Anda di halaman 1dari 1

Jakarta, Ibukota Indonesia terkenal sering sekali mengalami banjir terutama saat musim

hujan. Penyebabnya? Pertama, masyarakat Jakarta yang membuang sampah sembarangan


hingga menyumat saluran air sehingga meluap, alas an lain dikarenakan lokasi geografis
kota Jakarta yang dialiri 10 sungai besar dan Jakarta memiliki system drainase yang kurang
memadai (proses pembuangan massa air secara alami). Dari dulu hingga sekarang masih
sering sekali terjadi banjir. Dulu? Sejak kapan memangnya? Mari kita melihat Kembali ke
masa kerajaan traumanegara.

Sekilas penjelasan mengenai kerajaan tarumanegara..


Kerajaan tarumanegara merupakan kerajaan hindu tertua ke-2 di Indonesia yang terletak di
pulau jawa lebih tepatnya di dekat sungai citarum. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-4
sampai abad ke 7. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh 3 generasi raja, dan mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan raja ketiga yaitu raja purnawarman. Kerajaan
Tarumanegara ini memiliki peniggalan prasasti sebanyak 7 buah. Salah satu diantaranya
bernama prasasti tugu yang ditemukan di daerah tugu di Jakarta. Pada prasasti tersebut
dijelaskan penggalian sungai di masa itu.

Pada masa kepemimpinan raja purnawarman, banyak daerah yang kemasukan air atau yang
disebut banjir, terutama pada bulan januari hingga februari, karena pada bulan bulan itu
daerah jawabarat sedang mengalami musim hujan. Raja purnawarman mengambil Tindakan
dengan memerintahkan untuk menggali sungai CHANDRABHAGA.

Dalam prasasti Tugu ini diceritakan penggalian Candrabhaga oleh Raja


Purnawarman, seorang raja yang mulia dan berlengan kuat. Tujuan penggalian
adalah mengalirkan air sungai tersebut ke laut, setelah melewati istana kerajaannya. Dan
pada masa sekarang candrabhaga biasa dikenal dengan nama BEKASI.

Tak hanya sungai chandrabhaga, dalam prasaasti tugu juga tertulis bahwa raja
purnawarman juga memerintahkan untuk menggali sungai GOMATI. Pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya, raja Purnawarman menitahkan untuk menggali sungai ini dilakukan pada
bulan phalguna dan caitra, bertepatan dengan bulan Februari dan April menurut
perhitungan tarikh Masehi. Panjang galiannya sepanjang 6.122 tumbak atau kurangg lebih
11-12 km dan Penggalian kedua selesai dalam 21 hari dimulai dari 8karo gelap bulan
Phalguna sampai 13 karo terang bulan caitra. Selamatan atau syukuran penggalian dilakukan
oleh para brahmana, disertai pemberian hadiah berupa 1.000 ekor sapi.
Pada masa sekarang kali gomati dikenal dengan kali mati

Sungai yang digali tersebut diharapkan bisa mengalirkan debit air, sehingga banjir di kala itu
bisa segera surut. Selain itu, penggalian kali ini juga ditujukan untuk kepentingan irigasi
sawah warga.

Anda mungkin juga menyukai