Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH SINGKAT DESA SUNGAI BUNGUR

Pada masa Penjajahan Belanda Pertengahan Abad Ke 15 kedatangan Pedagang


Arab yang minimbulkan peradaban kebudayaan serta memberi Pengetahuan baru tentang
Agama Islam bagi Masyarakat Pribumi di nusantara, dengan masuknya Agama Islam di
tepian pesisir Pulau-pulau yang pada akhirnya tersebar di Daerah Daratan yaitu dipulau
Jawa, Bukit Barisan yang sekarang disebut ialah Pulau Sumatra.

Asal Mula Kerajaan Melayu terdiri dari 50 Koto, kemudian terpecah menjadi 60
Koto, yang mengasingkan diri kegunung Silan, salah seorang diantaranya ialah Cucu dari
Raja Pagaruyung yang mendirikan Kerajaan Siak, kemudian menjadi berkembang biak
sehingga terbentuklah beberapa Suku Kerajaan Melayu Siak menjadi 5 Suku dan Satu
diantaranya ialah Suku Imam, menurut Sejarah dari Tuo-Tuo Kampung Suku Imam inilah
yang banyak menetap di Daerah yang sekarang dinamakan Sungai Bungur.

Kerajaan Melayu di Nusantara pada masa itu sebahagian besar sudah memeluk
Agama Islam, yang didatangi oleh kerajaan Negeri Seberang yakni Pulau Jawa dan para
Pedagang dari Negeri Arab, hasil dari Percampur Bauran antara satu Kerajaan dengan
Kerajaan yang lain akhirnya berkembang Biak lah Keturunan dengan ikatan Perkawinan
sehingga Nusantara menjadi kuat.

Daerah Kerajaan Melayu menjadi kuat karena banyaknya Kerajaan-Kerajaan kecil


didaerah Pesisir bekas rebutan masa Penjajahan Belanda yang dibuat Pemukiman,
dengan banyaknya kerajaan Kerajaan Melayu khususnya didaerah Muara Sungai
meskipun harus meninggalkan kepercayaan Nenek Moyang mereka yang memeluk
Agama Hindu dan Budha salah satu bukti ialah terdapat didaerah Muaro Jambi.

Menurut sejarah dari Tuo - Tuo Kampung, pada masa Kerajaan Melayu Pijoan
banyak Punggawa dari Kerajaan yang sengaja mengasingkan diri ke daerah yang
sekarang adalah Sungai Bungur untuk mencari ketenangan, sejarah membuktikan bahwa
Pendatang Asal Indragiri ini dengan sebutan Suku Imam, mereka berasal dari Kerajaan
Melayu Siak yang datang dan berlabuh didaerah kuala Sungai yang menggunakan alat
Transportasi pada masa itu adalah Biduk/Perahu dengan Berlayar.

Menurut sejarah dari Tuo -Tuo Kampung Sekitar dipenghujung Abad ke 15


datanglah salah seorang Tumenggung yang bernama Tumenggung Mamat Setio Guno,
tak lama kemudian disusul bersama dua Orang sahabatnya yang disebut dengan sebutan
Bujang Penyantan dan KH. Abdullah. Jika dilihat dari ketiga namanya, mereka adalah
berasal dari tempat yang berbeda-beda dan berliau berlabuh tepatnya sekarang adalah
didaerah TPU (Makam) dan pada masa itu pula salah seorang diantara mereka ialah
Mamat Setio Guno dijadikan Pemimpin dengan Sebutan Tumenggung.

Menurut Sejarah dari Tuo - Tuo Kampung pada masa Kepemimpinan Tumenggung
Mamat Setio Guno awalnya hanya berjumlah Tujuh Buah Rumah yang berada
disekitarnya dan sejarah membuktikan bahwa adanya temuan pecahan perabotan rumah
tangga dan tanaman rakyat pada masa itu yakni tanaman Pohon kelapa. Setelah
Kepemimpinan Tumenggung Mamat Setio Guno barulah daerah tersebut diberi nama
DUSUN BATUAH asli dusun kro, seiring waktu berjalan setelah beberapa tahun entah
abad kemudian nama Dusun tersebut diganti oleh Tumenggung Mamat Setio Guno
dengan sebutan Nama Sungai Bungur, oleh karena pergantian ini dilihat dari sisi tanaman
yang banyak terdapat didaerah ini pada masa itu adalah kayu bungur dan juga diseberang
nya terdapat sebuah sungai yang besar dan airnya sangat hitan dan sejuk kemudian
banyak tanaman kayu bungur.

