Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN PROSES BISNIS

3.1 Manajemen Kualitas


Manajemen kualitas dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai ciri
dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi
kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini dapat
mengidentifikasikan ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan
kemudian membuat suatu dasar tolak ukur dan cara pengendaliannya. Ada beberapa
bagian yang mana digunakan dalam manajemen kualitas, yaitu:
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk
memeriksa apakah standar spesifikasi sudah tercapai atau memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
2. Quality Control
Pengendalian mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi
yang digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai.
Aktivitasnya mencakup monitoring, meminimasi masalah yang diketahui,
mengurangi penyimpangan atau perubahan yang tidak perlu serta usaha-
usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.

3.2 Manajemen Kualitas Batik Komar


Kualitas menjadi hal yang paling utama untuk setiap macam industri agar
dapat memberikan kesan ataupun pengalaman bagi konsumennya. Pada batik
komar ini ada berbagai macam pengendalian kualitas yang harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum batik dipasarkan kepada pelanggan. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bahan dasar kain batik harus menggunakan bahan kain yang terbuat dari
serat alam, tidak boleh menggunakan kain yang berbahan dasar dari serat
sintetis (polyester). Berikut bahan dasar kain batik atau kain putih yang
akan dibatik yakni Mori (kain katun) yang ditunjukkan pada Gambar 3.1
dibawah ini :
Gambar 3. 1 Mori (Kain Katun)

2. Pada tahap proses pelilinan harus menggunakan lilin atau malam yang
sesuai dengan jenis kain maupun gambar yang akan dibuat pada kain batik.
Karena setiap batik memiliki ciri khas yang berbeda baik dari segi bahan
baku atau pengerjaannya. Pada tahap pelilinan ini juga dilakukan inspeksi
agar semua motif gambar batik sudah terlapisi dengan lilin dengan baik
sehingga tidak ada yang terlewati. Berikut proses proses pelilinan pada
motif maupun gambar yang akan diterapkan pada kain batik, agar motif
maupun gambar yang akan diterapkan pada kain batik dapat tersebar secara
menyeluruh dan proporsi warna tetap yang ditunjukkan pada Gambar 3.2
dibawah ini :
Gambar 3. 2 Proses Pelilinan pada Motif atau Gambar

3. Pada teknik pewarnaan batik atau disebut dengan colet, zat pewarna bisa
menggunakan pewarna berbahan dasar alami maupun sintetis tergantung
dari batik yang akan diproduksi. Sebelum kain batik diberikan warna,
terlebih dahulu kain batik harus diproses mordanting yaitu direndam
dengan air sabun atau diberi TRO (Turkish Red Oil) bahan dasar untuk
membuat sabun yang tujuannya agar kain siap menerima warna. Berikut
teknik pewarnaan batik atau disebut dengan colet yang ditunjukkan pada
Gambar 3.3 dibawah ini :

Gambar 3. 3 Teknik Pewarnaan Batik atau Colet


Selain teknik pewarnaan batik juga, ada istilah lain dalam pewarnaan pada
batik, dimana teknik ini memberi warna pada bahan yang sudah dibatik dengan cara
dicelup atau dapat disebut Nyelup / Ngelir yang ditunjukkan pada Gambar 3.4
dibawah ini :

Gambar 3. 4 Teknik Nyelup atau Ngelir

4. Pada proses penembokkan adalah untuk menutup bagian-bagian motif yang


sudah diberikan warna. Pada proses ini dilakukan pengontrolan pada kain
batik apabila ada bagian dari motif yang terlewat pada saat pelilinan.
Berikut proses penembokkan atau penempaan motif maupun gambar pada
kain batik yang dikerjakan dengan penuh kehati-hatian, agar motif maupun
gambar yang akan diterapkan pada kain batik dapat tersebar secara
menyeluruh dan proporsi warna tetap berdasarkan eksistensinya yang
ditunjukkan pada Gambar 3.5 dibawah ini :
Gambar 3. 5 Proses Penembokkan Motif maupun Gambar pada Kain Batik

5. Pada proses pelorodan atau peleburan lilin pada kain batik yang dimana
prosesnya merebus kain ke dalam campuran air mendidih dengan soda
ashdrum yang berisi air mendidih ditambahkan SodaAsh sebanyak 200 mg
untuk 20 liter air. Setelah dilakukan proses pelodoran ini kain harus
secepatnya dibilas dengan air bersih agar lilin pada kain batik tidak
menempel kembali dan lalu dikeringkan agar warna yang tersirat dapat
melekat dan timbul, sehingga warna dari motif batik tersebut dapat terlihat
secara jelas dan rapih. Berikut proses pelorodan serta proses pengeringan
pada kain batik yang sudah melewati proses pelodoran atau peleburan lilin
kain yang ditunjukkan pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 dibawah ini :
Gambar 3. 6 Proses Pelodoran pada Kain Batik

Gambar 3. 7 Proses Pengeringan pada Kain Batik yang sudah melewati Proses Pelodoran

Anda mungkin juga menyukai