Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Kota Bandung

Sejarah Kota Bandung secara resmi dimulai pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda,
pada abad ke-19. Kota Bandung didirikan oleh dan atas kehendak (kebijakan) Bupati Bandung
ke-6, R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829).[1] Akan tetapi proses pendiriannya dipercepat oleh
perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels (1808-1811)
dengan surat keputusan (besluit) pada tanggal 25 September 1810, sehingga tanggal 25
September dianggap sebagai hari jadi Kota Bandung".[1]

Bandung Purba
Pada Zaman Tersier Kala Oligosen (27 juta tahun yang lalu), pulau Jawa sekarang ini masih
merupakan bagian dari laut dangkal yang memanjang dari Rajamandala hingga Pelabuhan
Ratu. Bukti mengenai hal ini adalah ditemukannya terumbu karang purbakala di perbukitan kapur
kawasan karst Citatah, Rajamandala. Proses pengangkatan kerak bumi selama jutaan tahun
membentuk lipatan, patahan, dan retakan, sehingga pantai utara Pulau Jawa berada di
titik Pangalengan.[2] Bukit-bukit kapur yang terangkat itu juga mengalami proses pelarutan
dan karstifikasi, sehingga terbentuk saluran-saluran air yang terus membesar menjadi sungai
bawah tanah dan goa-goa, antara lain Gua Sanghyang Poek, Gua Bancana dan Gua Pawon.
Sekitar empat juta tahun lalu (Kala Pliosen) terjadi akitivitas vulkanik di selatan Cimahi. Di tempat
itu muncul beberapa gunung seperti Gunung Lagadar, Gunung Selacau, Gunung
Lalakon, Gunung Paseban, Gunung Singa, Gunung Pasir Pancir dan lain-lain.
Lama kelamaan, aktivitas vulkanik bergeser ke arah utara. Pada Kala Pleistosen Akhir (sekitar
500.000 tahun yang lalu), Gunung Sunda purba di bagian utara Bandung sekarang meletus
berkali-kali, sehingga mengambrukkan tubuhnya dan membentuk Kaldera Sunda yang dipagari
jajaran perbukitan di Bandung Utara dan Timur. Bentukan alam inilah yang merupakan cikal
bakal wilayah Cekungan Bandung sekarang. Pada kala yang sama terjadi Patahan
Lembang yang memanjang dari arah barat (Cisarua, Lembang) ke timur (Gunung Manglayang).

Sekitar 125.000 tahun yang lalu terjadi letusan Gunung Tangkuban Parahu berkali-kali. Material
letusannya sebagian mengisi Patahan Lembang, dan sebagian lagi membendung sungai Ci
Tarum purba di utara Padalarang sehingga terbentuklah Situ Hyang atau Danau Bandung
Purba di Cekungan Bandung yang terbentang dari Cicalengka di timur sampai Padalarang di
barat dan dari Bukit Dago di utara sampai Soreang di selatan.

Letusan berikutnya terjadi sekitar 55.000 tahun yang lalu, material letusannya mengalir ke
selatan, menutupi wilayah yang sangat luas dan memisahkan Danau Purba Bandung menjadi
dua bagian, yaitu Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur.
Pada saat Bandung menjadi danau yang sangat besar, air genangannya mulai mengikis tebing
di perbukitan sisi barat. Gempa bumi di jalur patahan yang yang banyak mengiris Cekungan
Bandung telah memberikan jalan bagi air untuk membobol Danau Bandung Purba. Pelepasan
air danau terjadi pada saat memasuki celah-celah antara Pasir Kiara dan Pasir Larang hingga
akhirnya Situ Hyang menyusut di suatu lembah sempit yang dikenal dengan sebutan Cukang
Rahong untuk Danau Bandung Purba Barat, dan Curug Jompong untuk Danau Bandung Purba
Timur.[3]
Letusan berikutnya terjadi sekitar 55.000 tahun yang lalu, material letusannya mengalir ke
selatan, menutupi wilayah yang sangat luas dan memisahkan Danau Purba Bandung menjadi
dua bagian, yaitu Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur.
Pada saat Bandung menjadi danau yang sangat besar, air genangannya mulai mengikis tebing
di perbukitan sisi barat. Gempa bumi di jalur patahan yang yang banyak mengiris Cekungan
Bandung telah memberikan jalan bagi air untuk membobol Danau Bandung Purba. Pelepasan
air danau terjadi pada saat memasuki celah-celah antara Pasir Kiara dan Pasir Larang hingga
akhirnya Situ Hyang menyusut di suatu lembah sempit yang dikenal dengan sebutan Cukang
Rahong untuk Danau Bandung Purba Barat, dan Curug Jompong untuk Danau Bandung Purba
Timur.[3]

Anda mungkin juga menyukai