Anda di halaman 1dari 2

"Da'i media sosial"

Perkembangan teknologi mencapai puncaknya dengan berbagai fitur kecanggihan menawarkan pesona
manis bagi semua kalangan usia. Terlebih dalam hal ini teknologi smartphone dapat mendekatkan yang
jauh, bahkan terkadang tak jarang menjauhkan yang dekat; dunia nyata dalam segenggam tangan.
Hanya bermodalkan paket data semua dapat diakses dengan mudah. Awalnya teknologi semacam
smartphone mempunyai tujuan untuk menghubungkan relasi, sahabat dan keluarga yang berada di
tempat jauh untuk menjadi dekat melalui panggilan telepon. Seiring perkembangannnya sudah
dilengkapi dengan layanan video call, berkirim foto, video dan yang mutakhir memungkinkan sebagai
tempat berbisnis, bahkan untuk menyebarkan dakwah.

Dalam Islam, umat muslim memiliki andil berdakwah menyeru berbuat kebaikan, memerintahkan
berbuat ma'ruf dan mencegah dari berbuat kemungkaran (QS. (3): 104). Tugas ini tidak hanya tertentu
pada Kiai, Habib dan Ustadz saja. Semua dianjurkan berdakwah untuk membumikan nilai-nilai
keislaman. Sebagaimana Mohammed Salah yang menurut Aidz Al Qarni penulis buku best seller La
Tahzan, ia berhasil berdakwah melalui lapangan sepak bola. bahkan karena prestasinya itu, beliau
mengibaratkan pencapaian Mohammed Salah melebihi seribu khutbah. Bagaimana tidak, bila semua
umat muslim bersatu dalam satu dukungan tanpa melihat background ormas keagamaan yang akhir-
akhir ini disibukkan dengan perseteruan sebab perbedaan kecil macam khilafiah.

Di Indonesia dakwah melalui instagram bukan sesuatu yang asing lagi. Porsi kemafsadatan yang ada
dalam media ini sangat besar dengan konten-konten yang jauh dari nilai keisalaman. Menjadi sebuah
kewajiban bagi kalangan santri untuk memberikan tandingan dengan konten-konten positif. Bersyukur
karena sudah ada dari kalangan pesantren yang mengisi dakwah di media ini, Sebut saja misalkan Habib
Husein Ja'far Al Haddar yang konsen memberikan motivasi hijrah untuk golongan pemuda tersesat
(bahasa grup beliau). Ada juga Ning Seila Hasina Pondok Pesantren Lirboyo yang gencar menyebarkan
ilmu fan fiqih kewanitaan. Ada juga Habib muda berdarah Madura, Habib Husein Basyaiban yang sering
mengadakan kajian dan pertanyaan Q&A seputar fiqih. Lora Ismail Al-kholili dan lora Ibrahim Al-Kholili
keturunan Syaikhona Kholil Bangkalan yang juga gencar berdakwah lewat instagram. Shaab Muslim atau
Kiai Muntaga penulis buku best seller Senandika pagi pun aktif di media yang sama, dan masih banyak
lagi para da'i yang tak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Konten instagram mereka penuh
dengan muatan nilai-nilai keislaman dan sebagai bonus untuk follower, adalah hidangan Q&A (tanya-
jawab) seputar Islam. Rata-rata follower mereka semua berjumlah ratusan ribu, ini membuktikan bahwa
animo belajar agama Islam masyarakat Indonesia sangat tinggi melalaui media instagram.

Mengingat pernyataan Habib Husein Ja'far Al-Haddar yang mengatakan bahwa dulu para 'ulama
menyebarkan Islam dengan dua model, dakwah bil khitobi dan bil kitabi. Dakwah bil khitobi yaitu
dengan cara khutbah, ceramah dan pidato konvensional. Sedangkan dakwah bil kitabi dengan karangan
tulisan baik berbentuk kitab kuning yang tersebar dan dikaji di pesantren-pesantren. Dengan
perkembangan teknologi saat ini, beliau menambahkan dengan dakwah bil yutubi (youtube) dan ini
yang digencarkan beliau dalam channel youtubenya jeda nulis. Dakwah bil yutubi ala beliau dapat
dilebarkan pemaknaannya untuk seluruh jenis media aplikasi yang tersedia di smartphone. Seperti Gus
Miftah misalkan yang tak puas menjadi konten kreator channel youtube dan Instagram, beliau
melebarkan kepak sayap dakwahnya melalui aplikasi snack video yang dalam faktanya didominasi
konten-konten joget-joget tak berfaedah.

Dahulu walisongo menyebarkan agama Islam di Nusantara dengan kehebatannya dapat memberi
sentuhan dakwah memodifikasi wayang yang merupakan hiburan pra-Islam; agama Hindu, Budha,
Animisme dll. Bahkan konon tahlilan merupakan media hiburan apabila ada seseorang yang meninggal
akan diisi dengan pesta sebagai ekspresi menghilangkan duka cita. Dakwah sebelum walisongo diduga
mengalami stagnasi karena masih menggunakan metode ajakan terang-terangan kepada Islam secara
frontal. Namun setelah walisongo datang, metode yang digunakan melalui proses akulturasi budaya
berbasis kearifan lokal yang sudah diinternalisasi dengan nilai-nilai keislaman. Sambutan raja dan
masyarakat Nusantara pada waktu sangat apreatif dan berakhir dalam pangkuan Islam secara lembut.
Bukan tidak mungkin apabila media sosial dewasa ini menjadi ladang basah untuk mempraktikkan
strategi dakwah untuk zaman yang sudah serba digital ini.

Melihat sambutan followers dari influencer da'i yang telah disebut di atas, dirasa sangat memungkinkan
instagram sebagai media untuk berdakwah. Bukan dilihat dari angka fantastis followernya, melainkan
pada respon follower yang begitu antusias terhadap sajian konten yang dihidangkan oleh mereka. Ada
sebagian dari followers yang mengaku ingin memperdalami ilmu agama di pesantren namun dibatasi
oleh usia, profesi dan bahkan ada yang mengatakan minatnya untuk mondok di pesantren namun
terhalang oleh restu orang tua yang menginginkannya belajar di sekolah formal umum. Peran pesantren
sebagai tempat untuk mempelajari ilmu agama ke depan dituntut untuk menyiapkan kader-kader da'i
kreatif agar tetap bersaing dalam kontestasi dunia media sosial konsumsi kalangan masyarakat grass
root (akar rumput). Bila kalangan pemuda muslim-muslimah kita sudah terpapar obsesi aktor drakor
misalnya, maka paling tidak di Indonesia sudah ada Gus Idris Han dan Ning Shofia Kafa yang sudah
berdiri menjadi idola baru mewakili elemen dan elit pesantren. Kalau boleh berharap kepada seluruh
santri, segeralah ambil bagian mejadi da'i kreatif dalam media sosial guna menyebarkan ilmu yang telah
diperoleh di pesantren. Tunjukkan pada dunia kalau Islam adalah agama yang shalihun likulli zaman wa
makan; relevan di setiap waktu dan tempat, tanpa batasan apapun.

*Muhammad Affan, pengamat dan penikmat sajian ig Gawagis (para gus/ lora) dan para Ning Nusantara.
Sedang berproses di rumah kita Lubtara dan fakultas syari'ah Instika

Anda mungkin juga menyukai