Anda di halaman 1dari 32

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA

REMAJA PUTRI

Disusun Oleh:

NAMA : ANIS NUR DIANA SAFITRI

NIM : 23144010001

KELAS : 1A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita


anemia. Alasan para maemaja putri berisiko lebih tinggi terkena anemia
dibandingkan dengan remaja laki-laki karena pada masa itu remaja putri
mengalami menstruasi dan juga kurang pengetahuan terhadap anemia. Pada saat
remaja putri mengalami menstruasi membutuhkan lebih banyak zat besi untuk
menggatikan kehilangan darah akibat menstruasi tersebut (Dardjito dan
Anandari, 2016). Alasan kedua yaitu karena memiliki kebiasaan makan
makanan yang tidak bergizi (Dardjito dan Anandari, 2016) . Nilai ambang batas
untuk anemia menurut (WHO, 2001) adalah umur 5-11 tahun < 11,5 g/dL, umur
12-14 tahun ≤ 12,0 g/dL sedangkan diatas 15 tahun untuk perempuan > 12,0
g/dL dan laki-laki > 13,0 g/dL.
Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar haemoglobin dalam
darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. Anemisa
merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan
fisiologis tubuh (Kemenkes, 2019). Anemia juga dapat diartikan sebagai kondisi
tubuh dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal.
Hemoglobin adalah salah satu komponen sel darah merah atau eritrosit yang
berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya keseluruh jaringan
tubuh (WHO, 2011)
Angka anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Di Indonesia
prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 27,2% pada kalangan usia umur
15-24 tahum. Sedangkan prevalensi anemia pada remaja putra yaitu 20,3%. Hal
ini menyebabkan anemia merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
kalangan remaja khsususnya remaja putri di Indonesia (Kemenkes, 2021).
Namun, melalui pernyataan dari siswi MTSN 1 Bondowoso sebagai
responden, tidak terdapat sosialisasi dan realisasi pemberian tablet tambah
darah di sekolah. Sehingga, banyak remaja putri yang masih kurang
memahami pentingnya mencegah anemia dengan mengkonsumsi tablet tambah
darah dan makanan dengan gizi seimbang. Hal ini mengkhawatirkan melihat
bahwa Kabupaten Bondowoso memiliki sekitar 39,2% remaja putri yang
berisiko anemia berdasarkan hasil wawancara terhadap Dinas Kesehatan
Bondowoso 2021. Kurangnya pemahaman bahaya anemia pada remaja putri
dan rendahnya kepatuhan remaja dalam mengkonsumsi tablet tambah
darah dapat meningkatkan angka kejadian anemia pada tahun- tahun
berikutnya (Salsabila, 2023)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja definisi zat
gizi besi, peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah
dan lain-lain (Kemenkes, 2016). Faktor lainnya ialah pendidikan serta
pemilihan makanan yang dikonsumsi (Fadila dan Kurniawati, 2018). Faktor
penyebab tersebut jika tidak dicegah dan ditanggulangi dengan baik maka akan
menyebabkan dampak negatif pada sehari-hari yaitu ditandai dengan 5L
(Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lalai) ,Selain itu juga mudah terkena penyakit,
menurunnya kebugaran tubuh, berkurangnya daya pikir dan konsentrasi,
menurunnya prestasi dan semangat belajar (Kemenkes, 2016).
Anemia pada remaja dapat dicegah sejak dini dengan cara pola makan
bergizi simbang, mengkonsumsi makanan kaya zat besi yang bersumber hewani
seperti daging, kacang merah, brokoli, ikan, bayam dan lain-lain, selain itu juga
harus di imbangi dengan mengkonsumsi Tamblet Tambah Darah (TTD) secara
teratur 1 tablet tiap minggu (Kemenkes, 2020)
Berdasarkan dari pemaparan diaatas anemia pada remaja putri
dipenaguhi oleh beberapa faktor. Pemilihan makanan yang dikonsumsi,
kekurangan zat besi, asupan makanan yang tidak seimbang, mestruasi dengan
kehilangan darah yang tinggi. Sehingga diperlukan pencegahan dan
penanggulangan amenia pada remaja putri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Remaja Anemia?
2. Gejala Apa Saja Yang Dialami Remaja Anemia ?
3. Apa Faktor Penyebab Anemia?
4. Bagaimana Mengatasi Anemia Pada Remaja Putri ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui kondisi remaja yang terkena anemia
2. Untuk mengetahui gejala apa saja yang dialami pada remaja yang terkena
anemia
3. Untuk mengetahui faktor penyebab anemia
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anemia pada remaja putri
1.4 Manfaat Masalah
Remaja dapat mengetahui tentang apa itu anemia, faktor anemia, ciri-ciri
anemia bagaimana cara mencegah anemia
1.5 Fokus Penelitian

Penelitian ini fokus pada remaja terhadap faktor anemia terutama pada
remaja putri dengan melakukan penelitian melalui wawancara dan kuisioner
pada mahasiswa prodi D3 Keeperawtan dan aremaja – remaja putri lainnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)


dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Anemia juga
merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau masa haemoglobin (Hb) sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pemabawa oksigen ke seluruh jaringan
(Astutik, Ertiana, 2018). Hemoglobin adalah salah satu komponen
dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan
oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen
dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain
kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas.
Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk
sel darah merah/eritrosit (WHO, 2011). Jadi kesimpulannya anemia
adalah kondisi tubuh yang kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari normal.

2.1.2 Aspek Anemia

Beberapa aspek anemia dilakukan dengan pemeriksaaan


laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan
metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2001). Hal ini sesuai dengan
Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Remaja putri menderita
anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12
g/dL (WHO, 2011).
Aspek Anemia menurut kelompok umur

Non Anemia (g/dL)


Kelompok Usia Anemia
Ringan Sedang Berat
(g/dL)
Anak 6-59 Bulan 11 10.0 - 10.9 7.0 – 9.9 <7.0
Anak 5 – 11 Tahun 11.5 11.0 – 11.4 8.0 – 10.9 <8.0
Anak 12 – 15 Tahun 12 11.0. – 11.9 8.0 – 10.9 <8.0
Perempuan tidak hamil
12 11.0 – 11.9 8.0 – 10.9 <8.0
(≥ 15 tahun)
Ibu hamil 11 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 <7.0
Laki – Laki (≥ 15
13 11.0 - 12.9 8.0 – 10.9 <8.0
tahun)
Sumber : WHO, 2011

2.1.3 Ciri - Ciri Anemia

Terdapat beberapa gejala anemia yang dapat dialami oleh


remaja seperti berikut, diantaranya yaitu (kemenkes, 2023) :

1. Ditandai dengan 5L ( Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lalai)

2. Mengalami perubahan suasana hati

3. Kulit yang terlihat lebih pucat

4. Sering mengalami pusing

5. Mengalami jaundice (kulit dan mata menjadi kuning)

6. Detak jantung berdebar lebih cepat dari biasanya.

7. Mudah terkena penyakit

8. Berkurangnya daya pikir dan konsentrasi

9. Menurunnya prestasi belajar dan semangat belajar


10. Mengalami sesak nafas, sindrom kaki gelisah hingga kaki dan
tangan bengkak apabila mengalami anemia berat.

2.1.4 Faktor - Faktor Anemia

Defiensi besi, defiensi asam folat, vitamin B12 dan protein


merupakan bebrapa faktor terjadinya anemia. Kurang produksi dan
kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara
akut dan menahun dapat menyebabkan anemia secara langsung
(Kemenkes, 2018).

Ada 3 faktor anemia, yaitu :

1. Defisiensi zat gizi


 Asupan gizi yang rendah baik hewani dan nabati yang
merupakan sumber pangan untuk pembuatan Hemoglobin
sebagai komponen dari sel darah merah atau eritrosit. Asam
folat dan Vitamin B12 juga berperan sangat penting dalam
pembuatan Hemoglobin (Hb) (Kemenkes RI, 2018)
 Kurangnya asupan zat gizi pada penderita anemia yang
mempunyai penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,
dan penyakit ganas lainnya (Kemenkes RI, 2018)
2. Pendarahan (Loss of blood volume)
 Kadar Hemoglobin (Hb) yang menurun dapat terjadi
dikarenakan pemdarahan, sebagai contoj kecacingan dan
trauma luka (Kemenkes RI, 2018)
 Pendarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
(Kemenkes RI, 2018).
3. Hemolitik
 Penderita malaria kronis perlu diwaspadi karena dapat terjadi
hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(Hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa
(Kemenkes RI, 2018).
 Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara
genetik yang menyebabkan anemia karena sel darah merah
atau eritrosit cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi
zat besi dalam tubuh (Kemenkes RI, 2018)
2.1.5 Dampak Anemia
Anemia Pada Remaja Putri dapat menyebabkan dampak buruk
diantaranya yaitu (Kemenkes RI, 2018) :

1. Penderita Anemia mudah terkena penyakit karena menurunnya


daya tahan tubuh
2. Ketangkasan berpikir dan kebugaran menurun karena oksigen ke
sel otot dan otak.
3. Anemia apda remaja putri juga bedampak pada prestasi belajar,
produktifitas kerja dan kinerja.

Perlu di ketahui dampak anemia pada remaja putri sanagat


berbahaya karena akan terbawa hingga dia menjadi ibu hamil anemia
yang dapat mengakibatkan (Kemenkes RI, 2018) :

1. Pada remaja putri yang terkena anemia hingga menjadi ibu hamil
dapat meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),
Prematur, BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah), dan gangguan
tumbuh kembang anak diantaranya Stunting dan gangguan
Neuokognitif.
2. Remaja putri yang terkena anemia hingga menjadi ibuhamil dapat
menyebabkan pendarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat
mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
3. cadangan zat besi (Fe) yang rendah pada bayi baru lahir akan
berkelanjutan menderita anemia pada bayi dan usia dini
4. Pada Ibu hamil yenga terkena anemia dapat menyebabkan risiko
kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.
2.1.6 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Untuk mencegah dan menaggulangi anemia dapat dilakukan


dengan cara memberikan asupan zat besi yang ke dalam tubuh untuk
meningkatkan pembetyukan hemoglobin. Upaya tersebt dapay
dilakukan dengan cara (Kemenkes RI, 2018):

1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi


Ada beberapa cara untuk mencegah anemia diantaranya,
yaitu meningkatkan asupan makanan sumber zashilat t besi dengan
pola makan makanan bergizi seimbang, yaitu terdiri dari aneka
ragam makanan terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi
(besi heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan AKG (Angka
Kebutuhan Gizi), meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat
besi (besi non-heme) juga sangat perlu, walaupun penyerapannya
lebih rendah dibandingkan dengan sumber pangan hewani. Contoh
makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani yaitu hati, ikan,
daging dan unggas, sedangkan contoh makanan yang kaya sumber
zat besi dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-
kacangan. Selain itu juga untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C, seperti jambu, jeruk. Penyerapan zat besi
dapat dihambat oleh zat lain, seperti tannin, fosfor, serat, kalsium,
dan fitat (Kemenkes RI, 2018).
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk
meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut merupakan pengertian
dari Fortikasi bahan makanan dimana penambahan zat gizi yang
dilakukan industri pangan, untuk itu disarankan agar membaca label
kemasan terlebih dahau untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Berikut makanan yang
sudah difortifikasi di Indonesia antara lain yaitu tepung terigu, beras,
minyak goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin
mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan
di rumah tangga dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga dengan
Multiple Micronutrient Powder (Kemenkes RI, 2018).

3. Suplementasi zat besi


Suplementasi zat besi yaitu keadaan dimana zat besi dari
makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat
dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi secara
rutin bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat,
dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di
dalam tubuh (Kemenkes RI, 2018).
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri
merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi
asupan zat besi. maka pemerintah menetapkan kebijakan program
pemberian TTD pada remaja dilakukan setiap 1 kali seminggu dan
sesuai dengan Permenkes yang berlaku. Pemberian TTD untuk
remaja diberikan secara blanket approach dimana seluruh remaja
putri diharuskan meminum TTD untuk mencegah anemia dan
meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh (Kemenkes RI, 2018).
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya Tablet
Tambah Darah (TTD) dikonsumsi bersama dengan (Kemenkes RI,
2018) :
1. Buah-buahan sumber vitamin C diantaranya yaitu ; jeruk,
pepaya, mangga, jambu biji dan lain-lain.
2. Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging.
Pelu diketahui hindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan :
1. Diminum dengan teh dan kopi karena teh dan kopi ini
mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat mengikat zat
besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat
diserap.
2. Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, karena dapat
menghambat penyerapan zat besi. Susu hewani biasanya
mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi sehingga
dapat menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus.

3. Yang terakhir obat sakit maag dimana yang berfungsi


melapisi permukaan lambung sehingga penyerapan zat besi
terhambat. Mengkonsumsi oabt maag yang mengandung
kalian akan menyababkana enyerapan zat besi akan semakin
terhambat.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Menurut WHO, remaja merupakan fase dari masa kanak-kanak
menuju remaja dengan rentang usia 10-19 tahun.Remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Permenkes RI No. 25, 2014)
sedangakan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah.Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini remaja sangat pesat mengalami pertumbuhan
dan perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga
dikelompokkan remaja terbagi dalam beberapa tahapan (Diananda,
2018) :
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14)
Pra remaja pada masa usia ini mempunyai masa yang sangat
pendek, kurang lebih hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 11,
12,13, atau 14 tahun. Pada usia ini juga bias dikatakan fase
negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif. Fase
juga bias dikatakan fase yang sukar untuk hubungan komunikasi
antara anak dengan orang tua. Selain itu perkembangan fungsi-
fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-
perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang
berubah dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang
pikirkan tentang mereka (Diananda, 2018).
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini remaja awal mengalami perubahan-perubahan
yang sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan
emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada
usia ini. Remaja awal pada saat ini mencari identitas diri karena
masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai
berubah. Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa
berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga (Diananda,
2018).
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Remaja pada usia ini dirinya ingin menjadi pusat perhatian;
ia ingin menonjolkan dirinya; dengan cara lain dengan remaja
awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, sangat bersemangat
dan mempunyai energi yang besar. Remaja pada usia ini akan
berusaha memantapkan identitas diri, dan ingin mencapai
ketidaktergantungan emosional (Diananda, 2018).

2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


Biasanya pertumbuhan dan perkembangan remaja ditandai dengan
(Wulandari, 2014) :
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan meningkat pada remaja cepat dan mencapai
puncak kecepatan. Pada fase remaja awal umur 11-14 tahun
karakteristik seks sekunder sudah mulai tampak, seperti
penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis
pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut pubis, atau rambut
ketiak. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada
tahap remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) sedangkan pada
tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan
reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik
(Wulandari, 2014) .

2. Kemampuan berpikir
Kemampuan berpikir remaja pada tahap awal adalah dengan
mencari nilai nilai dan energi baru serta membandingkan
normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelamin nya sama,
beda dengan remaja pada tahap akhir, mereka telah mampu
memandang masalah secara komprehensif dengan identitas
intelektual yang sudah terbentuk (Wulandari, 2014).
3. Identitas Pada tahap awal
Identitas remaja pada tahap awal di tunjukan dengan
ketertarikan terhadap teman sebaya yang di tunjukkan dengan
penerimaan atau penolakan, remaja pada tahap ini akan mencoba
berbagai peran contoh, kecintaan pada diri sendiri meningkat,
mengubah citra diri, mempunyai banyak fantasi kehidupan,
idealistis. stabilitas harga diri dan definisi terhadap citra tubuh
serta gender hampir menetap pada remaja di tahap akhir
(Wulandari, 2014).
4. Hubungan dengan orang tua
Ciri remaja pada tahap awal memiliki keinginan yang kuat
untuk tetap bergantung pada orang tua. pada tahap ini tidak terjadi
konflik utama dalam kontrol orang tua. sedangkan remaja pada
tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap
kemandirian dan kontrol. pada tahap ini terjadi dorongan besar
untuk emansipasi dan pelepasan diri. perpisahan emosional dan
fisik dari orang tua dapat di lalui dengan sedikit konflik pada
remaja tahap akhir (Wulandari, 2014).
5. Hubungan dengan sebaya
pada remaja tahap awal dan pertengahan ia akan mencari
afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan
yang di akibatkan oleh perubahan yang cepat, pertemanan akan
lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka akan
mulai mencoba mengeksplorasi kemampuan mereka untuk
menarik perhatian lawan jenis, mereka akan berjuang untuk
mengambil tempat di dalam kelompok, standar perilaku di bentuk
oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah
hal yang sangat penting. dan pada tahap akhir kelompok sebaya
mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk
pertemanan individu. lalu mereka akan mulai menguji hubungan
antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang
permanen (Wulandari, 2014).
Ada juga yang mengklasifikasikan perkemebnagan remaja ke dalam 9
kelompok yaitu (Putro, 2017) :
1. Kematangan emosional
2. Pemantapan minat-minat heterosesuksual
3. Kematangan sosial
4. Emansipasi dari control keluarga
5. Kematangan intelektual
6. Memilih pekerjaan
7. Menggunakan waktu senggang secara tepat
8. Memilih falsafah hidup
9. Identifikasi diri

Klasafikasi tersebut diperinci dalam suatu tabel berikut ini :

Dari arah Ke arah


Kematangan emosional
Tidak toleran dan bersikap Bersikap toleran dan merasa
superior nyaman.
Kaku dalam bergaul Luas dalam bergaul.
Peniruan buta terhadap teman Interdependensi dan mempunyai
sebaya self-esteem.
Kontrol orang tua Kontrol diri sendiri.
Perasaan yang tidak jelas tentang Perasaan mau menerima dirinya
dirinya sendiri atau orang lain dan orang lain
Kurang dapat mengendalikan diri Mampu menyatakan emosinya
dari rasa marah dan sikap secara konstruktif dan kreatif.
permusuhan
Perkembangan heteroseksualitas
Belum memiliki kesadaran tentang Menerima identitas seksualnya
perubahan seksualnya sebagai pria atau wanita
Mempunyai perhatian terhadap
Mengidentifikasi orang lain yang
jenis kelamin yang berbeda dan
sama jenis kelaminnya
bergaul dengannya
Bergaul dengan banyak temen Memilih teman-teman tertentu
Kematangan kognitif
Menyenangi prinsip-prinsip umum Membutuhkan penjelasan tentang
dan jawaban yang final. fakta dan teori.
Menerima kebenaran dari sumber Memerlukan bukti sebelum
otoritas. menerima.
Memiliki banyak minat atau Memiliki sedikit minat/perhatian
perhatian. terhadap jenis kelamin yang
berbeda dan bergaul dengannya
Bersikap subjektif dalam menafsir Bersikap objektif dalam
sesuatu menafsirkan sesuatu.
Filsafat Hidup
Tingkah laku dimotivasi oleh Tingkah laku dimotivasi oleh
kesenangan belaka. aspirasi
Acuh tak acuh terhadap prinsip- Melibatkan diri atau mempunyai
prinsip ideologi dan etika. perhatian terhadap ideologi dan
etika.

Tingkah lakunya tergantung pada Tingkah lakunya dibimbing oleh


tanggung jawab moral.
reintorcement (dorongan dari luar)

(Putro, 2017)

2.3 Faktor Anemia Terhadap Remaja


Terdapat beberapa faktor penyebab anemia pada remaja putri,
diantaramya yaitu ; pola makan yang kurang baik , pola menstruasi, infeksi
cacingan, durasi tidur yang kurang, kebiasaan mengkonsumsi teh atau kopi
setelah makan, kurangnya asupan vitamin C dan faktor ekonomi (Elisa,
Oktafany, Oktarlina, 2023).
Pada remaja putri resiko anemia pada lebih tinggi dibandingkan dengan
remaja laki-laki. Karena hal ini disebabkan oleh remaja putri yang mengalami
masa pubertas berupa menstruasi. Ketika menstruasi terdapat proses peluruhan
lapisan dinding rahim yang mengandung banyak sel pembuluh darah, jika
remaja putri mengalami pola menstruasi yang tidak teratur dan dalam frekuensi
yang sering maka dapat berakibat pada pendarahan yang lebih banyak dan
berpengaruh terhadap pembentukan kadar hemoglobin (Hb) di dalam tubuh
dan berakibat pada terjadinya anemia (Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
Pola makan yang kurang baik dapat memicu terjadinya anemia seperti
kurangnya asupan makan bergizi misalnya sayur-sayuran hijau, protein nabati
atau hewani, serta makanan lain yang merupakan sumber dari zat besi dapat
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya anemia. Zat besi sangat
diperlukan untuk membantu proses terjadinya pembentukan sel darah merah
yang akan meningkatkan jumlah kadar Hemoglobin (Hb) di dalam tubuh
(Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
Infeksi cacingan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan anemia.
Infeksi cacingan merupakan infeksi penyakit yang di sebabkan oleh nemotoda
yang ditularkan ke manusia, beberapa jenis cacing yang umum menginfeksi
manusia yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale. Infeksi cacingan dapat menyebabkan anemia
karena pada kondisi tersebut sebagian besar cacing melekat pada kait oral yang
kemudian dapat menyebabkan iritasi, alergi sampai dengan kehilangan darah
pada manusia (Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
Beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh manusia juga dapat menjadi
faktor terjadinya anemia seperti kebiasaan minum kopi, teh serta
mengkonsumsi kacang kedelai setelah makan dapat menjadi faktor terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan pada makanan dan minuman tersebut terdapat
kandungan kafein, tanin, oksalat, fitat yang merupakan inhibitor atau
penghambat dari penyerapan zat besi (Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
Durasi normal remaja dan dewasa untuk tidur adalah 6-8 jam. Karena
tidur merupakan kebutuhan penting manusia yang harus dipenuhi agar tubuh
dapat berfungsi dengan baik dan normal. Perlu diketahui tubuh kita akan
mengalami proses pemulihan untuk mengembalikan energi dan stamina tubuh,
sehingga pada saat kita bangun tubuh akan berada dalam kondisi yang optimal
dan prima (Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
Kurangnya asupan vitamin C dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Karena vitamin C sangat dibutuhkan tubuh untuk dapat membantu proses
penyerapan zat besi yaitu dengan cara melakukan reduksi terhadap Fe3+
sehingga berubah menjadi Fe2+ di dalam usus halus. Akibatnya zat besi
menjadi lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh. Selain dengan mereduksi Fe3+,
keasaman dari vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga
mencapai 30% (Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia adalah faktor
ekonomi dapat, hal ini dikarenakan pada golongan yang memiliki pendapatan
lebih rendah akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makanan
yang beragam dan bergizi. Golongan yang secara ekonomi kurang baik sehari-
harinya cenderung mengkonsumsi protein nabati misalnya tahu, tempe dan
sumber lauk hewani pun terbatas. Sumber protein hewani seperti daging merah
yang merupakan salah satu sumber makanan dengan kandungan zat besi tinggi
akan sangat jarang mereka konsumsi hal ini dikarenakan biayanya yang dangat
mahal (Elisa, Oktafany, Oktarlina, 2023).
2.4 Kerangka Teori

Faktor Anemia
(Kemenkes, 2018).
1. Defiensi Zat besi
2. Pendarahan
Anemia Pada Renaja
3. Hemolotik Putri
Anemia adalah suatu
kondisi tubuh dimana
kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah
Faktor Anemia Terhadap lebih rendah dari
Remaja normal .
1. Pola menstruasi,
(Elisa, Oktafany,
2. Pola makan yang kurang baik, Oktarlina, 2023).
3. Infeksi cacingan,
4. Kebiasaan mengkonsumsi teh
atau kopi setelah makan,
5. Durasi tidur,
6. Kurangnya asupan vitamin c
7. Faktor ekonomi.
BAB III
METODE PENELIATIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode jenis kualitatif dan kuantitatif.
Menggunakan metode kualitatif dengan memperoleh data melalui
wawancara, dokumentasi. Sedangakan untuk metode kuantitatif dengan
memperoleh data dari kuisioner.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Wawancara 1
Tempat : Kost an Intan
Waktu penelitian : Tanggal 9 Januari 2024
Pertanyaan : Bagaimana kondisi remaja yang terkena anemia ?
2. Wawancara 2
Tempat : Kost an Puri
Waktu penelitian : Tanggal 9 Januari 2024
Pertanyaan : Gejala apa saja yang dialami remaja anemia ?
3. Wawancara 3
Tempat : Ruang klas Prodi D3 Keperawatan
Waktu penelitian : Tanggal 10 Januari 2024
Pertanyaan : Apa faktor penyebab anemia ?
4. Wawancara 4
Tempat : Prodi D3 Keperawatan
Waktu penelitian : Tanggal 10 Januari 2024
Pertanyaan : Bagaimanakah cara mengatasi anemia pada remaja ?
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini fokus pada faktor yang mempengaruhi anemia
terhadap remaja putri.

3.4 Subjek Penelitian


Informan yang memberikan informasi, merupakan Mahasiswa D3
Keperawatan angakatan ke XIX Universitas Bondowoso dan remaja
lainnya. Informan memberikan informasi tentang faktor yang
mempengaruhi remaja putri.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Menggunakan metode dengan wawancara, Kuisioner, dan
dokumentasi.

3.6 Instrumen Penelitian


3.6. 1 Dengan Wawancara dan Dokumentasi

N
PERTANYAAN JAWABAN
O
1 Bagaimana kondisi remaja “Kondisi remaja yang terkena
yang terkena anemia ? anemia biasanya jumlah kadar
hemoglobin kurang dari nomal.
Dan beberapa kondisi yang
dapat terjadi pada remaja yang
terkena anemia misalnya ;
kelelahan dan kelemahan,
kurangnya konsentrasi belajar,
penuurunan daya tahan tubuh,
kepala sakit dan pusing.”
N
PERTANYAAN JAWABAN
O
2 Gejala apa saja yang “ Remaja yang terkena baisanya
dialami remaja anemia ? akan mengalami Gejala
contohnya : 5L (Lemah,Letih,
Lesu,Lelah,Lalai) , Selain itu
juga mudah terkena penyakit,
menurunnya kebugaran tubuh,
berkurangnya daya pikir dan
konsentrasi,menurunnya prestasi
dan semangat belajar.”
N
PERTANYAAN JAWABAN
O
3 Apa faktor penyebab “Biasanya anemia itu
anemia ? disebabkan oleh ; kekurangan
zat besi kekurangan vitamin
B12, dan remaja putri yang
mengalami menstruasi.”

N
PERTANYAAN JAWABAN
O
4 Bagaimanakah cara “Cara mengatasinya yaitu
mengatasi anemia pada dengan cara mengonsumsi
remaja ? supelmen zat besi, menigkatkan
asupan makanan bergizi,
olahraga secara teratur .”
3.6.2 Dengan Cara Kuisioner

PERTANYAAN BENAR SALAH


Anemia merupakan suatu keaadan
dengan kadar hemoglobin yang rendah √
dari normal
Batas normal kadar hemoglobin pada

remaja putri adalah 12gr/dl
Tanda-tanda dan gejala anemia yang
dapat dilihat dari lelah, letih, lesu, lalai, √
dan lunglai.
Salah faktor utama yang menyebabkan
anemia gizi adalah rusaknya sel darah √
merah
Penyakit cacingan (cacingan tambang)

dapat pula menyebabkan penyakit anemia
Pada remaja putri dalama masa

menstruasi akan mudah terkena anemia
Remaja putri yang sedang menstruasi

memerlukan zat besi lebih banyak
Anemia pada remaja putri dapat
berpengaruh terhadap kemampuan √
konsentrasi
Anemia pada remaja putri dapat
menyebabkan penurunan daya tahan √
tubuh
Anemia tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan tinggi badan

3.7 Teknik Analisis Data

1. Non Paramterik
Analisis data dari wawancara dimana informan dengan populasi 47
subjek 2 orang Mahasiswa D3 Keperawatan dan 2 remaja lainnya
sedangkan untuk kuisioner dengan populasi remaja umum yang
memberikan informasi terkait dengan Faktor yang mepengaruh anemia
pada remaja.

2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggggunakan wawancara,
kuisioner dan dokumentasi.
3. Display Data
A. Wawancara
kondisi remaja yang terkena anemia biasanya jumlah kadar
hemoglobin kurang dari nomal. Dan beberapa kondisi yang dapat
terjadi pada remaja yang terkena anemia misalnya ; kelelahan dan
kelemahan, kurangnya konsentrasi belajar, penurunan daya tahan
tubuh, kepala sakit dan pusing

Remaja yang terkena anemia baisanya akan mengalami


beberpa gejala contohnya : 5L (Lemah,Letih, Lesu,Lelah,Lalai) ,
Selain itu juga mudah terkena penyakit, menurunnya kebugaran tubuh,
berkurangnya daya pikir dan konsentrasi,menurunnya prestasi dan
semangat belajar.

Biasanya anemia itu disebabkan oleh kekurangan zat besi


kekurangan vitamin B12, remaja putri yang mengalami menstruasi.

Cara mengatasinya yaitu dengan cara mengonsumsi


supelmen zat besi, menigkatkan asupan makanan bergizi, olahraga
secara teratur.
B. Kuisioner

PERTANYAAN BENAR SALAH


Anemia merupakan suatu keaadan
dengan kadar hemoglobin yang rendah √
dari normal
Batas normal kadar hemoglobin pada

remaja putri adalah 12gr/dl
Tanda-tanda dan gejala anemia yang
dapat dilihat dari lelah, letih, lesu, lalai, √
dan lunglai.
Salah faktor utama yang menyebabkan
anemia gizi adalah rusaknya sel darah √
merah
Penyakit cacingan (cacingan tambang) √
dapat pula menyebabkan penyakit anemia
Pada remaja putri dalama masa

menstruasi akan mudah terkena anemia
Remaja putri yang sedang menstruasi

memerlukan zat besi lebih banyak
Anemia pada remaja putri dapat
berpengaruh terhadap kemampuan √
konsentrasi
Anemia pada remaja putri dapat
menyebabkan penurunan daya tahan √
tubuh
Anemia tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan tinggi badan

Grafik dari kuisioner faktor anemia


25

20

15

10

0
Salah Benar
4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and
Verification)
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu membahas terkait gejala, faktor ,
penyebab, dan bagaimana cara mengatasi anemia pada remaja putri.

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bagaimana kondisi remaja yang terkena anemia ?


Menurut hasil wawancara (Intan, 2024) kondisi remaja yang terkena
anemia biasanya jumlah kadar hemoglobin kurang dari nomal. Dan beberapa
kondisi yang dapat terjadi pada remaja yang terkena anemia misalnya ; kelelahan
dan kelemahan, kurangnya konsentrasi belajar, penurunan daya tahan tubuh,
kepala sakit dan pusing
Jadi dari dari hasil penelitian diatas, dapat diartikan bahwa kondisi
remaja yang terkena anemia yaitu remaja yang jumlah kadar hemoglobin kurang
dari normal yaitu kurang 12gr/dl. Dan ada beberapa kondisi lainnya pada remaja
yang mengalami anemia yaitu kelelahan dan kelemahan, kurangnya konsentrasi
dalam belajar dan menurunnya presetasi belajar, penurunan daya tahan tubuh,
sakit kepala dan di sertai dengan pusing .

4.2 Gejala apa saja yang dialami remaja anemia

Menurut hasil wawanacara (Putri 2024) Remaja yang terkena baisanya


akan mengalami Gejala contohnya : 5L (Lemah,Letih, Lesu,Lelah,Lalai) ,
Selain itu juga mudah terkena penyakit, menurunnya kebugaran tubuh,
berkurangnya daya pikir dan konsentrasi,menurunnya prestasi dan semangat
belajar

Jadi dari hasil peneitian terkait dengan gejala yang di alami oleh remaja
pada penderita anemia yaitu 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai),
menurunnya daya tahan tubuh, mudah terkena penyakit, sakit kepala dan
pusing, mata berkunang-kunang, mudah capek, mudah mengantuk, serta sulit
untuk konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat” pada
muka, bibir, kulit, kelopak mata, kuku, dan telapak tangan.

4.3 Apa faktor penyebab anemia ?

Menurut hasil wawancara (Wardani, 2024) Biasanya anemia itu


disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, dan remaja
putri yang mengalami menstruasi.
Jadi dari hasil penelitian diatas terkait dengan faktor penyebab anemia
yaitu anemia dapat disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi baik hewani
maupun nabati yang merupakan sumber pangan yang berperan sangat penting
untuk pembuatan hemoglobin, kekrungan vitamin B12, dam remaja putri yang
mengalami pendarahan karena menstruasi.

4.4. Bagaimanakah cara mengatasi anemia pada remaja ?


Menurut hasil wawancara (Maisaroh, 2024) Cara mengatasinya yaitu
dengan cara mengonsumsi supelmen zat besi, menigkatkan asupan makanan
bergizi, olahraga secara teratur.

Jadi dari hasil penelitian diatas terkait dengan bagaimana cara


mengatasi anemia pada remaja yaitu dengan cara mengomsumsi suplementasi
zat besi contohnya adalah mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
minimal 1 kali dalam seminggu, meningkatkan asupan makanan yang bergizi
contohnya dengan mengkonsumsi makan yang kaya sumbe rzat besi dari
hewani maupun nabati seperti hati, ikan, daging, sayur sayuran hijau, dan
kacang kacangan, disertai dengan olahraga secara teratur .
DAFTAR PUSTAKA

Artikel Jurnal

Nama Thn Judul buku No Vol Nama Jurnal Hal Daftar pustaka
Amita 201 Psikologi 1 1 Jurnal 117 Diananda A. 2018.
Diananda 8 Remaja Dan Psikolog : - Psikologi Remaja Dan
Permasalahannya Istighna 118 Permasalhannya. Jurnal
Psikolog : Istighna 1 (1) :
117-118
Ade 201 Karakteristik 1 2 Jurnal 40- Wulandari A.2014.
Wulandari 4 Pertumbuhan Keperawatan 41 Karakteristik Pertumbuhan
Perkembangan anak Perkembangan Remaja dan
Remaja dan Implikasinya Terhadap
Implikasinya Masalah Kesehatan Dan
Terhadap Keperawatan. Jurnal
Masalah Keperawatan anak : 2 (1) :
Kesehatan Dan 40-41
Keperawatan
Khamim 201 Memahami Ciri 1 17 Jurnal 30 Putro.Z.K. 2017.
Zarkasih 7 dan Tugas Aplikasi- Memahami Ciri dan Tugas
Putro Perkembangan ilmu Agama Perkembangan Remaja.
Remaja Jurnal Aplikasi-ilmu
Agama. 17 (1) :30
Syavira 202 Faktor Penyebab - - Jurnal 146 Elisa S., Oktafiany.,
Elisa, 3 Kejadian Anemia Faktor Oktarlina Z.R. 2023
Oktafany, Pada Remaja Penyebab Faktor Penyebab Kejadian
Rasmi Putri Kejadian Anemia Pada Remaja
Zakiyah Anemia pada Putri. Jurnal Faktor
Oktarlina Remaja Penyebab Kejadian
Putri Anemia Pada Remaja
Putri: 146

Buku dengan penulis bersama

Kota
Nama Tahun Judul buku Penerbit Daftar pustaka
penerbit
Astutik, 2018 Anemia Dalam CV. Jember, Astutik, et.al. 2018. Anemia
Ertiana Kehamilan Pustaka Jawa Timur Dalam Kehamilan. Jember,
Abadi Jawa Timur : CV. Pustaka Abadi

Buku dari instansi pemerintah

Nama Tahun Judul buku Penerbit Daftar pustaka


World Health 2018 Pedoman : Kementrian Pengertian anemia. (2018) .
Organization program kesehatan Pedoman : program pencegahan &
(WHO) pencegahan & Republik penanggulangan & anemia pada
penanggulangan Indonesia Rematri dan WUS.
& anemia pada (Kemenkes
Rematri dan RI)
WUS
World Health 2018 Pedoman : Kementrian Pengertian hemoglobin. (2018) .
Organization program kesehatan Pedoman : program pencegahan
(WHO) pencegahan & Republik & penanggulangan & anemia pada
penanggulangan Indonesia Rematri dan WUS.
& anemia pada (Kemenkes
Rematri dan RI)
WUS
World Health 2018 Pedoman : Kementrian Aspek anemia. (2018) . Pedoman :
Organization program kesehatan program pencegahan &
(WHO) pencegahan & Republik penanggulangan & anemia pada
penanggulangan Indonesia Rematri dan WUS.
& anemia pada (Kemenkes
Rematri dan RI)
WUS
Kemenkes RI 2018 Pedoman : Kementrian Faktor – faktor anemia. (2018) .
program kesehatan Pedoman : program pencegahan
pencegahan & Republik & penanggulangan & anemia pada
penanggulangan Indonesia Rematri dan WUS.
& anemia pada (Kemenkes
Rematri dan RI)
WUS
Kemenkes RI 2018 Pedoman : Kementrian Dampak anemia. (2018) . Pedoman
program kesehatan : program pencegahan &
pencegahan & Republik penanggulangan & anemia pada
penanggulangan Indonesia Rematri dan WUS.
& anemia pada (Kemenkes
Rematri dan RI)
WUS
Kemenkes RI 2018 Pedoman : Kementrian Cara Pencegahan dan Penanggulan
program kesehatan anemia. (2018) . Pedoman :
pencegahan & Republik program pencegahan &
penanggulangan Indonesia penanggulangan & anemia pada
& anemia pada (Kemenkes Rematri dan WUS.
Rematri dan RI)
WUS

Anda mungkin juga menyukai