Anda di halaman 1dari 69

Abdul Rachman Saragih

Sub Bagian Faringolaringologi


Bagian THT FK USU / RSUP H. Adam1
Malik Medan
KELAiNAN PADA LARiNG
Kelainan Kongenital
Peradangan
Nodul Pita Suara (Vocale Nodule)
Keratosis Laring

2
Kelainan Kongenital Laring
1. Laringomalacia
 Paling sering ditemukan
 Std. Awal : epiglottis lemah
 Gejala Awal : Stridor ok lemahnya rangka laring
 Tanda sumbatan jalan nafas : retraksi suprasternal,
epigastrium, interkostal dan supraklavikular.
 Bila sumbatan berat  Intubasi Endotrachea
 Tidak boleh dilakukan Tracheostomy ok srg disertai
Tracheomalacia.

3
Laringomalacia

4
2. Stenosis Subglotik Kongenital
 Penyempitan (stenosis) sering pd 2-3 cm dari pita suara.
 Kelainan yang menjadi penyebab :
 Penebalan jar. submukosa dgn hiperplasia kel. mukus &
fibrosis.
 Kelainan btk. Cart. Cricoid dgn lumen lbh kecil
 Btk. Cart. Cricoid normal dgn ukuran lbh kecil
 Pergeseran cincin trachea I ke postero-superior ke dalam lumen
Cricoid.
 Gejala :
 Stridor
 Dispnea
 Retraksi suprasternal, epigastrium, intrekostal dan
subklavikula.
 Sianosis dan apnea pd std. Berat  Respiratory Distress.
5
Terapi :
• Tergantung kelainan penyebab
• Umumnya dgn dilatasi atau laser CO2.
• Bila ok kelainan btk cartilago 
pembedahan/rekonstruksi.
6
3. Selaput di Laring (Laryngeal Web)
 Selaput transparan (web) yg tumbuh di daerah glotik (75
%), supraglotik (12 %) & subglotik (13%).
 Gejala : Sumbatan laring
 Terapi : Bedah mikro laring dgn laringoskop suspensi.

7
4. Kista Kongenital
Srg tumbuh di pangkal lidah atau plika ventrikularis.
Terapi : Bedah mikro utk mengangkat kista

5. Hemangioma
Biasanya timbul di daerah subglotik dan leher.
Gejala : Hemoptisis dan sumbatan laring
Terapi : Bedah laser, kortikosteroid atau obat-obat
skleroting.
6. Fistel Laringotrakea-Esofagal
Tjd ok kegagalan penutupan ddg post. Cart. Cricoid.
Gejala : Aspirasi Pneumonie, sumbatan laring.

8
Peradangan Laring
1. Laringitis Akut
 Umumnya kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).
 Dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas terutama pd anak-
anak.
 Etiologi : - Bakteri  peradangan lokal
- Virus  peradangan sistemik
 Gejala dan Tanda:
 demam
 malaise
 suara parau sampai afonia
 nyeri ketika menelan atau berbicara
 sumbatan laring
 batuk kering, bisa disertai dahak kental
 Pd pemeriksaan : mukosa laring hiperemis, membengkak pd supra dan
subglotik.
 Tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal.
9
Terapi :
Istirahat bicara/bersuara 2-3 hari.
Menghirup udara lembab.
Menghindari iritan seperti rokok, makanan
pedas atau minum es.
Antimikroba bila radang berasal dr. paru.
Trakeostomi / Endotracehal Tube
 bila terjadi sumbatan laring.

10
2. Laringitis Kronis
 Etiologi :
 Sinusitis Kronis
 Deviasi septum yg berat
 Polip hidung
 Bronkhitis kronis
 Penyalahgunaan suara (Vocal abuse) spt. biasa bersuara
keras atau berteriak
 Gejala :
 Suara parau menetap
 Rasa tersangkut di tenggorok  pasien mendehem
tanpa sekret ok mukosa menebal
 Pd pemeriksaan: mukosa menebal, tidak rata, hiperemis

11
Terapi :
• Pengobatan peradangan di hidung, faring
serta bronkhus yang menjadi penyebab.
• Vocal Rest
(pasien tidak banyak berbicara)

12
3. CROUP
= Infeksi laring  berkembang cepat  stridor & obstruksi
jalan nafas.
Dapat tjd pd semua usia namun terutama menyerang pada
anak usia < 6 thn
Gambaran Klinis dibagi atas:

Supraglotitis
Laringotrakeobronkitis (Infraglotitis)

13
Perbedaan gambaran klinis Croup

Supraglotitis Infraglotitis (Laringotrakeobronkitis)

3-6 thn < 3 thn


Awitan dlm bbrp jam Awitan dlm bbrp hari
Suara jernih Serak
Disfagia -
Mengiler -
Posisi duduk, mulut terbuka, dagu Berbaring
mengarah kedepan
Jarang kambuh Dapat kambuh
Perjalanan cepat Bbrp hari – minggu
Radiogram lateral  edema Foto leher Normal
supraglotis
Ertiologi : Haemophilus Influenzae, Etiologi: virus
Streptococcus viridans, jarang oleh
virus
14
Epiglotitis Akut

15
Penatalaksanaan Croup
Hidrasi yang adekuat
Pemberian udara dingin dan lembab (uap air
berpartikel kecil)
Antibiotik (Ingat 20 % Haemophilus Influenzae
resisten Ampicilin)
Kortikosteroid dosis tinggi
Bantuan Pernafasan bila kemunduran tetap terjadi
setelah diterapi
Pengawasan secara terus menerus
Intubasi hidung
Bila anak kolaps respirator dan trakeotomi bila
diperlukan
Croup umumnya sembuh dlm 48-72 jam 
ekstubasi
16
3. Laringitis Kronis Spesifik
A. Laringitis Tuberculosis
 Infeksi sekunder TBC paru
 Sering menetap walau TBC paru sudah sembuh ok
mukosa yg lengket ke tlg. rawan serta vaskularisasi
yg tidak sebaik paru.
 Patogenesis :
 Infeksi melalui udara pernafasan
 Penyebaran melalui aliran darah/limfe
 Dpt menimbulkan ggn sirkulasi
 Edema pd fosa interaritenoid, aritenoid, plika vokalis, plika
interventrikularis, epiglotis dan subglotik
 Gambaran Klinis (tergantung stadium):
 Stadium Infiltrasi
 Stadium Ulserasi
 Stadium Perikondritis
 Stadium pembentukan tumor
17
Gejala Klinis :
Tgt. stadium
Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
Suara parau berlangsung berminggu-minggu, sedangkan pd
stadium lanjut dpt timbul afonia.
Hemoptisis
Nyeri waktu menelan yg hebat dibanding radang lainnya 
khas
Keadaan umum buruk
Proses aktif pd pemeriksaan paru (klinis dan radiologik)  std
eksudatif/pembentukan kaverne.
Diagnosis Banding :
Laringitis Luetika
Karsinoma Laring
Aktinomikosis Laring
Lupus vulgaris Laring

18
Diagnosa berdasarkan :
Anamnese
Gejala dan pemeriksaan klinis
Laboratorium
Foto Toraks
Laringoskopi direk/indirek
Pemeriksaan PA
Terapi :
Obat anti TBC primer dan sekunder
Vocal Rest
Prognosa:
Tgt pd. keadaan sosial ekonomi, sanitasi, ketekunan
berobat.
Bila diagnosis pd std. dini  prognosa baik

19
B. Laringitis Luetika
 Jarang ditemukan
 Pada Laring  Std. Tertier (pembentukan guma) mirip
keganasan.
 Gambaran klinik :
 Timbul ulkus bila guma pecah
 Ulkus menyebabkan nyeri menjalar cepat  perikondritis
 Gejala:
 Suara parau
 Batuk Kronis
 Disfagia (bila guma dekat introitus esofagus).
 Diagnosa dr pem. Laringoskopik dan serologik.
 Komplikasi :
 Pd. penyembuhan spontan  Stenosis Laring krn pbtk. Jar. parut
 Terapi :
 Penicillin dosis tinggi
 Pengangkatan sekuester
 Tracheostomi bila tjd. penyumbatan laring.
20
Nodul Pita Suara
(Vocale Nodule)
 Etiologi : Vocal abuse jangka lama pd guru, penyanyi, dsb
 Disebut juga Singers node
 Gejala :
 Suara parau
 Terkadang disertai batuk
 Pd pemeriksaan : nodul pita suara sebesar kacang hijau,
warna keputihan di 1/3 ant. atau tengah pita suara.
 Bila nodul bilateral  simetris

21
Vocale Nodule
Diagnosa :
Pemeriksaan laringoskopi direk/indirek
Terapi :
Laryngeal microsurgery (Bedah mikro Laring)
 kirim ke PA

22
Keratosis Laring
 Pertandukan sebagian mukosa
 Leukoplakia
 Plg sering pd pita suara dan fosa interarytenoid
 Etiologi : Tidak jelas
 Gejala : Suara parau yang persisten tanpa stridor/sesak
nafas.
 Terapi : Bedah mikro Laring
 Observasi sebaik mungkin  precancerous (15% mjd
maligna).

23
SUMBATAN LARING
Etiologi :
 Radang akut dan kronis
 Benda asing
 Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata
tajam dan tindakan medik dengan gerakan tangan yang kasar.
 Tumor ganas atau jinak
 Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral

Gejala danTanda :
 Serak (disfoni)
 Sesak nafas (dispnea)
 Stridor ketika inspirasi
 Retraksi pada supraklavikula, intercostal, dan epigastrium.
 Gelisah ok air hunger
 Muka pucat dan sianosis karena hipoksia

24
Pembagian stadium menurut Jackson :
 Stad. 1 : retraksi suprasternal dan stridor tenang
 Stad. 2 : retraksi suprasternal & epigastrium,
gelisah
 Stad. 3 : retraksi suprasternal, infraklavikula, dan
intercostal, gelisah serta dispnea.
 Stad. 4 : retraksi sangat jelas, sianosis, paralisa
pusat pernafasan ok hiperkapnea,
penderita tenang spt tidur  mati ok
asfiksia
Penanggulangan :
 Prinsip : melancarkan jalan nafas
 Konservatif : antiinflamasi, anti alergi, antibiotik, oksigen intermitten
 std. 1 ok inflamasi.
 Tindakan Operatif (tergantung stadium):
 Std. 2 dan 3  Intubasi endotrakea (pilihan utama) dan trakeostomi.
 Std. 4  krikotirotomi
25
Intubasi Endotrakea.
Indikasi :
 Mengatasi sumbatan sal. nafas atas
 Membantu ventilasi
 Mempermudah pingisapan sekret dari trak.
Tracheobronchial.
 Mencegah aspirasi sekret yg ada di rongga mulut atau dari
lambung.
Pipa endotrakea terbuat dari PVC dgn cuff pada ujungnya dan
dapat diisi udara serta berukuran 7 - 8,5 mm utk dewasa.
Berdasarkan cara pemasukan:
 Intubasi orotrakea ( melaului mulut )
 Intubasi nasotrakea ( melalui hidung )
Komplikasi  stenosis laring/trakea ( harus dirawat di ICU
dan tidak boleh melebihi 6 hari ).
26
Trakeostomi
Adalah tindakan membuat lubang pd ddg anterior
trakea untuk bernafas.
 Pembagian letak berdasarkan lokasi stoma diatas
atau dibawah cincin trakea III.
 Menurut waktu  darurat (emergency) dan
elektif/berencana (lege artis).
Indikasi :
 Mengatasi obstruksi laring
 Mengurangi dead air space  pd kerusakan paru
dgn kapasitas vital yang berkurang.
 Mempernudah pengisapan sekret  pd keadaan
koma
 Untuk memasang respirator (alat bantu nafas)
 Pengambilan benda asing dari subglotik bila tidak
27 ada bronkoskopi.
28
Perasat Heimlich (Heimlich
Maneuver)
 Merupakan suatu cara mengeluarkan
benda asing yg menyumbat laring
secara total atau benda asing ukuran
besar yg terletak di hipofaring.
 Prinsip  memberi tekanan pada
paru.
 Dilakukan tekanan keatas dan
kedalam rongga perut shg diafragma
terdorong keatas shg udara
mendorong sumbatan laring keluar
dlm 3-4 kali hentakan.
 Dapat dilakukan pd org dewasa dan
pada anak-anak

29
RADANG
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik Demam
• stridor * DIFTERI - Trakeostomi
• sesak napas - ADS
• cekungan: * NON DIFTERI  - Antibiotika
- suprasternal - Kortkosteroid
- epigastrium TUMOR LARING
- sela iga •Mikrolaringoskopi
- sekitar klavikula • JINAK
• suara parau • GANAS
• sianosis
KELAINAN KONGENITAL LARING  Intubasi
• laringomalasia
• trakeomalasia
• lesi anatomik
• kelumpuhan pita suara
SUMBATAN LARING TINDAKAN SEGERA • anomali pembuluh darah
* laringoskopi
* bebaskan jalan napas
* intubasi/ trakeostomi/ PARESIS POSTIKUS BILATERAL  Trakeostomi
* krikotirotomi pasca tiroidektomi
* oksigen
TRAUMA LARING  Eksplorasi
Trakeostomi
Pem. Penunjang
• laringogram BENDA ASING DI LARING  - Perasat Heimlich
• CT Scan (atas indikasi) - Laringoskopi
Benda Asing di Saluran Nafas
 Berasal dr dalam (endogen) dan luar tubuh
(eksogen) yg dlm keadaan normal tidak ada.
 Jenis benda asing eksogen:
 Padat : kacang-kacangan, tulang, paku, jarum, peniti,
dll.
 Cair : iritatif (bahan kimia) dan non iritatif (cairan dgn
pH 7,4.
 Jenis benda asing endogen :
 Sekret yg kental
 darah atau hematom
 nanah/pus
 krusta
 perkijuan
 membran difteri
 bronkolit
 amnion & mekonium  pd bayi saat persalinan
31
Etiologi/ faktor predisposisi :
Faktor yg mempemudah aspirasi benda asing :
faktor personal,
kegagalan mekanisme proteksi normal,
faktor fisik,
proses menelan tdk sempurna pd anak,
faktor dental dan medikal,
Faktor kejiwaan,
kecerobohan.

32
Insidensi
55 %  anak< 4 thn  insidens kematian lbh tinggi.
Bayi < 1 thn  gawat nafas krn aspirasi benda asing
mrpkn peny. utama kematian (National Safety Council,
1981)
Kacang dan biji-bijian  anak 2-4 thn ok belum ada gigi
molar lengkap  tidak dikunyah sempurna.
6-8 % benda asing radiolusen ok terbuat dari plastik 
sukar diagnosa scr radiologik.
Dapat menjadi penyebab penyakit paru akut/kronis 
dianggap sebagai diagnosis banding.

33
Diagnosa

Berdasarkan anamnesa adanya riwayat tersedak sesuatu.


Choking (rasa tercekik)
Endoskopik
Radiologis sbg penunjang

34
Gejala dan Tanda
A. Stadium permulaan :
Violent paroxysms of coughing (batuk hebat tiba-
tiba)
Choking (tercekik)
Gagging (tersumbat di tenggorok)
Sputtering (bicara gagap)
Obstruksi jalan nafas
B. Stadium kedua :
Diikuti interval asimptomatik ok refleks melemah
 berbahaya (gejala dan tanda tidak jelas).
C. Stadium Ketiga :
Komplikasi dgn obstruksi, erosi/infeksi, batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.
35
TRAUMA LARING
Etiologi menurut Ballenger :
Trauma mekanik eksternal (trauma tumpul, tajam,
komplikasi trakeostomi/krikotirotomi) dan internal
(endoskopi, intubasi endotrakea atau pemasangan NGT).
Akibat luka bakar oleh panas dan kimia (alkohol,
amonia, Natrium hipoklorit, lisol) yang terhirup.
Akibat radioterapi
Trauma otogen akibat vocal abuse

36
Patofisiologi
Edema plika ariepiglotik dan plika ventrikularis.
Mukosa faring dan laring mudah robek  infeksi
sekunder (selulitis, abses, fistel) dan emfisema
subkutis.
Fraktur dan dislokasi tlg rawan laring.
Kerusakan perikhondrium  hematoma, nekrosis
tlg rawan, perikondritis.
Pembagian menurut Boyes (1968) :
Trauma dgn kelainan mukosa saja.
Trauma beserta hancurnya tlg rawan (crushing
injuries).
Trauma dgn kehilangan sebagian jaringan.
37
Gejala Klinik :
Stridor perlahan sampai kuat.
Disfoni/afoni
Emfisema subkutan
Hemoptisis
Disfagi/odinofagi

38
Penatalaksanaan :
1. Luka Terbuka
 Diagnosis  gelembung udara di daerah luka ok
keluar dari trakea.
 Ditujukan utk perbaikan sal nafas dan mencegah
aspirasi ke paru.
 Tindakan segera : Trakeostomi dgn kanul yang
memakai balon.
 Eksplorasi mencari dan mengikat pemb. Darah.
 Antibiotika dan serum ATS.
 Komplikasi : aspirasi darah, paralisis pita suara
dan stenosis laring.

39
2. Luka Tertutup ( closed injury)
 Diagnosis lebih sulit tapi penting utk menentukan
tindakan selanjutnya melalui laringoskopi direk
atau indirek, foto jar. lunak leher, foto toraks, CT-
scan.
 Tindakan eksplorasi dan konservatif tergantung
diagnosa diatas.
 Konservatif :
 Istirahat suara
 Humidifikasi
 Kortikosteroid bila mukosa edem, hematom atau
laserasi ringan tanpa sumbatan laring.
 Indikasi eksplorasi :
 Sumbatan nafas yg perlu trakeostomi
 Emfisema subkutis yg progresif
 Laserasi mukosa yg luas
40
 Terbukanya tlg rawan krikoid
 Paralisis bilateral pita suara
Eksplorasi :
Insisi kulit horizontal utk reposisi tulang
rawan/sendi yang fraktur/dislokasi.
Menjahit mukosa robek dgn gelambir (flap) atau
kulit (graft).
Sbg penyanggah lumen laring  stent atau mold
dari silastik, porteks atau silikon selama 4-6 mgg.

Komplikasi :
Terbentuk jar. parut dan stenosis laring.
Paralisis nervus rekuren.
Infeksi luka  perikondritis.

41
TUMOR LARING
TUMOR JINAK LARING

PAPILOMA LARING
 Tumor jinak yang paling sering dijumpai
 Dibagi 2 jenis :
1. Juvenil (multiple)
2. Adult (solitary)
Bentuk juvenil / multiple

 Tumor jinak laring yg paling sering pada anak


5-15 thn

 Dapat regresi saat dewasa ?

 Etiologi: human papiloma Virus (berhubungan dgn


maternal condilomata, cutaneous warts)

 Tumor bergerombol spt buah murbei, warna putih


kelabu/kemerahan  pada pita suara, dpt juga mengenai
eksatralaringeal spt trakea,bronkus,dll
 Gejala  suara serak, batuk, sesak nafas, stridor
 Diagnosis anamnese, gejala klinik,laringoskopi
direct,biopsi dan histopatologi
 Terapi :
- Ekstirpasi papiloma dgn bedah
mikrolaring/laser
- Autogenous vaccine
- Interveron
- Obat antivirus,dll
 Sering rekurensi
 Radioterapi tidak dianjurkan malignansi
Bentuk dewasa / adult / solitary

 Sering pada laki-laki


 Premalignancy
 Letak: 2/3 anterior pita suara,ventrikular band,
komisura anterior
 Gejala  suara serak
 Laringoskopi indirect  massa bertangkai, putih
kelabu/kemerahan,permukaan spt kutil
 Terapi  bedah mikrolaring.
Pengangkatan yg tidak bersih  rekurensi
* Lokalisasi : - komisura anterior bag. bawah
- 1/3 bag. depan pita suara

* Sifat : - bertangkai
- licin mengkilat
- konsistensi kenyal
- pria > wanita
- usia (20-21)  60 thn
• Gejala : 1. Kalau kecil  (-)
2. Kalau besar  gangguan suara
3. Kalau bertangkai  ggn suara
sampai hilang kalau berteriak
• Pemeriksaan :
- Laringoskopi indirek  tampak massa
- Laringoskopi direk
• Terapi : - Ekstirpasi
hati-hati terhadap lig. Vocale  pakai
mikroskop
Fibroma
• Etiologi : Radang kronis
• Lokasi : - Komisura anterior
- 1/3 bag. depan pita suara
• Gejala :
- Fibroma kecil  (-)
- Fibroma besar  gangguan suara
- Besar sekali  menutup aditus laring 
dispnoe  sianosis  asfiksia
• Tindakan :
- Trakeostomi
- Ekstirpasi dgn memakai mikroskop
CHONDROMA

Jarang dijumpai
Lokasi : kartilago krikoid, kartilago aritenoid
Tumbuh lambat
Gejala : suara serak
Terapi : bedah
TUMOR GANAS LARING
(KARSIN0MA LARING)
Urutan ke 3 keganasan THT ( setelah karsinoma
nasofaring, tumor hidung dan sinus paranasal)
laki-laki >>  perbandingan 8:1, usia 50-60 thn
Etiologi ??  rokok,alkohol, sinar radio aktif,
polusi udara, asbestosis, dll
Terapi : bedah, radiasi, sitostatik  tergantung
stadium dan keadaan umum
Histopatologi

 Karsinoma sel skuamosa : 95-98%


 Adenokarsinoma : insidens 1%, sering metastae ke
paru, hepar, 5 YSR sangat rendah, terapi reseksi
radikal + neck diseksi + radiasi post operatif
 Kondrosarkoma  tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20%, aritenoid 10%, laki-laki 40-60 thn, terapi
laringektomi total.
Klasifikasi

Berdasarkan UICC tumor laring dibagi atas:


1. Supraglotis : mulai dari tepi epiglotis -
ventrikel laring
2. Glotis : pitra suara, komisura anterior,
komisura posterior
3. Subglotis : 10 mm dibawah pita suara-
kartilago krikoid
Tumor primer (T)
Tx : Tumor tidak dapat dinilai
T0 : Tumor primer tidak ada

 Supraglotis (15%)
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Karsinoma terbatas di supraglotis,
gerakan normal
T2 : Tumor mengenai glotis, fiksasi (-)
T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi (+)
T4 : Tumor melewati laring
Glotis (80%)
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada pita suara, gerakan normal
T2 : Tumor meluas ke supraglotis atau subglotis, gerakan
pita suara normal
T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi pita suara
T4 : Tumor melewati batas laring

Subglotis (5%)
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada subglotis
T2 : Tumor meluas ke pita suara
T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi pita suara
T4 : Tumor melewati batas laring
Keterlibatan kelenjar (N)
Nx : kelenjar tidak dapat dinilai
N0 : klinis tidak ada tumor
N1 : Kelenjar homolateral, diameter < 3 cm
N2 : kelenjar homolateral ,diameter 3-6 cm
N3 : kelenjar homolateral massif, bilateral atau

kontralateral

Metastase jauh (M)


M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : terdapat metastase jauh
Stadium

Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
---------------------------------
Stadium III : T3 N0 M0
T1-T3 N1 M0
Stadium IV : T4 N0 M0
tiap T N2 M0
tiap T N2 M0
tiap T tiapN M1
Gejala dan Tanda

Suara serak
Sesak nafas dan stridor
Nyeri tenggorok
Disfagia
Batuk dan haemoptisis
Pembengkakan pada leher
Diagnosis

1. Anamnese
2. Pemeriksaan rutin THT
3. Laringoskopi direct
4. Radiologi : foto polos leher dan dada
5. Radiologi khusus : politomografi, CT Scan, MRI,
PET
6. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi laring, sbg
diagnosa pasti
DIAGNOSIS BANDING

1. TBC laring
2. Lupus eritematosus laring
3. Sifilis laring
4. Tumor jinak laring
5. Penyakit kronis laring
PENGOBATAN

1. Pembedahan  - laringektomi parsial


- laringektomi total
- diseksi leher
2. Radiasi
3. Sitostatika
Laringektomi Parsial
 Indikasi : karsinoma stad I atau stad II
 Dibedakan atas :
1.Laringektomi parsial vertikal (hemilaringektomi)
- Kordektomi
- Laringektomi parsial frontal
- Laringektomi parsial lateral
- Laringektomi frontolateral
- Laringektomi frontolarteral diperluas
2. Laringektomi parsial horizontal
- Epiglotektomi
- Laringektomi parsial supraglotik
- Laringektomi parsialsupraglotis diperluas
( laringektomi suprakrikoid)
Laringektomi Total

Adalah tindakan mengangkat seluruh struktur laring


sampai batas bawah cincin trakea ( tergantung
perluasan tumor)
Indikasi untuk tumor stadium III dan IV
Post laringektomi total  bernafas lewat trakeostomi,
fungsi menelan kembali setelah luka op sembuh, suara
harus menggunakan suara esofagus atau vibrator
elektronik
Komplikasi laringektomi

o Hematoma dan empyema


o Fistel
o Infeksi luka operasi
o Bronkopneumoni, atelektasis
o Ulkus peptikum
o Striktur
o Hipotyroidism / hipoparatyroidism
Diseksi leher radikal

Tidak dilakukan untuk tumor glotis stad I - II


 kemungkinan metastase <<<
Indikasi untuk tumor supraglotis & subglotis serta
tumor glotis stad lanjut
Kontraindikasi :
- Metastase jauh (+)
- Tumor primer tidak dapat dikontrol
- Tumor mengenai tulang vertebra
servikalis atau dasar tengkorak
Radioterapi

Untuk tumor glotis dan supraglotis stadium I & II 


kesembuhan 90%
(STADIUM DINI)
69

Anda mungkin juga menyukai