Anda di halaman 1dari 3

HARMONIS

A. HUBUNGAN TEMA STUDI KASUS DENGAN NILAI HARMONIS


Menurut M. Dahlan Al Barry, 1995 istilah harmoni berasal dari Yunani yaitu
‘harmonia’ yang artinya terikat secara serasi dan sesuai. Harmoni dalam ilmu filsafat
diartikan sebagai kerjasama antara berbagai factor yang sedemikian rupa hingga factor-
faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah harmonis berasal dari
kata harmoni yang meiliki arti pernyataan rasa, aksi, gagasan dan minat, keselarasan,
keserasian. Harmoni merupakan kesesuaian berbagai factor sehingga menghasilkan
kesatuan yang luhur (Dagun, 1997).
SURAT EDARAN NOMOR SE. 05 TAHUN 2022 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN
PENGERAS SUARA DI MASJID DAN MUSALA dimaksudkan sebagai pedoman penggunaan
pengeras suara di masjid dan musala dengan tujuan untuk mewujudkan ketenteraman,
ketertiban, dan kenyamanan bersama.
Seperti juga telah disampaikan Menag bahwa di dalam hidup masyarakat yang
plural diperlukan toleransi. Oleh karena itu, perlu pedoman bersama agar kerukunan
dan harmoni sosial tetap terawat dengan baik termasuk di antaranya lewat cara
mengatur penggunaan pengeras suara di masjid atau musala.
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Republik Indonesia dalam Siaran Pers Nomor: 33/HUMAS PMK/II/2022 terkait pro dan kontra
masyarakat terkait pedoman penggunaan pengeras suara. Masyarakat terlalu mudah
terpengaruh pada berita yang sepotong-potong karena masyarakat hanya terfokus untuk
membaca judulnya tanpa membaca berita secara keseleruhan yaitu isinya.
Media elektronik berbasis internet, seperti media sosial, portal berita online, forum
diskusi online, adalah platform penyebar informasi yang begitu cepat dan masif. Selain itu,
masyarakat bisa turut berkontribusi memberikan komentar atau bahkan menulis berita versinya
sendiri.
Hingga pada akhirnya, warga Indonesia khususnya masyarakat yang beragama Islam,
cukup dikejutkan dengan pernyataan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melalui akun
twitternya. Cuitan Menteri Agama Lukman Hakim tersebut berisi pernyataan bahwa ada
peraturan penggunaan pengeras suara tempat ibadah umat Islam. Cuitan tersebut dikeluarkan
tepat setelah kasus Meiliana, warga Tionghoa yang divonis bersalah setelah memprotes
pengeras suara azan di Masjid Al Maksum di Tanjung Balai Sumatera Selatan karena dianggap
menistakan agama Islam.
B. NILAI-NILAI HARMONIS DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Pembangunan di bidang agama pada hakikatnya bertujuan untuk memajukan kualitas
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu
menciptakan keselasaran, keserasian dan keseimbangan, baik hidup manusia sebagai pribadi
maupun dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam lingkungan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, salah satu bentuk pembangunan agama adalah terciptanya kerukunan hidup umat
beragama yang lebih mantap dan dinamis.
Dengan semakin mantapnya kerukunan dan keserasian intern umat beragama, antar
umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah, maka akan memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa serta stabilitas nasional. Kerukunan merupakan nilai universal
yang dapat ditemukan dalam setiap ajaran agama maupun dalam aktifitas sosialnya. Setiap
agama pada hakikatnya mengajarkan kepada umatnya untuk saling mengasihi sesamanya
sehingga tercipta kerukunan hidup umat beragama.
Namun demikian, agama seringkali difahami secara sempit dan eksklusif sehingga
mengakibatkan terjadinya berbagai macam konflik di masyarakat. Di samping itu, sikap
fanatisme yang berlebihan di kalangan penganut agama yang masih sangat dominan dapat
mengakibatkan disharmonisasi yang merugikan semua pihak, termasuk kelompok umat
beragama
C. NILAI, SIKAP, ETIKA DAN NORMA MASYARAKAT YANG DIPERLUKAN
Dengan melihat agama sebagai satu lembaga yang selalu fungsional dalam kehidupan
manusia, maka idealnya umat beragama selalu hidup berdampingan, rukun, dan damai, baik
antara sesama pemeluk agama maupun antar pemeluk agama yang berbeda. Kerukunan
merupakan nilai universal yang dapat ditemukan dalam setiap agama maupun dalam aktifitas
sosialnya.
Setiap ajaran agama pada hakikatnya mengajarkan umatnya untuk mawas diri,
mengenal dirinya terlebih dahulu, dan mengenal musuh-musuh yang ada dalam dirinya. Dengan
senantiasa mawas diri, umat beragama akan tetap menjaga saling pengertian dengan umat lain,
dan menyadari diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar.
D. TANTANGAN MASYARAKAT MENCIPTAKAN KEHARMONISAN
1. Media elektronik berbasis internet, seperti media sosial, portal berita online, forum diskusi
online, adalah platform penyebar informasi yang begitu cepat dan masif. Selain itu, pembuat
berita diakomodasi untuk membuat akun yang anonim dan lebih dari satu, khususnya di
media sosial. Hal ini menjadikan warganet merasa secure untuk menjadi seperti apapun
yang dia inginkan yang tidak bisa dilakukannya di dunia nyata. Selain itu, keanoniman
tersebut membuatnya berani untuk menyebarkan berbagai informasi yang kadang
validitasnya belum pasti. Oleh karena itu, informasi-informasi dari media online biasanya
cukup subjektif. Media bisa memiliki perbedaan sudut pandang dalam menarasikan hal yang
sama. Selain itu, masyarakat konsumen berita pun memiliki hak dan kapasitas yang sama
untuk memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam merespon satu kejadian yang sama.
2. Indonesia adalah negara yang penduduknya memeluk agama yang beragam. Sebagai negara
yang berasaskan Pancasila, agama memegang peran yang penting karena telah dinyatakan
pada sila 1 mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa. Agama-agama yang diakui di Indonesia
adalah Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu. Kurangnya pemahaman diri
terkait rasa toleransi antar umat beragama sering memicu terjadinya perselihan yang
mempengaruhi keharmonisan dalam bermasyarakat.
E. UPAYA DAN TEROBOSAN MENCIPTAKAN KEHARMONISAN DI MASYARAKAT
F. KOMITMEN

Anda mungkin juga menyukai