Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KARDIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

STENOSIS MITRAL

OLEH :
Anggista Dwi Maharani Santri

C014222062

SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Idar Mappangara, SpPD, SpJP, FIHA

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KINIK

DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Anggista Dwi Maharani Santri


NIM : C014222062
Judul Laporan Kasus : Stenosis Mitral

Telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada Departemen Kardiologi dan


Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 17 Mei 2023

Supervisor Pembimbing,

Dr. dr. Idar Mappangara, SpPD, SpJP, FIHA, FINASIM

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas refarat yang berjudul Stenosis Mitral.

Sepanjang penyusunan laporan kasus ini, beberapa pihak-pihak yang


memberikan kontribusi baik sumbangan waktu, ide, tenaga, dan dukungan sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Untuk itu, tidak ada yang dapat kami
sampaikan kecuali rasa terima kasih mendalam kepada semua pihak yang telah
membantu, khususnya kepada pembimbing kami, Dr. dr. Idar Mappangara, SpPD, SpJP,
FIHA, FINASIM

Kami menyadari ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan laporan kasus selanjutnya.Terima
kasih.

Makassar, 17 Mei 2023

Anggista Dwi Maharani Santri

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................................II

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................III

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................IV

BAB I.................................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1

BAB II................................................................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................................2

2.1 DEFINISI........................................................................................................................................2
2.2 EPIDEMIOLOGI............................................................................................................................2
2.3 ETIOLOGI......................................................................................................................................3
2.4 PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................3
2.5 KLASIFIKASI................................................................................................................................3
2.6 GEJALA KLINIS............................................................................................................................4
2.7 DIAGNOSIS...................................................................................................................................7
2.8 TATALAKSANA...........................................................................................................................9
2.9 PROGNOSIS.................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................11

iv
1.1 LATAR BELAKANG BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit katup jantung merupakan kondisi dimana fungsi dari katup jantung
terganggu, kondisi ini membuat aliran darah yang melewati katup tersebut mengalami
kelainan. Secara umum kondisi kelainan pada katup jantung dapat dibagi menjadi 2
yaitu stenosis (penyempitan) dapat juga berupa regurgitasi (kebocoran).
Pasien yang mengalami kelainan katup jantung dapat datang dengan berbagai
kondisi diantaranya adalah gagal jantung, murmur, atau bahkan secara tidak sengaja
ditemukan saat pemeriksaan non-invasif.
Salah satu jenis kelainan pada katup yang dapat terjadi yaitu stenosis
(penyempitan) katup mitral. Stenosis mitral (MS) adalah bentuk penyakit katup jantung
yang ditandai dengan penyempitan lubang katup mitral. Saat ini, penyebab paling umum
dari stenosis mitral adalah demam rematik, tetapi stenosis biasanya muncul secara klinis
hanya setelah beberapa dekade.

Stenosis mitral lebih sering terjadi pada wanita. Onset biasanya antara dekade
ketiga dan keempat kehidupan1. Prevalensi kejadian stenosis mitral tinggi di negara
berkembang. Hal ini dapat terjadi karena dua pertiga penduduk dunia tinggal di negara-
negara berkembang yang prevalensi demam rematik dan penyakit jantung rematiknya
tinggi. Di India, tanda-tanda stenosis mitral ditemukan pada dua pertiga penduduk yang
menderita demam rematik. Perbandingan prevalensi stenosis mitral di India dan negara-
negara maju adalah 6 perseribu anak sekolah di India dengan 0,5 perseribu penduduk
negara-negara maju. Di seluruh dunia, kejadian stenosis mitral mencapai satu pertiga dari
30 juta anak sekolah dan dewasa muda yang memiliki penyakit jantung rematik.2

Penyakit jantung rematik masih merupakan penyebab utama penyakit


kardiovaskuler di negara berkembang. Diperkirakan 15,6 juta orang menderita
penyakit jantung rematik di seluruh dunia, dengan sekitar 282.000 kasus baru dan
233.000 kasus kematian karenanya setiap tahun dan sekitar 79% kasus berasal dari
negara berkembang. Prevalensi PJR di Indonesia belum diketahui secara pasti.
Penelitian yang pernah dilakukan diperkirakan prevalensi PJR sebesar 0,3-0,8 % di
Indonesia. Indonesia menempati urutan ke-4 menurut The Global Burden of Disease

