Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 4

Infeksi Saluran Pernafasan


BLOK : 3.1

Pembimbing : Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes.


KELOMPOK 5

PANDU HERBOWO

14655

KARINA KRISTIANTI

14277

INTAN DEWI RAMADHANI

14317

INDRIANI SAFILA

14347

INDAH PURNAMA SARI

14409

HERLINA RISTANTI

14467

HIKMAHTIKA W. A.

14523

FATMA ZAKI RAMADANI

14579

FIRLY LAILY NUZLIA

14590

FIRDA ULFAH AULIA

14672

HERLINA N SILABAN

14732

PUTI DAMAYANTI

14230

KARUNIA SHOLICHAH

14733

NURMA DWI S.

14557

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013

Blok

: 3.1

Hadir

:14

Minggu

:5

Tidak hadir

:-

Tanggal

: 7 Oktober 2013

Acara

: tutorial

Nama tutor

: Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes.

Ketua

: Herlina N Silaban

Sekretaris

: 1. Karunia Sholichah (14733)

(14732)

2. Indah Purnama S. (14409)


Infeksi Saluran Pernafasan
Anak Wartini (10 tahun), sudah selamatiga hari ini batuk-batuk, badannya
panas dan kesulitan istirahat. Satu hari terakhir, kondisinya semakin menurun karena
sesak nafasnya. Wati dibawa ibunya ke rumah sakit dan berdasarkan pemerikasaan
oleh perawat dan dokter didapatkan data bahwa RR: 28 kali/menit, terdapat sesak
nafas, mengi, batuk berdahak dan faringitis. Saat bersamaan, dokter juga melakukan
pemerikasaan untuk mengetahui apakah ada penyakit penyerta pada anak Wartini. An.
Wartini dikatakan menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan
asma.

Step 1
1. Faringitis :

penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan, disebabkan bakteri

streptococcus. Tanda gejala salah satunya kesulitan saat menelan.

Step 2
1. Apakah itu ISPA? Apa sajakah penyakit yang termasuk ke dalam ISPA?
2. Apa sajakah pemeriksaan untuk mengetahui penyakit penyerta pada an.Wartini?
3. Apakah asama itu berisiko untuk ISPA?
4. Apa sajakah kemungkinan penyakit pernyerta pada an.Wartini?
5. Apa saja manifestasi klinis ISPA & asma?
6. Bagaimana patofisiologi dari ISPA dan asma?
7. Adakah perbedaan ISPA pada anak dan dewasa dari segi penularannya?

8. Bagaimanakah tingkatan untuk ISPA dan asma?


9. Apa sajakah komplikasi yang ditimbulkan oleh ISPA dan asma?
10. Bagaimanakah perbedaan struktur anatomi dan fisiologi saluran pernafasan anak dan
dewasa, dan perbedaan struktur fungsinya?
11. Bagaimanakah hubungan antara ISPA dengan asma?
12. Apa sajakah factor yang menyebabkan terjadinya ISPA dan asma?
13. Bagaimankah penularan ISPA?
14. Bagaimanakah ASKEP pada kasus dan pemeriksaan penunjangnya?
15. Termasuk dalam tingkatan manakah kasus An. Wartini?
16. Apakah penyakit yang lebih berisiko pada kematian antara ISPA dan asma?

STEP 3
1. ISPA : infeksi saluran pernafasan akut, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Dibagi
menjadi 2 yaitu atas dan bawah. Atas termasuk rongga hidung. Bawah termasuk
pneumonia.
2. Asma:

ISPA:

Allergen, debu

- infeksi influenza

Terpapar hewan

- stress

Infeksi

- asap kendaraan & rokok

Latihan fisik yang terlalu berat

- kekurangan vit D+C

Factor keturunan

- imunitas

Cuaca, dingin

- usia, jenis kelamin


- lingkungan, kontruksi rumah
- kebiasaan memasak

3. Asma berisiko terhadap ISPA disebabkan factor pencetus yang sama. ISPA menimbulkan
asma, namun asma belum tentu ISPA.
4. LO
5. Manifestasi klinis ISPA:
-

Demam, muntah, suara nafas weezing, stridor

Dahak banyak, bisa juga keluar darah

Nyeri dada dan limfatik

Hidung tersumbat

Kehilangan nafsu makan

Gatal ditenggorokan

Manifestasi klinis asma:


-

Sesak, mengi

Gatal ditenggorokan

Batuk dimalam hari

6. 3 tahap ISPA :
-

Prepatogenesis

Inkubasi

Dini penyakit

Asma : allergen masuk pengeluaran histamine diparu-paru asma


Asma : fase cepat dan fase lambat
7,8. ISPA menyerang lebih sering menyerang anak-anak karena imunitas yang rendah, infeksi
silang juga bisa terjadi, anatomi dan fisiologi system pernafasan pada anak juga lebih
rentan. Anak diatas dua tahun lebih rentan.
9. LO
10.

LO

11.

LO

12.

Asma:

ISPA:

- allergen, debu

- Infeksi influenza

- infeksi

- stress

- latihan fisik terlalu berat

- asap kendaraan dan rook

- faktor keturunan

- kekurangan vit D+C

- cuaca dingin

- Imunitas
- usia, jenis kelamin
- lingkungan, konstruksi rumah
- kebiasaan memasak

13. Melalui udara


14.

LO

15.

Sedang, karena An. Wartini demam >39C, da nada batuk stridor

16.

Lebih berisiko ISPA, penyebab kematian terbesar ke-2 setelah diare pada anak.

STEP 4
12.

VIT C untuk imunitas, otomatis jika kekurangan maka akan lebih mudah terserang
ISPA
VIT D ISPA dapat meningkatkan aktivasi vit D. Pada epitel sel diaktifkannya vit D
ketika ada pathogen atau bakteri yang masuk.

STEP 5
Anak
Tingkatan
Penyakit
penyerta
Tanda
Gejala

Tingkatan
Faktor
mempengaruhi
ISPA

Penyakit
penyerta
Asma

komplikasi

Patofisiolo
gi
Pemeriksaa
n

ASKEP
ISPA

Tanda
Gejala

penularan
ASKEP
Asma

Pemeriksaan

Evaluasi

Resiko kematian

LO:
1. Apa sajakah macam-macam penyakit ISPA?
2. Bagaimanakah patofisiologi ISPA dan asma?
3. Apa sajakah komplikasi dari masing-masing ISPA dan asma?
4. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi pernafasan anak dan dewasa?
5. Bagaimanakah hubungan ISPA dan asma?

6. Apa sajakah kemungkinan penyakit penyerta pada An. Wartini?


7. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic pada ISPA dan asma secara umum?
8. Manakah yang lebih berisiko terhadap kematian, ISPA atau asma?
9. Bagaimanakah perbedaan ISPA dan asma dan sisi penularan pada ISPA dan asma?
10. Askep pada kasus dan pemeriksaan penunjang yang sesuai?

STEP 6
Mancari literatur

STEP 7
1. Apa sajakah macam-macam penyakit ISPA?
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,
ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulant atau berurutan (Muttaqin, 2003). ISPA
adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan
mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002):
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek, dan
sesak
b. ISPA sedang
Apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39C dan bila bernafas
mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan
menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan 5 tahun (Muttaqin, 2008)
a. Golongan umur kurang 2 bulan
1. Pneumonia berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat dinding pada bagian bawah atau nafas
cepat. Batas nafas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x permenit atau
lebih.
2. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat.
Tanda bahaya untuk golongann umur kurang 2 bulan, yaitu: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari volume yang biasa
diminum), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam/dingin
b. Golongan umur 2 bulan-5 tahun
1. Pneumonia berat
Bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam
pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang, tidak menangis atau meronta)
2. Pneumonia sedang
Bila disertai nafas cepat. Batas nafas cepat ialah:
a. Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b. Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih
3. Bukan pneumonia
Bila ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat. Tanda
bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5tahun yaitu:
a. Tidak bisa minum
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Gizi buruk
Macam penyakit ISPA

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian ATAS


-

Rinitis

Sinusitis

:
: Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal.

Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh
infeksi saluran napas atas.

Faringitis : Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke
jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis,
rhinitis dan laryngitis.

Laringitis : peradangan laryng

Tonsilitis : peradangan pada tonsil

B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian BAWAH


-

Bronkhitis : Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial.


Peradangan tidak meluas sampai alveoli.

Bronkiolitis

: Bronkhitis yang terjadi pada bayi

Pneumoniae

: Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli

yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit.
Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam yang
berbeda penatalaksanaannya.
1. Community acquired pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo. Patogen
umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H. influenzae,
bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV). Pada anak-anak
patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya keterlibatan Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di samping bakteri pada pasien dewasa.
2. Nosokomial Pneumonia
Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen
yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika
yang beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif
batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulu
mendapat terapi cefalosporin generasi ke-tiga, biasanya dijumpai bakteri enterik yang
lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp.. Pseudomonas
aeruginosa merupakan pathogen
yang kurang umum dijumpai, namun sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan.
Staphylococcus aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali
dijumpai pada pasien yang dirawat di ICU.
3. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret oropharyngeal dan cairan
lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental
terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang
menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi
dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci anaerob.
Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri yang lazim dijumpai
campuran antara Gram negatif batang + S. aureus
+ anaerob

2. Bagaimanakah patofisiologi ISPA dan asma?


Patofisiologi asma:

Patofisiologi ISPA:
Virus (Streptococcus & Shaphy lococcus)

Masuk melalui partikel udara (Droplet)

Melekat pada epitel sel dinding

Masuk ke bronkus

Kemudia ke traktus respiratorius (sel nafas)

Tampak tanda dan gejala influenza seperti : batuk, pilek, demam, dan sakit kepala
3. Apa sajakah komplikasi dari masing-masing ISPA dan asma?
Komplikasi ISPA:

Infeksi telinga akut yang berulang dapat menyebabkan mastoiditis dan infeksi
menyebar sampai meningitis

Otitis media purulenta

Ulkus besar kronis pada faring


Komplikasi asma:

Gagal nafas, terjadi karena penurunan Pa O2 menyebabkan hipoksemia,


hiperventilasi kelelahan otot gagal nafas

Pneumothorak, karena tekanan udara di alveoli

Status asmatikus, bisa menyebabkan kematian misalnya pada pengobatan yang


terlambat

4. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi pernafasan anak dan dewasa?


-

Struktur tulang toraks agak bundar (6 tahun), lunak, memungkinkan kerangka dada
tertarik selama pernafasan yang memerlukan usaha besar. Bayi punya sedikit
kartilago dan jaringan pada trachea dan bronkus yang memungkinkan struktur ini
mudah kolaps.

Bayi bernafas melalui hidung, dan rongga hidung yang dilewati sempit, di bawah 6-7
tahun pernafasan diafragma dan abdomen. Volume CO2 yang diekspirasi oleh bayi
dan anak-anak lebih besar dari pada yang diekspresikan oleh dewasa.

5. Bagaimanakah hubungan ISPA dan asma?


Hubungan ISPA dengan asma, karena adanya obstruksi dari kecil maka resiko terkena
ISPA akan semakin mudah.
6. Apa sajakah kemungkinan penyakit penyerta pada An. Wartini?
Cough, diare, meningismus (telinga berdengung)
7. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic pada ISPA dan asma secara umum?
Asma:
Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung
ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah, dan berair (konjungtivitis
alergi), dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang,
sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas
karena masalah pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat
keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang

di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. Untuk
mengetahui adanya tungau debu rumah,
tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu, sofa kain bludru, kasur kapuk, banyak
barang di kamar tidur. Apakah sesak dengan bau-bauan seperti parfum, spray pembunuh
serangga, apakah pasien merokok, orang lain yang merokok di rumah atau lingkungan
kerja, obat yang digunakan pasien, apakah ada beta blocker, aspirin atau steroid.
Pemeriksaan Klinis1
Untuk menegakkan diagnosis asma, harus dilakukan anamnesis secara rinci, menentukan
adanya episode gejala dan obstruksi saluran napas. Pada pemeriksaan fisis pasien asma,
sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks.
Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas
tambahan di leher, perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi
memanjang.
Pemeriksaan Penunjang1,2,5
-

Spirometer. Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis
juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

Peak Flow Meter/PFM. Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru
sederhana, alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari
paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan diagnosis
asma diperlukan pemeriksaan obyektif (spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer
lebih diutamakan dibanding PFM oleh karena; PFM tidak begitu sensitif dibanding
FEV. untuk diagnosis obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas
besar, PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat
digunakan dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan
FEV1.

X-ray dada/thorax. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan


asma

Pemeriksaan IgE. Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya
antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan
mencari faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab
asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan dengan cara radioallergosorbent test
(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan (pada dermographism).

Petanda inflamasi. Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya
tidak berdasarkan atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan
spirometri bukan merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif
inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru, pemeriksaan sel
eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas.
Analisis sputum yang diinduksi menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan
Eosinophyl Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi

endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang


atau sulit dilakukan di luar riset.
-

Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB. Pada penderita yang menunjukkan FEV1 >90%,


HRB dapat dibuktikan dengan berbagai tes provokasi. Provokasi bronkial dengan
menggunakan nebulasi droplet ekstrak alergen spesifik dapat menimbulkan obstruksi
saluran napas pada penderita yang sensitif. Respons sejenis dengan dosis yang lebih
besar, terjadi pada subyek alergi tanpa asma. Di samping itu, ukuran alergen dalam
alam yang terpajan pada subyek alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai
ukuran dari 2 um sampai 20 um, tidak dalam bentuk nebulasi. Tes provokasi
sebenarnya kurang memberikan informasi klinis dibanding dengan tes kulit. Tes
provokasi nonspesifik untuk mengetahui HRB dapat dilakukan dengan latihan
jasmani, inhalasi udara dingin atau kering, histamin, dan metakolin.

Tomografi terkomputasi dan foto resonansi magnetic CTI. Menggambarkan


struktur toraks bagian dalam, dalam rincian yang jauh lebih rinci daripada yang
dimungkinkan melalui roentgenogram biasa. Kemajuan teknik telah sangat
memperbesar penggunaan cara diagnostic ini (bahkan rekonstruksi tiga-dimensi
sering mudah dilakukan), sementara waktu scan dan pajanan radiasi sangat
berkurang.

Sadapan paru perkutan. Dengan menggunakan teknik yang sangat serupa dengan
teknik torasentesis, sadapan paru perkutan merupakan metode pengambilan specimen
bakteriologi yang paling langsung dari parenkim paru dan merupakan satu-satunya
teknik selain dari biopsy paru terbuka yang sekurang-kurangnya tidak disertai dengan
beberapa risiko kontaminasi oleh flora mulut. Sesudah anastesi local, jarun 1,5 inci,
ukuran no. 20 atau 22 dilekatkan pada tabung 10 ml yang berisi sekitar 1 mL salin
streril non bakteriostatik, lalu dimasukkan dengan menggunakan teknik aseptic
melalui sisi inferior sela antar-iga pada daerah yang diinginkan. Jarum dengan cepat
didorong ke dalam paru, salin disuntikkan dan diaspirasi ulang, dan jarum ditarik.
Tindakan ini dulakukan secepat mungkin.

Pemeriksaan Radiologi. Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.


Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
Bila disertai bronchitis, maka bercak-bercak hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran ateleksis local
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

Elektrokardiografi. Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat


dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu:

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi oto jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block)
Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadi depresi segmen ST negative.

8. Manakah yang lebih berisiko terhadap kematian, ISPA atau asma?


-

20-35 % kematian pada balita itu akibat ISPA, umumnya adalah ISPA bagian bawah
dan hampir semua pneumonia

Pada bayi < 2 bulan ISPA lebih berisiko

Asma bisa menyebabkan kematian saat terjadi status asmatikus

Prevalensi asma 4%, pada ISPA penyebab kematian disebabkan berobat dalam
keadaan sudah parah dan disertai penyakit lain dan kurang gizi.

Di US 6,7 miliar anak-anak mempunyai asma, dan 3,9 % carier

MTBS 5 penyakit penyebab kematian, pneumonia adalah salah satunya

Pada pneumonia gagal nafas dan meningitis menyebabkan kematian cepat.

9. Bagaimanakah perbedaan ISPA dan asma dan sisi penularan pada ISPA dan asma?
-

Pada bayi anatomi system pernafan memudahkan virus dan infeksi turun ke saluran
pernafasan bagian bawah,namun pada umur 0- <3 bulan antibody lebih kuat, > 3
bulan masa transisi untuk produksi antibody sendiri.

Pada anak jaringan pernafasan mudah kolabse dan rupture disebabkan struktur tulang
dada lebih bundar sehingga masih pernafasan perut, dan pada pertukaran gas keluaran
CO2 lebih besar dari pada dewasa.

Anak > 2 tahun bronkus kanan pendek, lebar, lebih vertical dari pada yang kiri,
pernafasan perut karena muskulus dada sedikit

Neonates < 4 minggu, bernafas lewat hidung, jika ada sumbatan belum bisa untuk
reflex nafas dari mulut, dan alveoli berjumlah 25 juta, 3 tahun 300 juta. Dan juga
terdapat airway resisten > dari orang dewasa sampai 15 kali

10. Askep pada kasus dan pemeriksaan penunjang yang sesuai?


Pengkajian :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada ASMA
-

Jika pasien tampak sakit berat, berikan oksigen dengan masker

Apakah pasien sianosis

Apakah pasien tertekan, ketakutan, maupun tidak mampu berbicara (kalimat lengkap)
lelah atau kecapaian

Adakah mengi, (bedakan dengan stridor inspirasi)

Adakah sputum, jika ya, apa warnanya, apakah menyumbat?

Bagaimana laju pernafasan pasien?

Periksa aliran puncak pasien

Pada pasien yang sakit ringan periksa teknik inhalasinya apakah penggunaan oto
bantu pernafasan, retraksi interkonsta?

Pertimbangkan pneumonia atau pneumotoraks sebagai penyebab

Adakah pulsus paradox (penurunan TD berlebihan saat inspirasi)

Sebab lain sesak nafas dan mengi: edema, PPOK, stridor, anafilaksis

Pulsus paradoksus juga bisa terjadi pada tamponade, syok hipovolemik, gagal
ventrikel kanan, dan emboli paru

Kaji pola nafas : kedalaman, usaha, irana pernafasan,

Kaji peningkatan suhu badan, TTV,

Diagnose

: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus, asma

NOC

: anxiety control

NIC

: - positioning fowler
-

Pantau oksigen sesuai kebutuhan

Oksigen 90 %

Medication bronchodilator, kortikostreroid

Fisioterapi dada membantu bernafas

Bantu fisikal dan mental relaxation

Sumber:
-

Anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh jonathan gleadle, erlangga 2007

Buku Ajar Ilmu penyakit dalam jilid II edisi ketiga, Heru Sundaru, Balai penerbit UI,
Jakarta

PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2005

Diagnosis and Management of Bronchial Asthma oleh Iris Rengganis Department of


Internal Medicine Faculty of Medicine, University of Indonesia, Cipto Mangunkusumo
Hospital, Jakarta dalam Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 11,
Nopember 2008

Infeksi saluran pernafasan akut dan penanggulangannya, Fak Kes.Masy USU

Ilmu Kesehatan Anak vol II ed 5 oleh Nelson, Nelson Textbook of Pediatric

Anda mungkin juga menyukai