Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN DAKWAH

DAN PERADABAN

1. DAKWAH DALAM
MEMBANGUN PERADABAN ISLAM
MADANI
Dunia saat ini tengah mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Arus globalisasi yang tak
terbendung
memberikan
berbagai
dampak
perubahan dalam kehidupan umat manusia secara
individu ataupun sosial masyarakat. Sejalan dengan
berkembangnya teknologi, mengakibatkan terjadinya
perubahan tata nilai dan budaya manusia ke arah
tata kehidupan yang lebih bersifat rasional dan
objektif. Manusia saat ini lebih mudah mengadopsi
nilai-nilai baru menurut pikiran dan pertimbangan
logis mereka dan mulai meninggalkan tata nilai atau
budaya lama yang bersifat kolot dan kuno.

Dahulu kehidupan manusia yang sangat tunduk


dengan kondisi alam dan praktek-praktek budaya
setempat, namun saat ini alam lah yang berhasil
ditundukkan oleh manusia dengan canggihnya
inovasi teknologi yang mereka lakukan hingga
manusia kini memiliki peran sentral terhadap
perubahan apapun yang terjadi di dunia. Manusia
saat ini lebih bersifat dinamis terhadap perubahanperubahan baru dalam kehidupan mereka. Pola
interaksi dan komunikasi dunia yang semakin
terbuka, ditambah pudarnya sekat-sekat antar negara
sebagai ciri utama dari fenomena globalisasi juga
turut memuluskan pergeseran tata nilai lama menuju
tata nilai baru yang lebih canggih dan modern.

Semua perubahan itu tentu tidak lepas dari peran ilmu


pengetahuan dan teknologi yang tidak pernah absen dalam
melakukan inovasi baru. Kebaharuan dan kecanggihan kini
menjadi nilai yang senantiasa dipromosikan guna
menyelesaikan setiap masalah hidup umat manusia
sepanjang zaman. Sektor-sektor penting dalam kehidupan
manusia mulai dari pendidikan, kesehatan, keamanan,
ekonomi, bisnis hingga perpolitikan negara pun tidak luput
dari sentuhan teknologi-teknologi baru nan canggih
tersebut. Peningkatan kualitas kerja dalam bentuk efisiensi
dan efektifitvas menjadi sasaran utama penggunaan
teknologi canggih di berbagai sektor. Tak terkecuali dalam
sektor dakwah. Seiring dengan perkembangan teknologi
khususnya teknologi komunikasi dan informasi, dakwah di
era modern ini pun turut serta dalam melakukan inovasi
yang kreatif.

Pola dakwah konvensional saat ini secara perlahan


mulai bergeser, beralih menuju dakwah yang aktif
memanfaatkan berbagai macam media komunikasi dan
informasi dengan kecanggihan yang ditawarkan.
Belakangan ini, muncul fenomena menarik di negeri
kita. Beragam bentuk media komunikasi dan informasi
kreatif mulai secara aktif dimanfaatkan untuk
menunjang kepentingan dakwah. Di media perfilman
misalnya, kini mulai marak hadir film-film bernuansakan
Islam, yang turut tampil dalam dunia per-bioskop-an
Indonesia. Sebut saja film Surga Yang Tak Dirindukan,
data terakhir yang diterima penulis, melalui akun Twitter
pribadinya, produser MD Pictures Manoj Punjabi
mengatakan, film itu telah mencapat 1,5 juta penonton
di seluruh Indonesia dan masuk jajaran Box Office.

Menyusul
film
yag
telah
hadir
lebih
dulu
seperti
Assalamualaikum Beijing dan Emak Ingin Naik Haji buah karya
anak bangsa Asma Nadia yang sarat akan pesan-pesan islam di
dalamnya. Tak ketinggalan dengan film 99 Cahaya di Langit
Eropa, Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta, Negeri 5 Menara
dan banyak lagi karya-karya perfilman islami lainnya yang telah
berhasil mengoptimalkan kecanggihan media perfilman dalam
dakwah, hingga akhirnya sukses menyita animo masyarakat
Indonesia dari berbagai kalangan. Baik lelaki atau perempuan,
tua atau muda, paham atau awam, semua telah berhasil dicuri
perhatiannya. Belum lagi kita berbicara fenomena dakwah Islam
di media komunikasi dan informasi lainnya seperti media cetak
(tulisan, novel, majalah) dan elektronik (foto, film, radio, televisi,
internet) yang tengah digunakan oleh manusia abad modern, di
sana juga akan kita dapatkan beragam bentuk kreativitas para
dai dalam mengemas dan menyampaikan nilai-nilai religi Islami
melalui karya-karya mereka. Namun, seberapa efektif kah
dakwah kreatif dengan pemanfaatan beragam media saat ini?

2.DAKWAH KREATIF SEBAGAI


PARADIGMA BARU, DAKWAH
ERA MODERN
Sampaikanlah dariku, walau hanya satu ayat!, demikian
kalimat tegas yang keluar dari lisan Rasullah Saw. yang mulia.
Seuntai kalimat yang sangat terkenal di tengah kalangan
umatnya, menunjukkan betapa pentingnya urgensi dakwah
Islamiyyah dan acapkali menjadi motivasi utama para dai untuk
tidak segan dan takut dalam menyampaikan ayat-ayat langit
kepada setiap makhluk bumi, walaupun hanya satu ayat.
Kalimat itupun terus bergulir sepanjang zaman, menjadi ruh
semangat para dai dalam tataran praktisnya di lapangan.
Berbagai macam cara ditampilkan. Dari zaman ke zaman.
Memiliki ushlub atau metodenya sendiri.
Menelisik kembali sejarah dakwah Islamiyah yang telah terjadi
sepanjang sejarah peradaban umat manusia secara garis
besar, maka kita dapati fenomena perubahan yang cukup
menarik.

Di era kenabian, bermula dari turunnya titah dakwah pertama


kepada Nabi Nuh As untuk umatnya hingga masa kenabian
Rasulullah Saw dakwah secara aktif disampaikan bi-al-lisan
atau dengan metode perkataan atau ucapan. Penyampaian
informasi dari pemberi dan penerima dilakukan dengan
teknologi yang hadir di zaman itu, yaitu bahasa. Bahasa
menjadi sebuah teknologi yang memungkinkan bagi para nabi
untuk memberikan pemahaman Islam kepada umatnya.
Seiring dengan berkembangnya teknologi bahasa, muncul
beragam teknologi pelengkap untuk menyampaikan sebuah
informasi utuh dalam bentuk gambar, huruf alfabet ataupun
angka-angka arabik. Hingga sampai masanya, dakwah dengan
teknologi bahasa mulai beralih kepada teknologi tulisan.
Selepas wafatnya Rasulullah Saw. di tahun 632 M, tepatnya
pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, bersama
para Sahabat kala itu mulai menaruh perhatian yang serius
pada dakwah bi-al-qalam atau dakwah dengan tulisan

Penyampaian pesan-pesan Islam yang bersumber dari kitab suci


Alquran, dirasa tidak efektif lagi jika hanya sekadar mengandalkan lisan,
bahkan sudah sampai tahap sangat mengkhawatirkan karena adanya
reduksi hingga bias informasi yang diterima seiring dengan semakin luas
dan beragamnya madu atau objek dakwah yang menerima dakwah
Islam masa itu. Maka kodifikasi ayat-ayat suci Alquran yang tertanam
kuat di hati para sahabat pun dimulai. Bermodalkan tulang, batu dan
pelepah kurma sebagai media alas, teknologi menulis di tengah
kalangan para sahabat pun mulai aktif menggeliat. Penyebaran Islam
semakin masif. Hausnya umat dari golongan arab ataupun ajam (nonarab) terhadap ilmu Islam, membuat semangat penggunaan teknologi
menulis diteruskan oleh para dai di era tabiin dan tabiut tabiin. Mulai
dari ilmu Alquran, hingga kodifikasi hadits dan ilmu-ilmu turunannya.
Nama-nama dai yang santer kita dengar di dunia Islam seperti Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Syafi, Ibnu Hajar al-Atsqalani, Imam AnNawawi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan dai-dai besar lainnya, di tangan
mereka karya-karya besar yang memperkaya khazanah ilmu di dunia
Islam terlahir dengan aktifnya mereka memanfaatkan teknologi
penulisan dan penerjemahan ke beragam bahasa dunia saat itu.
Puncaknya, dakwah Islam mendunia hingga mencapai dua pertiga
daratan bumi ini.

Di era modern saat ini, terjadi banyak perubahan yang signifikan


dibanding dengan zaman sebelumnya. Perkembangan teknologi
khususnya teknologi komunikasi dan informasi, menjadi
karakteristik utama zaman yang kita ditakdirkan terlahir di
dalamnya. Pesatnya kemajuan teknologi tersebut, ditandai
dengan derasnya arus informasi yang diterima, membuat
manusia saat ini menjadi sangat haus dengan informasi. Mesin
pencari google menerima lebih dari 4 juta pencarian informasi di
dunia setiap menitnya. Komunikasi silang negara sudah
sedemikian mudah dan lumrah. Informasi sudah sangat mudah
diproduksi dan didistribusikan. Setiap detiknya jutaan informasiinformasi baru selalu dimuat di bank data dunia. Hanya dengan
menekan satu jari saja di atas tuts keyboard komputer, beragam
informasi yang juga memuat beragam tata nilai asing di
dalamnya bisa dengan mudah diterima dan dikonsumsi oleh
beribu hingga berjuta umat manusia. Dari ufuk timur hingga ufuk
barat dunia. Secara luas dan sangat cepat. Hingga dunia seperti
terasa dalam satu genggaman.

Dalam konteks dakwah Islamiyyah, informasi memiliki


kedudukan yang sangat strategis sebagai sarana untuk
mendistribusikan nilai-nilai Islam kepada umat manusia.
Informasi yang berkembang diharapkan membawa pesanpesan kebenaran bukan malah pesan-pesan yang menyimpang
dan menyesatkan. Untuk menghadapi itu, maka perlu adanya
rekonstruksi pola dan sistematika dakwah yang dilakukan oleh
para dai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam (nasyrul
fiqrah) di era modern saat ini. Mengubah pola lama yang
terkesan sangat verbalistik-konservatif, beralih pada pola dan
sistematika baru yang tampil lebih segar dan kreatif. Tidak
hanya mencukupkan diri dengan berkhutbah di masjid/
mushola, kantor-kantor, sekolah dan lembaga formil lainnya.
Tujuan sederhananya adalah agar dakwah Islamiyyah ini
mampu bersaing. Memiliki daya saing yang unggul
dibandingkan dengan seruan-seruan lainnya yang menyimpang
dan menyesatkan, hingga akhirnya dakwah ini berhasil
mencuri perhatian umat manusia di dunia yang tengah
mengalami panic attack menghadapi ledakan informasiinformasi baru yang semakin tak terbendung.

3.MAHASISWA SEBAGAI SALAH SATU


PILAR BANGKITNYA PERADABAN
ISLAM
Allah swt berfirman dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21:
()
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.
Rasulullah Muhammad saw telah memberikan keteladanan
bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah swt dan yakin
akan adanya hari akhir. Keteladanan tersebut mencakup
seluruh perikehidupannya dimulai sejak beliau menerima
wahyu pertama di Gua Hira sampai menghembuskan nafas
yang mengakhiri perjuangannya di dunia. Hikmah-hikmah
kebaikan yang dilakukannya bahkan sejak beliau belum
menyandang status kerasulannya pun dapat kita teladani.

a. Teladan Hijrah Rasulullah Saw


Hijrah yang dilakukan Rasulullah saw merupakan proses perpindahan
geografis beliau saw dari satu kota (Mekah) ke kota lainnya (Yastrib). Ia
(Hijrah) terjadi pada tahun ke-3 sejak pemboikotan kaum quraisy
terhadap umat islam yang pada saat itu merupakan tahun-tahun
terberat perjuangan nabi saw, atau merupakan tahun ke-13 sejak
Iqra diturunkan kepadanya. Rasulullah saw berhijrah bersama
seorang sahabat terdekatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, melalui berbagai
macam halangan dan rintangan dari kaum quraisy saat itu.
Hijrah adalah sebuah momentum luar biasa penting yang dilakukan
dalam penegakan peradaban Islam. Ia memiliki banyak sekali makna
bagi perjuangan Rasulullah saw beserta para sahabatnya. Hijrah
berarti pendeklarasian sebuah entitas haq (dalam hal ini yaitu umat
islam) yang berpisah tanpa sedikit pun beririsan dengan entitas
kebatilan (kaum mekah quraisy jahiliy). Hijrah juga berarti sebuah
nafas, cahaya, dan titik embun baru yang menyegarkan dan
membangkitkan harapan besar serta optimism umat islam saat itu.
Hijrah berarti dimulainya perjuangan dan kepemimpinan islam atas
umat manusia. Momentum Hijrah berarti berpindah dari buruk menjadi
baik, dari lemah menjadi kuat, dari cerai menjadi satu, dari tertindas
menjadi memimpin.

Terdapat peristiwa dan hikmah-hikmah dibelakang


kesuksesan Hijrah Rasulullah saw. Dimulai dari penyiapan
Mushab ibn Umair yang dikirim ke Yastrib untuk
mempersiapkan para pendukung dakwah Rasulullah saw.
Lalu baiat aqobah pertama dan kedua untuk memastikan
kesiapan entitas Yastrib untuk dijadikan markas dakwah.
Selain itu, peristiwa kesedihan yang menimpa Rasulullah
saw karena wafatnya para pendukung terbaiknya dalam
dakwah islam dan ketidakadilan yang dialami umat islam
di Mekah menjadi sebuah motivasi insaniyah yang
mendorong keinginan untuk merasakan kondisi kehidupan
dan dakwah yang lebih baik. Dan pada akhirnya tentu
faktor perintah Allah swt kepada Rasulullah saw untuk
berhijrah dan atas berkah pertolongan Allah swt scenario
Hijrah tersebut berjalan dengan sempurna.

Kaitannya dalam konteks kontemporer


Kondisi umat islam saat ini, kalau kita coba
bandingkan, ternyata tidak jauh dari kondisi umat
islam yang ada sebelum Rasulullah saw Hijrah. Dalam
kondisi sebelum Hijrah, umat Islam secara umum
berada dalam kondisi yang terjajah oleh kaum quraisy
jahiliy, baik secara pemikiran, ekonomi, sosial politik,
dan budaya. Walaupun jumlah mereka sedikit demi
sedikit terus bertambah dan kebenaran Islam itu
semakin tersingkap, namun karena ketakutan apabila
kekuasaan mereka tergantikan, quraisy jahiliy terus
menekan dan ingin memberangus umat islam saat
itu. Mereka melakukan manipulasi, menyebar terror,
memboikot, mengucilkan umat islam dengan
kekuasaan mereka, dan mengintimidasi orang yang
mengaku Islam.

b. Mahasiswa Sebagai Sahabat Perjuangan Risalah


Kenabian
Di Masa Ini
Bagaimana? Satu keniscayaan yang tidak bisa terlepas dari
keberhasilan Hijrah dan keseluruhan perjuangan dakwah
Rasulullah Muhammad saw adalah adanya para pendukung
perjuangannya, adanya sahabat Rasulullah saw yang
menjadi penyokong setiap langkahnya. Sahabat Rasulullah
saw adalah orang-orang dengan karakteristik muda,
pemikiran kritis intelektual, tubuh kuat, dan keinginan yang
membaja, serta prestasi-prestasi gemilang yang pernah
dibuatnya, maka di masa ini, kelompok manusia yang paling
mendekati karakteristik tersebut ada pada Mahasiswa.
Mahasiswa haruslah mengambil perannya sebagai sahabat
Rasulullah saw masa kini yang menjadi pendukung terdepan
perjuangan Risalah Kenabian. Dalam konteks kontemporer,
sahabat inilah yang akan senantiasa memperjuangkan
risalah Islam yang dulu juga pernah didukung oleh
Mahasiswa Madani di zaman Rasulullah saw.

Kita menemukan kondisi yang sama untuk saat ini, umat Islam
terus ditekan dan disuguhi pemikiran bahwa Islam adalah
teroris
yang
buruk.
Berislam
dengan
baik
berarti
fundamentalis, ekstrimis, dan sangat tidak toleran. Islam yang
mereka inginkan adalah Islam yang terpisah dari kehidupan
sehari-hari, Islam yang hanya ada di sudut-sudut kumuh
kehidupan masyarakat. Islam tidak diperbolehkan mengatur
ekonomi bagi dirinya sendiri. Islam dilarang mendominasi
budaya sehari-hari dan dianggap merupakan budaya
terbelakang. Dalam sosial politik, Islam merupakan barang
haram yang tidak boleh mencampuri dan harus jauh-jauh dari
mengatur urusan tersebut.
Maka, momentum peringatan Hijrah dan perubahan yang
dilakukan Rasulullah saw 1429 tahun lalu haruslah menjadi
cambuk bagi kita untuk melakukan Hijrah dan perubahan yang
sama dengan konteks kontemporer, kekinian dan kedisinian.
Membuat kondisi tersebut berubah secara revolusioner
progresif.

C.

GERAKAN DAKWAH KEMAHASISWAAN


MENJAWAB TANTANGAN

Jika individu adalah dasar setiap masyarakat, maka Mahasiswa adalah


salah satu individu pilihan yang paling banyak kontribusinya di
masyarakat, paling dinamis dan berpengetahuan. Masyarakat dapat
bangkit bersama gerakan Mahasiswa, sebagaimana masyarakat akan
diam jika Mahasiswa melalaikan kewajiban dan peranannya.
Oleh karena itu, masyarakat sangat memperhatikan Mahasiswa, mereka
mengamanahkan
kepadanya
lingkungan
tempat
ia
belajar,
mengamanahkan kepada guru atau dosen untuk mendidiknya secara
individu di atas landasan aqidah dan memperhatikan aspek jasmani,
akal, ruh, perasaan dan emosi maupun secara kolektif dengan
memperhatikan masyarakat, bangsa, umat, dan agama dengan
integritas dan nilai-nilainya. Mereka juga memberikan segenap apa yang
dimiliki kepada para mahasiswa yang tidak lain adalah anak-anak
mereka sendiri.
Maka menjadi kewajiban bagi Mahasiswa untuk menjawab tantangan
peradaban tersebut dengan memberikan segenap pemikiran, ilmu, dan
amal hingga ia maju bersama masyarakat, dan masyarakat berbangga
dengan keberadaannya. Hingga pilar-pilar itu menegakkan kembali
peradaban Islam yang penuh berkah. Engkaukah Mahasiswa itu?

Anda mungkin juga menyukai