Anda di halaman 1dari 27

TUGAS TERSTRUKTUR

PATOFISIOLOGI PADA SISTEM RESPIRASI

DOSEN PENGAMPU: Dr.YANDA ARDANTA,M.Kes

DISUSUN OLEH

ZAKIYYAH (2213363038)

ANNISA HUMAIRA (2213363006)

ADE NUR QALBIAH (2213363003)

GADIS DIAN SARI (2213363017)

FAUZI AMMAR SHIDIK (2213363014)

JIM MIKAIL AHMAD (2213363043)

FIOLA PATRICIA SIMANULLANG (2213363015)

SRY DEVI NOVAYANTI BR GINTING (2213363034)

WIDVIDI EVEN LUMBANTOBING (2213363036)

PRODI D4 MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN TINGKAT I

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Kodefikasi. Makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Patofisiologi Penyakit dan mempermudah rekan-
rekan mahasiswa dalam mencapai proses belajar.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak dr. Yanda Ardanta, M.Kes selaku dosen
pengajar Mata Kuliah Pengantar Kodefikasi. Begitu juga kami sampaikan kepada teman teman
yang telah menyalurkan aspirasi dalam penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan. Terlepas dari itu
semua, kami berharap agar makalah ini dapat membantu rekan-rekan mahasiswa dalam proses
belajar, serta berguna bagi kami sendiri.
DAFTAR ISI

BAB I………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………….

Rumusan masalah…………………………………………………………

Latar belakang masalah ………………………………………………….

Tujuan masalah…………………………………………………………….

BAB 11

PEMBAHASAN………………………………………………………….

Penyakit pada saluran pernafasan bagian atas…………………………

Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas…………………..

BABIII…………………………………………………………………….

Daftar pustaka………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.Infeksi ini disebabkan oleh virus,
jamur dan bakteri, sebagian dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk,
demam. Sering kali masyarakat tidak memperhatikan keluh sakit tersebut, karena menganggap
bahwa penyakit tersebut dapat sembuh sendirinya. Penyakit ISPA ini biasanya sering terjadi
pada anak karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah, sehingga penyakit ISPA ini lebih
rentan terjadi pada anak-anak dibanding dewasa.

ISPA merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai
gejala.Penyebab utama kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka kesakitan
balita. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai virus, bakteri, jamur, aspiran. Bakteri penyebab
ISPA adalah Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, bakteri ini muncul dari lingkungan
yang kotor dan virus penyebab ISPA adalah sitomegalovirus, adenovirus.(1)

ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular dan dapat
menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringansampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor
lingkungan, dan faktor pejamu. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala : tenggorokan sakir atau pilek, batuk kering atau berdahak.

2. Rumusan masalah

1.Patofisiologi penyakit pada saluran pernafasan bagian atas

2.Patofisiologi pilek

3.Patofisiologi sinusitis

4.patofisiologi laringitis

5.patofisiologi tonsilitis
3. Tujuan masalah

1.Untuk mengetahui patofisiologi penyakit pada saluran pernafasan paling atas

2.Untuk menghindari gejala gejalanya


BAB II

PEMBAHASAN

Penyakit pada saluran pernafasan bagian atas

Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract infections (URI/URTI) adalah infeksi
yang terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang termasuk
dalam infeksi ini adalah pilek, sinusitis, tonsillitis, dan laryngitis. Infeksi saluran pernapasan atas
bisa terjadi di rongga hidung, sinus, atau tenggorokan.

Infeksi saluran pernapasan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Penularan
kuman ini bisa terjadi saat seseorang menghirup percikan air liur (droplet) saat penderita infeksi
saluran pernapasan batuk atau bersin.

Virus atau bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan juga bisa masuk ke dalam tubuh akibat
tidak sengaja menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang belum bersih, terlebih
setelah menyentuh permukaan benda yang sudah terpapar virus atau bakteri.

Berikut ini adalah beberapa jenis kuman yang paling sering menyebabkan infeksi saluran
pernapasan:

1. Virus, seperti:

• Rhinovirus
• Virus corona
• Virus parainfluenza
• Adenovirus
• Respiratory syncytial virus(RSV)
• Virus influenza
• Epstein-Barr Virus(EBV)
• Cytomegalovirus
• Virus herpes simplex
• Hantavirus
• Paramyxovirus

2. Bakteri, misalnya:

• Streptococcus grup A
• Corynebacteroum diphteriae
• Neiseria gonorrhoeae
• Mycoplasma pneumoniae
• Streptococcus pneumoniae
• Staphylococcus aureus
• Klebsiella pneumoniae
• Pseudomonas aeruginosa
• E.coli
• Chlamydia
• Mycobacterium tuberculosis
• Bakteri anaerob lainnya

3. Jamur, contohnya:

• Candida
• Histoplasma
• Aspergillus

4. Parasit, seperti Pneumocytis carinii

Sementara jika dibagi berdasarkan letak infeksinya, beberapa penyakit yang bisa terjadi akibat
infeksi saluran pernapasan adalah:

Infeksi saluran pernapasan atas, meliputi common cold, sinusitis, rhinitis, tonsillitis, radang
tenggorokan, laringitis

Infeksi saluran pernapasan bawah, meliputi bronkitis, bronkiolitis, pneumonia, aspergilosis, atau
tuberkulosis (TBC)
Seseorang juga bisa mengalami infeksi saluran pernapasan secara tiba-tiba atau akut (ISPA).
ISPA umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang mudah menular, terutama lewat
percikan air liur (droplet).

Beberapa contoh ISPA di saluran napas atas atau bawah yang disebabkan oleh infeksi virus
adalah flu, SARS, dan COVID-19.

Faktor risiko infeksi saluran pernapasan

Seseorang lebih berisiko menderita infeksi saluran pernapasan akibat faktor-faktor di bawah ini:

1.Memiliki kebiasaan merokok

2.Memiliki daya tahan tubuh yang lemah

3.Memiliki riwayat penyakit jantung dan masalah paru-paru

4.Kurang menjaga kebersihan, seperti tidak rutin mencuci tangan sebelum makan atau setelah
memegang benda yang berisiko terpapar kuman

5.Berada di tempat ramai, seperti di rumah sakit, kantor, sekolah, atau pusat perbelanjaan

Melakukan perjalanan ke daerah yang sedang banyak kasus infeksi saluran pernapasan

Gejala Infeksi Saluran Pernapasan

Infeksi saluran pernapasan bisa menimbulkan gejala yang beragam. Munculnya gejala biasanya
tergantung pada jenis kuman penyebab infeksi dan kondisi sistem imun (daya tahan tubuh)
pasien.

Beberapa keluhan yang muncul pada penderita infeksi saluran pernapasan yaitu:

1.Batuk

2.Bersin-bersin
3.Hidung tersumbat

4.Pilek

5.Suara serak

6.Sakit tenggorokan

7.Sakit kepala

8.Demam

9.Pembengkakan kelenjar getah bening di leher

Beberapa gejala lain yang bisa dialami oleh penderita infeksi saluran napas adalah:

1.Sesak napas

2.Sulit bernapas

3.Mengi atau bengek

4.Mata gatal dan berair

5.Mual dan muntah

6.Bau mulut

7.Turunnya kemampuan indra penciuman

Sementara gejala infeksi saluran pernapasan pada bayi atau anak-anak antara lain batuk, demam,
sulit makan, rewel, sulit tidur, dan napas tampak cepat. Gejala-gejala tersebut bisa berlangsung
selama 3–14 hari.
Penyakit lain pada salura pernafasan bagian atas

1.Sinusitis

Sinusitis adalah peradangan di lapisan sinus, yang umumnya ditandai dengan pilek, hidung
tersumbat, dan nyeri di area wajah. Kondisi ini bisa berlangsung dalam hitungan minggu, bulan,
atau bahkan tahun.

Sinus merupakan rongga kecil yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam tulang
tengkorak. Rongga kecil ini terletak di bagian belakang tulang dahi (frontal), bagian dalam
struktur tulang pipi (maxillary), kedua sisi batang hidung (ethmoidal), dan belakang mata
(sphenoidalis).

Sinus menghasilkan lendir yang berfungsi untuk menyaring dan membersihkan bakteri atau
partikel lain dalam udara yang dihirup. Sinus juga berfungsi untuk membantu mengendalikan
suhu dan kelembapan udara yang dihirup.
Jenis Sinusitis

1.Sinusitis terbagi dalam empat jenis, berdasarkan lama berlangsungnya kondisi tersebut, yaitu:

2.Sinusitis akut, yang berlangsung selama 2–4 minggu, dan paling sering terjadi

3.Sinusitis subakut, yang berlangsung selama 4–12 minggu

4.Sinusitis kronis, yang berlangsung lebih dari 12 minggu, dan dapat berlanjut hingga berbulan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun

5.Sinusitis kambuhan, yang terjadi hingga tiga kali atau lebih dalam setahun

Penyebab dan Gejala Sinusitis

Sinusitis disebabkan oleh peradangan pada lapisan sinus. Peradangan tersebut umumnya terjadi
akibat infeksi virus atau alergi. Akibatnya, sinus memproduksi banyak lendir yang menyebabkan
penyumbatan.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan sinusitis adalah polip hidung, tulang hidung bengkok
(deviasi septum), cystic fibrosis, dan daya tahan tubuh lemah.

Baik sinusitis akut maupun sinusitis kronis dapat menimbulkan gejala serupa, yaitu:

1.Pilek

2.Hidung tersumbat

3.Nyeri di bagian wajah

4.Penurunan kemampuan indra penciuman

Pengobatan dan Pencegahan Sinusitis

Pengobatan sinusitis tergantung pada jenisnya, tetapi umumnya dengan pemberian obat. Jika
obat-obatan tidak efektif, dokter akan menjalankan tindakan operasi.
Sinusitis bisa dicegah dengan mengurangi risiko terjadinya kondisi ini, yaitu dengan
menghindari paparan zat pemicu alergi (alergen), memakai masker dengan benar, tidak merokok,
dan menghindari kontak dengan orang sakit.

2.Pilek

Pilek adalah kondisi ketika hidung mengeluarkan ingus atau lendir, baik sesekali maupun terus-
menerus. Lendir yang keluar dapat terlihat bening, hijau, atau kekuningan. Sedangkan teksturnya
bisa encer atau kental, tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Lendir diproduksi oleh kelenjar di dalam hidung dan sinus. Fungsi lendir tersebut adalah untuk
menjaga kelembapan saluran napas, serta mencegah kotoran dan kuman masuk ke paru-paru.

Pilek merupakan salah satu gejala yang umum dialami penderita COVID-19. Oleh karena itu,
jika Anda mengalami pilek, sebaiknya periksakan diri ke dokter guna memastikan kondisi.

Penyebab Pilek

Pilek terjadi ketika lapisan dalam hidung dan sinus mengalami peradangan akibat perubahan
cuaca, atau karena masuknya zat iritan atau kuman ke dalam hidung. Penyebabnya sangat
beragam, meliputi:
1. Infeksi

Pilek dapat terjadi ketika virus menginfeksi hidung, tenggorokan, atau sinus. Contohnya adalah
influenza, respiratory syncytial virus (RSV), sinusitis, serta COVID-19.

2. Alergi

Seseorang dapat mengalami pilek bila terpapar zat yang memicu alergi, seperti debu, bulu
binatang, atau serbuk sari bunga. Kondisi ini disebut juga rinitis alergi.

3. Paparan udara dingin atau kering

Udara dingin dan kering dapat mengubah keseimbangan cairan di dalam saluran hidung. Kondisi
tersebut memicu sistem saraf di hidung untuk mengeluarkan cairan.

4. Konsumsi makanan pedas

Pilek dapat dipicu oleh konsumsi makanan pedas, misalnya makanan yang dibumbui cabai,
bawang, atau lada hitam.

5. Efek samping obat

Obat-obatan juga bisa menimbulkan efek samping pilek, seperti obat tekanan darah tinggi, pil
KB, obat kejang, dan obat penyakit jantung.

6. Ketidakseimbangan hormon

Pilek juga dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan hormon, misalnya pada masa kehamilan.

Gejala Pilek

Pilek merupakan gejala dari suatu kondisi atau penyakit. Pada beberapa kasus, pilek dapat
disertai dengan beberapa gejala berikut:

1.Batuk

2.Bersin
3.Sulit bernapas

4.Tubuh terasa lelah

5.Sakit tenggorokan

6.Hidung tersumbat

7.Lendir menetes ke tenggorokan (postnasal drip)

Perlu diingat, pilek bukan penyakit yang menular. Namun, pilek bisa menjadi gejala dari
penyakit menular, misalnya seperti batuk pilek (selesma).

Kapan harus ke dokter ?

Pilek umumnya sembuh dengan sendirinya. Meski begitu, segera cari pertolongan dokter bila
Anda mengalami gejala di bawah ini, karena bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius:

1.Keluar lendir kehijauan atau berdarah, dan disertai bau tidak sedap

2.Lendir yang keluar dengan disertai nyeri sinus

3.Pilek berlangsung lebih dari 10 hari

4.Pilek disertai dengan demam tinggi (suhu 39°C atau lebih), sakit kepala berat, dan nyeri hebat
di dahi atau wajah

5.Pilek disertai dengan kehilangan indra penciuman (anosmia) dan indra perasa (ageusia)

Pilek disertai dengan sesak napas

6.Lendir hidung keluar akibat cedera kepala

Anda juga perlu waspada bila bayi Anda mengalami pilek. Hal ini karena pilek pada bayi
merupakan penyakit yang tergolong serius. Segera cari pertolongan medis bila pilek terjadi pada
bayi usia di bawah 2 bulan, atau jika pilek menyebabkan bayi sulit bernapas.
Diagnosis Pilek

Diagnosis pilek bertujuan untuk mengetahui penyebab yang mendasarinya. Dokter akan terlebih
dahulu bertanya pada pasien terkait:

1.Riwayat medis, seperti alergi atau penyakit sistem imun

2.Penggunaan pelega hidung berbentuk obat semprot

3,Gejala lain yang menyertai pilek

4,Paparan debu atau bulu binatang ke hidung

Bila perlu, dokter juga dapat menggunakan alat khusus untuk melihat area hidung. Dokter juga
dapat menggunakan bantuan selang berkamera, untuk melihat seluruh bagian rongga hidung
dengan lebih jelas.

Pengobatan Pilek

Pilek dapat diredakan dengan banyak minum air putih dan beristirahat yang cukup. Selain itu,
penderita bisa mengonsumsi obat-obatan yang bisa dibeli tanpa resep dokter untuk meredakan
gejala pilek, antara lain:

Obat pelega hidung tersumbat, atau disebut juga dengan obat dekongestan, baik yang
disemprotkan langsung ke hidung (nasal spray) maupun diminum

Obat antialergi, seperti brompheniramine, chlorpheniramine, dimenhydrinate, diphenhydramine,


ceritizine, loratadine, fexofenadine, atau bilastine

Penting untuk diingat, ikuti petunjuk dokter dalam menggunakan obat di atas. Hindari
menggunakan semprot hidung lebih dari 3 hari berturut-turut kecuali bila disarankan oleh dokter.
Pencegahan Pilek

Pilek dapat dicegah dengan menjaga kebersihan tubuh dan menghindari zat pemicu alergi, antara
lain dengan melakukan beberapa langkah berikut:

1.Mencuci tangan secara rutin agar terhindar dari kuman

2.Menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit pilek atau demam

3.Menggunakan tisu saat mengeluarkan lendir dari hidung dan mencuci tangan setelahnya

4.Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga untuk memperkuat daya tahan
tubuh

5.Mengenakan masker untuk menghindari zat yang dapat memicu alergi, seperti debu atau
serbuk sari

6.Berhenti merokok untuk mencegah iritasi dan radang pada rongga hidung

7.Membersihkan perabotan, gagang pintu, pegangan tangga, dan alat-alat lain yang sering
disentuh di rumah, menggunakan larutan disinfektan

8.Rutin mendapatkan vaksin flu setiap tahun

Tonsilitis (radang amandel)

Radang amandel atau tonsilitis adalah kondisi ketika amandel mengalami inflamasi atau
peradangan. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak usia 3–7 tahun. Meski begitu, radang
amandel juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama lansia.

Amandel atau tonsil adalah dua kelenjar kecil di tenggorokan yang berfungsi untuk mencegah
infeksi, khususnya pada anak-anak. Namun, seiring bertambahnya usia dan makin kuatnya daya
tahan tubuh, fungsi amandel mulai tergantikan dan ukurannya secara perlahan akan menyusut.
Penyebab dan Gejala Radang Amandel

Radang amandel disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Beberapa jenis virus yang menjadi
penyebab radang amandel adalah virus yang juga menyebabkan batuk pilek atau flu.

