Anda di halaman 1dari 1

Sejak Raja Tarumanegara, Daerah Jakarta Sudah Jadi Langganan Banjir

Pada 419 Masehi, Maharaja Purnawarman memulai sebuah megaproyek di Sungai Citarum. Sungai terbesar dan
terpanjang di telatah Pasundan yang mengalir dari Bandung hingga Karawang itu dikeruk. Selain untuk keperluan
irigasi, pengerukan Citarum dilakukan sebagai upaya meminimalisir potensi banjir.

Citarum memang ibarat nadi bagi Tarumanegara, kerajaan yang kala itu dipimpin oleh Purnawarman. Sungai
yang memiliki banyak cabang dan jika seluruhnya dijumlahkan panjangnya bisa mencapai 300 kilometer ini juga
terkait erat dengan asal-usul kerajaan Sunda yang berdiri sejak 358 M tersebut.

Pengerukan Citarum merupakan satu dari sekian banyak gebrakan di era Purnawarman yang berkaitan dengan
sungai. Sepanjang dekade kedua abad ke-5 M itu, setidaknya ada lima proyek besar terkait sungai untuk
mengatasi banjir yang kerap melanda wilayah Tarumanegara, termasuk daerah yang kini dikenal dengan nama
Jakarta.

#Raja yang Mencintai Sungai

Purnawarman adalah raja ke-3 Kerajaan Tarumanegara yang mulai berkuasa pada 12 Maret 395 M. Cucu pendiri
Tarumanegara, Jayasingawarman (358-382 M) ini naik tahta setelah ayahnya, Darmayawarman (382-395 M),
meletakkan jabatan untuk bertapa hingga akhir hayat.

Pada 397 M, Purnawarman memindahkan pusat kerajaan dari Jayasinghapura ke Sundapura (dekat Bekasi) yang
tidak jauh dari pesisir. Ibukota lama, dikutip dari Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah
Panitia Wangsakerta Cirebon (2005) karya Ayatrohaedi, berlokasi di puncak perbukitan Jasinga, sebelah barat
Bogor (hlm. 57).

Purnawarman rupanya amat paham bahwa air merupakan sumber penghidupan manusia. Maka, selain
menggeser ibukota lebih dekat ke pesisir, sang maharaja juga sangat peduli dengan sungai-sungai yang banyak
terdapat di wilayah kekuasaan Tarumanegara.

Wilayah Tarumanegara –yang memiliki cukup banyak kerajaan daerah taklukan atau vasal– sangat luas. Meliputi
hampir seluruh wilayah Jawa Barat, dari Banten hingga Cirebon, juga sebagian Jawa Tengah. Warga
Tarumanegara beserta penduduk di negeri-negeri taklukannya menggantungkan hidup kepada sumber air atau
sungai.

Tak hanya untuk kehidupan sehari-hari, pengairan, pertanian, dan sarana transportasi hingga perdagangan,
sungai-sungai yang ada di wilayah Tarumanegara juga berpotensi menimbulkan bencana banjir jika tidak dikelola
dengan baik. Tak heran jika Purnawarman sangat perhatian terhadap pengelolaan sungai.

Proyek besar pertama terkait sungai yang digeber Purnawarman pada 410 M. Yoseph Iskandar dalam buku
Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa (1997) memaparkan, sang Maharaja memerintahkan alur Sungai
Gangga atau Setu Gangga di Cirebon diperbaiki (hlm. 64).

Kala itu, Cirebon termasuk wilayah Kerajaan Indraprahasta yang merupakan taklukan Tarumanegara. Pengerukan
dan penguatan tanggul Sungai Gangga dilakukan secara karya bhakti atau gotong royong oleh masyarakat
dengan dukungan kaum brahmana dan diselesaikan dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Sebagai bentuk terima kasih kepada Raja Indraprahasta karena telah mengizinkan sungai di wilayahnya digarap,
Purnawarman memberikan hadiah berupa 500 ekor sapi, 20 ekor kuda, satu ekor gajah, ser ta pakaian-pakaian
indah. Tak lupa, jamuan makan besar digelar untuk seluruh warga. Beraneka macam hadiah juga dibagikan.

Setelah itu, Purnawarman mengadakan proyek serupa. Tahun 412 M, ungkap H.M. Joesoef Effendi dan Tata
Ahmad Subrata Wiriamihardja dalam Laporan Diskusi Panel Menggali Kembali Sejarah Kerajaan Tarumanegara
(1991), tanggul Sungai Cupu yang mengaliri wilayah Mandala Cupunagara di Subang diperkuat (hlm. 23).

Berikutnya adalah Sungai Cimanuk pada 413 M. Sungai sepanjang 130 kilometer yang membentang dari Garut
hingga pesisir utara Laut Jawa di Indramayu ini alurnya diperbaiki dan tanggulnya diperkokoh. Selain itu, dinukil
dari buku Kasepuhan: Yang Tumbuh di Atas yang Luruh (1992) karya Kunaka Adimihardja, Purnawarman juga
memerintahkan pengadaan petak-petak sawah di sekitar aliran sungai.

#Kanal Demi Menangkal Banjir

Sebelum pengoptimalan Sungai Citar

Anda mungkin juga menyukai