1
Pada masa penjajahan Belanda Tumenggung Mamat Setio Guno dengan ilmu
yang dimilikinya mereka merasa khawatir akan terjadinya penguasaan wilayah sehingga
Tumenggung Mamat Setio Guno mengutus salah seorang dari sahabtnya ialah Bujang
Penyantan untuk menjaga di salah satu sungai yang ada didaerah sungai bungur agar
terhindar dari penguasaan Belanda, menurut sejarah dari Tuo -Tuo Kampung Bujang
Penyantan mempunyai kesaktian yang sangat dahsyat sehingga Sungai tersebut hanya
dilangkahi nya saja sewaktu mau menyebrang sehingga Sungai tersebut dijuluki dan
diabadikan dengan sebutan Sungai Penyantan.
Menurut Sejarah dari Tuo -Tuo Kampung didalam Sungai Penyantan pada suatu
ketika ada sekelompok pengungsi ingin menyelamatkan diri dari kejaran Belanda dengan
menaiki sebuah kapal, mereka memasuki sungai tersebut sebelum tiba dipenghujung
Sungai tepat nya sekarang di Tanah Pak Talib (Alm) Kapal tersebut kandas sehingga
tidak bisa kemana-mana lagi akhirnya bulan demi bulan tahun demi tahun kapal terbut
tertimbun dengan tanah dengan mebawa penumpang diantaranya ada yang tangan nya
Repet, Ulama’ Kiyai, orang yang mempunyai kesaktian yang tinggi dan sebagainya
tempat kapal tersebut dapat julukan dangan nama Keramat Repet, terbukti bahwa pada
saat pembangunan Jembatan Penyantan terdapat adanya temuan dua buah Takar, salah
seorang dari Masuarakat Desa Sungai Bungur juga menemukan sebuah Pedang, tiang
dan haluan kapal barang tersebut ditemukan Pada tahun 1981.
Pada masa penjajahan Belanda perlawanan mereka selalu menang sehingga
daerah terus diperluas, karna belanda selalu mengambil dengan secara paksa hasil dan
barang yang ada pada Masuarakat setempat bahkan sampai dengan para gadis/perawan
selalu mereka incar untuk memuaskan nafsu mereka, nah untuk menghindari hal tersebut
maka Tumenggung Mamat Setio Guno mengambil satu keputusan ialah ada sebuah
Sungai yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan yang sekarang disebut dengan nama
Sungai Petanang yang pada awal nya sungai itu bernama Sungai batandang, kenapa
Sungai tersebut dijadikan persembunyian karna sungai itu sangat panjang, sehingga
dapat menyelamatkan para gadis-gadis anak-anak bahkan harta benda mereka.
Sebagai pengamanan persembunyian pada masa itu maka Tumenggung Mamat
Setio Guno mempercayakan kepada Rajo Sari untuk menjaga daerah persembunyian
tersebut supaya Pemerintahan Belanda tidak bisa memasuki daerah itu bahkan dikuala
sungai itu dibuat tulisan sebagai ancaman terhadap belanda dengan tulisan “Masuklah
Belanda kalau kalian ingin habis” karena menurut sejarah Rajo Sari sangat Perkasa dan
mempunyai kesaktian yang dahsyat, daerah ini juga diberi nama Dusun Lamo, daerah ini
tepatnya di Desa Petanang.
Setelah mereka melihat keadaan sudah mulai aman kemudian Rajo Sari beserta
rombongan pindah ke pinggiran Sungai batang hari yaitu bedeng/Lopak Puyuh, entah
berapa lama kemudian Pemerintahan belanda terus menjajah, meskipun masyarakat
pada masa itu tetap mengadakan perlawanan namun mereka sudah tidak merasakan
ketenangan tinggal didaerah itu.
Karena untuk bercocok tanam/umo sudah tidak bebas dan semakin sulit sementara
kesediaan bahan pangan semakin menipis, untuk menghindari dari kelaparan maka
mereka memilih tempat yang tidak terlalu jauh dari Pemukiman salah satu tempat dihilir
perkampungan, mereka menetap disana dan sebahagian dijadikan pemukiman.
Berdasar kan sejarah dari Tuo -Tuo Kampung pada masa kepemimpinan Mamat
Setio Guno, daearah ini dijadikan tempat persawahan/Umo, dan perkebunan salah
satunya adalah tanaman Enau, sehingga mereka dapat menghasilkan air enau/tuak,
olehkarena daerah ini tempat persawahan dan perkebunan kemudian hasil dari daerah
tersebut baik berupa barang maupun uang, maka tiap kali ke umo/ke kebun Masyarakat
setempat tidak lupa membawa PONJEN, sebuah kain yang dilipat dan dijahit seperti
kantong orang-orang dahulu menyebutanya PONJEN artinya tempat penyimpanan uang.

2
Seiring waktu berjalan makin lama Masyarakat makin bertambah orang-orang
yang menempati daerah persawahan dan perkebunan ini juga makin bertambah maka
pada tahun 1926 dipecahlah daerah ini menjadi satu kampung dan diberi nama PONJEN,
pemberian nama PONJEN ini diambil dari nama tempat penyimpanan uang pada masa itu
entah berapa lama kemudian untuk menyempurnakan sebutan maka ditambah dengan
kata SE sehingga menjadi SEPONJEN, sejarah membuktikan bahwa orang Tuo -Tuo
masih sering menyebut denga kata PONJEN dan tak heran juga pada tahun 1998
kebawah orang-orang SEPONJEN sering menyebut kedusun dalam artian ke Sungai
Bungur,

Menurut sejarah dari Tuo -Tuo Kampung Pemecahan Kampung SEPONJEN ini
juga sudah ditetapkan dengan Batas-batas, sebagaia berikut, untuk seberang sana
dipinggir Sungai Batang Hari adalah dari Sungai Katung Kecil naik menuju Sungai Buayo,
dari Sungai Buayo naik Menuju Simpang Kubu yang berada di Sungai Besar Air Hitam
Laut sedangkan untuk di seberang sini dipinggir Sungai Batang Hari adalah, dari Sialang
Gagak naik menuju Simpang Kepayang, dari Simpang Kepayang naik Menuju Sialang
Mangkire, dari Sialang Mangkire naik Menuju Pematang Gedemat, dari Pematang Gede
Mat naik Menuju Sungai Hantu, dari Sungai Hantu naik Menuju Tanah A. Gani yaitu
Rantau Panjang.Tujuan Pemberian Batas ini untuk menghindari dari perselisihan antara
sesama kerabat dan keluarga karena Masuarakat Seopnjen ini adalah Pecahan Keluarga
dari Masuarakat Sungai Bungur,

Pada masa kepemimpinan Tumenggung Mamat Setio Guno belum ada jabatan lain
selain dari Ranggon jabatan ini hanya terdapat di daerah hulu karena jabatan
Tumenggung lebih tinggi kedudukannya pada masa itu, dan penagihan pajak/Upeti masih
dilakukan oleh Pemerintahan Belanda namun sering gagal karena setiap kali nagih selalu
ditentang oleh Kemas Kasim ayah dari Datuk Anang yang bergelar Kedaton, Konon cerita
setiap Pemerintahan Belanda Menagih Pajak/Upeti, Beliau selalu berdiri di muka Pintu
sambil menghelus Pedang nya, melihat kenyataan tersebut Tentara Belanda sering berlari
kabur, konon cerita dari Tuo-Tuo Kampung rupanya tidak hanya sebatas itu tetapi beliau
juga memiliki kasktian yang tinggi bahwa penglihatan Tentara Belanda Tubuh Kemas
Kasim Memenuhi seluruh Ruang Pintu.

Menurut sejarah dari Tuo -Tuo Kampung tidak lama kemudian masa
Kepemimpinan Tumenggung Mamat Setio Guno telah berakhir diperkirakan dipenghujung
tahun 1934 akan tetapi Nenek Moyang kita sudah bisa cara memilih seorang Pemimpin,
yaitu dengan cara Adat, mereka berkumpul melakukan Pemilihan dan mengumpulkan
suara dengan menggunakan Lidi siapa diantara mereka yang paling banyak maka dia lah
yang menjadi pemimpin, Sejarah membuktikan bahwa setelah masa kepemimpinan
Tumenggung dilanjutkan dengan sebutan Penghulu, dan Penghulu Pertama kali di Desa
Sungai Bungur ialah bernama KAMARUDIN.
Penghulu KAMARUDIN pada awal jabatannya pada tahun 1935 dan dibantu oleh
Mangku Abu Samah dibawah Kepemerintahan Pasirah, ketika itu masih dalam Penjajahan
Belanda, Penghulu Kamarudin harus membagi tugasnya bukan hanya di Sungai Bungur
yang diurus nya namun kekuasaannya harus dibagi dengan daerah yang dimekarkan
yaitu Seponjen mengingat jasa Tumenggu Mamat Setia Guno Masuarakat masa Penghulu
KAMARUDIN menyebut daerah pertama yang dijadikan pemukiman dengan sebutan
Dusun Tuo dan Seponjen adalah tempat Berumo. Pada tahun 1935 Pemerintahan Jambi
dengan sebutan Residen, Demang dan Kertapati, dan pada masa zaman Belanda para
pendahulu pendiri Dusun Sungai Bungur sudah menentukan batas – batas dengan
Dusun Betung menurut sejarah cara mereka menentukan batas ialah, Pemimipin Dusun
Sungai Bungur berdayung kehulu dan Pemimpin Dusun Betung berdayung keilir dan juga
didarat mereka melaklukan dengan perjalanan dimana pertemuan disitulah Batas Dusun,
Dengan kesepakatan antara kedua belah pihak maka dapatlah nama batas-batas sebagai
beirkut :

3
Dari Suak Udang naik meunuju Sakean Betok,dari Sakean Betok naik menuju
Awah Panjang,dari Awah Panjang naik menuju Sialang Batu Bagolek,dari Sialang Batu
Bagolek naik Menuju Belanti Batindik, dari Belanti Batindik naik menuju Tanah Bagali, dari
Tanah Bagali naik menuju Tapak Bajunte, dari Tapak Bajunte naik menuju Buluran Rawah
Dalam, dari Buluran Rawah Dalam naik menuju Sako Tigo, dari Sako Tigo naik menuju
Lesung Dalam
Hal ini dilakukan agar tidak menjadi kesalah fahaman antara Pemimpin sehingga
batas ini juga sudah menjadi persetujuan dengan Pemimpin Dusun tetangga ( Betung)
dan nama-nama batas ini juga diketahui dan diabadikan oleh kedua belah pihak, setelah
masa penjajahan Belanda telah pergi pada tahun 1942 maka Tentara Jepang kemudian
memasuki Negeri ini semakin membuat Masuarakat bertambah menderita bahkan banyak
Masuarakat yang merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan sehingga untuk
mencari kebutuhan sehari-hari saja kebanyakan Masuarakat menkonsumsi Gandum dan
Sagu karena untuk mendapatan beras sangat sulit sekali sedangkan pakaian sebagaian
Masuarakat hanya mempunyai pakaian yang melekat dibadan. Namun perjuangan demi
perjuangan tetap mereka lakukan untuk bertahan hidup.
Tak lama berselang waktu Mangku Abu Samah telah berakhir masa jabatannya
kemudian digantikan oleh Mangku Golek maka bersatulah dua orang ini untuk memimpin
Dusun Sungai Bungur, setelah berakhirnya masa jabatan Penghulu Kamarudin setahun
setelah Indonesia Merdeka tepatnya pada tahun 1946 maka tampuk kepemimpinan
digantikan dan dipercayakan kepada Mangku Golek sebagai Penghulu yang pada saat itu
Masuarakat Dusun Sungai Bungur hanya berjumlah 27 Kepala Keluarga dan untuk
mengisi kekosongan jabatan sebagai Mangku maka digantikan dan dipercayakan kepada
Senur untuk menjalankan tugas sebagai Mangku.
Masa kepemimpinan Penghulu Datuk Golek dan Mangku Senur banyak
masyarakat sering bepergian ke daerah – daerah Pesisir untuk berdagang, dan juga
pedagang dari luar juga sering memasukli daerah Sungai Bungur tak heran jika Sungai ini
sering dilewati pedagang dari luar bahkan dari Negri Mekah.
Dengan masuknya pedagang dari Arab maka sangat memberikan nilai tambah bagi
masyarakat kala itu karena disamping menawarkan daganganya kadang-kadang mereka
memberikan pendidikan tentang Agama Islam. Diantara pedagang Arab yang sering
datang ke Dusun ini ialah Syeh Muhammad Thohir dan Syeh Muhammad Amin beliau
berdagang dari negri arab disamping itu juga beliau sering menginap serta memberikan
ceramah Agama kepada Masuarakat Dusun ini. Melihat perjuangan dan kesungguhan
Syeh Muhammad Thohir dan Syeh Muhammad Amin dalam mengembangkan Agama
Islam maka Penghulu Datuk Golek dan Mangku senur menyambutnya dengan senang
hati dan penuh harap jika beliau bersedia untuk mengembangkan Agama Islam, maka
pelopor pertama pembangunan Madrasyah didusun ini dilaksanakan mengingat
banyaknya peminat baik orang tua maupun anak-anak masa itu, akhirnya dibangunlah
Madrasyah, dengan dinding Belarak atau Daun Kelapa bangunan madrasyah ini Tepat
nya berlokasi di depan Rumah Saman K. Disitulah pertama kali berdirinya Madrasyah
Dusun Sungai Bungur dengan jumlah Murid 13 Orang.
Setelah beberapa waktu kemudian berdatangan pula para Guru dari jambi
seberang (Mudung Laut) salah seorang yang pertama kali mengajar di Madrasah ini ialah
Guru Sa’ari kemudian ada guru Abdul Rahman yang akrab dipanggil guru Daraman dari
Kampung Jelmu, kemudian guru Bujang Kahar dari Mudung Laut, kemudian guru Usman
dari Arab Melayu, kemudian guru Jantan dari Tanjung Johor, pernah juga didatangi Syeh
M. Tohir dan Syeh M. Amin dari Mekah dalam waktu tiga bulan sekali untuk memberi
Ceramah Agama, nah guru-guru yang tersebut diatas mereka semua pernah mengajar di
Madrasah ini bahkan Syeh M. Tohir dan Syeh M. Amin berpesan katanya Rawatlah
Madrasah ini dengan baik jangan ditinggalkan kegiatan Belajar dan Mengajar dan jangan
sampai roboh begitulah pesan beliau.

4
Menjelang Akhir masa kepemimpinan Penghulu Golek tepatnya pada tahun 1952
Dusun Sungai Bungur sudah ada Sarana Pendidikan diantaranya Gedung Madrasah dan
pada tahun itupula baru ada di Kecamatan yang namanya pada masa itu Asisten Demang
nah yang menjabat sebagai Asisten Demang pada amasa itu adalah Muhammad Saman.
Setelah habis masa jabatan Mangku Senur, maka digantikan oleh Mangku Darani
untuk membantu Kepemimpinan Datuk Golek sampai habis masa jabatan kepemimpinan
datuk Golek.
Setelah habis masa jabatan Penghulu Datuk Golek pada tahun 1956 maka
dilakukan pemilihan dengan 2 Orang Calon Penghulu yaitu Datuk Darani dengan Datuk
Ali, pemilihan dilaksanakan cukup dengan cara menanyakan kepada Masuarakat siapa
yang pantas dan mampu menjadi Penghulu ahirnya terpilihlah Datuk Darani sebagai
Penghulu, dan dibantu oleh mangku Ajan untuk menjalankan Roda Pemerintahan Dusun
Sungai Bungur, sedangkan di Kecamatan sudah tidak lagi sebutan Asisten Demang tetapi
diganti oleh sebutan Asisten Wedana dan pada masa ini yang menjabat sebagai Asisten
Wedana adalah H. A Somad dan dibantu oleh sebutuan Pasirahyang bernama Saman,
dengan Gubernur yang bernama Asnawi Mangku Alam.
Penghulu Darani tersohor yang memiliki kejujuran tanpa ada sedikitpun Masuarakat
merasa ada kecurigaan terhadap beliau, hal ini terbukti jika ada bantuan bahan makanan
dari Pemerintah beliau sering menyuruh Pegawainya menyukat/Menimbang dihalayak
ramai sehingga Masuarakat bisa melihat takaran/timbangan masing-masing yang mereka
terima.
Sifat kejujuran yang beliau terapkan ini membuat Masuarakat senang terhadap
beliau sehingga kearifan nya dalam memimpin diakui oleh Majid Umar selaku Asisten
Wedana pada tahun 1961, Jabatan Penghulu Darani meraih Dua kali Periode dengan
kejujuran yang beliau terapkan.
Pada tahun 1962 entah apa permasalahan nya sehingga Asisten Wedana Majid
Umar digantikan dengan Hasan Imron, pada masa ini pula Penghulu Darani merasa
berharga karena sangat banyak memberikan pengalaman-penglaman yang sebelumnya
beliau Jumpai sehingga tidak sedikit Masuarakat ingin dan berharap beliau tetap
memimpin Dusun Sungai Bungur di periode berikutnya.
Kemudian pada tahun 1964 ada peralihan kembali nama Asisten Wedana diganti
dengan sebutan Camat, sebagai Camat yang pertama kali pada tahun 1964 yang
bernama H. Hasim Hasan dan dibantu oleh Pesirah yang lama yaitu Pesirah Saman,
sementara di Dusun Sungai Bungur tetap dipimpin oleh Datuk Darani, dan Masuarakat
tidak banyak yang merasakan ketidak adilan bahkan Masuarakat tetap berharap Datuk
Darani sebagai Pemimpin di periode berikutnya.
Kemudian pada tahun 1969 masa kepemimpinan Datuk Darani telah habis dan
beliau menolak untuk dijadikan Penghulu/Pemimpin Dusun Sungai Bungur, mendengar
pernyataan beliau ini maka Masuarakat Sungai Bungur sangat merasa kecewa, namun
Masuarakat harus bisa menentukan sikap bahwa kepemimpinan tidak boleh ada
kekosongan maka diperintahkan kepada Mangku Ajan untuk mengumumkan kepada
Masuarakat siapakah yang berminat mencalonkan diri sebagai Penghulu, setelah
mendengar pemberitahuan ini maka dapatlah dua orang calon yaitu Datuk Zaini dengan
Datuk Ali, cara pemilihannya tetap mengikuti yang sudah pernah dilaksanakan yaitu hanya
dengan ditanya satu persatu kepada Masuarakat siapa yang pantas dan mampu untuk
dijadikan Pemimpin akhirnya setelah dilaksanakan pemilihan maka terpilih lah Datuk Ali
sebagai Penghulu belum beberapa lama masa kepemimpinan beliau maka Masyarakat
merasakan suasana yang berbeda dari sebelumnya, bahwa Kepemimpinan Penghulu Ali
terkenal dengan pendirian yang cukup keras sehingga dalam memutuskan dan membuat
Peraturan tidak Pandang bulu untuk memberikan Sangsi kepada siapapun yang
melanggar nya meskipun keluarga sendiri.

5
Penerapan kepemimpinan Penghulu Ali yang tegas pada masa itu membuat
Masyarakat tidak bisa mengembangkan gagasan/ide dibidang Pemerintahan hal ini
disebabkan kurang nya kapasitas pendidikan para Masayarakat pada waktu itu.

Penghulu Ali menjadi sosok yang menakutkan bagi Masyarakat apalagi bagi anak-
anak kedisiplinan serta ketegasan dalam memimpin tersohor bukan hanya di Desa saja
bahkan sampai dengan Ibu Kota Kecamatan dalam Proses Hukum, tak heran jika ada
salah satu Masyarakat yang bermasalah dengan pihak kepolisian kemudian ditangkap
dan dibawa tanpa sepengetahuan beliau maka beliau tak segan-segan beliau menjemput
Masyarakat nya kalau beliau belum melakukan Proses di Dusun karena Dusun juga
mempunyai hukum yang kuat terutama Hukum Adat.

Dalam masalah yang lain diantaranya pada saat pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) pada masa kepemimpinan Penghulu Ali menyebutnya Cuke Pasar, jika
ada Masyarakat yang ingin menjual hasil pertanian salah satunya adalah Getah Karet,
sebelum dibawa ke Jambi Penghulu Ali memungut Pajak nya terlebih dahulu.

Pada pertengahan tahun 1974 Penghulu Ali menjadi pelopor Pembangunan


Pondasi Masjid Baitur Rahman tak lama kemudian Masa Jabatannya pun berakhir.

Untuk mengisi kekosongan roda Pemerintahan setelah nya maka terpilih lah Zaini
sebagai Penghulu yang ke Lima di Sungai Bungur, dan tetap dibantu oleh Mangku Ajan
pada masa Kepemimpinan Penghulu Zaini perkembangan Pembangunan mulai mendapat
perhatikan dari Pemerintahan sehingga Desa Sungai Bungur bisa membangun sarana
Pendidikan pertama kali adalah Pembangunan SD. 88/I Sungai Bungur yang
Alhamdulillah selesai di bangun pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Pemerintah yang
berwenang pada masa itu dengan dihibur oleh Grop Rebana Putri Desa Sungai Bungur.

Dengan berdirinya bangunan Sekolah Dasar (SD) ini sangat memberi wawasan
dan pengertian kepada Masyarakat setempat bahwa betapa pentingnya arti sebuah
pendidikan, tapi bukan hanya itu, dengan kehadiran para guru yang sangat berjasa besar
untuk mengajarkan Ilmu di SD ini, juga sangat banyak memberikan manfaat bagi
Masyarakat setempat.

Guru yang pertama kali mengajar di Sekolah ini adalah yang bernama Marpaung
beliau berasal dari Medan dan beliau sangat dikenal dengan kegarangan nya dalam
mendidik murid-murid nya, beliau menginap dan berulang pegi kesekolah dari rumah
Penghulu Zaini tapi bukan hanya itu, beliau ikut andil untuk membantu roda Pemerintahan
Datuk Zaini, dan bahkan beliau pernah dijadikan Sekretaris Desa Sungai Bungur, bukti
dari pengabdian Bapak Marpaung adanya Pembangunan Balai Desa, Gedung Madrasah
yang lama dan pada masa Kepemimpinan Datuk Zaini juga dapat menyelesaikan
Pembangunan Masjid Baitur Rahman pada tahun 1977.

Pembangunan Sarana Pendidikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan Ilmu


pengetahuan bagi Masyarakat baik dibidang Agama maupun di Bidang Umum serta untuk
memberi motivasi bagi Masyarakat bahwa pentingnya sebuah Pendidikan karna sejarah
membuktikan bahwa Zaman sudah mulai berangsur mengalami pergeseran Budaya.

Pada tahun 1979 masuknya Moderenisasi dibidang Komunikasi lewat media


elektronik adanya Televisi, itupun hanya dua orang saja yang mempunyai Televisi yaitu
Datuk Hamid (Alm) dan Amir Kasim yang masih ada orang nya sampai sekarang, namun
sebelum itu Masyarakat hanya menggunakan Radio sebagai alat untuk mendengarkan
Berita-berita.

6
Setelah selesai masa Kepemimpinan Penghulu Zaini pada tahun 1987 maka di
PJS kan oleh M. Tanir yang dilantik oleh Camat Kumpeh yang bernama Syargawi BA.
Pada awal tahun 1988 dan tetap dibantu oleh Mangku Ajan serta didampingi oleh Bapak
Marpaung meskipun Datuk M. Tanir tidak begitu lama menjabat sebagai Penghulu
dikarnakan hanya PJS namun Roda Pemerintahan Beliau bisa bersaing untuk maju
sejarah membuktikan hal ini bahwa adanya Pembangunan Jembatan di SK 14, yang
dikenal oleh Masyarakat dengan sebutan adalah Jerambah Putih sekaligus membuka
lahan Pertanian dan perkebunan di Areal tersebut, tepatnya di daerah Talang Penyantan.

Sebagai seorang Pemimpin Datuk M. Tanir berharap dengan dibukanya


perkebunan didaerah talang penyantan tersebut kiranya Masyarakat bisa mafan dalam
rangka peningkatan perekonomian sehingga suatu saat Masyarakat bisa mengenang jasa
dari perjuangan beliau. dipenghujung tahun 1989 masa jabatan beliau pun sudah habis.

Pada awal tahun 1990 dilakukan Pilkades yang dilaksanakan di Depan Masjid
Baitur Rahim dengan Pilihan Tiga Orang Calon yaitu Asmuni, Bidin A. dan Masri Yusuf,
Pemilihan dilakukan dengan cara memakai kotak suara, yang akhirnya dimenangkan oleh
Datuk Asmuni, selama masa Jabatan Penghulu Datuk Asmuni beliau sudah melakukan
prngadaan sarana Pembangunan berupa Tanah untuk Pembangunan Gedung SMP,
Pengadaan sarana Olahrag berupa Lapangan Bola Kaki juga pernah melakukan
peningkatan Ekonomi Masyarakat diantaranya beliau membantu untuk kegiatan
Pengembangan hewan ternak yaitu Kambing, Biri-biri dan Kerambah Ikan, namun
kegiatan ini tidak menghasilkan apa-apa karena kurangnya Ilmu, tanggung jawab serta
kesadaran
Masyarakat, sehingga Bapak Drs. Arief Hasan sebagai Camat Kumpeh merasa Kecewa,
dan pada tahun 1995 wafatlah salah seorang Mangku yang sangat berjasa yaitu Mangku
Ajan, dimakamkan Di TPU Sungai Bungur.

Pada tahun 1999 masa jabatan Penghulu Asmuni sudah berakhir maka dengan
tahun bersamaan dilkukan pemilihan kembali dengan dua orang Calon yaitu Datuk
Asmuni dengan Datuk Masri setelah pemilihan berlangsung dan penghitungan suara
maka akhirnya dimenangkan oleh Datuk Masri, mulai tahun 1999 s/d tahun 2007 Kepala
Desa Sungai Bungur adalah Datuk Masri beliau salah seorang Pensiunan dari Dinas
Kehutanan Provinsi Jambi, dan beliau mendapat amanat dari Masyarakat untuk
membangun Desa dalam setiap bidang.

Pada masa Kepemimpinan Datuk Masri roda kepemerintahan Desa mulai maju dari
yang sebelumnya karena suda banyak yang membantu kinerja Kepala Desa, adanya
Sekdes, Kaur-kaur, Kadus, BPD, RT, LKMD Dan Lembaga lainnya sehingga Proses
Pelaksanaan Peningkatan Pembangunan Desa menjadi prioritas, sejarah membuktikan ,
adanya Pembangunan Gedung SMP, Madrasah Rumah Bidan Desa Gedung PAUD
Kantor Desa dan Pembangunan Masjid Baitur Rahim. dalam perjalanan Kepemimpinan
Datuk Kepala Desa Masri mulai muncul beberapa Investor untuk menanamkan Investasi
dengan becokol beberapa Perusahaan yang mengambil alih Penggarapan Lahan
Masyarakat yang akan dijadikan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit, diantaranya ada
Perusahaan PT. MAKIN Grup yang dikelola oleh PT. PHL (Puri Hijau Lestari) yang
berpola kemitraan ini terjadi pada tahun 2001, pada tahun berkenaan Pihak Perusahaan
meminta kepada Camat Kumpeh yang pada saat itu dijabat oleh Bapak R. Najmi sebagai
Camat Kumpeh untuk mensosialisasikan kepada Masyarakat didalam Masjid Baitur Rahim
sesudah Sholat Jum’at dengan memberikan lahan Kepada Masyarakat seluas 1000 Ha.
Tapi Masyarakat menolak dengan jumlah yang diberikan, seiring waktu berjalan proses
Pembangunan dan Tawar menawar terus dijalankan, maka ditahun 2007 pun masa
Jabatan Datuk Kepala Desa Masri sudah habis, namun pembagian lahan Terhadap
Masyarakat belum sesuai yang diinginkan oleh Masyarakat.

7
Kemudian pada tahun berkenaan, diadakan kembali Pemilihan Kepala Desa,
dengan Empat orang Calon Kepala Desa yaitu, Adnan, Mustar, Rozali dan Jaudit. Dari
hasil pemilihan tersebut dimenangkan oleh Jaudit sebagai Datuk Kepala Desa Sungai
Bungur.
Dimasa kepemimpinan Datuk Jaudit desa mengalami perubahan, yaitu dalam
pembagian Peran dan tugas di Pemerintahan Desa, seiring perkembangan Zaman pada
saat itu Desa Sungai Bungur berangsur maju. Diantaranya dalam bidang Pembangunan
Infrastruktur, sarana Ibadah dan sarana Air Bersih. Dengan adanya pembangunan sumur
gali, Paket Peralatan Pernikahan (Tenda Desa) dan alat Keramaian lain, yang semula
belum pernah ada, juga masa Pemerintahan beliau Pembangunan Kantor Desa pun
terselesaikan. Rehabilitas Masjid Baitur Rahim, Rehabilitas Gedung-Gedung dan Fasilitas
Lainnya juga diperhatikan, baik dibidang Umum maupun dibidang Agama, contohnya telah
terbentuknya Organisasi Kepemudaan Desa serta Pengajian Ibu-ibu.
Masa kepemerintahan beliau maraknya pertumbuhan Perusahaan dalam bidang
perkebunan Kelapa Sawit, sehingga menimbulkan Pro dan Kontra dalam Masyarakat.
Disatu sisi ada yang diuntungkan, namun disisi lain ada kerugian sehingga
mengakibatkan menyempitnya ruang kelola bagi Masyarakat untuk mengelola lahan
pertanian. Hal ini terjadi akibat dari kurangnya pola pikir Pemerintahan dan Masyarakat
Desa pada saat itu dalam merancang dan cara pandang kedepan.
Sebelum berakhirnya masa jabatan Datuk Jaudit beliau kedatangan dua orang dari
salah satu Lembaga yang bernama Walhi Jambi (Wahana Lingkungan Hidup). Tak lama
kemudian maka beliau mengutus tiga orang yaitu Darman, Iyon dan Tamrin untuk
menghadiri pertemuan Walhi di Jambi tepatnya di Hotel Nusa Wijaya, maksud pertemuan
adala membentuk suatu Organisasi Masyarakat yang diberi Nama Jaringan Masyarakat
Gambut Jambi (JMG-J).
Setelah berakhir masa jabatan Datuk Jaudit tepatnya pada tanggal 14 Februari
2012, untuk melanjutkan Pemerintahan Desa Sungai Bungur maka diadakan pemilihan
Kepala Desa kembali, dengan Tiga orang Calon Kepala Desa yaitu, Mustar, Sayuti dan
Tamin. Setelah dilaksanakan pemilihan dan penghitungan suara, maka dari tiga Calon
Kepala Desa tersebut dimenangkan oleh Tamin, dengan perolehan 469 suara. Pada
tanggal 17 Februari dengan resmi dilantik menjadi Datuk Kepala Desa Sungai Bungur
periode 2013 – 2019.
Pada awal masa kepemimpinan Datuk Kepala Desa Tamin beliau juga dikenal
dengan seorang yang berpendirian keras dan tegas, langkah awal yang dilakukan beliau
adalah menyusun pejabat-pejabat pemerintahan desa kemudian beliau juga ikut
bergabung dengan Lembaga Walhi untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang
belum dikembalikan oleh pihak PT PHL setelah beliau selesai menyusun Pejabat-Pejabat
Pemerintahan Desa Kemudian beliau berkomitmen untuk merebut hak-hak masyarakat
yang belum dipenuhi oleh pihak PT. PHL (Puri Hijau Lestari) yaitu 225 Ha. Yang
sebelumnya sudah dilakukan perebutan hak-hak tersebut dimasa kepemimpinan Datuk
Jaudit, namun belum ada penyelesaian.
Pada tahun kedua masa kepemimpinan Datuk Tamin, beliau mulai menggerakkan
para perangkat desa dan Perangkat lainnya untuk mengadakan rapat disetiap RT.
Sebagai langkah awal untuk mencari kesepakatan dalam merebut hak-hak masyarakat
yang belum dikembaliakan oleh pihak PT. PHL, tapi langkah yang dilakukan ini tidak luput
dari arahan dari anggota Walhi, setelah dilakukan apa yang diperintahkan oleh beliau,
ternyata masyarakat sangat sepakat dan setuju jika melakukan pendudukan lahan yang
tujuannya agar lahan 225 Ha segera dikembalikan kepada masyarakat. Pendudukan
lahan dilakukan tepatnya pada tanggl 26 s/d 29 September 2014 didampigi oleh beberapa
orang anggota walhi, tentunya sebelum melakukan pendudukan lahan, beliau perpesan
kepada seluruh masyarakat, “jika nanti perjuangan kita berhasil, maka jangan sampai ada
yang manjual pembagian lahan tersebut dalam bentuk apapun. Kita berhak menerima
hasil dari lahan 225 Ha tersebut dikit sama didkit, banyak sama banyak. Saya dan rekan-
rekan (Pengurus) tidak ada kepentingan dan tidak mengambil Imbalan/Jasa sedikitpun,
bahkan kami haramkan mengambil keuntungan dari hasil tersebut kecuali pada saat
pengurusan lahan, sebagai biaya transportasi dan biaya makan minum.” begitulah kata
beliau.
8
Setelah dilakukan pendudukan lahan tersebut, maka dapat membuahkan hasil,
yaitu lahan seluas 225 Ha, telah dikembalikan oleh pihak PT. PHL kepada masyarakat,
dan masyarakat sudah menerima hasil dari lahan 225 Ha tersebut pada setiap tahunnya.
Beliau menetapakan keputusan, bahwa hasil dari lahan 225 Ha tersebut akan disisihkan
untuk masyarakat, berupa bantuan paket peralatan kematian, juga beliau memberi subsidi
kepada pemuda pemudi Desa Sungai Bungur, berupa Uang Tunai Sebesar Ro. 500.000.-
pada saat pernikahan.
Dimasa pertengahan kepemimpinan Datuk Tamin, pemerintah telah meningkatkan
pengalokasian Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD), sehingga peningkatan
pembangunan lebih maju, baik dibidang pembangunan infrastrutur maupun
Pembangunan Sumber daya Manusia, diantaranya adalah jalan-jalan yang ada di desa,
baik itu jalan lingkungan maupun jalan Jalan Usaha Tani (JUT) telah dijadikan rabat beton.
Namun masih ada beberapa Jalan yang belum terselesaikan, salah satunya adalah Jalan
Usaha Tani (JUT). Pada masa kepemimpinan beliau juga telah melakukan rehabilitas
gedung-gedung yang telah dibangun pada masa kepemimpinan sebelum beliau, seperti
Gedung Madrasah, Gedung PAUD, Rumah Bidan Desa, Gedung Kantor/Balai Desa dan
sarana Olah raga, berupa Lapangan Badminton.
Dimasa kepemimpinan Datuk Tamin, masyarakat merasa terbantu dengan
tingginya jiwa sosial beliau, terutama dalam keadaan darurat. Contohnya pada saat ada
masyarakat yang sakit, dan ingin meminta bantuan beliau, maka beliau tak segan-segan
untuk membawa kerumah sakit, kemudian jika diantara masyarakat ada yang
membutuhkan uang secara mendesak, beliau sering memberi pinjaman.

Demikian sejarah singkat awal pendirian Desa Sungai Bungur dan para
Pemimpinnya.

Sungai Bungur, 21 Maret 2019

Sumber Sejarah Adalah Dari :


1. Datuk Darani (Alm)
2. Datuk H. M. Tanir (Alm)
3. Datuk Asmuni (Alm)
4. Datuk Masri.
5. Gede Jinur (Alm)
6. Datuk Jaudit
7. Datuk Aris
8. T. Saman K.

Terima kasih yang teramat dalam kepada mereka yang telah berjasa besar kepada
Desa Sungai Bungur dan Masyarakatnya, juga kami sangat berterima kasih atas
Perjuangan yang telah dilakukan pada masa kepemimpinan mereka, Semoga Allah SWT
memberi Pahala yang berlipat ganda kepada Mereka atas Perjuangan dan Pengorbanan
Mereka Amiiin .......................................

Untuk itu kami mengucapkan ribuan terima kasih atas Partisivasi serta kesediaan
meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan keterangan tentang Sejarah Awal
Pendirian Desa Sungai Bungur ini, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Penulisan
Sejarah Desa ini, dan semoga bisa memberikan Manfa’at bagi kita semua dengan
tersusunnya Sejarah Desa Ini.

Wassalam,........................................

9
SEJARAH SINGKAT
PENDIRIAN DESA SUNGAI BUNGUR

Penulis :
Darman Bin Abu Bakar Bin Ibrahim Bin Abdul Kahar
Penulisan pertama, sampai dengan 18 Agustus 2013
Iyon Bin Roni Bin Lahab
Penulisan kedua, sampai dengan 21 Maret 2019

Ucapan Terimakasih
Merupakan suatu kehormatan bagi penulis yang telah bersusah payah untuk
mencari dan menggali keterangan, sehingga penulis dapat menhadirkan buku
yang berjudul SEJARAH SINGKAT DESA SUNGAI BUNGUR yang sudah hampir
tenggelam dan terlupakan.

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wrwb.
Pertama-tama Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang oleh
karena berkat limpahan Ni’mat dan Karunianya yang diberikan kepada kami,
yaitu ni’mat Iman dan ni’mat sehat sehingga kami tetap dalam keadaan sehat
wal’afiat dan selalu dalam lindungannya, dan yang kadua solawat teriring salam
tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang oleh
karena berkat perjuangan beliau dan para sahabatnya sehingga kita terhindar
dari Alam kejahilan menuju Alam Ilmu pengetahuan seperti saat sekarang yang
kita rasakan.
Pembaca yang budiman kami sangat bahagia, karena dapat menulis dan
menyusun sejarah singkat Pendirian Desa Sungai Bungur ini, yang mana
penulisan dan penyusunan sejarah ini berkat dari partisivasi dan dukungan
para Tuo-Tuo Kampung yang telah sudi meluangkan waktu untuk memberikaan
sejarah singkat tentang perjuangan dan pengorbanan para pemimpin kami
terdahulu, untuk mendirikan Desa Sungai Bungur ini.
Olehkarenanya berkat dari susah payah kami dan para Tuo-Tuo Kampung
sehingga dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan Sejarah ini, Semoga
dengan selesainya penulisan sejarah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua, dan
betapa besarnya jasa para pendahulu kita untuk mendirikan desa.
PENDAHULUAN

Desa Sungai Bungur terletak dipinggiran Sungai Batang Hari dengan


wilayah yang merupakan sebagian besar terdapat dataran rendah sehingga
wilayah ini mudah terkena banjir pada saat musim hujan, dan diwilayah ini
dikelilingi oleh tumbuh-tumbuhan dan hutan-hutan yang segar juga banyak
terdapat berbagai macam nama anak sungai sehingga potensi Alam dan potensi
sungai sangat bermanfa’at bagi masyarakat setempat, oleh karenanya
Masyarakat Desa ini pada mulanya banyak yang berpenghasilan dari hasil hutan
dan Sungai untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari diantaranya kayu,
rotan dan ikan.
Akan tetapi masa-masa itu telah sirna dan berlalu pergi, sekarang hanya
menjadi suatu kenangan yang tak pernah terlupakan, wilayah ini telah berganti
dengan dikelilingi oleh kebun-kebun kelapa sawit yang dimiliki oleh pihak
perusahaan, hanya sebagian kecil wilayah ini yang dimiliki oleh Pribumi.

MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun Maksud penulisan sejarah ini agar tidak terlupakan oleh generasi
penerus selalu dan selalu diingat.

Adapun Tujuannya adalah agar seluruh Masyarakat, terutama anak-anak


muda sebagai generasi penerus mengerti akan sejarah ini, bahwa betapa
susahnya, pentingnya mendirikan suatu desa yang semula belum ada, ternyata
disana perlu perjuangan, pengorbanan dan banyak tantangan yang dihadapi
oleh para pemimpin dan pendahulu kita.
Profil Penulis

DARMAN. Ama

Penulis dilahirkan di Sungai Bungur, tanggal 04 Januari 1978


Jabatan sebagai ketua BPD

IYON

Penulis dilahirkan di Sungai Bungur, tanggal 15 Juli 1973


Jabatan sebagai Kaur Keuangan
SEJARAH SINGKAT
DESA SUNGAI BUNGUR

KECAMATAN KUMPEH
KABUPATEN MUARO JAMBI

Anda mungkin juga menyukai