2
Kelainan Kongenital Laring
1. Laringomalacia
Paling sering ditemukan
Std. Awal : epiglottis lemah
Gejala Awal : Stridor ok lemahnya rangka laring
Tanda sumbatan jalan nafas : retraksi suprasternal,
epigastrium, interkostal dan supraklavikular.
Bila sumbatan berat Intubasi Endotrachea
Tidak boleh dilakukan Tracheostomy ok srg disertai
Tracheomalacia.
3
Laringomalacia
4
2. Stenosis Subglotik Kongenital
Penyempitan (stenosis) sering pd 2-3 cm dari pita suara.
Kelainan yang menjadi penyebab :
Penebalan jar. submukosa dgn hiperplasia kel. mukus &
fibrosis.
Kelainan btk. Cart. Cricoid dgn lumen lbh kecil
Btk. Cart. Cricoid normal dgn ukuran lbh kecil
Pergeseran cincin trachea I ke postero-superior ke dalam lumen
Cricoid.
Gejala :
Stridor
Dispnea
Retraksi suprasternal, epigastrium, intrekostal dan
subklavikula.
Sianosis dan apnea pd std. Berat Respiratory Distress.
5
Terapi :
• Tergantung kelainan penyebab
• Umumnya dgn dilatasi atau laser CO2.
• Bila ok kelainan btk cartilago
pembedahan/rekonstruksi.
6
3. Selaput di Laring (Laryngeal Web)
Selaput transparan (web) yg tumbuh di daerah glotik (75
%), supraglotik (12 %) & subglotik (13%).
Gejala : Sumbatan laring
Terapi : Bedah mikro laring dgn laringoskop suspensi.
7
4. Kista Kongenital
Srg tumbuh di pangkal lidah atau plika ventrikularis.
Terapi : Bedah mikro utk mengangkat kista
5. Hemangioma
Biasanya timbul di daerah subglotik dan leher.
Gejala : Hemoptisis dan sumbatan laring
Terapi : Bedah laser, kortikosteroid atau obat-obat
skleroting.
6. Fistel Laringotrakea-Esofagal
Tjd ok kegagalan penutupan ddg post. Cart. Cricoid.
Gejala : Aspirasi Pneumonie, sumbatan laring.
8
Peradangan Laring
1. Laringitis Akut
Umumnya kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).
Dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas terutama pd anak-
anak.
Etiologi : - Bakteri peradangan lokal
- Virus peradangan sistemik
Gejala dan Tanda:
demam
malaise
suara parau sampai afonia
nyeri ketika menelan atau berbicara
sumbatan laring
batuk kering, bisa disertai dahak kental
Pd pemeriksaan : mukosa laring hiperemis, membengkak pd supra dan
subglotik.
Tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal.
9
Terapi :
Istirahat bicara/bersuara 2-3 hari.
Menghirup udara lembab.
Menghindari iritan seperti rokok, makanan
pedas atau minum es.
Antimikroba bila radang berasal dr. paru.
Trakeostomi / Endotracehal Tube
bila terjadi sumbatan laring.
10
2. Laringitis Kronis
Etiologi :
Sinusitis Kronis
Deviasi septum yg berat
Polip hidung
Bronkhitis kronis
Penyalahgunaan suara (Vocal abuse) spt. biasa bersuara
keras atau berteriak
Gejala :
Suara parau menetap
Rasa tersangkut di tenggorok pasien mendehem
tanpa sekret ok mukosa menebal
Pd pemeriksaan: mukosa menebal, tidak rata, hiperemis
11
Terapi :
• Pengobatan peradangan di hidung, faring
serta bronkhus yang menjadi penyebab.
• Vocal Rest
(pasien tidak banyak berbicara)
12
3. CROUP
= Infeksi laring berkembang cepat stridor & obstruksi
jalan nafas.
Dapat tjd pd semua usia namun terutama menyerang pada
anak usia < 6 thn
Gambaran Klinis dibagi atas:
Supraglotitis
Laringotrakeobronkitis (Infraglotitis)
13
Perbedaan gambaran klinis Croup
15
Penatalaksanaan Croup
Hidrasi yang adekuat
Pemberian udara dingin dan lembab (uap air
berpartikel kecil)
Antibiotik (Ingat 20 % Haemophilus Influenzae
resisten Ampicilin)
Kortikosteroid dosis tinggi
Bantuan Pernafasan bila kemunduran tetap terjadi
setelah diterapi
Pengawasan secara terus menerus
Intubasi hidung
Bila anak kolaps respirator dan trakeotomi bila
diperlukan
Croup umumnya sembuh dlm 48-72 jam
ekstubasi
16
3. Laringitis Kronis Spesifik
A. Laringitis Tuberculosis
Infeksi sekunder TBC paru
Sering menetap walau TBC paru sudah sembuh ok
mukosa yg lengket ke tlg. rawan serta vaskularisasi
yg tidak sebaik paru.
Patogenesis :
Infeksi melalui udara pernafasan
Penyebaran melalui aliran darah/limfe
Dpt menimbulkan ggn sirkulasi
Edema pd fosa interaritenoid, aritenoid, plika vokalis, plika
interventrikularis, epiglotis dan subglotik
Gambaran Klinis (tergantung stadium):
Stadium Infiltrasi
Stadium Ulserasi
Stadium Perikondritis
Stadium pembentukan tumor
17
Gejala Klinis :
Tgt. stadium
Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
Suara parau berlangsung berminggu-minggu, sedangkan pd
stadium lanjut dpt timbul afonia.
Hemoptisis
Nyeri waktu menelan yg hebat dibanding radang lainnya
khas
Keadaan umum buruk
Proses aktif pd pemeriksaan paru (klinis dan radiologik) std
eksudatif/pembentukan kaverne.
Diagnosis Banding :
Laringitis Luetika
Karsinoma Laring
Aktinomikosis Laring
Lupus vulgaris Laring
18
Diagnosa berdasarkan :
Anamnese
Gejala dan pemeriksaan klinis
Laboratorium
Foto Toraks
Laringoskopi direk/indirek
Pemeriksaan PA
Terapi :
Obat anti TBC primer dan sekunder
Vocal Rest
Prognosa:
Tgt pd. keadaan sosial ekonomi, sanitasi, ketekunan
berobat.
Bila diagnosis pd std. dini prognosa baik
19
B. Laringitis Luetika
Jarang ditemukan
Pada Laring Std. Tertier (pembentukan guma) mirip
keganasan.
Gambaran klinik :
Timbul ulkus bila guma pecah
Ulkus menyebabkan nyeri menjalar cepat perikondritis
Gejala:
Suara parau
Batuk Kronis
Disfagia (bila guma dekat introitus esofagus).
Diagnosa dr pem. Laringoskopik dan serologik.
Komplikasi :
Pd. penyembuhan spontan Stenosis Laring krn pbtk. Jar. parut
Terapi :
Penicillin dosis tinggi
Pengangkatan sekuester
Tracheostomi bila tjd. penyumbatan laring.
20
Nodul Pita Suara
(Vocale Nodule)
Etiologi : Vocal abuse jangka lama pd guru, penyanyi, dsb
Disebut juga Singers node
Gejala :
Suara parau
Terkadang disertai batuk
Pd pemeriksaan : nodul pita suara sebesar kacang hijau,
warna keputihan di 1/3 ant. atau tengah pita suara.
Bila nodul bilateral simetris
21
Vocale Nodule
Diagnosa :
Pemeriksaan laringoskopi direk/indirek
Terapi :
Laryngeal microsurgery (Bedah mikro Laring)
kirim ke PA
22
Keratosis Laring
Pertandukan sebagian mukosa
Leukoplakia
Plg sering pd pita suara dan fosa interarytenoid
Etiologi : Tidak jelas
Gejala : Suara parau yang persisten tanpa stridor/sesak
nafas.
Terapi : Bedah mikro Laring
Observasi sebaik mungkin precancerous (15% mjd
maligna).
23
SUMBATAN LARING
Etiologi :
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata
tajam dan tindakan medik dengan gerakan tangan yang kasar.
Tumor ganas atau jinak
Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
Gejala danTanda :
Serak (disfoni)
Sesak nafas (dispnea)
Stridor ketika inspirasi
Retraksi pada supraklavikula, intercostal, dan epigastrium.
Gelisah ok air hunger
Muka pucat dan sianosis karena hipoksia
24
Pembagian stadium menurut Jackson :
Stad. 1 : retraksi suprasternal dan stridor tenang
Stad. 2 : retraksi suprasternal & epigastrium,
gelisah
Stad. 3 : retraksi suprasternal, infraklavikula, dan
intercostal, gelisah serta dispnea.
Stad. 4 : retraksi sangat jelas, sianosis, paralisa
pusat pernafasan ok hiperkapnea,
penderita tenang spt tidur mati ok
asfiksia
Penanggulangan :
Prinsip : melancarkan jalan nafas
Konservatif : antiinflamasi, anti alergi, antibiotik, oksigen intermitten
std. 1 ok inflamasi.
Tindakan Operatif (tergantung stadium):
Std. 2 dan 3 Intubasi endotrakea (pilihan utama) dan trakeostomi.
Std. 4 krikotirotomi
25
Intubasi Endotrakea.
Indikasi :
Mengatasi sumbatan sal. nafas atas
Membantu ventilasi
Mempermudah pingisapan sekret dari trak.
Tracheobronchial.
Mencegah aspirasi sekret yg ada di rongga mulut atau dari
lambung.
Pipa endotrakea terbuat dari PVC dgn cuff pada ujungnya dan
dapat diisi udara serta berukuran 7 - 8,5 mm utk dewasa.
Berdasarkan cara pemasukan:
Intubasi orotrakea ( melaului mulut )
Intubasi nasotrakea ( melalui hidung )
Komplikasi stenosis laring/trakea ( harus dirawat di ICU
dan tidak boleh melebihi 6 hari ).
26
Trakeostomi
Adalah tindakan membuat lubang pd ddg anterior
trakea untuk bernafas.
Pembagian letak berdasarkan lokasi stoma diatas
atau dibawah cincin trakea III.
Menurut waktu darurat (emergency) dan
elektif/berencana (lege artis).
Indikasi :
Mengatasi obstruksi laring
Mengurangi dead air space pd kerusakan paru
dgn kapasitas vital yang berkurang.
Mempernudah pengisapan sekret pd keadaan
koma
Untuk memasang respirator (alat bantu nafas)
Pengambilan benda asing dari subglotik bila tidak
27 ada bronkoskopi.
28
Perasat Heimlich (Heimlich
Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan
benda asing yg menyumbat laring
secara total atau benda asing ukuran
besar yg terletak di hipofaring.
Prinsip memberi tekanan pada
paru.
Dilakukan tekanan keatas dan
kedalam rongga perut shg diafragma
terdorong keatas shg udara
mendorong sumbatan laring keluar
dlm 3-4 kali hentakan.
Dapat dilakukan pd org dewasa dan
pada anak-anak
29
RADANG
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik Demam
• stridor * DIFTERI - Trakeostomi
• sesak napas - ADS
• cekungan: * NON DIFTERI - Antibiotika
- suprasternal - Kortkosteroid
- epigastrium TUMOR LARING
- sela iga •Mikrolaringoskopi
- sekitar klavikula • JINAK
• suara parau • GANAS
• sianosis
KELAINAN KONGENITAL LARING Intubasi
• laringomalasia
• trakeomalasia
• lesi anatomik
• kelumpuhan pita suara
SUMBATAN LARING TINDAKAN SEGERA • anomali pembuluh darah
* laringoskopi
* bebaskan jalan napas
* intubasi/ trakeostomi/ PARESIS POSTIKUS BILATERAL Trakeostomi
* krikotirotomi pasca tiroidektomi
* oksigen
TRAUMA LARING Eksplorasi
Trakeostomi
Pem. Penunjang
• laringogram BENDA ASING DI LARING - Perasat Heimlich
• CT Scan (atas indikasi) - Laringoskopi
Benda Asing di Saluran Nafas
Berasal dr dalam (endogen) dan luar tubuh
(eksogen) yg dlm keadaan normal tidak ada.
Jenis benda asing eksogen:
Padat : kacang-kacangan, tulang, paku, jarum, peniti,
dll.
Cair : iritatif (bahan kimia) dan non iritatif (cairan dgn
pH 7,4.
Jenis benda asing endogen :
Sekret yg kental
darah atau hematom
nanah/pus
krusta
perkijuan
membran difteri
bronkolit
amnion & mekonium pd bayi saat persalinan
31
Etiologi/ faktor predisposisi :
Faktor yg mempemudah aspirasi benda asing :
faktor personal,
kegagalan mekanisme proteksi normal,
faktor fisik,
proses menelan tdk sempurna pd anak,
faktor dental dan medikal,
Faktor kejiwaan,
kecerobohan.
32
Insidensi
55 % anak< 4 thn insidens kematian lbh tinggi.
Bayi < 1 thn gawat nafas krn aspirasi benda asing
mrpkn peny. utama kematian (National Safety Council,
1981)
Kacang dan biji-bijian anak 2-4 thn ok belum ada gigi
molar lengkap tidak dikunyah sempurna.
6-8 % benda asing radiolusen ok terbuat dari plastik
sukar diagnosa scr radiologik.
Dapat menjadi penyebab penyakit paru akut/kronis
dianggap sebagai diagnosis banding.
33
Diagnosa
34
Gejala dan Tanda
A. Stadium permulaan :
Violent paroxysms of coughing (batuk hebat tiba-
tiba)
Choking (tercekik)
Gagging (tersumbat di tenggorok)
Sputtering (bicara gagap)
Obstruksi jalan nafas
B. Stadium kedua :
Diikuti interval asimptomatik ok refleks melemah
berbahaya (gejala dan tanda tidak jelas).
C. Stadium Ketiga :
Komplikasi dgn obstruksi, erosi/infeksi, batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.
35
TRAUMA LARING
Etiologi menurut Ballenger :
Trauma mekanik eksternal (trauma tumpul, tajam,
komplikasi trakeostomi/krikotirotomi) dan internal
(endoskopi, intubasi endotrakea atau pemasangan NGT).
Akibat luka bakar oleh panas dan kimia (alkohol,
amonia, Natrium hipoklorit, lisol) yang terhirup.
Akibat radioterapi
Trauma otogen akibat vocal abuse
36
Patofisiologi
Edema plika ariepiglotik dan plika ventrikularis.
Mukosa faring dan laring mudah robek infeksi
sekunder (selulitis, abses, fistel) dan emfisema
subkutis.
Fraktur dan dislokasi tlg rawan laring.
Kerusakan perikhondrium hematoma, nekrosis
tlg rawan, perikondritis.
Pembagian menurut Boyes (1968) :
Trauma dgn kelainan mukosa saja.
Trauma beserta hancurnya tlg rawan (crushing
injuries).
Trauma dgn kehilangan sebagian jaringan.
37
Gejala Klinik :
Stridor perlahan sampai kuat.
Disfoni/afoni
Emfisema subkutan
Hemoptisis
Disfagi/odinofagi
38
Penatalaksanaan :
1. Luka Terbuka
Diagnosis gelembung udara di daerah luka ok
keluar dari trakea.
Ditujukan utk perbaikan sal nafas dan mencegah
aspirasi ke paru.
Tindakan segera : Trakeostomi dgn kanul yang
memakai balon.
Eksplorasi mencari dan mengikat pemb. Darah.
Antibiotika dan serum ATS.
Komplikasi : aspirasi darah, paralisis pita suara
dan stenosis laring.
39
2. Luka Tertutup ( closed injury)
Diagnosis lebih sulit tapi penting utk menentukan
tindakan selanjutnya melalui laringoskopi direk
atau indirek, foto jar. lunak leher, foto toraks, CT-
scan.
Tindakan eksplorasi dan konservatif tergantung
diagnosa diatas.
Konservatif :
Istirahat suara
Humidifikasi
Kortikosteroid bila mukosa edem, hematom atau
laserasi ringan tanpa sumbatan laring.
Indikasi eksplorasi :
Sumbatan nafas yg perlu trakeostomi
Emfisema subkutis yg progresif
Laserasi mukosa yg luas
40
Terbukanya tlg rawan krikoid
Paralisis bilateral pita suara
Eksplorasi :
Insisi kulit horizontal utk reposisi tulang
rawan/sendi yang fraktur/dislokasi.
Menjahit mukosa robek dgn gelambir (flap) atau
kulit (graft).
Sbg penyanggah lumen laring stent atau mold
dari silastik, porteks atau silikon selama 4-6 mgg.
Komplikasi :
Terbentuk jar. parut dan stenosis laring.
Paralisis nervus rekuren.
Infeksi luka perikondritis.
41
TUMOR LARING
TUMOR JINAK LARING
PAPILOMA LARING
Tumor jinak yang paling sering dijumpai
Dibagi 2 jenis :
1. Juvenil (multiple)
2. Adult (solitary)
Bentuk juvenil / multiple
* Sifat : - bertangkai
- licin mengkilat
- konsistensi kenyal
- pria > wanita
- usia (20-21) 60 thn
• Gejala : 1. Kalau kecil (-)
2. Kalau besar gangguan suara
3. Kalau bertangkai ggn suara
sampai hilang kalau berteriak
• Pemeriksaan :
- Laringoskopi indirek tampak massa
- Laringoskopi direk
• Terapi : - Ekstirpasi
hati-hati terhadap lig. Vocale pakai
mikroskop
Fibroma
• Etiologi : Radang kronis
• Lokasi : - Komisura anterior
- 1/3 bag. depan pita suara
• Gejala :
- Fibroma kecil (-)
- Fibroma besar gangguan suara
- Besar sekali menutup aditus laring
dispnoe sianosis asfiksia
• Tindakan :
- Trakeostomi
- Ekstirpasi dgn memakai mikroskop
CHONDROMA
Jarang dijumpai
Lokasi : kartilago krikoid, kartilago aritenoid
Tumbuh lambat
Gejala : suara serak
Terapi : bedah
TUMOR GANAS LARING
(KARSIN0MA LARING)
Urutan ke 3 keganasan THT ( setelah karsinoma
nasofaring, tumor hidung dan sinus paranasal)
laki-laki >> perbandingan 8:1, usia 50-60 thn
Etiologi ?? rokok,alkohol, sinar radio aktif,
polusi udara, asbestosis, dll
Terapi : bedah, radiasi, sitostatik tergantung
stadium dan keadaan umum
Histopatologi
Supraglotis (15%)
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Karsinoma terbatas di supraglotis,
gerakan normal
T2 : Tumor mengenai glotis, fiksasi (-)
T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi (+)
T4 : Tumor melewati laring
Glotis (80%)
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada pita suara, gerakan normal
T2 : Tumor meluas ke supraglotis atau subglotis, gerakan
pita suara normal
T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi pita suara
T4 : Tumor melewati batas laring
Subglotis (5%)
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada subglotis
T2 : Tumor meluas ke pita suara
T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi pita suara
T4 : Tumor melewati batas laring
Keterlibatan kelenjar (N)
Nx : kelenjar tidak dapat dinilai
N0 : klinis tidak ada tumor
N1 : Kelenjar homolateral, diameter < 3 cm
N2 : kelenjar homolateral ,diameter 3-6 cm
N3 : kelenjar homolateral massif, bilateral atau
kontralateral
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
---------------------------------
Stadium III : T3 N0 M0
T1-T3 N1 M0
Stadium IV : T4 N0 M0
tiap T N2 M0
tiap T N2 M0
tiap T tiapN M1
Gejala dan Tanda
Suara serak
Sesak nafas dan stridor
Nyeri tenggorok
Disfagia
Batuk dan haemoptisis
Pembengkakan pada leher
Diagnosis
1. Anamnese
2. Pemeriksaan rutin THT
3. Laringoskopi direct
4. Radiologi : foto polos leher dan dada
5. Radiologi khusus : politomografi, CT Scan, MRI,
PET
6. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi laring, sbg
diagnosa pasti
DIAGNOSIS BANDING
1. TBC laring
2. Lupus eritematosus laring
3. Sifilis laring
4. Tumor jinak laring
5. Penyakit kronis laring
PENGOBATAN