Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis media serosa adalah terdapatnya cairan di telinga tengah tanpa adanya
tanda dan gejala inflamasi akut dengan membran timpani yang utuh. Adanya cairan di
telinga tengah menyebabkan penurunan fungsi membran timpani dan telinga tengah
sehingga menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran. Adanya infeksi saluran
nafas atas (seperti rhinitis dan adenoiditis) dan disfungsi saluran tuba eustachius
mempunyai peranan penting ada timbulnya otitis media serosa. Bakteri dan hasilnya
(endotoksin) dapat masuk ke telinga tengah dan menyebabkan reaksi peradangan,
sehingga timbul eksudat. Cairan di telinga tengah pada otitis media kronis bisa jadi
sangat kental dan ditemukan sisa – sisa bakteri dan endotoksin.2
Gejala klinis yang paling penting ialah kurangnya pendengaran. Kadang –
kadang terdapat rasa tekanan dalam telinga. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gambaran selaput gendang telinga yang sering tampak tertarik ke dalam. Bila sukar
dinilai, pemeriksaan timpanometri perlu dilakukan untuk membuktikan adanya
tekanan udara yang menurun atau adanya cairan di dalam telinga tengah.1
Pengobatan pada otitis media serosa meliputi pengobatan konservatif dan
tindakan operatif. Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika,
antihistamin, dekongestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara
operatif dengan cara miringotomi.2
Otitis media serosa biasanya akan sembuh sendirinya dalam waktu minggu
atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan.
Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka akan mengurangi fungsi
pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak.
Gangguan ini tidak akan menjadi ancaman bagi kehidupan tetapi dapat
mengakibatkan komplikasi serius.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah
dengan membran timpani utuh tanpa tanda – tanda infeksi disebut juga otitis media
dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila
efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).6

2.2 Epidemiologi
Otitis media serosa merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan
anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit
ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa
kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden otitis media serosa sebesar 14% -
62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi sebesar 2%
- 52%.3
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka
kejadian penyakit ini, hal ini disebabkan kerena belum ada penelitian yang khusus
mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan pada anak
yang menderita otitis media serosa.4

2.3 Etiologi

2
Etiologi dari otitis media serosa, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba
Gangguan fungsi tuba dapat disebabkan oleh hipertrofi adenoid,
rhinitis kronik, sinusitis, tonsilitis kronik, tumor nasofaring, barotrauma, defek
palatum.4

Gambar Perbedaan tuba eustachia anak anak dan dewasa

Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga


telinga tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring
terganggu dan gangguan mekanisme proteksi rongga telinga tengah terhadap
refluks dari rongga nasofaring. Akibat gangguan tersebut rongga telinga
tengah akan mengalami tekanan negatif. Tekanan negatif di telinga tengah
menyebabkan peningkatan permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi
transudasi. Selain itu terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi
kelenjar. Akibatnya terdapat akumulasi sekret di rongga telinga tengah.
Obstruksi tuba Eustachius menimbulkan terjadinya tekanan negatif di telinga
tengah akan diikuti retraksi membran timpani.2

2. Infeksi

3
Berbagai virus pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga
tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret. Virus yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza
virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai
parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.2
Selain virus, bakteri juga dapat menginvasi telinga tengah. Tiga jenis
bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae
(40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella
catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain
seperti Streptococcus pyogenes (group A betahemolytic), Staphylococcus
aureus, dan organisme gram negatif. Meskipun hasil yang didapatkan bila
dilakukan kultur lebih rendah.3
3. Alergi
Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan otitis media
serosa masih belum jelas. Akan tetapi dari gambaran klinis di percaya bahwa
alergi memegang peranan. Dasar pemikirannya adalah analogi embriologik,
dimana mukosa timpani berasal sama dengan mukosa hidung. Setidak-
tidaknya manifestasi alergi pada tuba Eustachius merupakan penyebab okulasi
kronis dan selanjutnya menyebabkan efusi. Namun demikian dari penelitian
kadar IgE yang menjadi kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi
maupun dalam serum tidak menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab.6
4. Status imunologi
Faktor imunologis yang cukup berperan dalam otitis media serosa
adalah sekretori IgA. Immunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam
mukosa kavum timpani. Sekretori IgA terutama ditemukan pada efusi mukoid
dan dikenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif bekerja dipermukaan
mukosa respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman agar tidak kontak
langsung dengan permukaan epitel, dengan cara membentuk ikatan komplek.
Kontak langsung dengan dinding sel epitel adalah tahap pertama dari

4
penetrasi kuman untuk infeksi jaringan. Dengan demikian IgA aktif mencegah
infeksi kuman.2
5. Otitis media yang belum sembuh sempurna
Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat menonaktifkan
infeksi tetapi tidak dapat menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan
infeksi grade yang rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa untuk
menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar
mukus juga bertambah.6

2.4 Patogenesis
Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan
mengeluarkan sekret, yang akan dipindahkan oleh mukosiliari ke dalam nasofaring
melalui tuba eustachia. Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi produksi
sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal, atau kedua-duanya dapat
mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.3
Infeksi (peradangan) yang disebabkan bakteri dan virus dapat mendorong
peningkatan produksi dan kekentalan sekret di dalam mukosa telinga tengah. Infeksi
yang mengarah kepada peradangan mukosa yang edema dapat menyebabkan
obstruksi tuba eustachi. Kelumpuhan silia yang sementara yang disebabkan oleh
eksotoksin bakteri akan menghambat proses penyembuhan dari otitis media serosa.3
1. Kegagalan fungsi tuba eustachi
Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah
dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.
2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah
Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan
peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa.
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga
kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran
nafas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat

5
saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar
saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah
putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran eustachius
menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel telinga tengah terkumpul di belakang
gendang telinga.3
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar 24 dB (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45dB (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.5

2.5 Klasifikasi
a. Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.

Gambar. Otitis media serosa akut

6
b. Otitis media serosa kronik
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media
serosa kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa
akut sekret terjadi secara tiba – tiba di telinga tengah dengan disertai rasa
nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara
bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala pada telinga yang berlangsung lama.6

Gambar Otitis media serosa kronik

2.6 Gejala Klinis


a. Otitis media serosa akut
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut adalah
pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat
pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada
telinga yang sakit. Kadang-kadang seperti ada cairan yang bergerak dalam
telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat
terjadi pada awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif

7
pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma) tetapi setelah sekret terbentuk
tekanan negatif ini pelan-pelan hilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah
ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo
atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.6
b. Otitis media serosa kronik (glue ear)
Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50
dB), oleh karena adanya sekret kental. Pada anak-anak yang berumur 5-8
tahun keadaan ini sering diketahui waktu dilakukan pemeriksaan THT atau
dilakukan uji pendengaran.6

2.7 Penegakan Diagnosis


Pemeriksaan seseorang yang diduga dengan otitis meda serosa mencakup:
anamnesis klinis, dengan fokus pada keluhan kemampuan mendengarkan yang
buruk, pidato tidak jelas atau keterlambatan perkembangan bahasa, kurangnya
perhatian dan masalah perilaku, fungsi pendengaran yang fluktuatif, infeksi
telinga berulang atau ISPA, masalah keseimbangan tubuh dan kemajuan tingkat
pendidikan. Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan otoskopi dan
status perkembangan umum, dan tes pendengaran. Pasien mungkin tidak
mempunyai keluhan berarti, namun pada pemeriksaan otoskopi bisa didapatkan
adanya cairan di belakang timpani normal atau retraksi membran timpani; cairan
sering jernih atau kekuningan.
a. Anamnesis
1) Pasien mengeluhkan pendengaran yang berkurang.
2) Rasa terumbat pada telinga.
3) Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang
sakit.
4) Terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi
kepala berubah.
5) Rasa sedikit nyeri dalam telinga.

8
6) Tinnitus dan vertigo kadang ada dalam bentuk ringan.
b. Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis otitis media serosa pada pemeriksaan fisik perlu
dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanogram, audiogram dan kadang
tindakan miringotomi untuk memastikan adanya cairan dalam telinga
tengah.5
1) Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan
translusensi membran timpani. Macam-macam perubahan atau
kelainan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat
sebagaimana berikut.5
a. Membran timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat
lebih pendek dan lebih horizontal, membran keliatan lebih cekung
dan refleks cahaya memendek. Warna mungkin berubah agak
kekuningan.
b. Membran timpani retraksi dan berwarna kekuningan yang
mengganti gambaran tembus cahaya selain itu letak segitiga
reflek cahaya pada kuadran antero inferior memendek, mungkin
saja didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapiler pada
membran timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid atau
mukupurulen membran timpani terlihat lebih muda (krem).
c. Atelektasis, membran timpani biasanya tipis, atrofi dan mungin
menempel pada inkus, stapes dan promontium, khususnya pada
kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus yang seperti ini karena
disfungsi tuba eustachius dan otitis media efusi yang sudah
berjalan lama.
d. Gambaran air fluid level atau bubles biasanya ditemukan pada
otitis media serosa yang berisi cairan serous.

9
e. Membran timpani berwarna biru gelap atau ungu diperlihatkan
pada kasus hematotimpanum yang disebabkan oleh fraktur tulang
temporal, leukemia, tumor vaskuler telinga tengah. Sedangkan
warna biru yang lebih muda mungkin disebabkan oleh
barotrauma.
f. Gambaran lain adalah ditemukan sikatrik dan bercak kalsifikasi.
2). Timpanometri
Timpanometri adalah suatu alat untuk mengetahui kondisi dari
sistem telinga tengah. Pengukuran ini memberikan gambaran tentang
mobilitas membran timpani, keadaan persendian tulang pendengaran,
keadaan dalam telinga tengah termasuk tekanan udara di dalamnya,
jadi berguna dalam mengetahui gangguan konduksi dan fungsi tuba
eustachius.5
Grafik hasil pengukuran timpanometri atau timpanogram dapat
untuk mengetahui gambaran kelainan di telinga tengah. Meskipun
ditemukan banyak variasi bentuk timpanogram akan tetapi pada
prinsipnya hanya ada tiga tipe, yakni tipe A, tipe B, dan tipe C.3
Pada penderita otitis media serosa gambaran timpanogram yang
sering didapati adalah tipe B. Tipe B bentuknya relatif datar, hal ini
menunjukkan gerakan membran timpani terbatas karena adanya cairan
atau pelekatan dalam kavum timpani. Grafik yang sangat datar dapat
terjadi akibat perforasi membran timpani, serumen yang banyak pada
liang telinga luar atau kesalahan pada alat yaitu saluran buntu.3
Pemeriksaan timpanometri dapat memperkirakan adanya cairan di
dalam kavum timpani yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan
otoskopi saja.3
3) Audiogram
Dari pemeriksaan audiometrik nada murni didapatkan nilai
ambang tulang dan udara. Gangguan pendengaran lebih sering

10
ditemukan pada pasien OME dengan cairan yang kental (glue ear).
Meskipun demikian beberapa studi mengatakan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara cairan serous dan kental terhadap gangguan
pendengaran, sedangkan volume cairan yang ditemukan di dalam
telinga tengah adalah lebih berpengaruh.5
Pasien dengan otitis media serosa ditemukan adanya gangguan
pendengaran dengan tuli konduksi ringan sampai sedang sehingga
tidak begitu berpengaruh dengan kehidupan sehari-hari. Tuli bilateral
persisten lebih dari 25 dB dapat mengganggu perkembangan
intelektual dan kemampuan berbicara anak.5
Bila hal ini dibiarkan bisa saja ketulian bertambah berat yang
berakibat buruk pada pasien. Akibat buruk ini dapat berupa gangguan
lokal pada telinga maupun gangguan yang lebih umum, seperti
gangguan perkembangan bahasa dan kemunduran dalam pelajaran
sekolah. Pasien dengan tuli konduksi yang lebih berat mungkin sudah
didapatkan fiksasi atau putusnya osikel.5
4) Radiologi
Pemeriksaan raidologi foto mastoid dulu efektif diugunakan
untuk skrining, tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik banyak diagnosis penyakit ini. CT scan
sangat sensitif dan tidak diperlukan untuk diagnosis. Meskipun CT
Scan penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi dari otitis
media misalnya mastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun adanya
kolesteatoma. CT scan penting khususnya pada pasien dengan OME
unilateral yang harus dipastikan adanya massa di nasofaring telah
disingkirkan.4

2.8 Diagnosis Banding


- Otitis media akut

11
- Otitis media supuratif kronik

2.9 Penatalaksanaan
Dokter umum harus merujuk ke ahli THT setiap kali curiga terdapat gangguan
tuli konduktif persisten pada anak-anak, terutama mereka dengan tanda-tanda
keterlambatan perkembangan bahasa. Selain itu, harus dirujuk ke ahli THT jika
penyakit ini berulang, jika terapi medis tersedia yang sesuai yang diberikan dokter
umum tidak membaik, dan/atau jika ditemukan kriteria untuk intervensi operasi.
Sejumlah besar bukti epidemiologi menunjukkan bahwa pantas dilakukan modifikasi
faktor risiko pada intervensi pelayanan primer. Modifikasi berikut ini mungkin
membantu4
Terapi medikamentosa dari otitis media serosa termasuk penggunaan antibiotik,
steroid, antihistamin dan dekongestan, serta mukolitik. Karena otitis media serosa
menunjukkan terdapatnya bakteri patogen, diperlukan pengobatan dengan antibiotik
yang tepat, meskipun bukti yang menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa
pendek. Penelitian eritromisin, sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan
trimetoprim-sulfametoksazol telah menunjukkan tingkat kesembuhan lebih cepat
dibandingkan dengan plasebo, meskipun perbedaannya hampir tidak signifikan secara
statistik di sebagian besar uji coba ini.4
Apabila otitis media serosa menjadi kronis (3 bulan), efektivitas antibiotik
berkurang, meskipun temuan ini masih kontroversial. Studi yang diterbitkan antara
2002 dan 2004 dan dikutip oleh pedoman praktek klinis untuk otitis media serosa
juga menunjukkan kesembuhan efusi telinga tengah dengan antibiotik, namun mereka
juga menunjukkan cepat dan sering terjadinya rekuren. Dalam 3 uji klinis plasebo
terkontrol secara acak, otitis media serosa tidak membaik dengan hanya steroid oral
dalam waktu 2 minggu pengobatan. Ketika steroid oral dikombinasikan dengan
antibiotik, tingkat kesembuhan efusi telinga tengah tidak ada peningkatan
dibandingkan dengan hanya memakai antibiotik. Studi lain menemukan bahwa
steroid topikal intranasal saja atau kombinasi dengan antibiotik tidak memiliki

12
manfaat jangka pendek maupun jangka panjang dalam pengelolaan anak-anak dengan
otitis media serosa.4
Hidung tersumbat, rinore, dan sinusitis sering menyertai otitis media,
antihistamin dan dekongestan dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala-
gejala yang terkait terutama jika disebabkan oleh alergi. Antihistamin mencegah
degranulasi sel mast dan pelepasan histamin yang dapat menyebabkan peradangan
mukosa akibat peningkatan obstruksi hidung dan peningkatan produksi lendir. Studi
besar terkontrol secara acak dari 430 anak-anak mengungkapkan bahwa tingkat
penyembuhan otitis media serosa tidak meningkat secara signifikan dengan mukolitik
dibandingkan plasebo. Temuan 2 uji lebih kecil lainnya mengkonfirmasi hasil ini.
Operasi menjadi terapi yang paling banyak diterima untuk otitis media efusi
persisten, dan ini jelas efektif. Intervensi termasuk miringotomi dengan atau tanpa
penempatan tuba, adenoidektomi, atau keduanya. Tonsilektomi telah terbukti sedikit
bermanfaat sebagai pengobatan primer dari otitis media efusi. Rekomendasi pedoman
klinis bagi intervensi operasi dari The American Academy of Family Physicians
(AAFP), American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-
HNS), dan American Academy of Pediatrics (AAP) :3
- Ketika terdapat indikasi operasi pada seorang anak, penempatan tuba
tympanostomy adalah prosedur awal yang sering dipakai.
- Adenoidektomi tidak boleh dilakukan, kecuali ada terdapat indikasi misalnya,
sumbatan hidung, dan adenoiditis kronis.
- Operasi ulang terdiri dari adenoidektomi ditambah miringotomi, dengan atau
tanpa penembatan tuba.
- Tonsilektomi atau miringotomi saja tidak berguna untuk mengobati otitis media
efusi.
Pada pasien otitis media serosa dengan gangguan pendengaran, hilangnya 40
dB atau lebih besar menjadi indikasi absolut untuk dimasukkan tabung pemerataan
tekanan sedangkan kehilangan sekitar 21-40 dB adalah indikasi relatif. Selain itu,
pedoman klinis menyarankan terapi lebih agresif untuk anak - anak beresiko

13
terjadinya keterlambatan perkembangan khususnya dalam perkembangan bicara dan
bahasa. Anak-anak yang mungkin berisiko termasuk salah satu dari berikut:9
-  Anak-anak dengan kehilangan pendengaran permanen independen akibat otitis
media serosa.
- Mereka dicurigai atau didiagnosis dengan gangguan atau keterlambatan bicara
dan bahasa.
- Mereka dengan gangguan autisme atau gangguan perkembangan terkait lainnya.
- Anak-anak dengan sindrom (misalnya sindrom Down) atau kelainan kraniofasial
yang meliputi keterlambatan kognitif, bicara, dan bahasa.
- Mereka yang buta atau memiliki gangguan penglihatan yang tidak bisa diperbaiki.
- Anak-anak dengan labiopalatoskisis, dengan atau tanpa sindrom terkait
- Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan
Ketika dilakukan miringotomi dan aspirasi efusi tanpa penempatan tabung
pemerataan tekanan, prosedur ini telah terbukti mengecewakan dalam tindak lanjut
jangka panjang pada anak. Gates dkk telah menunjukkan bahwa ketika miringotomi
dilakukan dengan penempatan tabung pemerataan tekanan terdapat perbaikan
pendengaran, durasi efusi telinga tengah, waktu untuk kambuh, dan perlunya
prosedur ulang. Miringotomi dan aspirasi berguna untuk mengobati pasien dengan
gangguan pendengaran sedang sampai berat dengan pemulihan fungsi normal telinga
tengah.4
Tingkat komplikasi secara keseluruhan setelah penempatan tabung
pemerataan tekanan adalah sekitar 11%. Otorrhea Persistent adalah komplikasi yang
paling umum, terjadi pada 15% pasien dan bertahan selama 1 tahun sebanyak 5%.
Komplikasi kedua tersering adalah timpanosklerosis, yang tidak mungkin secara
klinis signifikan kecuali terjadinya perluasan. Perforasi persisten adalah komplikasi
paling umum yang ketiga. Meskipun frekuensi yang tepat tidak diketahui (kira-kira
2%), perforasi persisten meningkat dengan nyata jika tabung tekanan pemerataan
ditempatkan lebih dari 18 bulan. Komplikasi ini juga diketahui meningkat dengan
penempatan tabung tympanostomy (T-tubes) yang dirancang untuk tinggal di

14
membran timpani lebih lama dari Grommet-tube tipikal. Umumnya digunakan untuk
pasien dengan otitis media berulang atau kronis yang gagal dengan penempatan
Grommet-tube. Komplikasi potensial lainnya termasuk pembentukan jaringan
granulasi, kolesteatom, dan tuli sensorineural.5
Meskipun adenoidektomi pernah menjadi pengobatan utama untuk otitis
media efusi (OME), penempatan tabung pemerataan tekanan (PETs) kini disukai
karena mudah dan resiko rendah. Pengobatan dengan hanya adenoidektomi
ditemukan hampir sama efektifnya dengan penempatan tabung pemerataan tekanan
untuk pengobatan otitis media efusi. Apabila adenoidektomi dilakukan dengan
penempatan tabung pemerataan tekanan, frekuensi penyakit berulang, interval bebas
penyakit, dan durasi penyakit semua membaik, dibandingkan dengan penggunaan
hanya salah satu prosedur.5
Terdapat 3 alasan dilakukan adenoidektomi. Alasan pertama adalah
pengangkatan karena pembesaran kelenjar gondok menutup jalan nasofaring dan
koana sehingga menyebabkan tekanan yang berlebihan selama nasofaring menelan.
Ini berpotensi terjadinya refluks tuba Eustachius. Namun, berbagai penelitian telah
mengungkapkan bahwa hasil adenoidektomi tidak tergantung dari ukuran adenoid.
Temuan ini menunjukkan bahwa proses-proses lain dari massa adenoid sederhana
yang terlibat. Alasan kedua pengangkatan untuk perbaikan fungsi tuba Eustachius,
kelenjar gondok yang sangat besar secara fisik mungkin menutup muara tuba
Eustachius, meskipun Bluestone dkk telah menunjukkan bahwa ini jarang terjadi.
Alasan ketiga untuk adenoidektomi adalah untuk menghapus sumber inflamasi
potensial dan terdapatnya infeksi pada muara tuba Eustachius. Ketika dilakukan
dengan benar, adenoidektomi dapat digunakan untuk membuat mukosa nasofaring
licin, yang menurunkan kolonisasi bakteri yang dapat terjadi di kriptus jaringan
adenoid.4
Pasien dinasehatkan bahwa jika terjadi lebih dari 2episode otorhea sebelum 6
bulan follow-up yang dijadwalkan, mereka harus kontrol ke ahli THT di samping
dokter umumnya. Disarankan pengangkatan tabung pemerataan tekanan yang belum

15
secara spontan diekstrusi antara 18-24 bulan setelah penempatan karena
meningkatnya risiko perforasi membran timpani persisten. Peraturan itu umumnya
dilakukan pada set pertama gaya Grommet-tube. Sebuah tim multidisiplin harus
mengikuti ketat dan mengobati dengan cepat terkait keterlambatan perkembangan
bahasa. Intervensi harus termasuk penggunaan alat bantu dengar, jika diperlukan.9
Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat medis dan kemudian
jika perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin,
dekongestan, latihan ventilasi tuba eustakius dan hiposensitisasi alergi.
Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas memperlihatkan
alergi dengan tes kulit.  Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu di batasi.
Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan kongesti hidung
atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada
kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya gangguan penyerta lain
seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid.
Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan selama 3 bulan. Dalam
jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 persen pasien. Cairan yang
tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari suatu insisi
miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu tuba
penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi
yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan demikian
menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan diabsorpsi.5
Antibiotik yang digunakan :5
1. Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin 333
mg p.o 7-10 hari.
2. Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10 hari atau
Pediazole (Pediatrics) atau Sefalosporin generasi 3.
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan
lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya
gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali bilateral,

16
namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran minimal, atau dengan
gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan pendekatan yang lebih
konservatif. Sebaliknya, penipisan membrane timpani, retraksi yang dalam, gangguan
pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi segera.
Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu
enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali berulang,
beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan
lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya
perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan
pendengaran dan membenarkan membrane timpani yang mengalami retraksi berat
terutama bila ada tekanan negatif yang menetap.3

Gambar Miringotomi Dan Pemasangan Tuba

Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar
tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga.
Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan
kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak

17
sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau
memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu
dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada kasus-kasus
demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus
diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang.  Gagalnya
penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih
lanjut.5
Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan, kelenjar adenoid dapat
menjadi membesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena adenoid yang disebelah
area tuba eustakius, pembesaran atau infeksi dapat menyebabkan masalah telinga
berulang. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran kelenjar adenoid adalah
dengan sinar-X. X-ray ini sangat berguna dalam menilai apakah kelenjar adenoid
yang menghalangi daerah eustachius. Sebuah perkiraan kasar dari
ukuran adenoid juga dapat diperoleh dengan mencatat ukuran amandel.
Jika amandel sangat besar, adenoid biasanya membesar.4

Gambar Adenoidektomi
Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan.
Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar
sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak
tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada anak dengan jaringan
adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam penilaian.

18
Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti
menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.12
Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling
sering, masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan
atas: sinusitis, alergi berat, atau terbang dengan pilek.Sebuah
kombinasi dekongestan dan antibiotik biasanya akan membersihkan infeksi dan
memungkinkan cairan mengalir. Pada beberapa orang dewasa, terutama mereka
dengan kondisi hidung atau sinus yang mendasari, cairan mungkin
tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien. Obat yang mengandung
kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan selama enam atau tujuh hari.
Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan ketika pengobatan lain gagal.5
Pengobatan otitis media serosa langsung diarahkan untuk memperbaiki
ventilasi normal telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh
secara alamiah, terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan.
Artinya banyak otitis media serosa yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan
lebih baik menangani faktor predisposisi-nya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma,
maka aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti:
penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah
menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan anak dari
fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau lingkungan
jika anak diduga kuat alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan tersebut.4
Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja,
yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava
selama tidak terdapat infeksidi jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang
bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka
dianjurkanuntuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi
(Grommet).6

19
Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.6
Jika otitis media serosa ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan
medis mulai diindikasikan, seperti:
1. Antihistamin atau dekongestan.
Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem
telinga tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan
dekongestan terbukti membantu membersihkan dan menghilangkan sekresi dan
sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis bahwa keduanya dapat memberikan
efek yang sama untuk otitis media serosa. Jika ternyata alergi adalah faktor
etiologi otitis media serosa, maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek
yang menguntungkan.2
2. Mukolitik
Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk
memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalui tuba eustachia ke
nasofaring. Namun demikian mukolitik ini tidak memegang peranan penting
dalam pengobatan otitis media serosa.2
3. Antibiotik.
Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati. Karena otitis
media serosa bukanlah infeksi sebenarnya (true infection). Meskipun demikian
otitis media serosa seringkali diikuti oleh OMA, di samping itu isolat bakteri juga
banyak ditemukan pada sampel cairan otitis media serosa. Organisme tersering
ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable, M. catarrhalis, dan
grup A streptococci, serta Staphyllococcus aureus. Controlled
studies menunjukkan antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-klavulanat,
sefaklor, eritromisin, trimetropim-sulfametoksazol, atau eritromisin-
sulfisoksazole, dapat memperbaiki klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian
antibiotika juga meliputi dosis profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada

20
infeksi akut. Namun demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara
antibiotika profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies
bakteri yang resisten.2
4. Kortikosteroid.
Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi
respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-
aktif di permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan
cairan melalui tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau
topikal (nasal), ataupun kombinasi.3
5. Myringotomy
Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam
masa infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy.
Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum.2
Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil (small surgical
incision : melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk
di belakangnya) ke dalam gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan
menghilangkan rasa sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam
beberapa hari tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.2
Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi pertama di daerah
anteroinferior dan insisi kedua di daerah anterosuperior, untuk mengaspirasi
sekret yang tebal seperti lem.2
Myringotomy juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi
gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus dikultur.12
6. Pemasangan Tube Ventilasi (Grommet's Tube)
Terkadang tube ventilasi (umumnya dikenal sebagai Grommet’s tube)
diletakan di dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jangka waktu yang
lama.2

21
Gambar. Grommet’s Tube
Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6 hingga 12 bulan
di dalam telinga hingga infeksi telinga bagian tengah membaik dan sampai tuba
Eustachi kembali normal. Selama masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak
masuk kedalam telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu,
tube tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat perkembangan yang
sangat baik pada pendengaran dan penurunan pada frekuensi infeksi telinga.2
Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi, mungkin dibutuhkan
adenoidektomi, tonsilektomi dan mencuci (membersihkan) sinus maksillaris. Hal ini
biasanya dilakukan pada waktu dilakukannya myringotomi.2
Alat bantu dengar merupakan suatu alat akustik listrik yang dapat digunakan
oleh manusia dengan gangguan fungsi pendengaran pada telinga. Biasanya alat ini
dapat dipasang pada bahagian dalam telinga manusia ataupun pada bagian sekitar
telinga.2
Alat bantu dengar tersebut dibuat untuk memperkuat rangsangan bahagian sel-
sel sensorik telinga bagian dalam yang rusak terhadap rangsangan suara dan bunyi-
bunyian dari luar.2
Alat Bantu dengar tersebut merupakan sebuah alat elektronik yang
menggunakan batere dimana dalam pemakaiannya terdapat mikrofon yang

22
mengubah gelombang dari suara tersebut menjadi energi listrik yang kemudian
diterima amplifier yang dapat memperbesarvolume suara dan mengirimkannya
pada speaker yang ada pada bagian dalam telinga.2
Jika ingin menggunakan alat Bantu dengar ini maka terlebih dahulu harus
memeriksakan ambang pendengaran dengan alat yang dinamakan audiogram. Setelah
itu barulah dapat ditentukan jenis dan model apa yang cocok digunakan untuk kasus
kerusakan pendengaran yang dialami.2
ABD terdiri dari 3 komponen utama: mikrophon, amplifier dan speaker. ABD
menerima suara melalui mikrophone yang mengubah sinyal suara menjadi sinyal
listrik kemudian mengirimkannya ke amplifier. Amplifier meningkatkan kekuatan
sinyal listrik dan mengirimkannya ketelinga pemakai ABD melalui speaker.12

Gambar . Alat bantu dengar

2.10 Komplikasi
- Kerusakan permanen telinga dengan hilang fungsi pendengaran yang
parsial/sebagian dan seluruhnya.
- Skar pada membran timpani (timpanosklerosis).
- Kesulitan berbicara dan berbahasa.
- Kolesteatoma.5

2.11 Prognosis

23
Otitis media serosa biasanya akan sembuh sendirinya dalam waktu minggu atau
bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan. Selama
cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka tidak akan mengurangi fungsi
pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak.
Gangguan ini tidak akan menjadi ancaman bagi kehidupan tetapi dapat
mengakibatkan komplikasi serius.5

BAB III
KESIMPULAN

Otitis Media Serosa merupakan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah


tanpa tanda-tanda atau gejala infeksi telinga akut. Otitis media serosa merupakan
salah satu penyakit paling umum ditemukan pada anak.
Komplikasi dapat berupa infeksi telinga akut, kista di telinga tengah,
kerusakan permanen telinga dengan hilang fungsi pendengaran yang parsial/sebagian
dan seluruhnya, skar pada membran timpani (timpanosklerosis), kesulitan berbicara
dan berbahasa, dan kolesteatoma.
Otitis media serosa sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup
sulit dalam melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak
berinteraksi dengan anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik.
Pengobatan pada otitis media serosa meliputi pengobatan konservatif dan
tindakan operatif. Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika,
antihistamin, dekongestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara

24
operatif dengan cara miringotomi. Dengan penatalaksanaan yang tepat dapat
mempercepat proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lucente F.E, EI Har G. 2009. Buku Ilmu THT Esensial Edisi 6. Balai Penerbit
EGC : Jakarta.
2. Broek P.V.D, Debruyne F.dkk. 2010. Buku Saku Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Edisi 12. Balai Penerbit EGC : Jakarta
3. Snell Richard. 2009. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Balai
Penerbit EGC : Jakarta.
4. Sherwood, Laurale. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Balai
Penerbit EGC : Jakarta.
5. Djaafar, Zainul A.,dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher. FK UI : Jakarta.
6. Higler, Boeis Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Balai Penerbit
EGC : Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai