Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 3

INFEKSI DAN PENYAKIT PADA SALURAN PERNAFASAN

Oleh Kelompok :

1. PRETY YULIANTY
2. VIONA HANDAYANI
3. BELLA GUSMAWATI S
4. DINDA PUTRI
5. M. ARIFANDRI

Dosen Pembimbing :

Denos Imam Fratama,SKM.,M.Kes

PRODI SARJANA TERAPAN MANAJEMEN INFORMASI

KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA

SAINTIKA PADANG 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
yang berjudul “Makalah Penyakit dan Infeksi Saluran Pernafasan” sebagai tugas individu .

Makalah ini berisikan tentang Penyakit dan Infeksi Saluran Pernafasan.


Diharapkanmakalah ini dapat memberikan pemahaman penyakit dan Infeksi Saluran
Pernafasan.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritikdan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demikesempurnaan makalah ini. Akhir kata,saya sampaikan terimakasih banyak kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal
hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

2 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................
Latar Belakang....................................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................................1
Manfaat...............................................................................................................................1
BAB II Tinjaun Pustaka.............................................................................................................2
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)..............................................................................3
Influenza dan Pneumonia.....................................................................................................5
Infeksi saluran pernafasan Bawah Akut Lain....................................................................10
Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas.....................................................................12
Penyakit Saluran Pernafasan Bawah Akut.........................................................................13
Penyakit Paru Akibat Agen Luar.......................................................................................13

BAB III Penutup


Kesimpulan.........................................................................................................................16
Saran...................................................................................................................................16
Daftar Pustaka..........................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang terjadi di saluran
pernapasan, bisa atas atau bawah. Meski biasanya dapat sembuh tanpa
perawatankhusus, kondisi ini bisa berbahaya bagi anak-anak, lansia, atau
orang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Berdasarkan letaknya, infeksi
saluran pernapasan terbagi menjadi infeksi saluran pernapasan atas
atau upperrespiratorytractinfections (URI/URTI) dan infeksi saluran
pernapasan bawah atau lowerrespiratorytractinfections (LRI/LRTI).
Infeksi saluran pernapasan atas bisa terjadi di rongga hidung, sinus,
atau tenggorokan. Sementara infeksi yang terjadi di bronkus, bronkiolus,
atau paru-paru, digolongkan ke dalam infeksi saluran napas bawah. Infeksi
saluran pernapasan bisa terjadi secara tiba-tiba atau akut. Kondisi ini
disebut dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA dapat terjadi
di saluran napas atas atau bawah. nfeksi saluran pernapasan dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Penularan kuman ini
bisa terjadi saat seseorang menghirup percikan air liur (droplet) saat
penderita infeksi saluran pernapasan batuk atau bersin. Virus atau bakteri
penyebab infeksi saluran pernapasan juga bisa masuk ke dalam tubuh
akibat tidak sengaja menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan
yang belum bersih, terlebih setelah menyentuh permukaan benda yang
sudah terpapar virus atau bakteri.
Berdasarkan data uraian diatas penulis tertarik untuk menulis makalah
tentang berbagai macam penyakit dan infeksi saluran pernafasan
II. TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian, gejala, etiologi, diagnosis, penatalaksanaan
pada kasus penyakit dan infeksi saluran pernafasan
III. MANFAAT
Memberikan kemudahan untuk mempelajari tentang penyakit dan infeksi
pada saluran pernafasan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

1. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut
yang melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan
saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh
virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini
paling banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun
karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai
penyakit. (Karundeng Y.M, etal. 2016)
2. Kasus
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) prevalensi ISPA di
Indonesia sebesar9,3% diantaranya 9,0% berjenis kelamin laki-
laki dan 9,7% berjenis kelaminperempuan (Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Prevalensi ISPA tertinggi terjadipada
kelompok umur satu sampai empat tahun yaitu sebesar 13,7%
(KementerianKesehatan RI, 2018). Kasus ISPA terbanyak di
Indonesia yaitu terjadi di ProvinsiNusa Tenggara Timur 15,4%,
Papua 13,1%, Banten 11,9%, Nusa Tenggara Barat11,7%, Bali
9,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
3. Gejala dan Tanda
Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat,
yaitu dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit
ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam macam tanda
dan gejala. Tanda dan gejala ISPA seperti batuk, kesulitan
bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam
(Rosana, 2016). Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan
adalah sebagai berikut (Rosana, 2016):

2
a. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan
jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a) Batuk.
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu
mengeluarkan suara (pada waktu berbicara atau
menangis).
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari
hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
b. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang
jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (fastbreathing) sesuai umur
yaitu :untuk kelompok umur kurang dari 2
bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau
lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
c) Tenggorokan berwarna merah.
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit
menyerupai bercak campak.
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari
lubang telinga.
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok
(mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejala – gejala ISPA ringan atau ISPA sedang
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru.

3
a) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
b) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan
anak tampak gelisah.
c) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
d) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau
tidak teraba.
e) Tenggorokan berwarna merah.
4. Penyebab
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikoplasmaherpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung.Biasanyabakteri dan virus
tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan.
5. Diagnosis
Diagnosis ISPA dilakukan dengan menanyakan gejala dan
riwayat kesehatan yang dialami pasien. Selanjutnya, dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan di
telinga, hidung, dan tenggorokan, untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi. Dokter juga akan memeriksa suara napas
pasien dengan stetoskop, untuk memantau apakah terjadi

4
penumpukan cairan atau peradangan di paru-paru. Jika pasien
mengalami sesak napas, dokter akan memeriksa kadar (saturasi)
oksigen dalam tubuh dengan alat pulseoxymetry. Bila ISPA
disebabkan oleh virus, dokter tidak akan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, karena dapat sembuh dengan
sendirinya setelah beberapa minggu. Meski begitu, perbaikan
atau perburukan gejala perlu tetap dipantau. Bila dicurigai
ISPA disebabkan oleh kuman yang spesifik, dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
a. Pengambilan sampel dahak atau usap tenggorokan,
mengetahui jenis virus atau bakteri yang menyebabkan
ISPA
b. Foto Rontgen dada atau CT scan, untuk memeriksa kondisi
paru-paru
6. Treatment
a. Keperawatan
Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan
keperawatan meliputi:
a) Istrirahat Total
b) Peningkatan intake cairan
c) Memberikan penyuluhan sesuai penyakit
d) Memberikan kompres hangat bila demam
e) Pencegahan infeksi lebih lanjut
b. Penatalaksanaan medis meliputi :
a) Sistomatik
b) Obat kumur
c) Antihistamin
d) Vitamin C
e) Espektoran
f) Vaksinasi (Wuandari.D& Purnamasari. L, 2015)
7. Contoh Kasus Dan Codingnnya

5
Pasien datang dengan keluhan rasa nyeri pada daerah bawah
mata dan di hidung, disertai dengan sakit kepala, hidung terasa
tersumbat setelah dilakukan pemeriksaan dengan dokter THT
didapatkan diagnosa sinusitis akut
Coding : J01 (Acute Sinusitis)

II. INFLUENZA DAN PNEUMONIA

A. INFLUENZA
1. Pengertian
Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
yang dapat menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Flu atau influenza ini sangat umum terjadi di musim pancaroba.
Penyakit ini sangat mudah menular ke orang lain, terutama
ketika 3–4 hari pertama setelah pengidapnya terinfeksi virus
flu.
Flu dan pilek adalah dua kondisi yang berbeda. Pilek
umumnya muncul secara bertahap dengan gejala yang lebih
ringan, sehingga tidak terlalu berdampak pada rutinitas
pengidapnya. Sedangkan flu tak seperti itu, penyakit ini
cenderung menyebabkan gejala yang lebih berat, sehingga bisa
mengganggu aktivitas pengidapnya. Di samping itu, masa
inkubasi flu juga lebih singkat.
2. Kasus
Berdasarkan data WHO tahun 2020 mengenai influenza A
H5N1 pada manusia, Indonesia merupakan negara dengan
kasus influenza A H5N1 pada manusia yang terbanyak kedua
setelah Mesir. Di Indonesia, sejak tahun 2020, terdapat 199
kasus influenza A H5N1 pada manusia dan 167 diantaranya
meninggal dunia. Angka kejadian kasus influenza A H5N1
yang terkonfirmasi semakin berkurangjumlahnya namun selalu
ada kasus setiap tahun dengan angka kematian yang tinggi.
Selanjutnya, berdasarkan laporan dari National Influenza
Centres (NICs) dan laboratorium influenza nasional lainnya

6
dari 98 negara, virus yang beredar diketahui sebanyak 64,4%
sebagai influenza tipe A dan 35,6% sebagai influenza tipe B.
Pada influenza tipe A, sebanyak 15,1% adalah influenza A
H1N1 pdm 2009 dan 84,9% adalah influenza A H3N2. Pada
influenza tipe B, 77% BYamagatalineage dan 23% B-Victoria
lineage.
3. Tanda dan Gejala
Gejala dari flu dapat muncul dengan cepat pasca virus
masuk ke dalam tubuh hingga butuh waktu beberapa hari.
Ketika flu menyerang seseorang, maka pengidapnya akan
mengalami beberapa keluhan. Awalnya seseorang yang
mengidap penyakit ini adalah sakit tenggorokan, bersin, dan
pilek, hingga merasakan nyeri di beberapa bagian badan
bahkan sekujur tubuh. Bahkan, pengidapnya akan merasa sulit
untuk bangun tidur karena badan terasa sakit keseluruhan.
Selain itu, gejala-gejala yang umumnya lainnya yang dapat
timbul pada pengidap flu adalah:
a. Pegal-pegal;
b. Batuk kering;
c. Sakit kepala;
d. Sakit tenggorokan;
e. Kehilangan nafsu makan;
f. Tubuh yang menggigil;
g. Berkeringat.

Flu umumnya tidak membutuhkan pemeriksaan ke dokter


karena gejalanya dapat membaik setelah mendapatkan perawatan
di rumah. Kamu dapat meredakan segala gejala yang dirasakan
dengan mengonsumsi obat flu dan pilek yang dijual dengan bebas.
Pastikan untuk lebih banyak istirahat dan mengonsumsi lebih
banyak cairan.

4. Penyebab

7
Virus influenza menyebar melalui udara dalam tetesan atau
percikan liur (droplet) ketika seseorang yang terinfeksi batuk,
bersin, atau berbicara. Kamu dapat menghirup tetesannya
secara langsung, atau mendapatkan virus saat memegang
benda tertentu, dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau
mulut.
Orang yang terinfeksi virus kemungkinan dapat menularkan
virusnya sejak sekitar satu hari sebelum gejala muncul, sampai
sekitar lima hari setelah gejala muncul. Anak-anak dan orang-
orang dengan sistem kekebalan yang lemah mungkin akan
menularkannya dalam waktu yang sedikit lebih lama.
Virus influenza terus bermutasi, dengan jenis baru yang
muncul secara teratur. Jika kamu pernah mengalami influenza
sebelumnya, tubuh telah membuat antibodi untuk melawan
jenis virus influenza tertentu. Jika virus influenza di masa
depan serupa dengan yang kamu temui sebelumnya (baik
dengan penyakit atau vaksinasi), antibodi dapat mencegah
infeksi atau mengurangi keparahan gejala. Namun, tingkat
antibodi dapat menurun seiring berjalan waktu.
5. Diagnosis
Untuk mendiagnosis flu, ada beberapa hal yang akan
dilakukan oleh dokter. Pertama, biasanya dokter akan
melakukan wawancara medis seputar keluhan atau gejala yang
dialami pasien. Misalnya, gejala seperti hidung tersumbat,
bersin, atau suara serak. Di samping itu, dokter juga akan
melakukan pemeriksaan fisik (dapat ditemukan demam). Bila
diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang
(tes darah) bila gejala flu sudah berlangsung lebih dari 10 hari.
6. Treatment
Umumnya flu dapat sembuh dengan sendirinya. Langkah
pengobatannya adalah istirahat yang cukup, banyak minum,
serta menjaga tubuh agar tetap hangat. Disarankan bagi

8
pengidap untuk mengonsumsi obat penurun demam. Obat
penurun demam juga dapat mengurangi gejala nyeri dan pegal
dari flu. Pengidap tidak dianjurkan mengonsumsi antibiotik
karena obat ini berfungsi membunuh bakteri, sedangkan flu
disebabkan oleh virus.
B. PNEUMONIA
1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi
subtansi asing, berupa radang paru-paru yang sertai eksudasi
dan konsolidasi (Nanda 2015)
Pneumonia merupakan istilah umum yang menandakan
inflamasi pada daerah pertukaran gas dalam pleura; biasanya
mengimplikasikan inflamasi parenkim paru yang disebabkan
oleh infeksi (CaiaFrancis 2011)
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Brunner&suddarth
2012).
2. Kasus
Kementerian Kesehatan melaporkan, ada 278.261 balita
yang terkena pneumonia pada 2021. Jumlah tersebut turun
10,19% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak
309.838 kasus
3. Gejala dan Tanda
Indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya
menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk. Gejala
tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu
biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala
yang berat dapat muncul, seperti:
a. Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.

9
b. Batuk berdahak.
c. Mudah lelah.
d. Demam dan menggigil.
e. Mual dan muntah.
f. Sesak napas.
g. Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap
yang berusia >65 tahun).
h. Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya
gangguan sistem imun, umumnya mengalami
hipotermia.
i. Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul
berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan,
tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas,
hingga napas anak menjadi cepat
4. Penyebab
a. Streptococcus pneumonia tanpa penyulit
b. Streptococcus pneumonia dengan penyulit
c. Haemophilusinfluenzae
d. Staphilococcusaureus
e. Mycoplasma pneumonia
f. Virus patogen
g. Aspirasi basil gram negatif, klebsiela, pseudomonas,
Enterobacter, Eschericiaproteus, basil gram positif.
h. Stafilacoccus
i. Aspirasi asa lambung
j. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui
aliran darah, Seperti pada kuman Stafilococcus, E.coli,
anaerob enterik
5. Diagnosis
Diagnosis berhubungan dengan gejala dan riwayat
kesehatan yang pernah dialami, termasuk juga kebiasaan tidak
sehat yang rutin dilakukan. Setelahnya, akan mendengarkan

10
suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya
mengalami adanya suara retak, menggelegak, atau bahkan
gemuruh saat menarik napas. Beberapa pemeriksaan yang
umum dilakukan adalah:
a. Tes darah.
b. Rontgen dada.
c. Oksimetri nadi
d. Tes dahak.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika


seseorang memiliki masalah kesehatan lain atau dicurigai tertular
saat di rumah sakit, yaitu:

a. Tes gas darah arteri


b. Bronkoskopi.
c. CT Scan.
d. Kultur cairan pleura.

Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering


dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto rontgen dada. Dari
hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi yang
terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk
mengetahui organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.

6. Treatment
a. Penatalaksanaan Medis
a) Oksigen 1-2L/ menit
b) IVFD (Intra venousfluidDrug) / ( pemberian obat
melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCI 0,9% = 3:1,
+ KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai
dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan
makanan entral bertahap memulai selang nasogastrik
dengan feding drip.

11
d) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukossiller.
e) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit.
f) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
g) Untuk kasus pneumonia komunitibase : Ampicilin 100
mg/ kg BB/ hari dalam 4 hari pemberian,
Kloramfenicol 75 mg /kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian.
h) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100
mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian, Amikasim 10-
15 mg/ kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian ( Arif
mansjoer, dkk, 2001).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia
secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada
keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan
melalui imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi
lingkungan. Peran sekunder dari perawat
7. Kasus Dan Coding
Pasien datang dengan keluhan Nyeri dada pada saat bernapas
atau batuk, Batuk berdahak,Mudahlelah,Demam dan
menggigil,Mual muntah, dan Sesak napas. Setelah dilakukan
pemeriksaan intensif dan dilakukan pemeriksaan penunjang tes
dahak didapatkan infeksi virus Streptococcus, dengan diagnosa
Pneumonia Krena infeksi virus
Koding : J15.3 (Pneumonia duetostaphylococcus)
III. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH AKUT LAIN
1. Pengertian

12
Infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) adalah infeksi
paru yang mengenai daerah trakea, bronkus, bronkiolus, dan
alveolus. Secara umum, yang termasuk ke dalam ISPB adalah
penyakit pneumonia, bronkiolitis, bronkitis akut, penyakit paru
obstruktif kronis dan bronkiektasis kronis eksaserbasi akut.
Pada beberapa literatur tuberkulosis paru dan fibrosiskistik
paru juga dimasukkan ke dalam ISPB. Pengelompokkan ISPB
tersebut lebih bertujuan untuk kepentingan data epidemiologi.
2. Kasus
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001
menyebutkanbahwa penyakit infeksi saluran napas bawah
menempati urutan ke-2 sebagaipenyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun2001,
infeksi juga merupakan penyakit paru utama. Lima puluh
delapanpersen di antara pasien rawat jalan adalah kasus infeksi,
dan 11.6% diantaranya kasus nontuberkulosis. Pada pasien
rawat inap, 58.8%kasus infeksidan 14.6% di antaranya infeksi
nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam MalikMedan, 53.8%
kasus infeksi dan 28.6% di antaranya infeksi
nontuberkulosis.Di RSUD Dr.SoetomoSurabaya didapatkan
sekitar 180 pneumoniakomunitas dengan angka kematian
antara 20-35%.
3. Tanda dan Gejala
infeksi saluran pernapasan bawah juga dapat ditandai
dengan adanya batuk, yang dapat lebih mengganggu dan
disertai adana dahak. Gejala lain dari infeksi saluran
pernapasan bawah dapat berupa peningkatan frekuensi
pernapasan, sesak napas, atau mengi
4. Penyebab
Penyebab ISPB antara lain adalah infeksi virus
(misalnya respiratorysyncytialvirus, virus influenza,virusparain
fluenza,adenovirus)danbakteri(misalnya Streptococcuspneumo

13
niae, Haemophillusinfluenza,
Pneumococcussp.,Mycoplasmap neumoniae,Legionellasp.)
5. Diagnosis
Diagnosis ISPB ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
gejala klinis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang
misalnya rontgen thoraks. Tatalaksana ISPB bakterial
umumnya menggunakan antibiotik golongan beta laktam,
makrolid, dan fluorokuinolon, penggunaan medikamentosa
lain seperti bronkodilator dan kortikosteroid, serta terapi
suportif seperti hidrasi, oksigenasi, dan fisioterapi dada.
6. Treatment
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB)
bertujuan untuk menghilangkan patogen penyebab infeksi,
mengurangi gejala yang dirasakan pasien, serta mengurangi
risiko untuk reinfeksi dan rawat inap.

a. Berobat Jalan
Pasien ISPB yang dapat berobat jalan adalah pasien
dengan keadaan umum baik, tidak ada gangguan kesadaran,
mampu meminum obat oral dengan baik, tidak ada retraksi
dinding dada, dan tidak sianosis. Antibiotik pilihan untuk
terapi empiris pasien berobat jalan adalah amoxicillin. Bila
pasien memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap
amoxicillin, antibiotik golongan makrolid dapat menjadi
pilihan. Pasien dan keluarga diedukasi untuk kembali ke
fasilitas kesehatan apabila tidak ada perubahan gejala
setelah 3 hari terapi antibiotik atau ada perburukan gejala
yang dialami.
b. Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada ISPB bertujuan untuk
mengurangi gejala klinis yang dirasakan oleh pasien serta
menghilangkan patogen penyebab infeksi.

14
Antibiotik Pemberian medikamentosa berupa
antibiotik diberikan pada ISPB kasus pneumonia dan
eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
7. Kasus Dan Codingnya
Pasien terkonfirmasi Covid – 19
IV. PENYAKIT LAIN PADA SALURAN PERNAFASAN ATAS
I. Penyakit yang disebabkan karena alveolus kehilangan
elastisitasnya. Kantong udara pada paru-paru juga akan
mengalami kehancuran secara perlahan sehingga membuat
napas menjadi pendek. Emfisema disebabkan karena kebiasaan
merokok, polusi udara dan polusi asap rokok.
2. Kanker
Penyakit yang berbahaya karena disebabkan sel kanker yang
tumbuh di paru-paru. Bila dibiarkan, sel kanker dapat
menyerang bagian tubuh lain. Kanker paru-paru juga
disebabkan karena kebiasaan buruk seperti merokok,
menghirup asap kendaraan, minum-minuman beralkohol, dan
kebiasaan tidak sehat lainnya.
3. TBC
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis menyerang paru-paru dan menimbulkan bintil-
bintil pada dinding alveolus sehingga menyebabkan proses
difusi oksigen terganggu. Penderita TBC juga sering
mengalami batuk darah.
4. Asma adalah penyakit yang terjadi karena penyempitan saluran
pernapasan yang disebabkan alergi terhadap debu, bulu,
serangga kecil, ataupun rambut. Penyakit ini dapat muncul
kembali jika suhu lingkungan terlalu dingin atau ketika
penderita mengalami masalah psikologis.
V. PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN BAWAH KRONIS
1. Bronkitis merupakan salah satu penyakit yang tergolong ke
dalam infeksi saluran pernapasan bawah. Penyakit ini terjadi

15
ketika saluran udara paru membengkak dan menghasilkan
lendir. Jenis bronkitis yang biasa terjadi adalah bronkitis akut.
Salah satu obat yang dapat membantu mengatasi penyakit
bronkitis adalah MeptinSyrup 0.05 mg/5 ml – 60 ml(Rp
68.300). Biasanya bronkitis akut ditandai dengan beberapa
gejala, yaitu batuk dengan dan tanpa lendir, sakit
dada, fatigue (mudah kelelahan), sakit kepala ringan, tubuh
terasa ringan, mata berair dan sakit tenggorokan. Biasanya
gejala tersebut berlangsung kurang dari tiga minggu.
2. Bronkiolitis adalah infeksi sel epitel bronkial dan bronkiolus
dengan peradangan dan edema yang mengakibatkan obstruksi
jalan napas (tersumbatnya jalan napas). Gejala dari penyakit
ini dapat berupa batuk, mengi, takipnea, dan gangguan
pernapasan.
VI. PENYAKIT PARU AKIBAT AGEN LUAR
1. Penyakit Silikosis
Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan
penyakit paru akibat kerja. Penyebabnya adalah silika bebas
(SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas
dan ditimbun dalam paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun.
Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada tingkat ringan
sedang dan berat. Pada tingkat ringan ditandai dengan batuk
kering, pengembangan paru-paru. Pada lansia didapat hyper
resonansi karena emphysema. Pada tingkat sedang terjadi
sesak nafas tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru
paru. Pada tingkat berat terjadi sesak napas mengakibatkan
cacat total, hypertofi jantung kanan, kegagalan jantung kanan.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja akan sangat membantu pencegahan dan
penanggulangan penyakit penyakit akibat kerja. Data
kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan
sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat

16
penyakit pekerja kalau sewaktu ±waktu diperlukan.
Penggunaan Chest X-Ray sangat esensial untuk menegakkan
diagnosis Silikosis.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara.
Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun
yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes
banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan
asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan
lain sebagainya.
Penyebab Menghirup serat asbes bisa menyebabkan
terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di dalam paru-paru.
Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat
mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya
penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah
serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa ditemukan di
industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan
industri lainnya.
Gejala pertama adalah sesak napas ringan dan
berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan.
Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak napas yang berat
dan mengalami kegagalan pernapasan. Diagnosa Pada
pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop akan
terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya
dilakukan pemeriksaan rontgen dada, tes fungsi paru-paru dan
CT scan paru.
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul
adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui
prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan
obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu
diberikan oksigen. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru.

17
Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak
bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan
kanker.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang
disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di
udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan
kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta
pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain
sebagainya.
bissinosis terjadi hampir secara eksklusif pada orang-orang
yang bekerja dengan kapas yang belum diolah. Mereka yang
bekerja dengan rami mungkin juga dapat menderita penyakit
ini.Yang paling sering terkena adalah orang-orang yang
kerjanya membuka karung kapas mentah atau bekerja pada
tahap awal pemrosesan kapas. Merokok menyebabkan
meningkatnya resiko terkena penyakit ini.
Gejala Pada penderita ditemukan beberapa keadaan berikut:
Terdapat riwayat pemaparan debu dari pabrik tekstil, Gejala
semakin memburuk pada hari-hari kerja, Gejala membaik jika
penderita jauh dari tempatnya bekerja , Dada terasa sesak,
Batuk.
Pengobatan yang terpenting adalah menghilangkan sumber
pemaparan dari bahan penyebab. Untuk meringankan gejala,
biasanya diberikan bronkodilator, baik dalam bentuk hirup
(albuterol) maupun tablet (theophylline). Pada kasus yang
lebih berat bisa diberikan corticosteroid.

18
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas didapatkan kesimpulan bahwa setiap penyakit
dan infeksi pada saluran pernafasan memiliki penyebab dan cara
penyembuhannya sesuai dengan keadaan pasien.
II. Saran
Sebaiknya mahasiswa harus lebih memahami dan menjabarkan tentang
berbagai macam penyakit dan infeksi saluran pernafasan. Dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan mahasiswa dapat menyalurkan
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan
praktek.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahashur A. Managementoflowerrespiratorytractinfection in
outpatientsettings: Focusonclarithyromycin. Lung India. 2018;35(2):143-
149. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5846264/
2. Maraqa NF, Steele RW. Bronchiolitis. Medscape, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview
3. Fayyaz J, Mosenifar Z. Bronchitis. Medscape, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/297108-overview
4. WHO. Revised WHO classificationandtreatmentofchildhood pneumonia
athealth
facilities.2012.https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/137319/97
89241507813_eng.pdf?sequence=1
5. NICE.Pneumonia in adults: diagnosis andmanagement. 2014.
https://www.nice.org.uk/guidance/cg191/chapter/1-recommendations
6. JMJ, Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal : 68 – 83
7. Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
8. Wong Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed 6.
Jakarta :EGC
9. Muttaqin. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
10. Djojodibroto. (2015). Respirologi ( respiratorymedicine ). Jakarta: EGC
11. Depkes. 2013. Penyajian Pokok-pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Di unduh dari
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/pokok2%20hasil20riskesdas
%202013.pdf
12. Mutaqin, Arif, (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan System Pernapasan Dan Hematologi. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai