Anda di halaman 1dari 10

Penyebab Juragan 99 & MS Glow

Dihukum Ganti Rugi ke Putra Siregar


Rp 37 Miliar
Kamis, 14 Juli 2022 / 07:56 WIB

ILUSTRASI. Penyebab Juragan 99 & MS Glow Dihukum Ganti Rugi ke Putra Siregar
Rp 37 Miliar

Reporter: Adi Wikanto, Anna Suci Perwitasari | Editor: Adi Wikanto


KONTAN.CO.ID - Surabaya. Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 dan
sejumlah pihak di MS Glow harus membayar ganti rugi kepada PT PStore Glow
Bersinar Indonesia milik pengusaha Putra Siregar. Tak tanggung-tanggung, nilai
ganti rugi MS Glow kepada Putra Siregar mencapai Rp 37 miliar. Simak
penyebab Juragan 99 dan pemilik MS Glow lain harus bayar Rp 37 miliar ke
Putra Sigerar.
Juragan 99 dan pemilik MS Glow lain harus bayar ganti rugi Rp 37 miliar ke
Putra Siregar karena masalah hak cipta. Majelis hakim Pengadilan Niaga
Surabaya mengabulkan sebagian gugatan yang diajukan oleh PT PStore Glow
Bersinar Indonesia atas perkara merek dagang.
Berdasarkan laman resminya, PStore Glow adalah perusahaan yang bergerak di
industri kecantikan serta kesehatan dan merupakan sub-bisnis milik pengusaha
Putra Siregar.
Berdasarkan website resmi, MS Glow adalah sebuah brand kecantikan yang
merupakan salah satu lini di bawah naungan PT Kosmetika Cantik Indonesia. MS
Glow adalah salah satu lini bisnis Juragan 99 yang berdiri pada tahun 2013.
MS Glow mengawali bisnis kosmetik dengan menjual penjualan produk skincare
dan body care secara online. Lalu MS Glow mengembangkan lini bisnisnya ke
klinik kecantikan MS Glow Aesthetic Clinic.
Klinik kecantikan MS GLOW ini sudah ada 14 cabang di kota kota besar di
Indonesia. Kantor pusat MS GLOW sendiri berlokasi di di Jalan Komud
Abdurrahman Saleh, Kel. Asrikaton, Kec. Pakis, Kab. Malang, Prop. Jawa Timur.

Sumber :
https://nasional.kontan.co.id/news/penyebab-juragan-99-ms-glow-dihukum-ganti-
rugi-ke-putra-siregar-rp-37-miliar
Kesal Dituding Langgar Hak Cipta
Oleh Dyrga Dadali, Tri Suaka: Tidak
Sesuai Fakta!
Ravie Wardani, MNC Portal · Senin 11 Juli 2022 18:11 WIB

Tri Suaka (Foto: IG Tri Suaka)

JAKARTA - Tri Suaka merasa sangat kecewa atas tudingan vokalis grup band


Dadali, Dyrga, yang menyebut dirinya melanggar hak cipta.

Menurutnya, tindakan Dyrga Dadali itu telah merusak nama baiknya. Tak tinggal
diam, Tri Suaka pun melaporkan Dyrga Dadali ke Polda Metro Jaya.

Ditemui di Polda Metro Jaya, Senin (11/7/2022), Tri Suaka mengungkapkan


kekecewaannya atas tudingan tersebut. "Kecewa pasti, ya namanya manusia, pasti
kesal ya," ujar Tri Suaka.

Dalam kesempatan tersebut, Tri Suaka juga membantah tudingan Dyrga soal
menyanyikan karyanya tanpa izin.

"Karena itu enggak sesuai sama omongan dia, enggak sesuai fakta," jelasnya.

Tri Suaka menjelaskan, laporan tersebut dibuat untuk menimbulkan efek jera bagi
terlapor. Ia juga berusaha menyelesaikan masalah tersebut sendiri dan tidak
melibatkan keluarganya.

Sementara itu, penggemar kedua pihak pun tengah memanas. Akan tetapi, kata Tri
Suaka, hal itu tak mempengaruhi proses hukum yang tengah berjalan.

"Ya mungkin nanti masing-masing aja lah lihatnya gimana (untuk penggemar)"
tutur Tri Suaka.

Sumber :
https://celebrity.okezone.com/read/2022/07/11/33/2627685/kesal-dituding-
langgar-hak-cipta-oleh-dyrga-dadali-tri-suaka-tidak-sesuai-fakta
Gojek dan Nadiem Makarim Digugat
Rp 24 Triliun soal Hak Cipta
Kompas.com - 02/01/2022, 14:12 WIB

Ilustrasi logo Gojek di situs resminya.(Gojek)

Penulis Elsa Catriana | Editor Erlangga Djumena


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek)
dan Nadiem Makarim digugat oleh Hasan Azhari alias Arman Chasan di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) lantaran dinilai melakukan
pelanggaran hak cipta.
Gugatan yang memiliki Nomor Perkara 86/Pdt.Sus-HKI/Cipta/2021/PN Niaga
Jkt.Pst tersebut, meminta Gojek dan Nadiem untuk membayar royalti kepada
penggugat sebesar Rp 24,9 triliun.
Menanggapi itu, Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengaku pihaknya
baru saja mengetahui hal tersebut dan belum menerima surat pemberitahuan
secara resmi.
"Kami belum menerima pemberitahuan resmi terkait dengan gugatan ini. Dari
pengamatan awal, kami melihat bahwa klaim tersebut tidak berdasar. Gojek selalu
menjalankan bisnis sesuai dengan hukum yang berlaku," kata Nila saat
dihubungi Kompas.com, Minggu (2/12/2021).
Lebih rinci lagi, ada 5 petitum yang diminta Hasan kepada majelis hakim.
Pertama, menyatakan Gojek dan Nadiem Makarim melakukan pelanggaran hak
cipta. Kedua, menghukum PT Aplikasi Karya Anak Bangsa dan Nadiem Makarim
secara tanggung renteng membayar ganti rugi sebesar Rp 10 miliar.
Ketiga, menghukum PT Aplikasi Karya Anak Bangsa dan. Nadiem Makarim
secara tanggung renteng membayar Royalti Rp 24,9 triliun.
Keempat, menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun
tergugat mengajukan perlawanan atau kasasi (uitvoerbaar bij voorad).
Kelima, menghukum tergugat 1 dan tergugat II membayar biaya perkara atau
apabila majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain
mohon putusan yang seadil-adilnya.

Sumber :
https://money.kompas.com/read/2022/01/02/141200226/gojek-dan-nadiem-
makarim-digugat-rp-24-triliun-soal-hak-cipta
Tarif Royalti Hak Cipta Lagu di
Indonesia Masih Rendah
Jumat 11 Mar 2022 22:02 WIB
Red: Nora Azizah

Tarif royalti hak cipta lagu di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain.
Foto: Pexels

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Industri Rekaman Indonesia


(ASIRI) menilai tarif royalti musik dan atau lagu untuk pencipta lagu di
Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan di negara lain. "Tarif royalti
(musik dan hak cipta lagu) untuk Hak Komunikasi kepada Publik (Public
Performing Rights) di Indonesia memang relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Namun selain permasalahan tentang tarif royalti,
ada hal yang tidak kalah penting," kata General Manager ASIRI Braniko Indhyar,
Jumat (11/3/2022).
Menurut Niko, masih ada pengguna komersial yang belum atau tidak mau
membayar royalti atas pemanfaatan lagu dan musik untuk kepentingan komersial
mereka. 
Mantan pemain keyboard Kerispatih sekaligus pencipta lagu, Doadibadai Hollo
alias Badai, mengungkapkan bahwa royalti musik di Indonesia masih rendah.
"Kalau dibilang relatif rendah, iya betul. Bayangin saja, pencipta lagu hanya
dibayar 2,5 persen lho dari total pendapatan tiket masuk atau total produksi acara.
Jadi 2,5 persen itu bukan satu lagu. Tapi untuk beberapa lagu yang ditampilkan
malam itu," ungkap Badai.
Lebih lanjut, Badai juga menyayangkan bahwa pendapatan pencipta lagu masih
tidak sebanding dengan pendapatan artis. Menurutnya, perbedaan tersebut tidak
wajar.
"Ya kalau cuma dikasih 2,5 persen, masa bisa bayar artis ratusan juta tapi bayar
pencipta lagu mungkin 1 lagu nggak sampai 1 juta rupiah. Kan terjadi
ketimpangan banget. Menurut saya itu nggak wajar," kata Badai

Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/r8l5ss463/tarif-royalti-hak-cipta-lagu-di-
indonesia-masih-rendah
Meng-cover Lagu ala Tri Suaka-Zinidin
Zidan, Apakah Ada Sanksinya?
Tim detikcom - detikNews
Selasa, 26 Apr 2022 09:59 WIB
6 komentar

Foto: Instagram @zinidinzidan_real

Jakarta - 
Tri Suaka dan Zinidin Zidan sidang ramai diperbincangkan karena menirukan
gaya bernyanyi Andika 'Kangen Band'. Musisi yang banyak menng-cover lagu
musisi lain ini lantas menjadi perbincangan hangat di media, tidak hanya karena
menirukan gaya bernyanyi Andika 'Kangen Band', tapi juga karena sering meng-
cover lagu orang tanpa izin.
Lalu apakah meng-cover lagu tanpa izin ada sanksinya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, detik's Advocate meminta pendapat
advokat Boris Tampubolon, SH. Berikut penjelasan lengkapnya:
erlepas dari masalah para musisi di atas, muncul pertanyaan bagaimana
sebenarnya aturan hukum bila meng-cover lagu orang lain tanpa izin?
Menurut Pasal 40 huruf (d) Undang-Undang No. 28 Tahun 2018 tentang Hak
Cipta (UUHC), lagu termasuk 'Ciptaan yang Dilindungi' Undang-Undang. Begitu
juga pencipta lagu berhak dilindungi dan mendapat manfaat/keuntungan ekonomi
dari lagu yang diciptakannya.
Bila melihat semangat UUHC jelas dikatakan bahwa undang-undang ini dibuat
sebagai upaya dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta
dan pemilik hak terkait sebagai unsur penting dalam pembangunan kreativitas
nasional.
Meng-cover lagu itu masuk kategori pengadaptasian, pengaransemenan, atau
pentransformasian ciptaan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 huruf (d) UUHC.
Bagi orang yang ingin meng-cover lagu orang lain, maka harus mendapat izin
(lisensi) dari Pencipta, dan izin atau lisensi ini harus tertulis (Pasal 1 angka 21 jo
Pasal 9 ayat 2 UUHC).

Sumber :
https://news.detik.com/berita/d-6051294/meng-cover-lagu-ala-tri-suaka-zinidin-
zidan-apakah-ada-sanksinya
5 Sengketa Hak Kekayaan Intelektual di
Indonesia, Salah Satunya Melibatkan
Donald Trump
Senin, 27 September 2021 | 19:46 WIB

Indro Warkop DKI merasa keberatan dengan kemunculan tiga pemuda Warkopi.
(Sumber: ANTARA/Kompas TV)

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen


KI) Freddy Harris ikut bersuara mengenai pro-kontra trio lawak Warkopi. Trio
yang dianggap meniru grup Warkop DKI itu dipermasalahkan oleh Indro Warkop.

Indro, salah satu anggota Warkop DKI bersama Dono dan Kasino, menganggap
Warkopi tak punya etika dan melanggar hak kekayaan intelektual. 

Freddy pun mengamini pendapat Indro. Menurutnya, Warkopi memang telah


melanggar hak kekayaan intelektual.

“Dengan nama ‘Dono, Kasino, dan Indro' itu pelanggaran hak cipta lah karena itu
kan adalah nama. Kedua adalah WARKOP DKI,” kata Freddy Haris dalam
konferensi pers virtual, Senin (27/9/2021) sebagaimana dikutip Kompas.com.

Sengketa Warkopi sendiri bukanlah sengketa hak kekayaan intelektual pertama di


Indonesia. Hak kekayaan intelektual sendiri mencakup berbagai hal dan
dilindungi beberapa payung hukum, di antaranya UU No. 28/2014 Tentang Hak
Cipta, UU Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Paten, dan UU Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek.

Sumber :
https://www.kompas.tv/article/216032/5-sengketa-hak-kekayaan-intelektual-di-
indonesia-salah-satunya-melibatkan-donald-trump
Seri Kekayaan Intelektual: Belajar dari
Kasus Warkop DKI vs Warkop(i)
Pemakaian nama Warkop(i) untuk tujuan komersial bukan masalah estetik tetapi terkait
dengan pelanggaran etik dan hak kekayaan intelektual (HAKI) milik Warkop DKI.
Edi Suwiknyo - Bisnis.com10 Oktober 2021   |  11:39 WIB

Indro Warkop - Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Alkisah, ada tiga pemuda mengaku mirip dengan grup
legendaris Warkop DKI. Mereka membuat konten, berperan seolah-olah
Warkop DKI, kemudian menyebarkannya melalui berbagai saluran media sosial.
Konten tiga pemuda yang tergabung dalam grup 'Warkop(i)' itu langsung menyita
perhatian.
Maklum, sosok Warkop DKI dengan personel Dono, Kasino, dan Indro begitu
melekat di dalam ingatan sejak muncul tahun 1980an silam. Kemunculan
Warkop(i) seperti oase sekaligus pelepas rindu bagi penikmat aksi tiga sosok
komedian, yang sejak awal 2000an hanya tersisa Indro. Dono dan Kasino telah
mangkat.
Sayangnya, kemiripan personel Warkop(i) justru menimbulkan masalah.
Penggunaan embel-embel Warkop(i) termasuk penyajian konten yang dimiripkan
dengan adegan-adegan film Warkop disoal oleh satu-satunya anggota Warkop
DKI yang tersisa, Indro. 
Putra tokoh intelijen pada masa Orde Lama, Oemargatap, itu berang. Indro
menganggap manajemen dan para personel Warkop(i) tak memiliki itikad baik
dan tidak sopan karena menggunakan nama sekaligus konten yang identik dengan
Warkop tanpa izin.
Pernyataan Indro itu kemudian memicu reaksi publik, wabil khusus warganet
yang terhormat. Mereka terbelah. Ada yang mendukung, tetapi tak sedikit yang
berkomentar negatif terhadap upaya Indro melindungi hak kekayaan intelektual
Warkop DKI. 
Rata-rata yang berkomentar negatif, melihat konflik antara Indro Warkop vs
Warkop(i) tak perlu dibesarkan, toh esensinya hanya sebatas hiburan. 

Sumber :
https://kabar24.bisnis.com/read/20211010/16/1452525/seri-kekayaan-intelektual-
belajar-dari-kasus-warkop-dki-vs-warkopi
Pelaku Ekonomi Kreatif Harus
Memahami Hak Kekayaan Intelektual
agar Karyanya Tidak Ditiru
Kompas.com - 10/12/2021, 13:14 WIB

HKI telah diatur dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
(DOK. SHUTTERSTOCK/Den Rise)

KOMPAS.com – Tak dapat dimungkiri, Indonesia memiliki banyak talenta di


bidang industri kreatif. Buktinya, muncul konten-konten kreatif yang segar setiap
harinya di berbagai bidang.
Ide kreatif yang berlimpah itu sebenarnya merupakan sumber daya tak terbatas
batas yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi. Oleh karena itu, pemerintah
mengimbau masyarakat, khususnya pelaku ekonomi kreatif (ekraf), untuk sadar
akan pentingnya hak kekayaan intelektual (HKI).
HKI didefinisikan sebagai hak untuk memperoleh perlindungan secara hukum
atas kekayaan intelektual, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
HKI. Beberapa bentuk HKI antara lain hak paten, merek, desain industri, hak
cipta, indikasi geografis, rahasia dagang, dan desain tata letak sirkuit terpadu
(DTLST).
Sudah selayaknya para pelaku ekonomi kreatif paham mengenai pentingnya HKI
dalam menjaga keorisinalan ide.
HKI menjadi bentuk perlindungan terhadap ide dari para pelaku industri kreatif.
Dengan mendaftarkan “ide” tersebut pada HKI, pemilik ide tidak perlu khawatir
idenya diklaim orang lain.
Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Ari Juliano
Gema mengatakan, jika seseorang memiliki ide atau gagasan, sedari awal
sebaiknya segera didaftarkan.
“Merek, paten, dan desain industri harus didaftarkan agar bisa mendapat
perlindungan dari negara. Jika tidak, orang bisa meniru dan tidak ada
perlindungan hukum,” kata Ari.

Sumber :
https://travel.kompas.com/read/2021/12/10/131400927/pelaku-ekonomi-kreatif-
harus-memahami-hak-kekayaan-intelektual-agar-karyanya?page=all
Dituding Langgar Hak Cipta, TikTok
Digugat Label Musik Indonesia
Kamis 06 Jan 2022 11:19 WIB
Rep: Ali Mansur/ Red: Dwi Murdaningsih

(Foto: ilustrasi aplikasi TikTok). Perusahaan label rekaman Indonesia, Digital Rantai Maya (DRM) menggugat TikTok dan
ByteDance Inc. ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Januari 2021 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan label rekaman Indonesia, Digital


Rantai Maya (DRM) menggugat TikTok dan ByteDance Inc. ke Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Januari 2021 lalu. Gugatan ini
dilayangkan, karena TikTok dan ByteDance Inc dituding melanggar Undang-
Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Dalam perkara ini, pemilik hak cipta DRM mengeklaim memiliki wewenang atas
album, produk rekaman atau master rekaman lagu Surat Cinta Untuk Starla,
Bukti, dan Selamat (Selamat Tinggal) yang dibawakan oleh Virgoun.
Kemudian Virgoun diketahui memiliki perjanjian kerja dengan penggugat.

"Virgoun salah satu artis yang terikat perjanjian kerja sama secara eksklusif
dengan DRM sebagai label/produser rekaman selaku pemilik hak terkait," ujar
kuasa hukum DRM dari Gracia Law Firm, Nixon D.H Sipahutar dalam
keterangannya, Rabu (5/1).

Menurut Nixon, ketentuan Pasal 1 angka 5 UU Hak Cipta, hak terkait adalah hak
yang berkaitan dengan hak cipta yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku
pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga penyiaran. Sedangkan produser
fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman
bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara atau bunyi lain,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (7) UU Hak Cipta.

Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/r59td9368/dituding-langgar-hak-cipta-tiktok-
digugat-label-musik-indonesia
Tak Hanya Penampilan Farel, Lagu Ojo
Dibandingke Juga Punya Hak Cipta
Kemenkumham juga mencatatkan lagu Ojo Dibandingke dengan surat nomor EC00202254505 atas nama
Agus Purwanto atau akrab disapa Abah Lala, pencipta lagu tersebut.
19 August 2022 12:01:40 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama | Editor: Sri Sumi Handayani

SOLOPOS.COM - Penyanyi Abah Lala tampil menghibur ribuan warga di area CFD Boyolali, Minggu
(24/7/2022). (Solopos.com/Nimatul Faizah).

Solopos.com, JAKARTA — Kemenkumham tak hanya mencatatkan hak cipta


dan perlindungan seni pertunjukan atas penyanyi cilik Farel Prayoga saat
menyanyikan lagu Ojo Dibandingke di Istana Negara pada Rabu (17/8/2022).

Kemenkumham juga mencatatkan lagu Ojo Dibandingke dengan surat nomor


EC00202254505 atas nama Agus Purwanto atau akrab disapa Abah Lala, pencipta
lagu tersebut.

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly, mengapresiasi karya ciptaan Abah
Lala yang berhasil membuat Presiden Joko Widodo dan banyak pejabat negara
bergoyang di Istana saat peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia.

Pelindungan hak cipta otomatis melekat pada penciptanya setelah ide ataupun
karyanya tersebut diwujudkan dalam bentuk nyata dan diumumkan ke publik.

Hak cipta suatu karya penting dicatatkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan


Intelektual (DJKI) Kemenkumham. Surat pencatatan hak cipta sebagai salah satu
alat bukti saat terjadi pelanggaran.

Hal ini tertuang dalam UU 28/2014 tentang Hak Cipta pada Pasal 5 Ayat (1), (2),
dan (3) mengenai pelindungan hak moral yang melekat secara abadi pada diri
pencipta.

Selain itu, Yasonna juga menyerahkan surat pencatatan dengan nomor


EC00202254496 kepada Farel Prayoga.

Sumber :
https://www.solopos.com/tak-hanya-penampilan-farel-lagu-ojo-dibandingke-
juga-punya-hak-cipta-1397876

Anda mungkin juga menyukai