Gejala utama radang amandel adalah pembengkakan amandel dan rasa sakit ketika menelan.
Kondisi ini juga dapat menimbulkan gejala lain, seperti suara serak, demam, bau mulut, batuk,
dan sakit kepala.

Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Fungsinya adalah untuk melawan kuman
yang masuk melalui mulut. Oleh sebab itu, amandel rentan terkena infeksi atau peradangan.

Radang amandel atau tonsilitis paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Beberapa jenis virus
yang menyebabkan radang amandel, meliputi:

• Adenovirus
• Cytomegalovirus
• Virus influenza
• Virus campak
• Epstein-Barr
• Herpes simplex
• Coxsackie
Selain virus, radang amandel juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti:

• Streptococcus pyogenes
• Streptococcus pneumoniae
• Staphylococcus aureus
• Haemophilus influenzae

Perlu diketahui, radang amandel merupakan kondisi yang menular. Penularan dapat terjadi
melalui:

1. Kontak langsung

Penularan melalui kontak langsung terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan air
liur (droplet) yang keluar saat penderita batuk atau bersin.

2. Kontak tidak langsung

Kontak tidak langsung terjadi ketika seseorang menyentuh benda yang terkontaminasi droplet,
kemudian menyentuh wajah, hidung atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Faktor Risiko Radang Amandel

Radang amandel yang disebabkan oleh infeksi bakteri paling sering terjadi pada anak-anak dan
remaja usia 5–15 tahun. Sedangkan radang amandel akibat infeksi virus lebih sering dialami oleh
anak yang lebih muda. Meski demikian, kondisi ini juga bisa dialami oleh orang dewasa,
terutama yang berusia lanjut (lansia).

Radang amandel juga lebih rentan dialami oleh anak yang berkumpul dengan teman-temannya,
misalnya saat di sekolah. Hal ini karena paparan terhadap virus dan bakteri penyebab infeksi
lebih mudah terjadi melalui kontak langsung.

Orang dewasa yang sering berinteraksi dengan anak-anak, seperti guru, juga lebih berisiko
terkena radang amandel.
Pengobatan dan Pencegahan Radang Amandel

Radang amandel dapat ditangani dengan terapi mandiri, pemberian obat, atau operasi. Dokter
akan menentukan metode yang tepat, sesuai dengan hasil pemeriksaan kondisi pasien.

Radang amandel merupakan kondisi yang dapat dicegah. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah penyakit ini adalah dengan menjaga kebersihan diri, agar infeksi tidak menular
ke orang lain.

Penanganan radang amandel akan disesuaikan dengan penyebabnya dan tingkat keparahan
pasien. Metodenya dapat berupa perawatan mandiri, pemberian obat, hingga operasi.

Jika radang amandel disebabkan oleh virus, dokter hanya akan menganjurkan pasien untuk
melakukan perawatan mandiri di rumah. Umumnya, kondisi pasien akan mulai membaik dengan
sendirinya di hari ke-7 hingga ke-10.

Beberapa perwatan mandiri yang dapat dilakukan meliputi:

a.Beristirahat yang cukup

b.Minum air putih yang cukup untuk menjaga tenggorokan tetap lembap dan mencegah dehidrasi

c.Mengonsumsi minuman pereda sakit tenggorokan untuk pengobatan amandel alami, seperti teh
atau air hangat yang dicampur madu

d.Mengonsumsi permen pelega tenggorokan

e.Mengunakan alat pelembap udara agar terhindar dari udara kering yang dapat memperburuk
iritasi pada tenggorokan

f.Menghindari paparan asap rokok

g.Meredakan demam dan nyeri dengan mengonsumsi paracetamol, tetapi dengan terlebih dahulu
mengonsultasikannya dengan dokter

Pada radang amandel yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan obat
antibiotik untuk digunakan selama 10 hari.
Beberapa contoh obat antibiotik yang dapat diresepkan oleh dokter adalah amoxicillin, penisilin,
azithromycin, cefprozil, atau cefditoren. Perlu diketahui, antibiotik yang digunakan tetap harus
dihabiskan meski kondisi sudah membaik. Hal ini untuk mencegah perburukan kondisi atau
resistensi antibiotik.

Jika diperlukan, tonsilektomi atau operasi pengangkatan amandel juga dapat menjadi salah satu
pilihan penanganan radang amandel. Dokter akan menjalankan metode ini pada tonsilitis dalam
kondisi berikut:

Berlangsung kronis (gejala terus muncul selama lebih dari 2 minggu)

Antibiotik tidak efektif dalam mengatasi radang amandel akibat infeksi bakteri Kambuh terus
menerus Timbul komplikasi yang sulit ditangani

Tonsilektomi dilakukan dengan bantuan bius total dan membutuhkan waktu setidaknya 7–14 hari
untuk masa pemulihan. Sebelum memutuskan menjalani tindakan ini, pasien disarankan untuk
mendiskusikan manfaat dan risikonya dengan dokter.

Laringitis

Laryngitis atau laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring, yaitu bagian dari saluran
pernapasan tempat pita suara berada. Kondisi ini dapat disebabkan oleh iritasi, infeksi, atau
penggunaan laring yang berlebihan.

Laringitis biasanya ditandai dengan sakit tenggorokan, batuk, demam, suara serak, bahkan
kehilangan suara. Pada anak-anak, laringitis dapat menyebabkan kesulitan bernapas, karena
struktur saluran pernapasan anak-anak lebih kecil. Namun, hal tersebut jarang terjadi.
Penyebab Laringitis

Laringitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronis, yang masing-
masingnya disebabkan oleh kondisi berbeda. Berikut adalah penjelasannya:

Laringitis akut

Laringitis akut adalah jenis laringitis yang berlangsung selama beberapa hari sampai minggu.
Pada sebagian kasus, laringitis akut bahkan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Biasanya,
kondisi ini akan membaik setelah penyebabnya ditangani.

Beberapa penyebab laringitis akut adalah:

• Cedera pita suara


• Cedera pita suara dapat disebabkan oleh penggunaan pita suara yang berlebihan ketika
berbicara, bernyanyi, berteriak, atau
• Infeksi virus
• Virus penyebab infeksi yang menyebabkan laringitis akut biasanya sama dengan jenis virus
penyebab infeksi saluran pernapasan
• Infeksi bakteri
Salah satu jenis bakteri penyebab laringitis akut adalah bakteri penyebab difteri.

• Laringitis kronis

Laringitis disebut kronis jika berlangsung lebih dari 3 minggu. Umumnya, laringitis jenis ini
terjadi akibat adanya paparan dari penyebab secara terus-menerus dalam waktu yang lama.

Penyebab dari laringitis kronis adalah

• Perubahan bentuk pita suara karena faktor usia


• Kebiasaan merokok
• Kecanduan alkohol
• Kebiasaan menggunakan suara secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama, seperti yang
biasa dilakukan oleh penyanyi atau pemandu sorak
• Sering terpapar bahan yang dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi, seperti bahan kimia,
debu, dan asap
• Infeksi jamur, biasanya terjadi pada penderita asma yang menggunakan obat kortikosteroid
hirup jangka panjang
• Kelumpuhan pita suara akibat cedera atau penyakit tertentu, seperti stroke.
• Penyakit refluks gastroesofageal (GERD).
• Seseorang dengan daya tahan tubuh lemah lebih berisiko menderita laringitis. Misalnya,
penderita HIV/AIDS, pasien yang sedang menjalani kemoterapi, atau orang yang
menggunakan obat-obatan kortikosteroid jangka panjang.

Gejala Laringitis

Laringitis bisa ditandai dengan gejala ringan dan sementara (akut), hingga gejala yang lebih
serius dan berlangsung lebih lama (kronis). Gejala yang biasa terjadi pada penderita laringitis
meliputi:

• Rasa tidak nyaman pada tenggorokan


• Tenggorokan kering
• Sakit tenggorokan
• Batuk
• Demam
• Suara menjadi serak atau bahkan hilang
• Penderita laringitis juga dapat mengalami peradangan di hidung, tenggorokan, atau amandel.
Gejala yang bisa muncul adalah sakit kepala, pilek, lemas dan pegal linu, dan pembengkakan
kelenjar getah bening.

Kapan harus ke dokter ?

Kebanyakan kasus laringitis akut dapat diatasi sendiri di rumah. Namun, jika gejala terus
berlangsung hingga lebih dari 2 minggu dan terus memburuk, Anda dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ke dokter.

Laringitis bisa menimbulkan gejala lain yang lebih serius. Segera cari pertolongan medis ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) jika muncul gejala berikut:

• Demam yang tidak kunjung reda


• Sakit tenggorokan yang lebih parah
• Sulit menelan
• Batuk berdarah
• Sulit bernapas

Penderita anak-anak juga dapat mengalami gejala serius yang memerlukan penanganan di IGD.
Gejala tersebut meliputi:

• Suara napas bernada tinggi yang timbul ketika menarik napas (stridor)
• Ngiler atau mengeces berlebihan
• Demam di atas 39ºC
• Batuk berdarah
• Sulit menelan
• Sulit bernapas
• Gejala tersebut dapat menandakan kondisi lain yang serius, seperti croup dan epiglotitis.
Pengobatan Laringitis

• Kebanyakan laringitis bisa pulih sendiri sekitar 1 minggu tanpa diobati. Namun, pengobatan
oleh dokter dapat meredakan gejala yang mengganggu dan mempercepat kesembuhan.
• Untuk menangani laringitis secara mandiri, ada beberapa cara yang dapat dilakukan di
rumah, di antaranya:
• Minum banyak air putih dan tidak mengonsumsi minuman yang berkafein atau beralkohol
• Menghirup inhaler dengan kandungan mentol untuk melegakan saluran pernapasan yang
terasa tidak nyaman
• Mengonsumsi permen mint dan berkumur dengan air garam hangat atau obat kumur khusus
untuk melegakan tenggorokan
• Berbicara dengan suara perlahan untuk mengurangi ketegangan pada pita suara yang sedang
meradang
• Menghindari penggunaan obat-obatan yang dapat membuat tenggorokan kering, seperti
dekongestan
• Menghindari paparan penyebab iritasi dan alergi, seperti asap rokok dan debu
• Berhenti merokok

Jika diperlukan, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk menangani penyebab atau kondisi
yang mendasari terjadinya laringitis. Obat-obatan tersebut meliputi:

• Ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan nyeri tenggorokan, sakit kepala, atau demam
• Obat antihistamin, untuk mengatasi alergi yang muncul
• Obat penurun asam lambung, untuk menangani penyakit GERD
• Obat batuk, untuk meredakan batuk
• Kortikosteroid, untuk meredakan peradangan di pita suara
• Antibiotik, untuk menangani infeksi bakteri
Pencegahan Laringitis

• Laringitis dapat dihindari dengan mencegah penyebab dan faktor risikonya. Berikut ini
adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah laringitis:
• Melakukan vaksinasi flu setiap tahun sesuai jadwal
• Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein
• Tidak merokok
• Memperbanyak minum air putih
• Membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, atau setelah dari toilet
• Menggunakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja
• Mengurangi volume suara ketika berbicara

Diagnosis Laringitis

Dalam mendiagnosis laringitis, dokter akan terlebih dahulu melihat gejala yang dialami pasien.
Gejala laringitis yang paling mudah dideteksi adalah suara yang berubah menjadi serak atau
bahkan hilang sama sekali.

Selanjutnya, dokter akan memeriksa tenggorokan pasien dengan menggunakan kaca kecil.
Dokter juga akan melakukan tes darah dan tes usap tenggorokan menggunakan cotton bud (kapas
kecil), untuk kemudian diteliti di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mengetahui jika ada
infeksi bakteri atau jamur.

Untuk melihat kondisi laring lebih detail, misalnya mendeteksi iritasi atau kerusakan pada pita
suara, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini:

1. Laringoskopi

Laringoskopi dilakukan dengan memasukkan selang lentur yang dilengkapi dengan lampu dan
kamera (endoskop) ke dalam laring melalui mulut atau hidung.

2. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan di laring untuk diteliti di laboratorium, guna
mengetahui penyebab laringitis.

Jika laringitis kambuh atau berlangsung dalam jangka panjang, dokter akan merujuk pasien
kepada dokter spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) untuk menjalani pemeriksaan
lebih lanjut.
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-pernapasan

https://www.alodokter.com/sinusitis

https://www.alodokter.com/pilek

https://www.alodokter.com/radang-amandel

https://www.alodokter.com/laringitis

Anda mungkin juga menyukai