - susun jadwal aktifitas
meningkatkan harga diri
sehari-hari sesuai
klien
aktifitas yang telah
dilatih dari bangun
pagi sampai tidur lagi.
: - pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
terhadap sikap pasien
yang positif
Setelah …..x pertemuan SP 4 (tgl ……………..)
klien mampu : - evaluasi kegiatan yang lalu - Mengingatkan
28
- Jelaskan cara mendapatkan
obat atau berobat
- Jelaskan pengobatan
(5B)
- Mengingatkan Dx
- Latih pasien minum obat
terhadap terapi
- Masukan dalam jadwal
harian Px
29
“apakah mari suka mendengar -“saya merasa takut dengan
suara – suara yang aneh? Apa suara itu”
isinya,kapan waktunya? -“namanya halusinasi”
Munculnya kapan dan bagaimana -“iya mau.”
perasaan mira waktu mendengar O:-klien tampak kooperatif
suara tersebut? -klien memperagakan cara
- Melatih mengontrol halusinasi menghardik
dengan cara menghardik “mira -kontak mata baik
tau apa itu namanaya?” -eksprei wajah bersahabat
“nah,sekarang coba mira A:-klien mampu mengenal
peragakan seperti apa yang saya halusinasi
peragakan tadi” -klien mampu mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik
P:lanjut ke sp 2
Tgl: Jam:
S:”kemarin membicarakan
cara menghardik dengan
tutup telinganya?baca
istighfar?
Tgl: jam: -“suara-suara itu sudah tidak
-mengevaluasi kegiatan yang lalu ada lagi”
(sp 1) -“saya senang bisa ngobrol
“apakah mira masih ingat apa sama orang lain.”
yang kita bicarakan kemarin?” O:-kontak mata baik
- melatih berbicara atau -klien kooperatif
bercakap2 dengan orang lain saat -ekspresi wajah tenang
halusinasi muncul A:-klien memperagakan
“sesuai dengan janji kita kemarin cara bercakap-cakap dengan
kita akan membicarakan tentang perawat
cara mengontrol halusinasi yang P:lanjut ke sp 3
ke 2 yaitu berbicara atau bercakap Tgl: Jam:
– cakap.” S:”iya saya masih
ingat ,dengan cara
menghardik tutup
Tgl : jam : telinga ,membaca istighfar
“ Evaluasi kegiatan yang lalu ( sp dan bercakap-cakap dengan
1,2) “mira masih inget cara orang lain”
mengontrol halusinasi seperti apa -“sekarang sudah tidak ada
yang kita pelajari kemarin? Coba lagi halusnasinya.”
sebutkan? -“iya suka”
“apakah kita suka -“bersih-
memperagakannya? – latih bersih ,membereskan tempat
30
kegiatan agar halusinasi tidak tidur.”
muncul -“hari ini mira mau mandi
“sekarang saya akan memberikan dan jalan-jalan di sekitar
cara yang ketiga yaitu cara sini.”
beraktifitas apakah mira suka -“iya,baik”
beraktifitas? O:-kontak mata baik
“aktifitas apa saja yang mira -klien tampak kooperatif
lakukan setiap hari? -klien duduk berdampingan
“Hari ini mira aktifitas mau apa dengan perawat
saja? -ekspresi wajah bersahabat
“Bagaimana jika kita membuat A:-klien mampu
jadwal aktifitas sehari – hari? menyebutkan yang sudah di
lakukan
- kliem mammpu membuat
jadwal kegiatan sehari –
hari.
P : - lanjut ke sp 4
Tgl : jam :
S : “ ada 3, menghardik,
bercakap – cakap dan
Tgl : jam : beraktifitas.”
- Evaluasi kegiatan yang lalu - “ iya saya sering
(1,2,3 ) memperaktekan
“sekarang coba mari sebutkan - “ obatnya tidak tahu
lagi cara mengontrol halusinasi namanya”
yang sudah di pelajri kemarin, - “ tidak mau”
coba ada berapa?” - benar obat, pasien, dosis,
“mira suka memperaktekannya?” waktu, rute.”
- tanyakan program pengobatan - “ iya
“selama mira disini berapa O : “- kontak mata baik
macam obat yang mira minum? - klien kooperatif
Dalam sehari mira minum - klien memperagakan cara
obatnya berapa kali? Apa mira mengontrol halusinasi
tahu apa saja obatnya?” A : - klien belum mampu
- jelaskan pentingnya penggunaan menyebutkan obat – obat
obat pada gangguan jiwa P :P:menjelaskan kembali
“ minum obat itu sangt penting tentang obat – obat dan cara
lho , obat itu bias menenangkan minum obat yang benar.
hati, pikiran,jiwa dan perasaan. K : sebutkan obat – obat dan
- jelaskan akibat bila tidak cara minum obat yang baik
digunakan bila tidak di gunakan dan benar ( 5 B ).
- jelaskan akibat bila putus obat
“jika mira putus obat , maka mira
31
akan kambuh lagi dan mira jadi
labil lagi, mira mau seoerti itu?
- jelaskan cara pengguanaan obat
- jelaskan , pengobatan ( 5B )”
“ mira tahu cara minum obat yang
baik dan benar, ada berapa?
( benar pasien, waktu,dosis,dan
rute)
“coba mira ulangi!”
- latih pasien minum obat jika
sudah waktunya mira minum
obat, mira tidak boleh lupa
memintanya kepada perawat Tgl : jam :
ruangan ya!” S:“masih,menghardik,berca
- masukan dalam jadwal harian kap-cakap,beraktifitas dan
pasien minum obat. Benarkan?_
“sekarang kita masukan jadwal - ”obat yang harus saya
minum obat kedalam jadwal minum ada 3 macam, yang
kegiatn mira ya!” putih, oren dan ping.”
Tgl : jam : - “yang putih THD untuk
- Evaluasi sp 1,2,3 merilekan dan yang oren
“Bagaimana , masih inget dengan CPZ untuk menghilangkan
apa yang kita pelajari kemarin? suara – suara
Coba ulang lagi?” - iya ,saya masih inget benar
- menjelaskan kembali tentang obat,benar dosis, rute,waktu
obat yang dipake klien dan pasien.
“nah kita ulang lagi , iya tentng Iya,iya
kita pelajari kemarin?” O : kontak mata baik
Mira berapa macam obat yang - klien kooperatif
mira minum?” - klien mampu
“nah kalu yang putih THD memperagakan cara
gunakannya untuk merilekan , mengontrol halusinasi.
kalu yang oren untuk - emosi klien stabil
menghilangkan suara dan ping A : klien mampu
gunanya untuk menengankan menyebutkan program
pikiran namanya haroperidol.” pengobatan.
“coba mira ulangi lagi apa yang
saya katakana barusan.?”
- menjelaskan kembali cara
minum obgta yang benar ( 5 B )
“ mira masih inget cara minum
obat yang benar ada berapa?
Coba sebutkan?”
32
- melahith klien minum obat
“sesuai jadwal mira tidak boleh
lupa minum obat secara teratur”
kalu waktunya minum obat mira
minta saja pada perawat yah!”
- memasukan dalam jadwal
harian pasien
“ kita masukan jadwal minum
obatnya ke jadwal harian mira
yah..
Bagaimana?”
33
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bahwa Orang yang menderita salah satu dari gangguan mental yang
berat bermanifestasi dengan berbagai gejala yang dapat mencakup kecemasan
yang tidak beralasan, gangguan pikiran dan persepsi, disregulasi suasana hati,
dan disfungsi kognitif.
4.2. Saran
a. Bagi penulis
Diharapkan dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu seefektif
mungkin sehingga dapat memberikan makalah gangguan jiwa pada anak
dan remaja.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan pasien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan
tentang gangguan jiwa pada anak dan remaja sehingga dapat melakukan
pencegahan, meningkatkan ketrampilannya mengenai gangguan jiwa.
34
c. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian saran dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengebangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilannya melalui praktek klinik dan pembuatan
laporan. Dan diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi dalam
meningkatkan pembelajaran khusunya tentang gangguan jiwa pada anak
dan remaja.
35
DAFTAR PUSTAKA
36