Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kebutuhan sumber daya
manusia yang terampil dan handal dalam dunia perindustrian. Oleh karena itu
dalam ruang lingkup ilmu logam dibutuhkan pemahaman mengenai ilmu logam.
Dengan memahami ilmu logam, kita dapat membuat suatu materian sesuai dengan
sifat yang dinginkan untuk memenuhi kebutuhan pada dunia perindustrian.
Metallografi adalah bagian dari ilmu logam yang berhubungan dengan
pengamatan struktur mikro logam. Pada praktikum metallografi ini, didapatkan
data struktur mikro dari beberapa material Hal ini merupakan salah satu cara
untuk mengasah keterampilan pada pemahaman ilmu logam.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum metallografi ini adalah :
1. Bagaimana cara melihat struktur mikro suatu material?
2. Bagaimana cara menentukan komposisi kimia dan fasa penyusun dari
suatu material?
3. Bagaimana cara menuntukan ukuran butir spesimen

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum metallografi adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara melihat struktur mikro dari suatu material
2. Mengetahui cara menentukan komposisi kimia dan fasa penyusun dari
suatu material
3. Mengetahui cara menentukan ukuran butir spesimen

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Adapun sistematika laporan pendahuluan praktikum metallographyadalah
berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang praktikum, tujuan praktikum,
basatan masalah dan sistematika penulisan laporan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
BAB ini berisi tentang teori umum tentang metallography
3. BAB III METODOLOGI PERC0BAAN
BAB ini berisi tentang alat dan bahan dan langkah kerja praktikum
metallography

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Metallography adalah disiplin ilmu yang melihat dan menetukan
kedudukan suatu struktur pada suatu metal, paduan, dan material. Metallography
terkadang disebut juga Materialography. Pengamatan struktur dapat dilihat
dengan skala jangkauan atau yang disebut sebagai skala magnifikasi, dari
penglihatan visual (20x) sampai penglihatan menggunakan mikroskop elektron
(1.000.000x). Sistem Metallography yang paling sering digunakan ialah
menggunakan mikroskop kecil dengan magnifikasi dari skala 50x hingga 1000x
dan kemampuan untuk melihat struktur mikro hingga 0.2 mikron atau lebih.

Penglihatan secara mikroskopis memungkinkan kita melihat besar


kecilnya granul, batas granul, dan distribusi tiap fase yang semuanya sangat
penting dalam menentukan struktur suatu logam. Karakter mikrostruktur dari
suatu logam biasanya terdiri dari fase, besar dan ukuran granul, karakter batas
granul dan efek yang terjadi apabila logam tertentu sedang atau telah dilakukan
suatu proses. Dalam mikrostruktur suatu ;logam akan didapati bagian yang
mempunyai tipe dan sifat yang berbeda. Misalnya berupa ferrit, perlit, grafit, dan
berbagaiu macam fase lainnya sesuai dengan karakter material itu sendiri.

2.2 Klasifikasi Material


Suatu material dapat dilasifikasikan sebagai berikut :

2.2.1 Klasifikasi Baja


Baja pada dasarannya adalah paduan dari besi dan karbon. Selain terdiri
dari besi dan karbon biasanya juga mengandung sejulah unsur yang lain. Ada
beberapa cara mengklasifikasikan baja antara lain menurut cara pembuatannya,
menurut kegunaannya, menurut struktur mikronya, menurut kekuatannya,
menurut komposisi kimianya, dan lain sebgagainya. Biasanya klasifikasi baja
yang sering digunakan tidak hanya berpegang pada salah satu cara saja tetapi
merupakan gabungan dari berbagai cara tersebut. Dalam mempelajari
metallography, lebih baik baja diklasifikasikan menurut komposisi kimianya
dan/atau strukur mikronya
a) Baja Karbon Rendah
Baja jenis ini memiliki kadar karbon sampai 0,3% dan sangat luas
pemakaiannya, sebagai baja konstruksi umum, sebagai baja rangka
bangunan, sebagai baja tulangan beton, dan lain sebagainya.
Strukturnya terdiri dari ferrit dan sedikit perlit, sehingga kekuatan baja
ini relatif rendah, lunak, namun memiliki keuletan yang tingg dan
mudah dibentuk. Baja ini tidak dapat dikeraskan (kecuali dengan
pengerasan permukaan).
b) Baja karbon Menengah
Baja jenis ini memiliki kadar karbon lebih dari 0,3 % hingga 0,7 %.
Sama seperti Baja Karbon Rendah, baja ini terdiri dari ferrit dan perlite
namun dengan perlite cukup banyak. Hal ini menyebabkan baja berjenis
ini memiliki karakter lebih kuat, keras dan getas. Baja berjenis ini juga
dapat dikeraskan. Baja berjenis ini banyak digunakan untuk konstruksi
mesin, seperti poros, engkol, roda gigi, dan lain-lain yang memerlukan
ketangguhan yang lebih tinggi.
c) Baja Karbon Tinggi
Baja jenis ini memiliki kadar karbon lebih dari 0,7 %. Baja ini lebih
kuat dan lebih keras lagi daripada baja berkarbon sedang tetapi keuletan
dan ketangguhannya rendah. Baja karbon tinggi biasanya digunakan
untuk konstruksi mesin yang memerlukan kekuatan yang lebih tinggi,
serta untuk perkakas yang biasanya memerlukan sifat yang tahan aus.
Misalnya untuk bor, gergaji, pisau daging dan lain-lain.
d) Baja Paduan
Baja jenis ini adalah baja yang sudah ditambahkan unsur lain yang
membuatnya lebih baik dari baja karbon. Baja paduan dapat
diklasifikasikan menjadi Baja Paduan Rendah dan Baja Paduan Tinggi.
Baja paduan rendah yati baja paduan dengan unsur paduan kurang dari
10 % dan mempunyai kekuatan dan ketangguhan lebih tinggi dari baja
karbon dengan kadan karbon yang sama, atau mempunyai keuletan
yang lebih tinggi daripada baja karbon dengan kekuatan yang sama.
Baja jenis ini juga banyak digunakan sebagai baja konstruksi mesin.
Baja paduan tinggi adalah baja dengan kadar unsur paduan yang tinggi,
Baja jenis ini memiliki sifat khusus tertentu, misalnya baja tahan karat
(stainless steel), baja perkakas, baja tahan panas, dan lain-lain
2.1.2 Besi Tuang
Besi tuang pada dasarnya adalah paduan besi-karbon dengan kadar karbon
yang lebih tinggi. Biasanya memiliki kadar karbon dari 2% hingga 4%.
Keuletannya dari besi tuang rendah sehingga besi tuang tidak dapat ditempa.
Besi tuang dapat diklasifikasikan menurut struktur metallographynya. Biasanya
besi tuang dikelompokkan menjad berikut :
a) Besi tuang putih
Besi tuang putih yang biasa diproduksi adalah besi tuang putih
hypoeutektik. Besi tuang putih mengandung sejumlah sementit yang
berupa jaringan yang kontinyu dan keras, tahan aus, tetapi sangat getas
sehingga sulit untuk dilakukan proses machinning.
b) Besi tuang mampu tempa
Besi tuang mampu tempa terbuat dari besi tuang putih dengan suatu
proses yang dinamakan malleabelisasi. Malleabelisasi bertujuan untuk
mengubah sementit besi tuang putih menjadi temper karbon dan ferrit.
Proses ini dilakukan dengan dua tahap anil. Hal ini menyebabkan Besi
tuang mampu tempa memperlihatkan kekuatan dan keuletan yang lebih
tinggi daripada besi tuang kelabu. Grafit yang berupa temper karbon
akan berfungsi sebagai pelumas terhadap pahat potong karena mampu
mesinnya cukup tinggi.
c) Besi tuang kelabu
Besi tuang kelabu adalah besi tuang yang paling banyak digunakan.
Berbeda dengan besi tuang mampu tempa, grafit pada besi tuang kelabu
terbentuk pada saat proses pembekuan. Besi tuang kelabu memiliki
grafit berbentuk serpihan atau berupa lempeng-lempeng kecil yang
melengkung. Ujung-ujung dari lempengan grafit ini mengecil, dapat
dianggap sebagai takikan. Hal ini menyebabkan ketangguhan besi tuang
ini rendah. Proses grafitisasi ini didorong oleh tingginya kadar karbon,
dan pendinginan lambat. Banyaknya grafit dalam besi tuang ini
menyebabkan penampang patahannya nerwarna kelabu, karena itu
dinamakan besi tuang kealbu (gray cast iron).
d) Besi tuang nodular
Besi tuang ini dikenal juga dengan nama ductile iron, spheroidal grafite
iron. Dari nama tersebut sudah dapat diketahui bahwa besi tuang ini
grafitnya berbentuk bola-bola. Grafit yang berbentuk bola-bola ini
diperoleh langsung dari pembekuan, bukan dari proses laku panas.
Karena grafitnya yang berbentuk bola-bola yang padat, ketangguhan
besi tuang nodular lebih tinggi dari besi tuang kelabu.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Spesimen yang terdiri dari :
a) Baja poros (etching)
b) Besi cor kelabu (non-etching)
c) Besi cor kelabu (etching)
d) Besi cor nodular (etcing)
2. Aat pemotong benda menjadi spesimen, contoh alat las acetylene, wirecut,
dan gergaji mesin
3. Mesin grinding dan polishing
4. Kertas gosok grid 80, 120, 240, 320, 600, 800, 1000, 1500, 2000
5. Kain beludru
6. Serbuk aluminia
7. Cairan pengetsa yang terdiri dari :
a) Baja poros (Nital)
b) Besi cor kelabu (Nital)
c) Besi cor nodular (Nital)

8. Cairan aquades
9. Mikroskop optis dengan perbesaran 400 x

3.2 Langkah percobaan


Berikut ini adalah langkah percobaan pada praktikum metallography:
1. Persiapan alat untuk mengambil spesimen dari benda
2. Spesimen diptong menggunakan alat las acetylene
3. Spesimen dipotong menggunakan wirecut untuk
menghilangkan/memperkecil efek HAZ
4. Spesimen dipotong menggunakan gergaji mesin untuk menghilangkan
efek HAZ
dari proses wirecut
5. Spesimen digrinding dengan menggunakan kertas gosok mulai dari grid 80
sampai 2000
6. Spesimen dipoles menggunakan kain beludru yang diberi sebuk aluminia
7. Spesimen di etsa selama 3-5 detik lalu spesimen segera dicuci dengan air
aquades dan dilap dengan kering.
8. Meletakkan spesimen pada mikroskop optis dngan mengatur pembesaran
hinga 400x
9. Menggambar struktur mikro yang terlihat pada mikroskop
10. Menghitung komposisi struktur mikro dari hasil pengamatan

ABSTRAK

Metalografi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik struktur


mikroskopis suatu logam atau paduan. Dengan menggunakan metalografi dapat
ditentukan grain size serta ukuran bentuk dan distribusi dari berbagai fasa.
Sehingga percobaan ini mempelajari langkah-langkah untuk mengamati struktur
mikro suatu material apakah cacat atau tidak.
Pada percobaan digunakan empat spesimen yaitu baja poros (etching),
baja cor kelabu (non etching), baja cor kelabu (etching) dan baja cor nodular
(etching). Untuk langkah pertamanya spesimen dipotong dengan las karbit,
dilanjutkan pemotongan dengan wire cut dan gergaji mesin untuk menghilangkan
efek HAZ, kemudian spesimen digrinding dan dipoles untuk dietsa selama 3-5
detik. Lalu spesimen dicuci dengan cairan aquades dan dilap hingga kering.
Selanjutnya spesimen diamati pada mikroskop dengan perbesaran 40x setelah itu
tampak struktur mikro dan gambar.
Diharapkan setelah melakukan percobaan ini praktikan mampu
mengetahui langkah-langkah untuk mengamati struktur mikro dan cacat pada
material, mengetahui perbandingan struktur mikro etsa dan non etsa, dan mampu
mengetahui pengaruhnya terhadap sifat mekanik.

Anda mungkin juga menyukai