Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

“SINUSITIS”
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik mata kuliah KMB 1

Dosen pembimbing :
Gathut Pringgotomo,S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh :
Erva Oktaviana Putri
NIM. A1R19014

DIII KEPERAWATAN SEMESTER IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
“SINUSITIS”

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Erva Oktaviana Putri


Gathut Pringgotomo, S.Kep, Ners, M.Kep
NIM.A1R19014
NIDN. 11-27108502
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasululllah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
laporan pendahuluan ini yang berjudul “Sinusitis”
Penulisan laporan pendahuluan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah. Dalam penulisan laporan pendahuluan ini, penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang
di miliki penulis.
Dalam menyusun laporan pendahuluan ini saya tidak terlepas mendapat bantuan
dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih
sedalam- dalamnya Kepada Yang Terhormat :
1. Bapak Dr. H. Yitno,S.Kep, MPd sebagai Ketua STIKes Hutama Abdi Husada
Tulungagung.
2. Bapak Rio Ady Erwansyah S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai dosen penanggung jawab
praktik klinik keperawatan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
3. Bapak Gathut pringgotomo S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai dosen pembimbing
4. Dan semua teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Dengan demikian saya mengharkan agar laporan ini bisa bermanfaat bagi semua
pembaca dan dalam kesempatan ini saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang
dapat menyinggung peasaan pembaca. Oleh karena itu kritk dan saran dai semua pihak
yang bersifat membangun sealu kami harapkan demi kesempurnan laporan pendahuluan
ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Tulungagung, 20 Juli 2021


Penyusun

Erva Oktaviana Putri


DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .............................................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
iii DAFTAR
ISI........................................................................................................................... iv
LAPORAN PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar
belakang......................................................................................................... B.
Rumusan masalah.................................................................................................... C.
Tujuan penulisan ....................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................
1. Definisi Sinusitis
..................................................................................................................
2. Etiologi sinusitis ................................................................................................................
1
3. Klasifikasi sinusitis.............................................................................................................
3
4. Manifestasi Klinis sinusitis ...............................................................................................
4
5. Penatalaksanaan sinusitis..................................................................................................
5
6. Komplikasi sinusitis..........................................................................................................
7
7. Patofisiologi sinusitis .......................................................................................................
8
8. Pathway sinusitis............................................................................................................ 9
9. Pemeriksaan penunjang sinusitis.......................................................................................
10. Komplikasi sinusitis...........................................................................................................
11. Pencegahan sinusitis...........................................................................................................
12. Diagnosa Keperawatan sinusitis..................................................................................... 10
13. Intervensi sinusitis.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
13
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sinusitis merupakan proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir
sinus paranasal. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus
maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga
sinus ini dilapisi lapisan mukosa yang merupakan lanjutan mukosa rongga hidung
dan bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada kondisi
anatomi dan fisiologis normal, sinus terisi udara. Deviasi dari struktur anatomi
normal maupun perubahan fungsi lapisan mukosa dapat menjadi predisposisi
penyakit sinus (Augesti, 2016).
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia,
hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu
jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi
sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk),
pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada
sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering
gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan
meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat)
bagi laki-laki (Trihastuti, 2015).
Pengobatan sinusitis masih dalam perdebatan. Operasi atau obat atau
keduanya direkomendasikan sebagai pengobatan pilihan. Pengobatan polip nasi
meliputi obat, terutama topikal dan sistemik steroid. Banyak kepustakaan telah
menyatakan efektivitas penggunaan steroid. Tujuan pengobatan adalah untuk
mengecilkan ukuran polip, atau kalau mungkin membuangnya, sehingga gejala
hilang terutama sumbatan hidung, hiposmia, anosmia dan mengurangi frekuensi
infeksi serta memerbaiki gejala yang menyertai di saluran nafas bawah, di samping
itu juga mencegah komplikasi seperti mukokel dan gejala pada mata. Steroid juga
diindikasikan untuk persiapan operasi. Operasi dilakukan bila pengobatan klinis
dengan obat gagal (Marbun, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sinusitis ?
2. Apa etiologi dari sinusitis ?
3. Apa klasifikasi dari sinusitis ?
4. Apa manifestasi klinis dari sinusitis ?
5. Apa penaktalaksanaan dari sinusitis?
6. Apa komplikasi dari sinusitis?
7. Apa patofisiologi dari sinusitis?
8. Bagaimana pathway dari sinusitis ?
9. Pemeriksaan penunjang dari sinusitis?
10. Komplikasi dari sinusitis?
11. Pencegahan dari sinusitis?
12. Apa diagnosa keperawatan sinusitis?
13. Apa intervensi sinusitis?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi dari sinusitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari sinusitis
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari sinusitis
4. Untuk mengetahui manifestasi dari sinusitis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari sinusitis
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari sinusitis
8. Untuk mengetahui pathway dari sinusitis
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari sinusitis
10. Untuk mengetahui komplikasi dari sinusitis
11. Untuk mengetahui pencegahan dari sinusitis
12. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada sinusitis
13. Untuk mengetahui intervensi pada sinusitis
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir
sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga yang terdapat
pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid
(pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang
sinus etmoid). (Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan
sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan Rifki, 2001)
Sesuai anatomi sinus yang terkena, sinusitis dapat dibagi menjadi sinusitis
maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid. Bila mengenai
beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus
paranasal disebut pansinusitis. Sinusitis yang paling sering ditemukan ialah
sinusitis maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid lebih
jarang (Hidayat, 2010).
2. Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015

Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan
ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah tenggorokan
untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya
sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :

a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda
asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput
lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis;
antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat – obat
yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung

1. Penyebab sinusitis akut :


a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus,
b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau
drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka
bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d. Peradangan menahun pada saluran hidung
2. Penyebab pada Sinusitis Kronik :
a. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak
sembuh
b. Alergi
c. Karies dentis ( gigi geraham atas )
d. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu
aliran mucosa.
e. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
f. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

3. Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 2010
Klasifikasi sinusitis berdasarkan patologi berguna dalam penatalaksanaan
pasien. Di samping menamakan sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya
infeksi sinus, harus menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug
dari satu hari sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu
sampai
12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada fase akut
dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan sinusitis
sub akut yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.

4. Manifestasi klinis
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Nyeri di daerah sinus
c. Sakit Kepal
d. Hiposmia / anosmia
e. Hoalitosis
f. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
2. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan,
ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
3. Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing

4. Sinusitis frontal akut


Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah
sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
5. Sinusitis sphenoid
akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di
nasofaring
6. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik,
nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

5. Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang
ideal 45-55%
2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
pada

5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa. Selain itu
pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan
kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia

5. Antihistamin jikaada factor alergi

6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau
komplikasi abses
intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran sinus
paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi
dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional endoscopic sinus
surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.
Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk menggunakan kateter balon
sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus,
memulihkan saluran pembuangan Sinus yang normaldan fungsi-fungsinya. Ketika
balon mengembang, ia akan secaraperlahan mengubah struktur dan memperlebar
dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.

6. Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2010
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotika. Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis
dengan eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak –
anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling sering
ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi
terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul
ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub periostal, abses orbita dan
selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus cavernosus.
Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan thrombosis
sinus cavernosus

7. Patofisiologi
Menurut (Thaariq, 2012),
untuk memahami penyakit sinus, harus mempunyai sejumlah pengetahuan
konsep patofiologi dasar. Patofisologi dari sinusitis terkait 3 faktor sebagai
berikut :
a. Adanya obstruksi jalur drainase sinus Obstruksi jalur drainase sinus
dapat mencegah drainase mukus normal. Ostium bisa tertutup oleh
pembengkakan mukosa, ataupun penyebab lokal lainnya. Ketika sudah
muncul obstruksi komplit dari ostium, akan ada peningkatan transien
dalam tekanan intrasinus diikuti oleh pembentukan tekanan negatif
intrasinus.
b. Fungsi silia yang rusak Fungi silia yang buruk bisa disebabkan
berkurangnya sel epitel silia, aliran udara yang tinggi, virus, bakteri atau
siliatoksin dari lingkungan, mediator inflamasi, berdempetannya 2
permukaan mukosa, luka, dan sindrom Kartagener. Sindrom Kartagener
terkait dengan silia immobile, menyebabkan retensi dari sekresi sehingga
menjadi faktor predisposisi infeksi sinus.
c. Kualitas dan kuantitas mukus yang berubah Komposisi mukus berubah
dapat menyebabkan mukus memproduksi viskositas lebih, transport ke
ostium akan lebih pelan, dan lapisan gel menjadi lebih tebal. Perubahan
mukus ini akan mengganggu aktivitas silia pada sinusitis akut, yang
diperparah dengan penutupan ostium.
8. Pathway

Virus, bakteri, jamur

Inflamasi pada sinus

Sinusitis Produksi sekret

Suhu tubuh Proses inflamasi Akumulasi sekret

Hipertermia Ujung-ujung syaraf Bersihan jalan


(D.0130) nyeri terangsang napas tidak efektif
(D.0001)

Nyeri akut (D.0077)

9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema
dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya
terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
2. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi
Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas yang
dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya
menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah
glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman
10. Pencegahan
1. Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan
memperkuat daya tahan tubuh

2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus
maupun bakteri

3. Hindari stres

4. Hindari merokok

5. Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas

6. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker

7. Bersihkan ruang tempat tinggal

8. Istirahat yang cukup

9. Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi

11. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)
3. Hipertermia b.d proses penyakit (inflamasi)

12. Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka bersihan jalan
napas meningkat
Kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Dispnea membaik
- Gelisah membaik
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
Intervensi : Pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)


Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam maka tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Mual menurun
- Muntah menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Pola tidur membaik
Intervensi : Manajemen nyeri
Observasi :
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anajurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik
3. Hipertermia b.d proses penyakit (inflamasi)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka termoregulasi
membaik
Kriteria hasil:

- Menggigil menurun

- Kulit merah menurun

- Suhu tubuh membaik

- Tekanan darah membaik

Intervensi keperawatan : Manajemen hipertermia


Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab hipetermia (inflamasi)
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intavena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai