Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS LABIRINITIS

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Daring KMB III

Dosen Pembimbing : Ria Anggraini S. Kep., Ners., M. Kep.

Disusun Oleh :

Nama : Nila Latifaturrohmah

NIM : A2R18033

Prodi : S1 Keperawatan

Semester : 6 / 3A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA

TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN LABIRINITIS

A. PENGERTIAN

Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan
sebagai bagian dari suatu proses tunggal pada labirin. Labirinitis dapat disebabkan oleh
bakteri atau virus. (Nurhastuti, 2019).
Labirinitis atau infeksi telinga bagian dalam umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri.
Kondisi ini menyebabkan labirin dalam telinga meradang dan memengaruhi pendengaran
serta keseimbangan telinga.(Tan, 2019).
Labirinitis (infeksi telinga dalam) adalah radang telinga bagian dalam yang dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan. Kondisi ini dapat disebut juga dengan neuritis
vestibular. Peradangan pada infeksi telinga dalam terjadi pada struktur telinga bernama
labirin yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan. Jika mengalami iritasi, labirin
mengirim sinyal yang keliru ke otak. Radang telinga ini mungkin sering dihubungkan dengan
kondisi kehilangan pendengaran, vertigo (sensasi berputar), kehilangan keseimbangan, dan
mual.(Nurin, 2021)
Labirinitis merupakan penyakit inflamasi rongga perilimfatik telinga dalam yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam rongga endolimfatik (membran labirin). Labirinitis
merupakan penyebab tersering terjadinya vertigo spontan yang berkepanjangan.(Notonegoro
& Simadibrata, 2021).

B. ANATOMI TELINGA
Telinga manusia ternyata lebih dari yang selama ini bisa terlihat. Struktur anatomi telinga
sebenarnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar
adalah bagian yang dapat kita lihat dengan jelas. Sementara itu, telinga bagian tengah dan
dalam, terletak di dalam lubang telinga. Setiap bagian telinga ini saling bekerja sama untuk
menjalankan beragam fungsinya, mulai dari proses pendengaran sampai fungsi pendukung
lain.(Putri, 2019)
1. Telinga luar
Menurut (Putri, 2019) Telinga luar, tersusun atas dua bagian, yaitu daun telinga dan
saluran telinga.
- Daun telinga
Daun telinga merupakan bagian yang selama ini dapat kita lihat dengan jelas, dan
tersusun dari tulang rawan dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk meneruskan dan
mengarahkan gelombang suara dari luar telinga, agar masuk ke saluran telinga luar.
Dari saluran tersebut, gelombang suara kemudian akan diteruskan ke gendang telinga,
yang juga disebut dengan membran timpani.
- Saluran telinga
Saluran telinga atau kanal telinga, merupakan bagian yang menghubungkan antara
telinga luar dengan telinga tengah. Saluran ini memiliki panjang sekitar 2,5 cm, dan
posisinya terletak mulai dari lubang telinga luar dan berakhir di gendang telinga.
2. Telinga tengah
Menurut (Putri, 2019), Telinga bagian tengah secara garis besar terdiri atas dua
bagian, yaitu:
- Osikel
Osikel adalah sekumpulan tulang yang menyusun telinga tengah, yang terdiri dari:-
Maleus atau martil- Incus atau landasan- Stapes atau sanggurdi. Gelombang suara
yang masuk, akan menyebabkan gendang telinga bergetar. Getaran dari gendang
telinga ini kemudian akan disalurkan ke osikel yang akan memperkuat suara tersebut,
dan meneruskannya ke membran di antara telinga tengah dan dalam.
- Tuba eustasia
Pada telinga bagian tengah juga terdapat tuba eustasia. Tuba eustasia adalah bagian
berbentuk tabung berdiameter sempit, yang menghubungkan telinga tengah dengan
bagian belakang hidung, dan tenggorokan atau nasofaring.
3. Telinga dalam
Menurut (Putri, 2019), Telinga bagian dalam terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
- Koklea
Koklea adalah bagian telinga dalam yang berbentuk seperti cangkang siput. Koklea
berfungsi mengubah getara suara yang dikirim dari telinga tengah menjadi sinyal
saraf yang akan disampaikan ke otak.
- Kanal semisirkular
Kanal semisirkular adalah bagian telinga yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Kanal ini berisi rambut-rambut halus dan cairan. Saat kepala
bergerak, cairan yang ada di dalam kanal akan ikut bergerak, memindahkan rambut-
rambut halus di dalamnya. Pergerakan rambut ini kemudian akan dikirimkan sebagai
sinyal informasi kepada saraf vestibular di otak. Setelah menerima informasi tersebut,
otak kemudian menginterpretasikan sinyal ini dan mengirimkan informasi ke otot

untuk menyesuaikan sehingga tubuh tetap bisa berada di posisi yang seimbang.

C. ETIOLOGI
Labirinitis dapat terjadi karena infeksi virus dan infeksi bakteri, berikut
contoh penyebab terjadinya labirinitis (Nurhastuti, 2019) :

Virus Bakteri
1. Cytomegalovirus 1. S pneumonia
2. Mumps virus 2. Moraxella catarrhalis
3. Varicella-zoster virus 3. N meningtides
4. Rubeola virus 4. Streptococcus species
5. Influenza virus 5. Staphylococcus species
6. Parainfluenza virus 6. Proteus species
7. Rubella virus 7. Bacteroides species
8. Haemophilus influenza 8. Escherichia coli
9. Herpes simplex virus 1 (HSV1) 9. Mycobacterium tuberculosis
10. Adenovirus
11. Coxsackievirus
12. Respiratory syncytial virus

Faktor predisposisi pada labirinitis, sebagai berikut (Nurhastuti, 2019) :


1. Usia 40- 50 tahun
2. Infeksi Saluran Pernafasan Atas mendahului onset gejala cochleovestibular di hingga
50% dari kasus
3. Allergies (allergic rhinitis)
4. Komplikasi Temporal dan Infeksi Telinga Tengah (OMA dan OMSK)
5. Benign positional vertigo
6. Obat-obatan tertentu diketahui menyebabkan peradangan apabila digunakan dalam
jangka panjang atau penggunaan yang berlebihan dapat mengakibatkan labirintritis
(atau orang-orang yang sensitif, mudah alergi ), obat-obatan seperti: Aspirin, (loop
diuretic) Lasix, Phenytoin (anti- epileptic) serta beberapa inhibitor ACE dan beta
blockers (digunakan untuk mengelola penyakit jantung)
7. Gaya hidup (Asupan alkohol berlebihan) - alkoholik adalah faktor risiko untuk
mengembangkan labirintritis, sehingga disarankan untuk membatasi asupan alkohol
untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit ini.
D. KLASIFIKASI
a. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general ),
dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas
(labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja / tuli saraf saja.
b. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa
dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis
supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif
kronik difus.
c. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi
kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi. Pada kedua bentuk labirinitis
itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah.
Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah
terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada
pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.(Agustin, 2015)

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Nurhastuti, 2019), Manifestasi klinis labirinitis sebagai berikut :
1. Vertigo (perubahan posisi)
2. Penurunan fungsi pendengaran secara tiba- tiba tipe koklear (unilateral atau bilateral,
ringan sampai berat, reversible)
3. Gangguan Keseimbangan
4. Nistagmus spontan
5. Tinitus
6. Otorrhea
7. Mual, Muntah
8. Demam
9. Flu like sindrome
Gejala klinis mula-mula hanya terdapat gangguan keseimbangan dan tuli saraf ringan.
Pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang berat yang disertai nausea, dan
muntah, dan terdapat nistagmus horizontal.

F. PATOFISIOLOGIS
Neuritis vestibular diyakini sebagai gangguan inflamasi yang secara selektif
mempengaruhi bagian vestibular saraf kranial ke-8. Penyebabnya diduga berasal dari
virus (misalnya, reaktivasi infeksi HSV laten), tetapi penyebab lain dari etiologi vaskular
dan imunologis masih diusulkan. Kerusakan vestibular tampaknya memiliki predileksi
pada bagian superior labirin vestibular (disuplai oleh divisi superior nervus vestibular) di
atas aspek inferior labirin vestibular (disuplai oleh bagian inferior nervus vestibular).
Mekanisme yang mendasarinya tidak jelas, tetapi fenomena ini mungkin dapat dijelaskan
oleh perbedaan anatomis antara dua divisi vestibular.(Borger, 2021)

G. PATHWAY

Infeksi oleh virus / bakteri

Kuman masuk ke telinga


tengah

Peradangan hebat Inflamasi pada organ Udema


dan terbentuk jar. vestibuler oleh sekret
granulasi

penekanan system saraf


Menghambat pusat
kemampuan koklea

Nyeri
Tubuh tidak Gangguan
seimbang keseimbangan

Resiko jatuh
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula, yaitu dengan memberikan tekanan
udara positif ataupun nrgatif ke liang telinga melalui otoskop siesel dengan corong telinga
yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang di masukan ke
dalam liang telinga. Balon karet di pencet dan udara di dalamnya akana menyebabkan
perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan
terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan
ristamus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan
granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis kanal.
Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan yang baik kadang – kadang dapat
memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis
horizontal. Pada fistula labirin / labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih
kembali. Tindakan bedah harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks
kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan didaerah
tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat / sekeping tulang / tulang rawan.
(Agustin, 2015)

I. PENATALAKSANAAN
Menurut (Nurhastuti, 2019), Penatalaksanaan labirinitis sebagai berikut :
Terapi lokal harus ditujukan ke setiap infeksi yang mungkin ada. Pemberian antibiotik
jika labyrinthitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa obat antivirus mungkin
berguna jika kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus. obat- obatan antiemetik dan obat
penenang atau hypnotics membantu mengontrol gejala dan membantu agar pasien tetap
tenang selama serangan Vertigo berlangsung. Antihistamin dapat diberikan jika kondisi
berhubungan dengan alergi. Obat yang menghambat aksi sistem saraf simpatik
(anticholinergics) juga dapat diberikan. Individu mungkin perlu istirahat di tempat tidur
selama beberapa hari, Cukup minum dan membatasi sedikit aktivitas fisik yang berat
untuk mempertahankan hidrasi dan mencegah timbulnya keluhan vertigo.
Drainase bedah atau eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di
labirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur
intrakaranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika. Bila ada indikasi
dapat dilakukan mastoidektomi. Bila dicurigai ada fokus infeksi dilabirin atau di os
petrosus, dapat dilakukan drainase labirin dengan salah satu operasi labirin. Setiap
sekuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII. Bila saraf
fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan
operasi tulang temporal, maka harus diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi.
Jika kehilangan pendengaran secara permanen maka alat bantu dengar akan bermanfaat.

J. KOMPLIKASI
Menurut (Nurhastuti, 2019), komplikasi labirinitis sebagai berikut :
1. Kehilangan pendengaran secara permanen, labirinitis yang tidak mendapatkan
pengobatan akan menjadi bertambah buruk dan gejala- gejalanya menjadi menetap
akibat kerusakan permanen pada organ telinga dalam (mengalami pembengkakan,
pembentukan jaringan ikat sehingga akan mengganggu proses pendengaran secara
keseluruhan telinga, kehilangan pendengaran permanen.
2. Gangguan Keseimbangan, Akibat tidak diobati secara tepat dan tuntas, komplikasinya
dapat juga mempengaruhi pusat keseimbangan secara permanen, seperti dijelaskan
sebelumnya organ vestibuler mengalami peradangan hebat dan terus- menerus
sehingga akan terbentuk jaringan granulasi sehingga menghambat kemampuan koklea
dalam mempertahan tubuh agar dapat tetap seimbang.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI PADA PASIEN LABIRINITIS

K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Data subyektif
1. Identitas klien : Nama, alamat, TTL, pekerjaan, umur
2. Keluhan utama : Klien merasa pendengarannya kurang dan sering pusing. Klien mengeluh nyeri
pada telinga kanan/kiri.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu : Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu
yang berhubungan dengan gangguan pendengaran karena benda asing, biasanya kebiasaan dan
kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar atau klien suka berenang dapat
mempengaruhi penyakit ini.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Penderita biasanya mengeluhkan mual dan muntah, kehilangan
pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan
mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan,
yang lebih ringan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit ini tidak diturunkan, melainkan disebabkan oleh virus
dan bakteri.
4. Pola-Pola Kesehatan
a. Pola Nutrisi : Biasanya nafsu makan klien menurun dan pola makan klien di atur.
b. Pola Eliminasi
BAK : Biasanya saat sakit BAK sering karena penambahan cairan melalui infus. Biasanya
warnanya kuning kejernihan dan berbau amis, kadang berbau obat, klien yg mengonsumsi
obat antibiotik biasnya urinenya berbau.

BAB : Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang-kadang tidak ada. Biasanya terjadi
defekasi.
c. Pola Istirahat dan Tidur : Biasanya klien susah tidur malam. Biasanya klien mengalami
kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari : Klien hanya istirahat di tempat tidur. Perawatan diri klien
berkurang, hygine klien berkurang.
e. Pola Stress Biasanya klien sangat teganggu dengan keadaanya sekarang dan klien snagat
memikirkan mengenai penyakitnya.

B. Data obyektif
1. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah :
b. Nadi :
c. Suhu :
d. RR :
2. Keadaan Umum : Composmentis
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala : Amati bentuk kepala apakah ada oedema, dan amati apakah ada kondisi luka
(jahitan).
b. Rambut : Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.
c. Wajah : Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri.
d. Mata : Biasanya kedua mata klien simetris, reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis. Biasanya palpebra klien tdak udema, skelera tdak ikterik, pupil isokor.
e. Telinga : Biasanya telinga klien terjadi tuli total disisi yang sakit, vertigo ringan nistagmus
spontan biasanya ke arah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau
sampai sisa labirin yang berfungsi dapat menkompensasinya. Biasanya klien merasakan nyeri
dan klien kurang mendengar respon dari pendengaran.
f. Hidung : Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.
g. Bibir : Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.
h. Gigi : Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya kebersihan
gigi kurang.
i. Lidah : Biasanya tampak normal tidak kotor dan tidak hiperik.
j. Leher : Biasanya leher pada klien penyakit labirinitis ini tampak normal saja. Tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis.
k. Thorak
- Inspeksi : Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien
tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada, frekwensi nafas 12 sampai 20 X
permenit, tidak dyspnea.
- Palpasi : Biasanya normal, biasanya dengan menggunakan getaran vocal yang disebut vocal
primitus.
- Perkusi : Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor.
- Auskultasi : Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan
insipirasi dan ekspirasi.
l. Abdomen
- Inspeksi : Biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen.
- Auskultasi : Biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karena klien
mengalami penurunan nafsu makan.
- Palpasi : Biasanya bunyi ketukannya terdengar normal.
m. Ekstremitas : Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri
dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna
nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.
n. Sistem Integumen : Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat.

2. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran b.d gangguan pendengaran.

3. INTERVENSI
 Nyeri b.d inflamasi pada telinga bagian dalam
Manajemen nyeri (I. 08238)
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik :
4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi :
5. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian analgetic

 Resiko jatuh d.d gangguan keseimbangan.


Pencegahan jatuh (I. 14540)
Observasi :
1. Identifikasi faktor resiko jatuh.
Terapeutik :
2. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga.
3. Pasang handrail tempat tidur.
4. Gunakan alat bantu berjalan.
Edukasi
5. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah.
6. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin.
7. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
8. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, N. S. (2015). LAPORAN PENDAHULUAN lABIRINITIS. 1–14.


Borger, T. S. J. R. S. C. J. (2021). Vestibular Neuronitis. StatPearls.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549866/#article-31140.s5
Notonegoro, C., & Simadibrata, C. (2021). JOURNAL OF AGROMEDICINE AND MEDICAL SCIENCES
( AMS ) ISSN : 2460-9048 ( Print ), ISSN : 2714-5654 ( Electronic ) Available online at
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAMS Laporan kasus : Efek Akupunktur Manual terhadap Perbaikan
Gejala Vertigo dan Tinit. 7(2), 94–97.
Nurhastuti. (2019). LABIRINITIS. 1–21.
Nurin, F. (2021). Labirinitis. HelloSehat. https://hellosehat.com/tht/telinga/labirinitis-labyrinthitis/
Putri, N. H. (2019). Mengenal Bagian-bagian Telinga dan Masing-masing Fungsinya. SehatQ.
https://www.sehatq.com/artikel/kenali-bagian-bagian-telinga-dan-masing-masing-fungsinya
Tan, L. (2019). Labirinitis. SehatQ. https://www.sehatq.com/penyakit/labirinitis

Anda mungkin juga menyukai