1
sebagai negara dengan kasus PJR terbanyak setelah India, China, dan Pakistan,
dengan jumlah
kasus 1,18 juta kasus.3

2
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 DEFINISI

Stenosis mitral adalah kondisi dimana katup mitral yang tidak sepenuhnya
terbuka. Hal ini terjadi karena katup mitral secara patologis mengalami penyempitan
sehingga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik terhambat.

2
Pembukaan katup mitral biasanya seluas 4-5 cm , tetapi pada kodisi ini menurun menjadi
setengah ukuran normal bahkan lebih kecil 4

2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit jantung rematik masih merupakan penyebab utama penyakit
kardiovaskuler di negara berkembang. Diperkirakan 15,6 juta orang menderita
penyakit jantung rematik di seluruh dunia, dengan sekitar 282.000 kasus baru dan
233.000 kasus kematian karenanya setiap tahun dan sekitar 79% kasus berasal dari
negara berkembang.
Sementara di negara maju yang prevalensi demam rematik dan penyakit
jantung rematiknya rendah, tetapi kejadian stenosis mitral masih tetap ada. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kasus stenosis mitral yang teridentifikasi. Prevalensi
kejadian stenosis mitral yang teridentifikasi dengan ekokardiografi sekitar 0,02-0,2%.
Dari seluruh prevalensi penyakit katup jantung di negara - negara maju, prevalensi
stenosis mitral mencapai 12%. Dan jumlah penderita penyakit jantung rematik di Asia
diestimasi mencapai 10,8–15,9 juta orang dengan jumlah kematian sebanyak
356.000–
534.000 orang per tahun. Rasio kejadian antara wanita dan pria adalah 2:1.5

3
2.3 ETIOLOGI

Penyebab paling umum dari stenosis mitral adalah demam rematik. Penyebab yang tidak
umum dari stenosis mitral adalah kalsifikasi daun katup mitral dan penyakit jantung
bawaan. Penyebab lain stenosis mitral meliputi endokarditis infektif, kalsifikasi annular
mitral, fibroelastosis endomiokardial, sindrom karsinoid ganas, lupus eritematosus
sistemik, penyakit Whipple, dan artritis reumatoid. 4

2.4 PATOFISIOLOGI
Katup mitral adalah katup bileaflet yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri. Pada orang dewasa luas lubang mitral normal adalah 4-6 cm2. Dalam kondisi
fisiologis normal, katup mitral terbuka selama diastole ventrikel kiri untuk
memungkinkan darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Tekanan di atrium kiri
dan ventrikel kiri selama fase diastole adalah sama. Ventrikel kiri terisi darah selama
diastole ventrikel awal. Hanya sejumlah kecil darah yang tersisa di atrium kiri. Sejumlah
kecil darah ini mengisi ventrikel kiri dengan kontraksi atrium kiri ("tendangan atrium")
selama diastole ventrikel akhir. Area katup mitral kurang dari 2 sentimeter persegi
menyebabkan hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Ini menciptakan
gradien tekanan atrioventrikel kiri meningkat. Saat gradien atrioventricular meningkat,
ventrikel kiri membutuhkan tendangan atrium untuk terisi darah.

Stenosis mitral menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri. Tekanan diastolik


ventrikel kiri normal adalah 5 mmHg. Gradien tekanan melintasi katup mitral sebesar 20
mmHg karena stenosis mitral yang parah akan menyebabkan tekanan atrium kiri sekitar
25 mmHg. Tekanan atrium kiri ini ditransmisikan ke pembuluh darah pulmonal yang
mengakibatkan hipertensi pulmonal. Saat tekanan atrium kiri tetap tinggi, atrium kiri
akan bertambah besar. Saat atrium kiri bertambah besar, ada kemungkinan lebih besar
untuk mengembangkan fibrilasi atrium. Jika fibrilasi atrium berkembang, tendangan
atrium hilang. Jadi, pengisian ventrikel kiri bergantung pada tendangan atrium pada
stenosis mitral berat. Dengan hilangnya tendangan atrium, terjadi penurunan curah
jantung dan perkembangan mendadak gagal jantung kongestif. 6

2.5 KLASIFIKASI

Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral,


dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya
4
waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Derajat stenosis mitral
berdasarkan luasnya area katup mitral dapat dilihat pada tabel berikut 7

Adapun hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan
katup mitral dapat dilihat sebagai berikut:

2.6 GEJALA KLINIS

Penyebab tersering dari kasus mitral stenosis adalah demam rematik. Namun,

hampir sebagian besar penderita mitral stenosis justru tidak mengingat adanya riwayat demam

rematik sebelumnya. Umumnya penderita mitral stenosis bebas keluhan. Adapun keluhan

biasanya muncul berkaitan dengan adanya aktivitas fisik yang meningkatkan gradien katup

mitral dan terkanan atrium kiri sehingga bermanifestasi pada timbulnya gejala dispnea. Selain

itu, aliran balik vena ditambah posisi terlentang bisa menghasilkan ortopnea dan dispnea

nokturnal paroksismal pada pasien stenosis mitral kelas sedang.

Kondisi mitral stenosis yang bermakna pada penderita mitral stenosis dapat

mengalami paroksismal nocturnal dispnea, ortopnea atau edema paru. Keadaan dispnea pada

penderita mitral stenosis dapat diperburuk oleh kondisi meningkatnya aliran darah pada katup

5
mitral yang disebabkan oleh berbagai kondisi seperti aktivitas fisik yang berat maupun

kehamilan. Ataupun karena pengurangan waktu pengisian karena peningkatan denyut jantung

pada kondisi stres emosional, demam, maupun fibrilasi atrium.

Kelelahan merupakan gejala yang sering dialami oleh seseorang dengan kondisi

stenosis mitral. Hal tersebut dikarenakan kondisi stenosis mitral menghambat aliran darah dari

atrium ke ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan penumpukkan darah di atrium kiri dan

berdampak pada peningkatan teknanan pada paru paru. Kurangnya pasokan darah dan oksigen

yang adekuat ke jaringan tubuh dapat menyebabkan kelelahan karena berkurangnya suplai ke

jaringan tubuh. Selain itu, stenosis mitral yang parah dapat menyebabkan peningkatan tekanan

pada ventrikel kiri yang akan mengganggu fungsi pompa jantung secara keseluruhan sehingga

jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah pada katup yang menyempit yang

akan berdampak pada kondisi kelelahan pada stenosis mitral

Tekanan paru meningkat dan kongesti vascular dapat menyebabkan hemoptisis.

Hemoptisis dapat terjadi karena :1) perdarahan mendadak (disebut “pulmonary apoplexy”;

kondisi ini jarang mengancam jiwa) akibat rupturnya vena bronkial yang melebar, 2) sputum

dengan darah pada saat serangan paroksismal nocturnal dispneu, 3) sputum seperti karat (pink

frothy) oleh karena edema paru yang jelas, 4) infark paru karena emboli paru 5) bronchitis

kronik oleh karena keluhan edema mukosa bronkus. Hemoptisis dapat disebabkan oleh ruptur

vena bronkial yang melebar, dan sputum berbusa merah muda mungkin merupakan manifestasi

dari edema paru. Keduanya terkait dengan stadium akhir dan stenosis mitral yang parah. Nyeri

dada bisa terjadi dan menyerupai angina. Nyeri dada kemungkinan besar akibat hipertensi

pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan dan biasanya hilang dengan koreksi stenosis mitral.

Suara serak akibat Stenosis mitral merupakan gejala yang akibat kelumpuhan saraf

laring berulang (sindrom Ortner) dan merupakan manifestasi yang tidak umum ditemukan.

Suara serak dapat muncul disebabkan adanya kompresi nervus laringeus rekuren kiri dari arteri

pulmonalis akibat atrium kiri yang membesar. Penyakit katup mitral yang menyebabkan

6
produksi suara serak karena kelumpuhan nervus laringeus pertama kali dijelaskan oleh dokter

ortner dari wina yang menemukan dua pasien dengan stenosis mitral dan kelumpuhan saraf

laringeal kiri yang berulang. Terjadinya sindrom ini merupakan fenomena yang langka.8

Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi

pada stenosis mitral yaitu 30-40%. Kejadian ini sering terjadi pada umur yang lebih lanjut atau

distensi atrium yang mencolok akan merubah sifat elektrofisiologis dari atrium kiri. Hal ini

tidak berhubungan dengan derajat stenosis. Terjadinya kondisi atrial fibrilasi yaitu

ketidaknormalan irama pada jantung dapat menghasilkan palpitasi yang dirasakan oleh pasien.

Malar facial flush adalah kondisi di mana pipi terlihat merah dan terasa hangat hal

tersebut diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah dari atrium ke ventrikel kiri

mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan aliran darah ke jaringan wajah akibat

stenosis mitral yang parah. Hal ini memicu respon vasodilatasi pembuluh darah wajah sebagai

mekanisme kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang kekurangan

suplai darah

Pada pemeriksaan auskultasi stenosis mitral dapat ditemukan bunyi S1 yang

mengeras. Namun, hal ini dapat terjadi bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila

sudah terdapat kalsifikasi dan atau penebalan pada katup mitral sebaliknya akan ditemukan

bunyi S1 yang melemah. S2 (P2) akan mengeras sebagai akibat adanya hipertensi arteri

pulmonalis. Opening snap terdengar sebagai akibat gerakan katup mitral ke ventrikel kiri yang

mendadak berhenti, opening snap terjadi setelah tekanan ventrikel kiri jatuh di bawah tekanan

atrium kiri pada diastolik awal. Jika tekanan atrium kiri tinggi seperti pada stenosis mitral

berat, opening snap terdengar lebih awal. Opening snap tidak terdengar pada kasus dengan

kekakuan, fibrotik, atau kalsifikasi daun katup. Opening snap terdengar (frekuensi tinggi) di

apex, dengan menggunakan diafragma stetoskop.

7
Bising diastolik bersifat low-pitched, rumbling dan dekresendo, makin berat stenosis

mitral makin lama bisingnya. Tanda auskultasi stenosis mitral yang terpenting untuk menyokong

beratnya stenosis adalah A2-OS interval yang pendek dan lamanya rumble diastolik9

2.7 DIAGNOSIS
a. Anamnesis

 Keluhan : sesak saat aktifitas, Paroksismal Nokturnal Dyspnea, Ortopnea, dan


adanya riwayat sesak saat aktivitas, dispnea nokturnal paroksismal

 Riwayat penyakit jantung sebelumnya, riwayat demam rematik, riwayat infeksi


streptokokus, atau riwayat kelainan katup jantung.

 Riwayat penyakit keluarga

b. Pemeriksaan fisik

- Sianosis perifer dan wajah

- Opening snap

- Bunyi S1 mengeras

- Murmur diastolik di apex. Di apeks rumbel diastolik ini dapat diraba sebagai thrill

- Respiratory distress

- Digital clubbing

- Systemic embolization

- Tanda – tanda kegagalan jantung kanan seperti asites, hepatomegali dan


edema perifer.10
c. Pemeriksaan Penunjang
Stenosis mitral dievaluasi menggunakan tindakan noninvasif dan invasif. Tes

noninvasif adalah elektrokardiogram (EKG), rontgen dada, ekokardiogram, dan

ekokardiogram olahraga. Tes invasif untuk stenosis mitral akan mencakup kateterisasi

jantung.

8
Pada EKG, perubahan gelombang P menunjukkan pembesaran atrium

kiri. Adanya deviasi aksis kanan dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan hipertensi

pulmonal berat. EKG sering mendeteksi aritmia atrium seperti fibrilasi atrium.

Pada rontgen dada, tahap awal temuan stenosis mitral adalah ukuran jantung yang

normal, garis batas kiri siluet jantung yang lurus, arteri pulmonalis utama yang menonjol,

dilatasi vena pulmonal bagian atas, dan perpindahan esofagus oleh pembesaran kiri.

atrium. Selama tahap kronis stenosis mitral yang parah, rontgen dada akan menunjukkan

pembesaran semua bilik, arteri pulmonal, dan vena pulmonalis.

Ekokardiogram berguna untuk menilai etiologi stenosis mitral, morfologi, tingkat

keparahan, dan intervensi pengobatan. Analisis morfologi alat katup mitral meliputi

mobilitas dan fleksibilitas daun katup, ketebalan daun katup, kalsifikasi daun katup, fusi

subvalvular, dan munculnya komisura. Skor Wilkins menilai setiap komponen aparatus

mitral dari 1 sampai 4: mobilitas selebaran, ketebalan, kalsifikasi, dan kerusakan aparatus

subvalvular. Skor Padial menilai penebalan selebaran (terpisah), kalsifikasi komisura, dan

penyakit subvalvular dari 1 sampai 4. Skor Wilkins kurang dari 8, skor Padial kurang dari

10, dan regurgitasi kurang dari sedang memiliki hasil yang lebih baik setelah kateter

berdasarkan prosedur valvotomi mitral balon.

Ekokardiogram latihan dilakukan dengan menggunakan treadmill tegak atau

sepeda telentang dengan rekaman Doppler dari kecepatan katup transmisi dan

trikuspid. Ini mengukur gradien transmisi dan tekanan sistolik arteri pulmonal saat

istirahat dan dengan olahraga.

Kateterisasi jantung adalah prosedur invasif. Kateterisasi jantung harus dilakukan

untuk menilai tingkat keparahan stenosis mitral ketika tes noninvasif tidak meyakinkan

atau ketika ada perbedaan antara tes noninvasif dan temuan klinis mengenai tingkat

keparahan stenosis mitral (Kelas I, Tingkat Bukti C).11,12,13

9
2.8 TATALAKSANA

1. Pengobatan medis:
- Terapi farmakologi: Penggunaan obat-obatan seperti diuretik untuk mengurangi
retensi cairan dan mengatasi edema, beta blocker atau kalsium antagonis untuk
mengendalikan denyut jantung, dan digoksin untuk mengurangi gejala gagal jantung.
- Pencegahan endokarditis: Pemberian antibiotik profilaksis sebelum tindakan medis
atau pembedahan untuk mencegah endokarditis infeksius pada pasien dengan risiko
tinggi. golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam
rematik atau pencegahan endokardirtis.

2. Intervensi non-bedah:
- Balloon valvuloplasti mitral: Prosedur invasif di mana balon khusus dimasukkan ke
dalam kateter dan ditempatkan di katup mitral untuk melebarkan area katup yang
menyempit.
- Terapi antikoagulan: Penggunaan antikoagulan atau antiplatelet untuk mencegah
pembekuan darah dan mengurangi risiko tromboemboli pada pasien dengan fibrilasi
atrium atau risiko tinggi lainnya.

3. Tindakan bedah:
- Reparasi katup mitral: Tindakan bedah untuk memperbaiki atau mempertahankan
katup mitral yang rusak atau bocor.
- Penggantian katup mitral: Tindakan bedah di mana katup mitral yang rusak atau
menyempit digantikan dengan katup buatan atau katup dari donor.
- Operasi Maze: Prosedur bedah untuk mengatasi fibrilasi atrium dengan membuat pola
jalan listrik baru di jantung untuk mengembalikan irama sinus.

Setiap tatalaksana harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu pasien,
dan harus diputuskan oleh tim medis yang terdiri dari dokter spesialis jantung, ahli
bedah jantung, dan profesional kesehatan terkait lainnya.14

10
2.8 PROGNOSIS
Stenosis katup mitral dapat tetap asimtomatik selama bertahun-tahun, terutama bila
disebabkan oleh demam rematik. Diperlukan beberapa dekade setelah demam rematik sebelum
stenosis katup mitral berkembang. Begitu gejala menjadi jelas, perkembangan penyakit
umumnya meningkat, terutama ketika demam rematik sekunder. Sekitar 80% pasien tidak
akan bertahan sepuluh tahun dari onset gejala. Pada pasien dengan hipertensi pulmonal akibat
stenosis katup mitral, kelangsungan hidup sekitar tiga tahun. Gagal jantung sering menyertai
kasus lanjut. Prospek anak-anak yang lahir dengan stenosis katup mitral sangat bergantung
pada tingkat keparahan kondisi mereka, seringkali membutuhkan skrining untuk masalah
15
jantung terkait sepanjang hidup mereka.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Del Rio JM, Grecu L, Nicoara A. Right Ventricular Function in Left Heart
Disease. Semin Cardiothorac Vasc Anesth. 2019 Mar;23(1):88-107. [PubMed]

2. Rama Kumari N, Bhaskara Raju I, Patnaik AN, Barik R, Singh A, Pushpanjali A,


Laxmi V, Satya Ramakrishna L. Prevalence of rheumatic and congenital heart
disease in school children of Andhra Pradesh, South India. J Cardiovasc Dis Res.
2013 Mar;4(1):11-4.

3. Madyono B. Epidemiologi penyakit jantung reumatik di Indonesia. J Kardiol Indones.


2005; 200:25-33.
4. Shah SN, Sharma S. Mitral Stenosis. [Diperbarui 2022 8 Agustus]. Di dalam:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Jan-. Tersedia
dari: https://www-ncbi-nlm-nih-
5. Center For Disease Control And Prevention. Valvular Heart Disease. 2019. Available
from : https://www.cdc.gov/heartdisease/valvular_disease.htm
6. Imran TF, Awtry EH. Severe Mitral Stenosis. N Engl J Med. 2018 Jul 19;379(3):e6
7. Holenberg SM. Penyakit Jantung Katup pada Orang Dewasa: Etiologi,
Klasifikasi, dan Diagnosis. Inti FP. 2017 Juni; 457 :11-16

8. Mohamed AL, Zain MM. Hoarseness of Voice in a Patient with Mitral Stenosis and
Ortner's Syndrome. Malays J Med Sci. 2004 Jul;11(2):65-8.
9. Blanken CPS, Farag Es, Boekholdt SM, Lainer T, Kluin J, Nederveen AJ, van
Ooii P, Planken RN. Teknik MRI jantung canggih untuk evaluasi penyakit
jantung katup sisi kiri. Pencitraan J Magn Reson. 2018 Agustus; 48 (2):318-329.[
PubMed ]
10. Rampengan, Starry H. (2014) BUKU PRAKTIS KARDIOLOGI. BADAN PENERBIT
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
11. Blanken CPS, Farag ES, Boekholdt SM, Leiner T, Kluin J, Nederveen AJ, van Ooij P,
Planken RN. Teknik MRI jantung tingkat lanjut untuk evaluasi penyakit katup
jantung sisi kiri. Pencitraan J Magn Reson. 2018 Agustus; 48(2):318-329. [ Artikel
gratis PMC ] [ PubMed ]
12. Wunderlich NC, Beigel R, Ho SY, Nietlispach F, Cheng R, Agricola E, Siegel
RJ. Pencitraan untuk Intervensi Mitral: Metode dan Khasiat. Pencitraan
Kardiovaskular JACC. 2018 Juni; 11 (6):872-901. [ PubMed ]
12
13. Oktay AA, Gilliland YE, Lavie CJ, Ramee SJ, Parrino PE, Bates M, Shah S, Cash
ME, Dinshaw H, Qamruddin S. Penilaian ekokardiografi Stenosis Mitral Degeneratif:
Tantangan Diagnostik Penyakit Jantung yang Muncul. Curr Probl Cardiol. 2017
Mar; 42 (3):71-100. [ PubMed]

14. Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI jilid II. Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing, 2015: 2161-2164, 2194.
15. Généreux P. Stadium Penyakit Katup Berdasarkan Tingkat Kerusakan Jantung: Siap
untuk Panduan? Pencitraan Kardiovaskular JACC. 2022 Juni; 15 (6):971-973.

13
14
15
16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai