Anda di halaman 1dari 23

EPIGLOTITIS PSEUDO

CROUP AKUT

DR. T. HUSNI, TR, M.KES, Sp.THT-KL (K), FICS


DEFINISI

 Keadaan infeksi → inflamasi epiglotis (penutup trakea) &


jaringan di sekitar epiglotis → faring, uvula, lipatan
aryepiglotik, dasar lidah → menyebabkan hambatan jalan
nafas & kematian.
ANATOMI
 Epiglotis → lembaran fibrolartilago elastik yang tipis, menyerupai
daun, yang menonjol ke atas dibelakang lidah & korpus tulang hioid.
 Bagian superior → luas, mengarah keatas & belakang.
 Pinggir superior bebas.
 Sisi epiglotis diikat ke kartilago aritenoid oleh plika ariepiglotika
 Permukaan posterior epiglotis konkaf & licin & terdapat tuberkel.
 Permukaan anteriornya bebas & ditutupi membran mukosa yang
menebal ke pars faringeal lidah & ke dinding lateral faring
membentuk plika glosoepiglotika mediana & lateral.
 Penekanan yang terbentuk pada masing-masing sisi plika
glosoepiglotika mediana disebut valekula.
 Ligamen hioepiglotika menghubungkan bagian bawah epiglotis ke
tulang hioid.
 Pada neonatus dan bayi, epiglotis berbentuk omega.
SEJARAH
 Abses epiglotitis pertama kali dijelaskan oleh Roland Palma
pada abad ke-13.
 Theissen pernah membahas tiga kasus epiglotitis pada tahun
1900.
 Awalnya epiglotitis dianggap sebagai penyakit pada dewasa,
dan jarang pada anak-anak.
 Tahun 1950an, epiglotitis dijelaskan lebih sering pada anak-
anak.
EPIDEMIOLOGI

 Pada tahun 1980, rasio perbandingan epiglotitis pada anak-


anak dan dewasa adalah 2,6:1; tahun 1993 menurun
menjadi 0,4:1
 Mortalitas pada anak kurang dari 1%, tapi mortalitas pada
orang dewasa berkisar antara 6% sampai 7%.
 Salah satu studi pada tahun 1990an → Haemophillus
influenza tipe B ( 25% dari seluruh kasus), & Streptococcus
beta-haemolyticus group A merupakan penyebab kedua
terbanyak.
 Rasio perbandingan antara laki-laki dan wanita antara 1,8:1
sampai 4:1.
Epidemiologi

 Epiglotitis yang diakibatkan oleh H. Influenza tipe


B dapat dicegah → vaksin pada bayi ≥ 2 bulan.
 Secara keseluruhan mortalitas epiglotitis pada
dewasa lebih tinggi (diperkirakan 4-7%),
dibandingkan dengan anak-anak (2-3%).
ETIOLOGI
 Patogen yang umumnya ditemukan adalah Haemophillus
influenza & Streptococcus β haemoyticus.

Tabel 1. Organisme Penyebab Epiglotitis Pada Pasien Dewasa


PATOGENESIS
 Umumnya disebabkan oleh Haemophillus influenza tipe B.
 Onset penyakit ini tiba-tiba, dengan nyeri tenggorok dan
demam, juga sering disertai drooling.
 Faring menunjukkan epiglotis dengan warna cherry red
GEJALA KLINIS
 Batuk keras seperti menggonggong
 nyeri kerongkongan yang berat.
 Pilek, demam
 Suara serak, suara kasar bernada tinggi
 Napas cepat atau tersengal-sengal
 Disfagia
Gbr.7 Epiglotitis akut, tampak jaringan epiglottis yang udem dan merah
Foto Soft Tissue Leher, tampak gambaran epiglotitis ditandai adanya thumb sign
Tabel. 2 Prevalensi Gejala dan Tanda pada Epiglotitis
Gejala dan Tanda Dewasa (%) Anak-anak (%)
Nyeri kerongkongan 91 50
Odinofagia 82 26
Suara parau 79 79
Leher teraba lunak 79 38
Faringitis 71 73
Adenopati servik 55 50
Sulit bernafas 37 80
Suara berubah 33 20
Stridor 27 80
Riwayat demam 26 57
Drooling 22 38
Batuk 15 30
Nyeri telinga 6 6
DIAGNOSA BANDING
 Difteri
 Pertusis
 Tonsilitis
 Abses peritonsil dan perifaring
 Trakeobronkitis
 Subglotik laryngitis
 Radiografi dada dan leher lateral hanya memberi informasi yang
terbatas → thumb sign (pembengkakan epiglotis).
 Laringoskop fiber optik → epiglotis yang kemerahan (cherry red)
dan bengkak.
 Laringoskopi → di ruang operasi.
 CT Scan leher → diagnosis tidak bisa ditegakkan dengan
laringoskopi atau telah terbentuk abses atau jaringan lunak lainnya
yang membengkak.
Diagram Penatalaksaan
Suspek Epiglotitis Akut
Manifestasi klinik : nyeri kerongkongan, odinofagia,
ketidakmampuan menelan, dispneu
Tanda : demam, takikardi, faringitis
→ suspek epiglotitis akut

Segera pindahkan ke ICU (didampingi dokter)


Monitoring (EKG, TD, Saturasi O2, infus)
Inhalasi edrenalin (menunggu px. laringoskopi)
(1mg dalam 2 ml NaCl 0.9%)
NSAID rektal

Nasolaringoskopi fiber optik


(perlengkapan peralatan trakeostomi/ krikotirotomi)
Diagram Penatalaksaan Suspek Epiglotitis Akut

Nasolaringoskopi fiber optik


(perlengkapan peralatan trakeostomi/ krikotirotomi)

Konfirmasi diagnosis epiglotitis akut Diagnosis tanpa konfirmasi

Konstriksi ringan ruang Konstriksi berat ruang Prosedur diagnosa


supraglotis dan/atau supraglotis dan/ atau tidak lainnya
tampak pita suara dan/ tampak pita suara dan/ atau
atau mungkin dilakukan intubasi endotrakea tidak
intubasi endotrakea memungkinkan

Tidak dilakukan intubasi Anastesi lokal untuk intubasi


nasotrakea

Sedasi dengan midazolam atau propofol

Antibiotik (amoksisilin/ klavulanat atau sefalosporin generasi ketiga


Pengobatan

 Antibiotik
 Dahulu, Ampisilin merupakan obat pilihan, sekarang
→ resistensi Haemophillus influenza tipe B terhadap
beta-laktamase.
 Sefalosporin generasi kedua dan ketiga → pilihan
pertama.
 Aztreonam dan kloramfenikol → alergi terhadap
penisilin.
Pengobatan

 Pemberian oksigen.
 Pemberian kortikosteroid (diperdebatkan).
 Intubasi trakeotomi → di ruang operasi.
 Ektubasi → peradangan sistemik berat telah reda.
Komplikasi

 Abses epiglotis.
 Uvulitis.
 Perikarditis.
 Syok septik.
 Pneumonia
Pencegahan

 Pemberian vaksin terhadap


Haemophillus influenza tipe B
menurunkan insiden epiglotitis akut
pada anak-anak.
 Penggunaan rifampin sebagai
profilaksis.
 Rifampin dengan dosis 20 mg/kgBB
sampai maksimum 60 mg sehari
selama 4 hari memberantas hingga
86% keadaan karier.
Prognosis

 Mortalitas pada anak-anak menurun dari 7,1%


menjadi 0,9% → intervensi jalan nafas.
 Mortalitas pada dewasa sekitar 1-7%, sumbatan
jalan nafas akut sekitar 17,6%.
 Prognosis yang baik → pengobatan yang tepat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai