STENOSIS MITRAL
OLEH :
Anggista Dwi Maharani Santri
C014222062
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Idar Mappangara, SpPD, SpJP, FIHA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas refarat yang berjudul Stenosis Mitral.
Kami menyadari ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan laporan kasus selanjutnya.Terima
kasih.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................................II
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................III
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................IV
BAB I.................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................................2
2.1 DEFINISI........................................................................................................................................2
2.2 EPIDEMIOLOGI............................................................................................................................2
2.3 ETIOLOGI......................................................................................................................................3
2.4 PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................3
2.5 KLASIFIKASI................................................................................................................................3
2.6 GEJALA KLINIS............................................................................................................................4
2.7 DIAGNOSIS...................................................................................................................................7
2.8 TATALAKSANA...........................................................................................................................9
2.9 PROGNOSIS.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................11
iv
1.1 LATAR BELAKANG BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit katup jantung merupakan kondisi dimana fungsi dari katup jantung
terganggu, kondisi ini membuat aliran darah yang melewati katup tersebut mengalami
kelainan. Secara umum kondisi kelainan pada katup jantung dapat dibagi menjadi 2
yaitu stenosis (penyempitan) dapat juga berupa regurgitasi (kebocoran).
Pasien yang mengalami kelainan katup jantung dapat datang dengan berbagai
kondisi diantaranya adalah gagal jantung, murmur, atau bahkan secara tidak sengaja
ditemukan saat pemeriksaan non-invasif.
Salah satu jenis kelainan pada katup yang dapat terjadi yaitu stenosis
(penyempitan) katup mitral. Stenosis mitral (MS) adalah bentuk penyakit katup jantung
yang ditandai dengan penyempitan lubang katup mitral. Saat ini, penyebab paling umum
dari stenosis mitral adalah demam rematik, tetapi stenosis biasanya muncul secara klinis
hanya setelah beberapa dekade.
Stenosis mitral lebih sering terjadi pada wanita. Onset biasanya antara dekade
ketiga dan keempat kehidupan1. Prevalensi kejadian stenosis mitral tinggi di negara
berkembang. Hal ini dapat terjadi karena dua pertiga penduduk dunia tinggal di negara-
negara berkembang yang prevalensi demam rematik dan penyakit jantung rematiknya
tinggi. Di India, tanda-tanda stenosis mitral ditemukan pada dua pertiga penduduk yang
menderita demam rematik. Perbandingan prevalensi stenosis mitral di India dan negara-
negara maju adalah 6 perseribu anak sekolah di India dengan 0,5 perseribu penduduk
negara-negara maju. Di seluruh dunia, kejadian stenosis mitral mencapai satu pertiga dari
30 juta anak sekolah dan dewasa muda yang memiliki penyakit jantung rematik.2
1
sebagai negara dengan kasus PJR terbanyak setelah India, China, dan Pakistan,
dengan jumlah
kasus 1,18 juta kasus.3
2
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
Stenosis mitral adalah kondisi dimana katup mitral yang tidak sepenuhnya
terbuka. Hal ini terjadi karena katup mitral secara patologis mengalami penyempitan
sehingga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik terhambat.
2
Pembukaan katup mitral biasanya seluas 4-5 cm , tetapi pada kodisi ini menurun menjadi
setengah ukuran normal bahkan lebih kecil 4
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit jantung rematik masih merupakan penyebab utama penyakit
kardiovaskuler di negara berkembang. Diperkirakan 15,6 juta orang menderita
penyakit jantung rematik di seluruh dunia, dengan sekitar 282.000 kasus baru dan
233.000 kasus kematian karenanya setiap tahun dan sekitar 79% kasus berasal dari
negara berkembang.
Sementara di negara maju yang prevalensi demam rematik dan penyakit
jantung rematiknya rendah, tetapi kejadian stenosis mitral masih tetap ada. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kasus stenosis mitral yang teridentifikasi. Prevalensi
kejadian stenosis mitral yang teridentifikasi dengan ekokardiografi sekitar 0,02-0,2%.
Dari seluruh prevalensi penyakit katup jantung di negara - negara maju, prevalensi
stenosis mitral mencapai 12%. Dan jumlah penderita penyakit jantung rematik di Asia
diestimasi mencapai 10,8–15,9 juta orang dengan jumlah kematian sebanyak
356.000–
534.000 orang per tahun. Rasio kejadian antara wanita dan pria adalah 2:1.5
3
2.3 ETIOLOGI
Penyebab paling umum dari stenosis mitral adalah demam rematik. Penyebab yang tidak
umum dari stenosis mitral adalah kalsifikasi daun katup mitral dan penyakit jantung
bawaan. Penyebab lain stenosis mitral meliputi endokarditis infektif, kalsifikasi annular
mitral, fibroelastosis endomiokardial, sindrom karsinoid ganas, lupus eritematosus
sistemik, penyakit Whipple, dan artritis reumatoid. 4
2.4 PATOFISIOLOGI
Katup mitral adalah katup bileaflet yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri. Pada orang dewasa luas lubang mitral normal adalah 4-6 cm2. Dalam kondisi
fisiologis normal, katup mitral terbuka selama diastole ventrikel kiri untuk
memungkinkan darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Tekanan di atrium kiri
dan ventrikel kiri selama fase diastole adalah sama. Ventrikel kiri terisi darah selama
diastole ventrikel awal. Hanya sejumlah kecil darah yang tersisa di atrium kiri. Sejumlah
kecil darah ini mengisi ventrikel kiri dengan kontraksi atrium kiri ("tendangan atrium")
selama diastole ventrikel akhir. Area katup mitral kurang dari 2 sentimeter persegi
menyebabkan hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Ini menciptakan
gradien tekanan atrioventrikel kiri meningkat. Saat gradien atrioventricular meningkat,
ventrikel kiri membutuhkan tendangan atrium untuk terisi darah.
2.5 KLASIFIKASI
Adapun hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan
katup mitral dapat dilihat sebagai berikut:
Penyebab tersering dari kasus mitral stenosis adalah demam rematik. Namun,
hampir sebagian besar penderita mitral stenosis justru tidak mengingat adanya riwayat demam
rematik sebelumnya. Umumnya penderita mitral stenosis bebas keluhan. Adapun keluhan
biasanya muncul berkaitan dengan adanya aktivitas fisik yang meningkatkan gradien katup
mitral dan terkanan atrium kiri sehingga bermanifestasi pada timbulnya gejala dispnea. Selain
itu, aliran balik vena ditambah posisi terlentang bisa menghasilkan ortopnea dan dispnea
Kondisi mitral stenosis yang bermakna pada penderita mitral stenosis dapat
mengalami paroksismal nocturnal dispnea, ortopnea atau edema paru. Keadaan dispnea pada
penderita mitral stenosis dapat diperburuk oleh kondisi meningkatnya aliran darah pada katup
5
mitral yang disebabkan oleh berbagai kondisi seperti aktivitas fisik yang berat maupun
kehamilan. Ataupun karena pengurangan waktu pengisian karena peningkatan denyut jantung
Kelelahan merupakan gejala yang sering dialami oleh seseorang dengan kondisi
stenosis mitral. Hal tersebut dikarenakan kondisi stenosis mitral menghambat aliran darah dari
atrium ke ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan penumpukkan darah di atrium kiri dan
berdampak pada peningkatan teknanan pada paru paru. Kurangnya pasokan darah dan oksigen
yang adekuat ke jaringan tubuh dapat menyebabkan kelelahan karena berkurangnya suplai ke
jaringan tubuh. Selain itu, stenosis mitral yang parah dapat menyebabkan peningkatan tekanan
pada ventrikel kiri yang akan mengganggu fungsi pompa jantung secara keseluruhan sehingga
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah pada katup yang menyempit yang
Hemoptisis dapat terjadi karena :1) perdarahan mendadak (disebut “pulmonary apoplexy”;
kondisi ini jarang mengancam jiwa) akibat rupturnya vena bronkial yang melebar, 2) sputum
dengan darah pada saat serangan paroksismal nocturnal dispneu, 3) sputum seperti karat (pink
frothy) oleh karena edema paru yang jelas, 4) infark paru karena emboli paru 5) bronchitis
kronik oleh karena keluhan edema mukosa bronkus. Hemoptisis dapat disebabkan oleh ruptur
vena bronkial yang melebar, dan sputum berbusa merah muda mungkin merupakan manifestasi
dari edema paru. Keduanya terkait dengan stadium akhir dan stenosis mitral yang parah. Nyeri
dada bisa terjadi dan menyerupai angina. Nyeri dada kemungkinan besar akibat hipertensi
pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan dan biasanya hilang dengan koreksi stenosis mitral.
Suara serak akibat Stenosis mitral merupakan gejala yang akibat kelumpuhan saraf
laring berulang (sindrom Ortner) dan merupakan manifestasi yang tidak umum ditemukan.
Suara serak dapat muncul disebabkan adanya kompresi nervus laringeus rekuren kiri dari arteri
pulmonalis akibat atrium kiri yang membesar. Penyakit katup mitral yang menyebabkan
6
produksi suara serak karena kelumpuhan nervus laringeus pertama kali dijelaskan oleh dokter
ortner dari wina yang menemukan dua pasien dengan stenosis mitral dan kelumpuhan saraf
laringeal kiri yang berulang. Terjadinya sindrom ini merupakan fenomena yang langka.8
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi
pada stenosis mitral yaitu 30-40%. Kejadian ini sering terjadi pada umur yang lebih lanjut atau
distensi atrium yang mencolok akan merubah sifat elektrofisiologis dari atrium kiri. Hal ini
tidak berhubungan dengan derajat stenosis. Terjadinya kondisi atrial fibrilasi yaitu
ketidaknormalan irama pada jantung dapat menghasilkan palpitasi yang dirasakan oleh pasien.
Malar facial flush adalah kondisi di mana pipi terlihat merah dan terasa hangat hal
tersebut diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah dari atrium ke ventrikel kiri
mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan aliran darah ke jaringan wajah akibat
stenosis mitral yang parah. Hal ini memicu respon vasodilatasi pembuluh darah wajah sebagai
mekanisme kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang kekurangan
suplai darah
mengeras. Namun, hal ini dapat terjadi bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila
sudah terdapat kalsifikasi dan atau penebalan pada katup mitral sebaliknya akan ditemukan
bunyi S1 yang melemah. S2 (P2) akan mengeras sebagai akibat adanya hipertensi arteri
pulmonalis. Opening snap terdengar sebagai akibat gerakan katup mitral ke ventrikel kiri yang
mendadak berhenti, opening snap terjadi setelah tekanan ventrikel kiri jatuh di bawah tekanan
atrium kiri pada diastolik awal. Jika tekanan atrium kiri tinggi seperti pada stenosis mitral
berat, opening snap terdengar lebih awal. Opening snap tidak terdengar pada kasus dengan
kekakuan, fibrotik, atau kalsifikasi daun katup. Opening snap terdengar (frekuensi tinggi) di
7
Bising diastolik bersifat low-pitched, rumbling dan dekresendo, makin berat stenosis
mitral makin lama bisingnya. Tanda auskultasi stenosis mitral yang terpenting untuk menyokong
beratnya stenosis adalah A2-OS interval yang pendek dan lamanya rumble diastolik9
2.7 DIAGNOSIS
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
- Opening snap
- Bunyi S1 mengeras
- Murmur diastolik di apex. Di apeks rumbel diastolik ini dapat diraba sebagai thrill
- Respiratory distress
- Digital clubbing
- Systemic embolization
ekokardiogram olahraga. Tes invasif untuk stenosis mitral akan mencakup kateterisasi
jantung.
8
Pada EKG, perubahan gelombang P menunjukkan pembesaran atrium
kiri. Adanya deviasi aksis kanan dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan hipertensi
pulmonal berat. EKG sering mendeteksi aritmia atrium seperti fibrilasi atrium.
Pada rontgen dada, tahap awal temuan stenosis mitral adalah ukuran jantung yang
normal, garis batas kiri siluet jantung yang lurus, arteri pulmonalis utama yang menonjol,
dilatasi vena pulmonal bagian atas, dan perpindahan esofagus oleh pembesaran kiri.
atrium. Selama tahap kronis stenosis mitral yang parah, rontgen dada akan menunjukkan
keparahan, dan intervensi pengobatan. Analisis morfologi alat katup mitral meliputi
mobilitas dan fleksibilitas daun katup, ketebalan daun katup, kalsifikasi daun katup, fusi
subvalvular, dan munculnya komisura. Skor Wilkins menilai setiap komponen aparatus
mitral dari 1 sampai 4: mobilitas selebaran, ketebalan, kalsifikasi, dan kerusakan aparatus
subvalvular. Skor Padial menilai penebalan selebaran (terpisah), kalsifikasi komisura, dan
penyakit subvalvular dari 1 sampai 4. Skor Wilkins kurang dari 8, skor Padial kurang dari
10, dan regurgitasi kurang dari sedang memiliki hasil yang lebih baik setelah kateter
sepeda telentang dengan rekaman Doppler dari kecepatan katup transmisi dan
trikuspid. Ini mengukur gradien transmisi dan tekanan sistolik arteri pulmonal saat
untuk menilai tingkat keparahan stenosis mitral ketika tes noninvasif tidak meyakinkan
atau ketika ada perbedaan antara tes noninvasif dan temuan klinis mengenai tingkat
9
2.8 TATALAKSANA
1. Pengobatan medis:
- Terapi farmakologi: Penggunaan obat-obatan seperti diuretik untuk mengurangi
retensi cairan dan mengatasi edema, beta blocker atau kalsium antagonis untuk
mengendalikan denyut jantung, dan digoksin untuk mengurangi gejala gagal jantung.
- Pencegahan endokarditis: Pemberian antibiotik profilaksis sebelum tindakan medis
atau pembedahan untuk mencegah endokarditis infeksius pada pasien dengan risiko
tinggi. golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam
rematik atau pencegahan endokardirtis.
2. Intervensi non-bedah:
- Balloon valvuloplasti mitral: Prosedur invasif di mana balon khusus dimasukkan ke
dalam kateter dan ditempatkan di katup mitral untuk melebarkan area katup yang
menyempit.
- Terapi antikoagulan: Penggunaan antikoagulan atau antiplatelet untuk mencegah
pembekuan darah dan mengurangi risiko tromboemboli pada pasien dengan fibrilasi
atrium atau risiko tinggi lainnya.
3. Tindakan bedah:
- Reparasi katup mitral: Tindakan bedah untuk memperbaiki atau mempertahankan
katup mitral yang rusak atau bocor.
- Penggantian katup mitral: Tindakan bedah di mana katup mitral yang rusak atau
menyempit digantikan dengan katup buatan atau katup dari donor.
- Operasi Maze: Prosedur bedah untuk mengatasi fibrilasi atrium dengan membuat pola
jalan listrik baru di jantung untuk mengembalikan irama sinus.
Setiap tatalaksana harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu pasien,
dan harus diputuskan oleh tim medis yang terdiri dari dokter spesialis jantung, ahli
bedah jantung, dan profesional kesehatan terkait lainnya.14
10
2.8 PROGNOSIS
Stenosis katup mitral dapat tetap asimtomatik selama bertahun-tahun, terutama bila
disebabkan oleh demam rematik. Diperlukan beberapa dekade setelah demam rematik sebelum
stenosis katup mitral berkembang. Begitu gejala menjadi jelas, perkembangan penyakit
umumnya meningkat, terutama ketika demam rematik sekunder. Sekitar 80% pasien tidak
akan bertahan sepuluh tahun dari onset gejala. Pada pasien dengan hipertensi pulmonal akibat
stenosis katup mitral, kelangsungan hidup sekitar tiga tahun. Gagal jantung sering menyertai
kasus lanjut. Prospek anak-anak yang lahir dengan stenosis katup mitral sangat bergantung
pada tingkat keparahan kondisi mereka, seringkali membutuhkan skrining untuk masalah
15
jantung terkait sepanjang hidup mereka.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Del Rio JM, Grecu L, Nicoara A. Right Ventricular Function in Left Heart
Disease. Semin Cardiothorac Vasc Anesth. 2019 Mar;23(1):88-107. [PubMed]
8. Mohamed AL, Zain MM. Hoarseness of Voice in a Patient with Mitral Stenosis and
Ortner's Syndrome. Malays J Med Sci. 2004 Jul;11(2):65-8.
9. Blanken CPS, Farag Es, Boekholdt SM, Lainer T, Kluin J, Nederveen AJ, van
Ooii P, Planken RN. Teknik MRI jantung canggih untuk evaluasi penyakit
jantung katup sisi kiri. Pencitraan J Magn Reson. 2018 Agustus; 48 (2):318-329.[
PubMed ]
10. Rampengan, Starry H. (2014) BUKU PRAKTIS KARDIOLOGI. BADAN PENERBIT
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
11. Blanken CPS, Farag ES, Boekholdt SM, Leiner T, Kluin J, Nederveen AJ, van Ooij P,
Planken RN. Teknik MRI jantung tingkat lanjut untuk evaluasi penyakit katup
jantung sisi kiri. Pencitraan J Magn Reson. 2018 Agustus; 48(2):318-329. [ Artikel
gratis PMC ] [ PubMed ]
12. Wunderlich NC, Beigel R, Ho SY, Nietlispach F, Cheng R, Agricola E, Siegel
RJ. Pencitraan untuk Intervensi Mitral: Metode dan Khasiat. Pencitraan
Kardiovaskular JACC. 2018 Juni; 11 (6):872-901. [ PubMed ]
12
13. Oktay AA, Gilliland YE, Lavie CJ, Ramee SJ, Parrino PE, Bates M, Shah S, Cash
ME, Dinshaw H, Qamruddin S. Penilaian ekokardiografi Stenosis Mitral Degeneratif:
Tantangan Diagnostik Penyakit Jantung yang Muncul. Curr Probl Cardiol. 2017
Mar; 42 (3):71-100. [ PubMed]
14. Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI jilid II. Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing, 2015: 2161-2164, 2194.
15. Généreux P. Stadium Penyakit Katup Berdasarkan Tingkat Kerusakan Jantung: Siap
untuk Panduan? Pencitraan Kardiovaskular JACC. 2022 Juni; 15 (6):971-973.
13
14
15
16
17
18
19
20