Anda di halaman 1dari 57

    

KEILMUAN ISLAM
1. Al-Qur’an dan Hadis
1.1 Membaca dan menulis dimulai dari surah adh-dhuha sampai an-naas
1.2 Menghafal surah-surah juz amma
1.3 Bacaan dalam sholat
1.4 Pengertian, Kedudukan, Fungsi dan Ruanglingkup Kandungan Al-Qur’an
Menurut bahasa Al-Qur‟an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata
benda (masdar) dari kata kerja qar‟a-yaqra‟u-qur‟anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang
dapat di baca berulang-ulang, inilah pengertian al qur‟an dalam bahasa arab, dan Allah
memilih bahasa arab menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa kata bahasa arab tidak dapat
dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka maknanya akan berbeda. Jadi bisa di bilang
Al-Qur‟an adalah bacaan suci (membacanya bernilai ibadah dan mendapatkan pahala),
tentunya sesuai dengan tata aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf
(mahroj) ataupun tajwidnya.
Dan secara istilah Al-Qur‟an berarti bacaan mulia yang merupakan wahyu yang di
turunkan oleh Allah untuk Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril AS dan merupakan
penutup kitab suci dari agama samawi (yang diturunkan dari langit). Al-Qur‟an adalah wahyu
murni dari Allah SWT, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad Saw. Subhi as-
Salih mendefinisikan Al-Qur‟an adalah kalam Allah Swt merupakan mukzijat yang di
turunkan kepada nabi muhammad saw ditulis dalam mushaf dan di riwayatkan dengan
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
1.4.1 Pokok Ajaran dalam isi Kandungan Al-Qur’an
1. Akidah
Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan. Akidah islam adalah keyakinan atau
kepercayaan yang di yakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.
2. Ibadah dan Muamalah
3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur‟an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti
hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana, hukum musyawarah,
hukum perang, hukum antar bangsa.
4. Akhlak
5. Kisah-kisah umat terdahulu
1.4.2 Fungsi dan Peran Al-Qur’an
1. Sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
2. Sebagai rahmat atau sebuah bentuk kasih sayang dari Allah bagi umat manusia.
3. Sebagai sumber pokok ajaran islam.
4. Sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenaranya oleh segenap
hukum islam.
5. Sebagai mukzijat nabi muhammad saw. Turunya Al-Qur‟an merupakan mukzijat
terbesar yang Allah karuniakan kepada nabi muhammad saw.
    

6. Sebagai penyembuh penyakit hati.


7. Sebagai pembenar atau penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya yakni Taurat,
Zabur, dan Injil.
1.4.3 Nama-nama Al-qur’an
2. Al-Qur‟an
3. Al-Kitab
4. Al-Qur‟an juga seringkali disebut sebagai Kitabullah
5. Al-Furqan berarti pembeda
6. Al-Zikr
7. At-Tanzil artinya yang diturunkan,
8. Struktur Al-Qur‟an
Al-Qur‟an terdiri dari 114 surah, 30 juz, dan 6236 ayat menurut riwayat dari Hafsh,
6262 ayat menurut riwayat dari Ad-Dur, ataupun sebanyak 6214 ayat menurut riwayat dari
Warsy.
1.4.4 Hikmah Memahami Al-Quran
1. Merupakan Amalan Terbaik
2. Mendapat Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah Swt
3. Mendapat Ketenangan Jiwa
4. Mendapat Kebaikan Yang Berlipat
5. Memberikan Syafaat Di Hari Kiamat Nanti
1.4.5 Tujuan diturunkan Al-Qur’an karena hal-hal ini
1. Pertama, petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman-Nya :
2. Kedua, memberi kabar gembira. Sebagaimana firman-Nya:
3. Ketiga, peringatan bagi manusia. Sebagaimana firman-Nya:
4. Keempat, kisah yang paling baik. Sebagaimana firman-Nya:
5. Kelima, menjadi penawar dan rahmat. Sebagaimana firman-Nya:
6. Keenam, mengeluarkan dari kegelapan. Sebagaimana firman-Nya:
1.5. Pengertian, kedudukan, jenis-jenis dan fungsi hadis
1.5.1 Pengertian Al-Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau
waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain. Hadits menurut istilah
syara‟ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau
pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
1.5.2 Jenis Jenis hadis
1. Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya dalam
berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
2. Hadits Fi‟liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan
melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan
menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah
dari pihak penuduh.
    

3. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh
Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu
adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap
perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang
melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada
masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya,
namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari
Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
a. Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi.
Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan
melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam
bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya.
Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya si pelaku itu melakukan
perbuatan yang di benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini
menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.
b. Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui
pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah
meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu dilarang,
tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi
berbuat kesaahan ; sedangkan Nabi terhindar bersifat terhindar dari kesalahan.
1.5.3 Kedudukan Hadits
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas hukum
dalam Al-Qur‟an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang ditentukan Allah dalam
Al-Quran. Kedudukan Hadits sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan
hukum Al-Quran, tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena memang
untuk itulah Nabi di tugaskan Allah SWT. Namun dalam kedudukan hadits sebagai dalil yang
berdiri sendiri dan sebagai sumber kedua setelah Al-Quran, menjadi bahan perbincangan
dikalangan ulama. Perbincangan ini muncul di sebabkan oleh keterangan Allah sendiri yang
menjelaskan bahwa Al-Quran atau ajaran Islam itu telah sempurna. Oleh karenanya tidak
perlu lagi ditambah oleh sumber lain.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk semua
umat Islam.
1.5.4 Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat
hukum dalam Al-Qur‟an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum dapat
dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah
untuk menjelaskan Al-Qur‟an. Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya
sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-Qur‟an, ia menjalankan fungsi senagai
berikut :
    

1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-Qur‟an atau


disebut fungsi ta‟kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi
apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur‟an.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur‟an dalam
hal :Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur‟anMerinci apa-apa yang dalam
Al-Qur‟an disebutkan secari garis besar.Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur‟an
disebutkan secara umumMemperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-
Qur‟an
Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur‟an umpamanya kata shalat yang masih
samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do‟a sebagaimana yang biasa
dipahami secara umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan,
yang terdiri dari ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul
ihram dan berakhir dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu,
kerjakanlah shalat sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.
3. Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-
1.5.5 Macam-Macam Hadis
Keaslian hadis yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain
seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya.Berdasarkan klasifikasi ini, macam-macam
hadis dibagi menjadi 3 golongan yakni:
1. Hadis Marfu‟
Hadis Marfu‟ adalah hadis yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad
S.A.W
2. Hadis Mauquf
Hadis Mauquf adalah hadis yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada
tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu.
3. Hadis Maqthu‟
Hadis Maqthu‟ adalah hadis yang sanadnya berujung pada para tabi'in (penerus) atau
sebawahnya. Contoh hadis ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan
sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadis) adalah agama, maka
berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".
A. Berdasarkan keutuhan rantai sanad
Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan
dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya.
Berdasarkan klasifikasi ini hadis terbagi menjadi beberapa golongan yakni:
1. Hadis Musnad
Sebuah hadis tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadis tersebut
tidak terpotong pada bagian tertentu. Urut-urutan penutur memungkinkan terjadinya
penyampaian hadis berdasarkan waktu dan kondisi, yakni rawi-rawi itu memang diyakini
telah saling bertemu dan menyampaikan hadis. Hadis ini juga dinamakan muttashilus sanad
atau maushul. Hadis Mursal Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang
tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah S.A.W (contoh: seorang tabi'in (penutur 2)
    

mengatakan "Rasulullah berkata..." tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan


kepadanya).
2. Hadis Munqathi‟
Bila sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur yang tidak berturutan,
selain shahabi.
3. Hadis Mu‟dlal
Bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.Hadis Mu‟allaq, bila
sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, alias tidak ada sanadnya. Contoh: "Seorang
pencatat hadis mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa
ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah.
4. Hadis Mudallas
Bila salah satu rawi mengatakan "..si A berkata .." atau "Hadis ini dari si A.." tanpa
ada kejelasan "..kepada saya.."; yakni tidak tegas menunjukkan bahwa hadis itu disampaikan
kepadanya secara langsung. Bisa jadi antara rawi tersebut dengan si A ada rawi lain yang
tidak terkenal, yang tidak disebutkan dalam sanad. Hadis ini disebut juga hadis yang
disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-
olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, atau hadis yang ditutup-tutupi kelemahan
sanadnya.
B. Berdasarkan jumlah penutur
Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad,
atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadis tersebut. Berdasarkan
klasifikasi ini hadis dibagi atas:
1. Hadis Mutawatir
Adalah hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan
tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal
itu. Jadi hadis mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan
generasi (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad
minimum hadis mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad).
2. Hadis Ahad
Hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan
mutawatir. Hadis ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain:
a. Gharib: bila hanya terdapat satu jalur sanad. Pada salah satu lapisan terdapat hanya
satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur.
b. Aziz: Bila terdapat dua jalur sanad. Dua penutur pada salah satu lapisan, pada lapisan
lain lebih banyak.
c. Masyhur: Bila terdapat lebih dari dua jalur sanad. tiga atau lebih penutur pada salah
satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak. Namun, tidak mencapai derajat
mutawatir. Dinamai juga hadis mustafidl.
C. Berdasarkan tingkat keaslian hadis
    

Klasifikasi tingkat keaslian hadis adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan
kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadis tersebut. Tingkatan
hadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni:
1. Hadis Sahih
Yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis. Hadis shahih memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Sanadnya bersambung
b. Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak
baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
c. Pada saat menerima hadis, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan
beragama Islam.
d. Matannya tidak bertentangan serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang
mencacatkan hadis.
2. Hadis Hasan
Bila hadis yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada
rawi(-rawi)nya. Misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna
ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat.
3. Hadis Dhaif
Ialah hadis yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadis mauquf, maqthu‟,
mursal, mu‟allaq, mudallas, munqathi‟ atau mu‟dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang
tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
4. Hadis Maudlu‟
Bila hadis dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur
yang dikenal sebagai pendusta.
2. Akidah Akhlak
2.1 Pengertian aqidah, pemahaman tentang pokok-pokok akidah dan keimanan
Akidah adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan keyakinan, karenanya dalam
penggunaannya, akidah sering disebut dengan keimanan. Mengapa keyakinan? Karena
sebagian besar pembahasannya banyak berkaitan dengan sesuatu yang ghaib yang lebih
membutuhkan keyakinan ketimbang penalaran logis. Lantas apa alasan menerimanya jika tak
bisa dinalar secara logis? Alasannya adalah sumber informasinya. Nabi Muhammad SAW
dan al-Quran adalah sumber informasi yang akurat. Kenabian Muhammad dan kemukjizatan
al-Quran bisa diuji bahkan secara ilmiah bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Al-Quran
adalah satu-satunya kitab suci yang sampai sekarang masih terjaga kemurniannya.
2.1.1 Penggunaan Istilah
Selanjutnya ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menyebut ajaran
akidah ini, yaitu:
1. Akidah
Seperti telah disinggung di atas, akidah berasal dari kata aqidah yang artinya simpul.
Mengapa dikatakan simpul? Karena ajaran-ajaran yang berkenaan dengan akidah merupakan
    

simpul utama ajaran Islam. Akidah adalah ajaran pokok yang menjadi titik tolak dan kunci
diterima ajaran-ajaran Islam yang lain. Jadi akidahlah simpulnya, akidahlah pengikatnya.
2. Tauhid
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhida yang artinya “esa/tunggal”. Ini
merujuk pada sifat Allah yang tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah? Karena inti
utama dari ajaran ini adalah mengesakan Allah, makanya orang sering menyebut disiplin
ajaran ini dengan ilmu tauhid.
3. Ushuluddin
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya pokok-pokok agama. Ajaran ini
merupakan ajaran pokok agama. Orang yang akan memeluk Islam pertama-tama harus
memahami tentang ajaran ini. Jadi ini adalah ilmu dasar yang harus dipahami oleh setiap
orang yang memeluk Islam. Tanpa memahami dan meyakini ajaran ini, kebersilaman kita tak
ada gunanya.
4. Fikih Akbar
Fiqh akbar artinya pemahaman terbesar, atau pemahaman yang paling penting. Ajaran
ini adalah ajaran yang harus mendapat prioritas, pemahaman yang sangat penting sehingga
disebut fiqh akbar. Namun istilah ini sekarang jarang digunakan.
2.1.2 Urgensi Akidah dan Makna Lillahi Ta’ala
Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran
Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa
darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh
ajaran Islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya,
imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat,
haji, puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga
kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan
kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benar-
benar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah kalau
kita sedang shalat kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah saat kita
mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?
Karena itulah dalam Islam ada ajaran lillahi ta‟ala (semua hal harus didasarkan karena
Allah atau untuk Allah). Lillahi ta‟ala artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
penyembahan, pemujaan, tempat bergantung, tempat berserah diri, dan tempat memohon
pertolongan. Terkadang orang salah memahami kalimat lillahi ta‟ala. Ia menyangka Allah itu
egois. Mengapa? Karena semuanya katanya harus ditujukan untuk Allah. Pemahaman
semacam ini jelas keliru. Beriman, memuja, dan berserah diri pada Allah sejatinya untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Mengapa demikian? Manusia adalah makhluk yang tak bisa
hidup sendiri. Dalam memenuhi hajatnya ia akan bergantung pada obyek lain. Seandainya
Allah tidak memerintahkan agar manusia bergantung pada-Nya, pasti manusia akan
bergantung pada yang lain? Apa yang lain itu? Mungkin teman, atasan, uang atau mitos-
mitos tertentu yang ia percayai.
    

Jika manusia bergantung pada semua ini apa jadinya? Selama masih ada teman, ada
atasan, ada uang, barangkali ia tenang. Tapi bagaimana kalau temannya berkhianat, atasannya
mati, uangnya habis? Galau, kan? Stress? Karena semua itu sesuatu yang labil, mudah
berubah, mudah datang dan mudah pergi. Jadi berbahaya bergantung pada sesuatu yang labil.
Tapi Allah tetap, tak berubah. Dia adalah Tuhan yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya,
bahkan sekalipun hamba-Nya pernah mencaci maki-Nya. Tuhan adalah tempat bersandar
yang stabil. Manusia akan merasa tenteram dan matap dalam hidupnya ketika ia bergantung
pada Allah. Ia akan senantiasa optimis, bahkan saat ia gagal sekali pun.
2.1.3 Ruang Lingkup Akidah
Apa yang akan kita pelajari dalam akidah ini? Ulama telah membagi ruang lingkup
pembahasan akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan utamanya
pembahasan tentang Allah.
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah, yaitu para
nabi dan para rasul Allah.
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti Jin,
Malaikat, dan Iblis.
4. Sam‟iyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti alam kubur,
akhirat, surge, neraka, dan lain-lain
4.1 Pengertian Akhlak, Pemahaman Tentang Macam-Macam dan Fungsi Akhlak
Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia
yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan
paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak secara terminologi
berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal
dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak
yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Menurut Abu Hamid Al Ghazali Akhlak ialah
sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang
dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan
terlebih dahulu.
4.1.1 Tujuan Akhlak
Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan
sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang
harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik sesama manusia apalagi
kepada Allah sebagai pencipta. Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan
mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat
memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai
yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat.
4.1.2 Macam Macam Akhlak
    

1. Akhlak terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah) Yaitu perbuatan baik terhadap Allah,


sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Berikut ini contoh akhlak terpuji :
2. Akhlaaqul madzmuumah) Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama manusia,
dan makhluk-makhluk yang lain. Nerikut ini contoh-contoh akhlak tercela :
2.1.3 Ruang Lingkup Akhlak
1. Akhlak Pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan
sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi.
2. Akhlak Berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang
tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk
memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak,
3. Akhlak Bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang
tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti
ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
4. Akhlak Bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang
sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama
mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah
salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
5. Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena
itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara
vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
4.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya, dan
pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer, yaitu aliran Nativisme,
aliran Empirisme, dan aliran konvergensi :
1. Aliran Nativisme
Bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang
menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut
menjadi baik.
2. Aliran Empirisme
    

Bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
faktor luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak baik, maka baiklah anak itu.
Demikian juga sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh
dunia pendidikan dan pengajaran. Menurut aliran ini, manusia-manusia dapat dididik menjadi
apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidikannya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan
nama optimisme pedagogis.
3. Aliran Konvergensier
Bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawan si anak,
dan faktor luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada
dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
4.1.4 Hubungan antara akidah dan akhlak
5. Fiqhi Ibadah
3.1 Pengertian Taharah, Pemahaman Tentang Macam-Macam, Alat Yang Digunakan
Dalam Bertaharah
3.1.1 Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara‟ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-
cara yang ditentukan oleh syariat islam. Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus
dilakukan dalam beberapa macam ibadah.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya.
2. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan
perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan
nashoha yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
3.1.2 Macam-Macam Alat Thaharah
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci
misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah,
batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak
ditemukan. Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh
dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.
1. Air
Macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air mutlak yaitu air
yang suci dan mensucikan, yaitu air :
    

a. Air hujan
b. Air sumur
c. Air laut
d. Air sungai
e. Air danau/ telaga
f. Air salju
g. Air embun
A. Jenis Jenis Air
Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi
tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.
Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan
perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh
digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya
Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan
baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah
2. Permukaan bumi
3. Istinja‟ dengan Batu
3.1.3 Cara-Cara Thaharah
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:
1. Najis ringan (najis mukhafafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum
makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara
membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
2. Najis sedang (najis mutawassitah)
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).
3. Najis berat (najis mughalazah)
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang
pasti (qat‟i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan
barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan
salah satunya dengan tanah atau batu.
3.1.4 Macam-Macam Tahara
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki
    

adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang
ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak terbebas dari ketidak
sucian secara hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel baik
pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya bermacam-macam
tergantuk level kenajisannya.bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja, maka
najis itu dianggap sudah lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah
satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara, mencusikanya
dengan air biasa hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya dan hilang rasa
najisnya.
2. Thaharah Hukmi.
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran yang
menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara berwudhu, bila ia ingin
melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya. Demikian pula dengan
orang yang keluar mani. Meski dia telah membersihkannya dengan bersih, lalu mengganti
bajunya dengan yang baru, dia tetap belum dikatakan suci dari hadas besar hingga selesai dari
mandi janabah. Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana
secara fisik memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci
untuk melakukan ibadah ritual. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau
mandi janabah.
3.2 Pengertian Sholat, Pemahaman Tentanjenis-Jenis, Syarat-Syarat, Fungsi, Tujuan
Dan Tatacara Serta Kemudahan Dalam Sholat
3.2.1 Pengertian Sholat
Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya ''do'a''. Sedangkan menurut isltilah
sholat adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan
mengucap salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang
termasuk rukun sholat mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk
mendekatkan hamba dengan Penciptannya.
3.2.2 Tujuan Sholat
Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena
sholat adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat
merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang
Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan penciptannya yang
disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut
habluminannas.
Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan
menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya adalah
sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah penentu
kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal
selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun
neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.
    

3.2.3 Macam-Macam Shalat


1. Shalat Fardu (Shalat Lima Waktu)
Shalat yang yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal adalah
lima kali dalam sehari semalam. Mula-mula turunnya perintah wajib shalat itu adalah pada
malam Isra, setahun sebelum tahun hijriyah. Terdapat perbedaan pendapat dikalangan Ulama
tentang jumlah bilangan shalat yang difardukan. Jumhur Ulama, termasuk Malik dan Syafi'i,
berpendapat Bahwa jumlah shalat yang wajib hanya lima, sebagai mana yang disebutkan
dalam hadist tentang mi'raj, yaitu : subuh, duhur, ashar, maghrib, dan isya.
2. Shalat Sunnah
Selain shalat fardhu, ada juga yang di namakan dengan shalat sunnah yang diatur
tersendiri, baik waktu maupun pelaksanaannya. Dikatakan orang, bahwa hikmah adanya
ajaran shalat sunnah sehabis shalat fardhu itu adalah agar menjadi penambah shalat fardhu
yang mungkin kurang tanpa di sengaja seperti kurang adabnya dan shalat sunnah sebelum
shalat fardhu agar lebih konsentrasi dalam memasuki shalat fardhu itu dengan hati yang
lapang mengerjakannya dan siap menghadapinya.
Sengaja di syariatkan shalat sunnat juga ialah untuk menambal kekurangan yang
mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu, juga karena shalat itu mengandung keutamaan
yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain.
Macam-macam Shalat Sunnah:
a. Shalat 'Idain (Shalat dua hari Raya)
b. Shalat Istisqa
c. Shalat Tahiyat masjid
d. Shalat Dhuha
e. Shalat Tahajud
f. Shalat Rawatib
Di antara shalat-shalat tersebut ada yang di namakan "sunnah muakkad" artinya
sunnah yang sangat kuat, yaitu:
a) 2 raka'at sebelum shalat dzuhur
b) 2 raka'at sesudah dzuhur
c) 2 raka'at sebelum ashar
d) 2 raka'at sesudah maghrib
e) 2 raka'at sebelum isya
f) 2 raka'at sesudah isya
3.2.4. Syarat wajib shalat 5 waktu
1. Islam
2. Suci dari haid (Kotoran dan nifas)
3. Berakal
4. Baligh
5. Telah sampai dakwah (perintah rasul kepadanya)
6. Melihat atau Mendengar
7. erjaga (tidak tidur dan tidak lupa)
    

3.2.5. Syarat Sah Shalat


1. Suci dari hadats besar dan hadats kecil
2. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
3. Menutup aurat
4. Mengetahui masuknya waktu shalat
5. Menghadap ke kiblat (ka'bah)
3.2.6. Rukun Shalat
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mamapu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Fatihah
5. Ruku serta tuma'ninah
6. I'tidal serta tuma'ninah
7. Sujud dua kali dengan tuma'ninah
8. Duduk diantara dua sujud dengan tuma'ninah
9. Duduk akhir
10. Membaca Tasyahd akhir
11. Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad
12. Memberi salam yang pertama (kanan)
13. Menertibkan rukun
3.2.7. Niat dalam shalat
Shalat merupakan ibadah yang tidak bisa di nalar dan para Ulama telah menyepakati
atas kewajiban ibadah ini. Tidak sedikit Ulama yang mengatakan secara ijma' tentang
kewajiban niat dalam shalat. Mereka tidak membedakan antara shalat fardhu dengan shalat
lainnya., bahkan niat di wajibkan dalam sujud tilawah dan sujud syukur karena kedua sujud
tersebut merupakan suatu ibadah. Ada yang berpendapat bahwa shalat berbeda bentuknya
dengan amalan biasa dan ibadah lain, lalu kenapa juga harus memakai niat? Jawaban dari
pertanyaan ini adalah niat dalam shalat bukanlah untuk membedakan shalat dengan kebiasaan
atau ibadah yang lain, namun untuk membedakan jenis shalat antara shalat fardhu dan shalat
tidak fardhu.
3.3 Pengertian Zakat, Pemahaman Tentang Jenis-Jenis Zakat, Mustahiq, Tujuan,
Dan Kedudukan Zakat
3.3.1 Pengertian Zakat
Secara lughoh atau bahasa, zakat berasal dari bahasa Arab yang berarti suci,
bertambah dan berkembang, berkah, dan terpuji. Sedangkan secara istilah
syara‟, zakat berarti suatu bentuk ibadah kepada Allah SWT dengan mengeluarkan sebagian
hartanya dan hukumnya wajib untuk dikeluarkan sesuai aturannya dan diberikan kepada
golongan-golongan tertentu yang berhak menerimanya. Allah berfirman dalam surat At-
Taubah ayat 103 yang artinya “Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk
membersihkan mereka dan menghapuskan kesalahan mereka” (Q.S. At Taubah : 103).
3.3.2 Hikmah Zakat
    

Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horizontal.
Oleh sebab itu, zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat manusia, terutama umat
Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, yaitu antara
lain:
1. Menolong, membantu, membina, dan membangun kaum duafa, dan lemah papa,
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup mereka. Dengan kondisi tersebut, mereka
akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt.
2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci, dan dengki dari diri manusia yang biasa
timbul di kala ia melihat orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi
mewah. Sedang ia sendiri tidak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari
mereka (orang kaya) kepadanya.
3. Dapat menyucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan
akhlak mulia, menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi) dan
mengikis sifat-sifat kikir dan serakah yang menjadi tabiat manusia. Sehingga dapat
merasakan ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah dan tuntutan
kewajiban kemasyarakatan.
4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri di atas
prinsip-prinsip: umat yang satu, persamaan derajat, hak, dan kewajiban, persaudaraan
Islam, dan solidaritas sosial.
5. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi harta,
kepemilikan harta, dan tanggung jawab individu dalam masyarakat.
6. Zakat adalah ibadah harta yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau
pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas sosial, pembuktian
persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan umat dan bangsa sebagai penghubung
antara golongan kuat dan lemah.
7. Dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera sehingga hubungan seorang
dengan lainnya menjadi rukun, damai, harmonis dan dapat menciptakan situasi yang
tenteram, aman lahir dan batin.
3.3.3 Mustahiq Zakat
1. Yaitu orang-orang yang berhak menerima zakat. Adapun mustahiq zakat harta ada
delapan ashnaf sesuai dalam firman Allah Q.S. At-Taubah ayat 60, yakni:
2. Fakir Adalah orang-orang yang tidak memiliki harta untuk kebutuhan hidupnya
sehari-hari dan tak mampu bekerja ataupun berikhtiar.
3. Miskin Adalah orang-orang yang memiliki penghasilan, namun tidak mencukupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari atau kekurangan.
4. Amil Mereka adalah orang-orang yang bertugas untuk mengumpulkan dan membagi-
bagikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Bisa juga disebut
dengan panitia zakat.
5. Muallaf Orang yang baru masuk kedalam Agama Islam dan masih membutuhkan
bimbingan karena keimanannya masih lemah.
    

6. Gharim Yakni orang yang memiliki hutang piutang, namun tidak mampu untuk
membayarnya.
7. Hamba Sahaya Atau disebut juga budak. Yakni orang-orang yang belum merdeka dan
dimerdekakan.
8. Sabilillah Adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT, seperti para
syuhada‟, para ulama, ustadz ustadzah yang mengarkan ilmu agama di pesantren
ataupun di musholla dll.
9. Ibnu Sabil Yakni orang-orang musafir atau yang sedang dalam perjalanan seperti
contoh, orang yang sedang bertholabul „ilmi, melakukan dakwah dls.
3.3.4 Muzakki
Adalah orang yang dikenai kewajiban membayar zakat atas kepemilikan harta yang
telah mencapai nishab dan haul. Seseorang terkena kewajiban membayar zakat jika
memenuhi kriteria berikut ini.
1. Beragama Islam
Kewajiban zakat hanya diwajibkan kepada orang Islam. Hadits Rasulullah SAW
menyatakan, “Abu Bakar Shidiq berkata, „inilah sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh
Rasulullah kepada kaum Muslim.” (HR Bukhari).
2. Merdeka
Kewajiban membayar zakat hanya diwajibkan kepada orang-orang yang merdeka.
Hamba sahaya tidak dikenai kewajiban berzakat.
3. Dimiliki secara sempurna
Harta benda yang wajib dibayarkan zakatnya adalah harta benda yang dimiliki secara
sempurna oleh seorang Muslim.
4. Mencapai nishab
Seorang Muslim wajib membayar zakat jika harta yang dimilikinya telah mencapai
nishab. Nishab zakat harta berbeda-beda, tergantung jenis harta bendanya.
5. Telah haul
Harta benda wajib dikeluarkan zakatnya jika telah dimiliki selama satu tahun penuh.
Hadits Rasulullah menyatakan, “Abdullah ibnu Umar berkata, „Rasulullah SAW bersabda
„Tidak ada zakat pada harta seseorang yang belum sampai satu tahun dimilikinya.” (HR
Daruquthni).
3.3.5 Hukum Zakat
Zakat adalah kewajiban dan satu dari rukun Islam yang lima rukun seperti dalam
hadits Rasulullah saw., “Islam didirikan di atas lima hal, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan
kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah jika mampu.” (muttafaq alaih) Dalam hadits Ibnu
Abbas diterangkan bahwa Rasulullah saw. ketika mengutus Mu‟adz bin Jabal ke Yaman
berpesan kepadanya, “Sesungguhnya kamu akan menemui kaum Ahli Kitab, maka ajaklah
mereka untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya aku utusan Allah.
Jika mereka sudah menerima hal ini, maka ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menerimanya, maka
    

ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat hartanya, diambil
dari yang lebih kaya dan dibagikan kepada yang fakir di antara mereka. Jika mereka
menerima hal ini, maka hati-hati dengan harta mereka yang bagus. Dan waspadailah doanya
orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada sekat antara dia dengan Allah.”
(riwayat al-jamaah)
3.3.6 Macam-macam Zakat
1. Zakat nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah.
2. Zakat mal (harta).
3.3.7 Syarat-syarat Wajib Zakat
1. Muslim.
2. Berakal.
3. Balig.
4. Memiliki harta sendiri dan sudah mencapai nisab.
3.3.8 Syarat-syarat Harta yang Wajib Dizakati
1. Kepemilikan sempurna
2. Berkembang (produktif atau berpotensi produktif)
3. Mencapai nisab
4. Melebihi kebutuhan pokok
5. Terbebas dari utang
6. Kepemilikan satu tahun penuh (haul)
3.3.9 Harta yang Wajib Dizakati
1. Binatang ternak, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
Peternakan telah berlangsung selama satu tahun.Binatang ternak digembalakan di
tempat-tempat umum dan tidak dimanfaatkan untuk kepentingan alat produksi (pembajak
sawah).Mencapai nisab. Nisab untuk unta adalah 5 (lima) ekor, sapi 30 ekor, kambing atau
domba 40 ekor.Ketentuan volume zakatnya sudah ditentukan sesuai karakteristik tertentu dan
diambil dari binatang ternak itu sendiri.
2. Harta Perniagaan, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
Muzakki harus menjadi pemilik komoditas yang diperjualbelikan, baik
kepemilikannya itu diperoleh dari hasil usaha dagang maupun tidak, seperti kepemilikan yang
didapat dari warisan dan hadiah.Muzakki berniat untuk memperdagangkan komoditas
tersebut.Harta zakat mencapai nisab setelah dikurangi biaya operasional, kebutuhan primer,
dan membayar utang.Kepemilikan telah melewati masa satu tahun penuh.
3. Harta Perusahaan
Yang dimaksud perusahaan di sini adalah sebuah usaha yang diorganisir sebagai
sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan kepemilikan dan dibuktikan dengan kepemilikan
saham. Para ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan dengan zakat perniagaan.
Sebab, bila dilihat dari aspek legal dan ekonomi (entitas) aktivitas sebuah perusahaan pada
umumnya berporos pada kegiatan perniagaan. Dengan demikian, setiap perusahaan di bidang
barang maupun jasa dapat menjadi objek wajib zakat.
4. Hasil Pertanian
    

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis,
seperti biji bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman keras, tanaman hias,
rerumputan, dan dedaunan, ditanam dengan menggunakan bibit bebijian di mana hasilnya
dapat dimakan oleh manusia dan hewan.
5.Barang Tambang dan Hasil Laut
Yang dimaksud dengan barang tambang dan hasil laut adalah segala sesuatu yang
merupakan hasil eksploitasi dari kedalaman tanah dan kedalaman laut. Yang termasuk
kategori harta barang tambang dan hasil laut, yaitu:
Semua barang tambang hasil kerja eksploitasi kedalaman tanah pada sebuah negara
yang dilakukan oleh pihak swasta ataupun pemerintah.Harta karun yang tersimpan pada
kedalaman tanah yang banyak dipendam oleh orang-orang zaman dahulu, baik yang berupa
uang, emas, perak, maupun logam mulia lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan orang dan mempunyai nilai materi yang tinggi.Hasil laut seperti mutiara, karang,
dan minyak, ikan, dan hewan laut.
6. Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi, selain merupakan
tambang elok sehingga sering dijadikan perhiasan, emas dan perak juga dijadikan mata uang
yang berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak sebagai harta
yang potensial atau berkembang. Oleh karena itu, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran
atau yang lainnya termasuk dalam kategori emas atau harta wajib zakat.
Termasuk dalam kategori emas dan perak yang merupakan mata uang yang berlaku
pada waktu itu adalah mata uang yang berlaku saat ini di masing-masing negara. Oleh sebab
itu, segala macam bentuk penyimpanan uang, se-perti tabungan, deposito, cek atau surat
berharga lainnya termasuk dalam kriteria penyimpanan emas dan perak.Demikian pula pada
harta kekayaan lainnya seperti rumah, vila, tanah, dan kendaraan yang melebihi keperluan
menurut syarak atau dibeli dan dibangun dengan tujuan investasi sehingga sewaktu-waktu
dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lainnya, jika dipakai dalam bentuk perhiasan
yang tidak berlebihan, barang-barang tersebut tidak dikenai wajib zakat.
7. Properti Produktif
Yang dimaksud adalah harta properti yang diproduktifkan untuk meraih keuntungan
atau peningkatan nilai material dari properti tersebut. Produktivitas properti diusahakan
dengan cara menyewakannya kepada orang lain atau dengan jalan menjual hasil dari
produktivitasnya. Properti tidak dikhususkan sebagai komoditas perniagaan.Properti tidak
dikhususkan sebagai pemenuhan kebutuhan primer bagi pemiliknya, seperti tempat tinggal
dan sarana transportasi untuk mencari rezeki.Properti yang disewakan atau dikembangkan
bertujuan mendapatkan penghasilan, baik sifatnya rutin maupun tidak.
3.3.10 Golongan yang Haram Menerima Zakat
1. Orang kafir dan atheis
Orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian harta zakat, tetapi boleh menerima
sedekah (sunah), kecuali mereka termasuk dalam kategori mualaf.
2. Orang kaya dan orang mampu berusaha
    

Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki sejumlah harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya, sampai ia mendapatkan harta berikutnya.
Atau seseorang yang memiliki harta yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya
dari waktu ke waktu.
3. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Mutalib (Ahlulbait)
Keluarga Bani Hasyim adalah keluarga Ali bin Abi Talib, keluarga Abdul Mutallib,
keluarga Abbas bin Abdul Mutalib, dan keluarga Rasulullah saw. Hal ini berlaku apabila
negara menjamin kebutuhan hidup mereka, tetapi apabila negara tidak menjaminnya,
kedudukan mereka sama dengan anggota masyarakat yang lain, yaitu berhak menerima zakat
manakala termasuk dalam kategori mustahiq.
4. Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat (muzakki)
Muzakki adalah orang kaya. Ia masih memiliki kelebihan harta setelah digunakan
untuk mencukupi diri dan keluarganya (orang yang menjadi tanggung jawabnya). Maka dari
itu, jika ia melihat anggota keluarganya masih ada yang kekurangan, ia berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih memiliki kelebihan
(mencapai nisab), barulah ia terkena kewajiban zakat. Jadi, tidak dibenarkan seorang suami
berzakat kepada istri atau orang tuanya.
3.4 Pengertian, Pemahaman Rukun, Syarat-Syarat, Maacam-Macam Dan
Kemudahan Dalam Melaksanakan Puasa
Puasa atau yang dalam bahasa Arabnya disebut dengan ‫ص ْْم‬ َ (shaum) secara bahasa
mempunyai arti mencegah atau menahan diri. Seperti menahan makan, menahan minum, atau
menahan dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Adapun secara istilah, puasa
atau shaum artinya adalah menahan diri dari segala sesuatu baik makan, minum atau sesuatu
yang membatalkannya, dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, diawali niat
dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut
3.4.1 Macam-Macam Puasa (Puasa Wajib)
1. Puasa Ramadhan
2. Puasa Qadha
3. Puasa Nazar
4. Puasa Kafarat
Puasa kafarat masuk dalam puasa yang wajib dikerjakan, dikarenakan seseorang telah
melanggar suatu larangan yang telah ditetapkan dalam suatu ibadah tertentu. Puasa kafarat ini
sebagai wujud denda atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh seseorang tersebut. Adapun
yang menyebabkan seseorang untuk mengerjakan puasa kafarat adalah sebagai berikut:
a. Berkumpul dengan istri (jima‟) di siang hari pada bulan Ramadhan.
b. Melanggar aturan-aturan ihram yang telah ditetapkan.
Aturan yang telah ditetapkan dalam ihram antara lain seperti: memotong kuku,
memakai minyak wangi-wangi, mencukur rambut, berkumpul dengan istri (jima‟) dan lain
sebagainya.
c. Membunuh secara tidak sengaja.
    

Maksudnya secara tidak sadar atau di luar kendali, apa yang diperbuatnya menjadikan
seseorang hilang nyawanya. Seperti terjadinya suatu kecelakaan kendaraan bermotor yang
sampai mengakibatkan terbunuhnya seorang pejalan kaki di trotoar. Maka pengendara motor
tersebut wajib membayar kafarat (memerdekakan budak) dan diyat (santunan) kepada pihak
korban. Jikalau tidak mampu memerdekakan budak, maka diganti dengan berpuasa selama
dua bulan berturut-turut.
d. Melakukan zihar kepada istrinya.
Zihar adalah suatu perbuatan yang jelas diharamkan, karena menyamakan seorang
istri dengan ibunya sendiri. Hingga pada akhirnya menyakiti hati istrinya sendiri. Hal seperti
ini jelas dilarang dalam agama Islam, karena bisa merusak hubungan pernikahan. Sehingga
apabila seorang suami terlanjur melakukannya. Maka, ia wajib membayar kafarat dengan
memerdekakan budak dan berpuasa dua bulan berturut-turut.
e. Tidak mampu memenuhi nazar (melanggar sumpahnya sendiri).
Artinya, ketika seseorang telah bersumpah atau bernadzar. Maka, orang tersebut
mempunyai kewajiban untuk memenuhinya. Akan tetapi, ketika nazar atau sumpahnya itu
sudah terwujud, namun seseorang tersebut tidak mampu akan janji yang disertakan dalam
sumpahnya tersebut. Maka, orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah, dengan
memberi makan sepuluh orang miskin. Adapun jika kita tidak mampu membayarnya, diganti
dengan berpuasa tiga hari.
3.4.2 Syarat Wajib Puasa
Syarat wajib puasa ini adalah syarat yang menyebabkan seseorang dihukumi wajib
untuk mengerjakan ibadah puasa. Adapun syarat wajib puasa ini terdiri dari:
1. Berakal sehat
2. Sudah baligh atau dewasa
3. Mampu untuk menjalankan puasa
3.4.3 Syarat Sah Puasa
Syarat sah puasa tentu berbeda dengan syarat wajib puasa. Artinya, syarat sah puasa
ini adalah syarat yang menyebabkan ibadah puasa menjadi sah secara syara‟ atau aturan yang
berlaku.
1. Beragama Islam
2. Mumayyiz, artinya mempunyai kemampuan membedakan antara baik dan buruk.
3. Suci dari haid (khusus bagi wanita)
4. Mengetahui waktu-waktu berpuasa (diwajibkan, disunnahkan, atau diharamkan
puasa) .
3.4.4 Rukun Puasa
1. Niat puasa
“Nawaitu shauma ghadin „an ada‟i fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi ta‟aala”
Artinya:
“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun ini,
karena Allah Ta‟ala”
3.4.5 Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
    

Adapun hal-hal yang membatalkan puasa adalah sebagai berikut:


Makan dan minum dengan sengaja. Makan dan minum sudah pasti membatalkan
puasa, terkecuali tidak sengaja atau karena faktor lupa. Berhubungan suami istri (jima‟) pada
siang hari. Muntah yang disengaja atau dibuat-buat. Adapun muntah yang tidak disengaja,
maka tidak membatalkan puasa. Hilang akal (gila, ayan, atau sakit jiwa). Keluarnya darah
haid atau nifas (bagi wanita). Keluar mani dengan disengaja (akibat dari memandang lawan
jenis dengan nafsu birahi). Murtad (keluar dari agama Islam)
3.4.6 Orang-Orang Yang Dibolehkan Untuk Berbuka (Tidak Berpuasa)
Orang yang sedang sakit, Musafir, Wanita yang sedang hamil atau menyusui, Orang
yang umurnya sudah mencapai usia lanjut atau orang sakitnya yang berkepanjangan.
3.4.7 Waktu Yang Diharamkan Puasa
1. Puasa pada tanggal satu bulan Syawal (Hari Raya Idul Fitri)
2. Puasa pada tanggal 10 Dzulhijjah ( Hari Raya Idul Adha)
3. Puasa pada Hari Tasyrik (yaitu puasa pada tanggal 11,12, dan 13 bulan Dzulhijjah)
3.5 Pengertian Haji Dan Umrah, Macam-Macam, Syarat Dan Rukun Haji Serta
Umrah
Haji secara harfiah berarti sengaja melakukan sesuatu (Al Qasdu). Sedangkan
menurut istilah, haji berarti sengaja datang ke Mekkah, menunjungi Ka'bah dan tempat -
tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah tertentu seperti wukuf, tawaf, sa'i dan
amalan - amalan lainnya pada masa tertentu dengan syarat syarat yang telah ditetapkan.
Waktu melaksanakan haji yaitu pada bulan - bulan haji yang dimulai dari bulan syawal
sampai 10 hari pertama bulan Dzulhijjah
3.5.1 Syarat haji dan Umrah
1. Haji
Syarat haji ada 5 macam, dan anda bisa lihat pada bagan dibawah ini
2. Umrah
Syarat Umroh
a. Islam (orang yang beragama Islam disebut juga muslim)
b. Baligh (telah sampai umur dewasa, bagi laki-laki antara 11–15 tahun dan bagi
perempuan antara 9–12 tahun)
b. Berakal sehat (tidak mengalami gangguan jiwa)
c. Merdeka (bukan budak / hamba sahaya )
d. Ada mahrom (khusus bagi wanita )
3.5.2 Rukun Haji dan umrah
1. Haji
Rukun haji ada 6 macam, penjelasan lebih lengkap silakan lihat bagan dibawah ini.
a. Ihram (niat) adalah pernyataan mulai mengerjakan ibadah haji atau umrah dengan
memakai pakaian ihram disertai niat haji atau umrah di Miqat
b. Wukuf di Arafah adalah berdiam diri dan berdo'a di arafah pada tanggal 9 Dzulhijah
c. Tawaf Ifadah adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali dilakukan setelah melontar
Jumrah Iqabah pada tanggal 10 Dzulhijah
    

d. Sa'i adalah berjalan atau berlari - lari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali
dilakukan setelah Thawaf Ifada
e. Cukur atau tahalul, yakni bercukur atau menggunting rambut setelah melakukan
Sa'iTertib, artinya mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak ada yang
tertinggal.
2. Rukun Umrah
a. Ihram (berniat untuk melakukan umroh)
b. Thawaf (mengelilingi Ka‟bah sebanyak 7 kali dengan posisi Ka‟bah berada disebelah
kiri jama‟ah)
b. Sa‟i (berlari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali
yang berakhir di bukit Marwah)
c. Tahalul (mencukur rambut minimal 3 helai)
d. Tertib (melakukan umroh sesuai aturan yang ada)
3.5.3 Wajib Haji
Wajib haji merupakan rangkaian amalan yang dikerjakan dalam ibadah haji, bila tidak
dikerjakan sah hajinya, akan tetapi harus membayar Dam. Berdosa jika sengaja
meninggalkan dengan tidak ada unsur syar'i
Berikut adalah 5 macam wajib haji:
1. Ihram, yakni niat berhaji dari miqat
2. Mabit di Muzdalifah
3. Mabit di Mina
4. Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
5. Tawaf Wada (bagi yang meninggalkan Mekkah)
3.5.4 Macam - macam Haji
Ada tiga macam haji, yakni :
1. Haji Tamattu, yaitu mengerjakan umrah terlebih dahulu baru haji
2. Haji Ifrad, yakni mengerjakan haji terlebih dahulu baru umrah diselingi tahallul
3. Haji Qiran, yaitu mengerjakan haji dan umrah bersama - sama diselingi tahallul
    

MATERI KEILMUAN KEPENDIDIKAN/PAEDAGOGIK


1. Konsep Pendidikan/Paedagogik
2.1 Pengertian Pendidikan, Pemahaman Tentang Landasan, dan Prinsip Pendidikan
Islam
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam. Jadi definisi
pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempattempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat
Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
2.2 Tujuan pendidikan islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat
mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat. Dalam konteks sosiologi pribadi
yang bertakwa menjadi rahmatan lil „alamin, baik dalam skala kecil maupun besar.
1.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
1.3.1 Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama.
Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta
alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk
mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah,
sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan
pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
1.3.2 Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang
meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan
dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban. Keseimbangan antara urusan dunia
dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar
dan mendidik manusia agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya
pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
1.3.3 Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar
dan terangkum dalam Al-Qur‟an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler
diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok orang
semata. Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan
hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur
individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah.
    

Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
1.3.4 Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan
memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi
petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai
sumebr moral nilai. Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya
mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata,
melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik („amaliyyah) yang
bermuatan nilai dan moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian
(ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-
ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
1.3.5 Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki
ditentukan oleh amal perbuatan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya
bersifat terbuka, demokratis, dan universal. menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari
Umar menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk
mengadopsi unsur-unsur positif dar luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber
pada Al-Qur‟an dan Hadist
1.3.6 Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku
karena setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-
Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta didik.
1.3.7 Prinsip Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat
Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut
mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlak al-
karinah. Pembentukan itu membutuhkan waktu yang panjang, yaitu sepanjang hayat manusia.
Tidak hanya itu, Prinsip pendidikan islam paling tidak mengacu kepada lima Aspek:
1. Selalu mengacu kepada Al-Qur‟an dan Hadist
2. Selalu mengarah kepada dunia dan akhirat
3. Bersifat teoritis dan praktis
4. Sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia
5. Berorientasi pada hamlum Minallah Wa Hamlum Minannas
1.3 Landasan Pendidikan Islam
1.3.1 Al-Qur’an
Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-
    

Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan
yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut SYARI‟AH.
1.3.2 As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT. Yang
dimaksud dengan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketaui
Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah
merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an, Sunnah juga berisi
aqidah dan syari‟ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa.
1.3.3 Ijtihad
1.4 Ayat-ayat tarbawiyah
1.4.1 Surah al-Hajj ayat 41

            
     
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawakkal pada Allah.
1.4.2 Ar-Rahman ayat 1-4
          
(tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran, Dia menciptakan manusia,
Mengajarnya pandai berbicara.
Kaitannya dengan Subjek Pendidikan sebagai berikut:
1. Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati,
penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan
siapa saja (Kompetensi Personal)
2. Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi paedagogis yang baik sebagaimana
Allah mengajarkan al-Quran kepada Nabi-NYA
3. Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah
kebenaran/ ilmu dari Allah (Kompetensi Profesional)
4. Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan
mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang
memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana penjelasan AI-
Bayan.
1.4.3 Surah al-Kahfi ayat 66
           
    

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya:
1. Menuntun anak didiknya
2. Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu,
3. Mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui
bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
1.4.4 Surah asy-Syu‟ara: 214
   
dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih
kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan dan
pendidikan
1.4.5 Surat Ar-Rahman ayat 47-48

       


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustaka, Kedua syurga itu mempunyai
pohon-pohonan dan buah-buahan.
`Dalam surat Ar-Rahman ayat 47-48 tergambarkan bahwa Tanya jawab merupakan
salah satu metode yang digunakan dalam pendidikan.
1.5 Hadis-Hadis Tarbawi
1.5.1 Manusia Dan Potensi Pendidikannya
َ ‫َص َرًِ َِ ا َ ّْ يُ َو ِ ّج‬
َِ ٌِ‫س‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬
ّ ِ ٌُ‫ط َرةِ فَاَتَ َْاٍُ يُ َِ ّ ِْدَاًِ َِ ا َ ّْ ي‬ َ ُ‫ُك ُّل َه ْْلُ ْْ ٍد ي ُْْلَد‬
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
1.5.2 Legalitas Penyelenggaraan Dan Tujuan Pendidikan
‫َه ْي ا َ َرادَ الدُّ ًْ َيا فَ َعلَ ْي َِ ِت ْال ِع ْل ِن َّ َه ْي ا َ َرادَ ْال َ ِرِخ َرة َ فَ َعلَ ْي َِ ِت ْال ِع ْل ِن َّ َه ْي ا َ َرادَ ُُ ِوا فَ َعلَ ْي َِ ِت ْال ِع ْل ِن‬
Barang siapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barang siApa yang
menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki
keduanya maka dengan ilmu”
‫علَى ُك ِّل ُه ْس ِل ٍن َّ ُه ْس ِل َو ٍة‬ َ ‫ة ْال ِع ْل َن فَ ِر ْي‬
َ ٌ ‫ضة‬ َ َ‫طل‬ ّ ِ ِ‫ة ْال ِعلُ َن َّلَ ْْ ت‬
َ ‫االصي ِْي فَا َِّى‬ ْ ُ‫ا‬
ُ ُ‫طل‬
“Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi
seorang muslim laki-laki dan perempuan.

َ ‫تَ ِلّغُ ْْا‬


ً‫ع ٌِّى َّلَ ْْ اَيَة‬
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”.
1.5.3 Kurikulum Pendidikan
ُ ‫سٌَّةَ َر‬
َِ ‫س ْْ ِل‬ َ ‫َضلُّ ْْا اَتَدًا ِكت‬
ُ َّ ِ‫َاب هللا‬ ِ ‫س ْكت ُ ْن تِ ِِ َوا لَ ْي ت‬
َ ‫ت ََر ْكتُ فِ ْي ُك ْن ا َ ْه َري ِْي َها ا ِْى ت َْو‬
    

Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh
padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah (Al-Qur‟an) dan Sunnah
Nabi-Nya.”
َِ ّ‫الر ْفقَ ِف ْي ْال َ ْه ِر ُك ِل‬
ّ ِ ُّ‫ِإ َّى هللاَ ي ُِحة‬
Sesungguhnya Allah mencintai berlaku lemah lembut dalam segala sesuatu.
2 Komponen utama pendidikan islam
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau
terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 4 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan,
2) peserta didik, 3) pendidik, 4) isi pendidikan dan 5) konteks yang mempengaruhi suasana
pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.
2.1 Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri identik dengan tujuan Islam sendiri.
Tujuan pendidikan Islam adalah memebentuk manusia yang berpribadi muslim kamil serta
berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah QS. Ali Imran ayat 102.
Mengenai tujuan pendidikan, menurut Klaus Mollenhaver yang memunculkan “Teori
Interaksi” menyatakan bahwa “di dalam pendidikan itu selalu ada (dijumpai) mengenai
masalah tujuan pendidikan”.
2.2 Peserta Didik
2.3 Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa
jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidikan sekolah saja.. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal
sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
2.3.1 Orang Dewasa
2.3.2 Orang Tua
2.3.3 Guru/Pendidik di Sekolah
2.3.4 Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
2.4 Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut
kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan
berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal
yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi
dengan bahan pendidikan.
2.5 Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan
Lingkungan Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.
Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak
membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan
berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis,
lingkungan sosial politis, lingkungan sosial.
    

2.6 Sarana
` Sarana atau media pendidikan berguna untuk membantu dalam proses pendidikan
sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan.
1.7 Metode
Metode dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah transfer nilai pendidikan oleh
pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu pemakaian metode dalam pendidikan Islam
mutlak dibutuhkan.
2.8 Sistem/Kurikulum
Sistem pembelajaran yang baik akan semakin menambah peluang untuk berhasilnya
sebuah pendidikan. Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Ilmu dan teori pendidikanteori dan prinsip belajar dan pembelajaran
Berikut ini akan dibahas mengenai teori -teori balajar dan pembelajaran:
3.1 Teori pendidikan
3.1.1 Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
3.1.2 Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif memandang bahwa proses belajar akan dapat nerjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh seseorang. Dengan kata lain teori belajar kognitif mengemukakan bahwa belajar
merupakan proses dimana seorang manusia yang memiliki otak dengan dilengkapi akal
pikirannya dapat memproses suatu pemahaman dan persepsi tentang suatu informasi.
3.1.3 Teori Belajar Sosial
Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis atas
stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar social dan moral terjadi melalui
peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu diharapkan akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang akan
dilakukannya.
3.1.4 Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Oleh sebab itu
teori humanisme lebih menekankan pada bagimana memahami persoalan manusia dari
berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Teori ini
    

lebih banyak membahas mengenai konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia


yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
3.2 Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran
3.2.1 Perhatian Dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi
belajar. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan
untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan
motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu
dibangkitkan perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi
pada mobil.
3.2.2 Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang
aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan
aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri. Oleh
karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif belajar. Lebih
jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar
aktifitas belajar tersebut. Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan
adanya aktivitas belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan metode
mengajar lain.
3.2.3 Keterlibatan Langsung
Dalam Belajar Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak
sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya.
3.2.4 Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori
Psikologi Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih
dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma. Banyak tingkah laku
manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena
mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah.
Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan
pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh
timulus penyerta.
    

3.2.5 Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari


Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang
mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan
mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar
telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan
belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
menerimakan konsep-konsep, prinsip- prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa
berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.
3.2.6 Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan Penguatan Belajar
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat
merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan
nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak
naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik
kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan
negatif.
Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka
penguatan negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar
yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa
setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk
belajar lebih giat dan bersemangat.
4. Peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan
4.1 Undang –Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Pasal 31
1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
Pasal 31
1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang –undang .
    

4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen.


Pasal 32
1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia.di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.
2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional
4.2 Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 2
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pasal 1 ayat 5
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 6 ayat 1
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
Pasal 6 ayat 2
Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
Pasal 13 ayat 1
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.
Pasal 13 ayat 2
Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka
melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dan khusus.
Pasal 20 ayat 1
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas.
Pasal 20 ayat 2
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
Pasal 20 ayat 3
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
Pasal 20 ayat 4
    

Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 24 ayat 1
Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada perguruan
tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan.
Pasal 24 ayat 2
Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pasal 24 ayat 3
Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya
dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.
Pasal 24 ayat 4
Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 29 ayat 1
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen
atau lembaga pemerintah nondepartemen
Pasal 29 ayat 2
Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau
lembaga pemerintah non-departemen.
Pasal 29 ayat 3
Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
Pasal 29 ayat 4
Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 36 ayat 1
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 45 ayat 1
Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Pasal 45 ayat 2
Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 58 ayat 1
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Pasal 58 ayat 2
    

Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan.
4.3 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen
Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 10 ayat 1
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Pasal 10 ayat 2
Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11 ayat 1
Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan.
Pasal 11 ayat 2
Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 11 ayat 3
Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Pasal 11 ayat 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15 ayat 1
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain
berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan
yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas
dasar prestasi.
Pasal 15 ayat 2
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15 ayat 3
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
Pasal 19 ayat 1
    

Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) merupakan tambahan
kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi
putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
Pasal 19 ayat 2
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 19 ayat 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 24 ayat 1
Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik,
maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan satuan
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah.
Pasal 24 ayat 2
Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan menengah dan pendidikan khusus sesuai dengan kewenangan.
Pasal 24 ayat 3
Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan.
Pasal 24 ayat 4
Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib
memenuhi kebutuhan guru-tetap, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.
Pasal 42
Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan: menetapkan dan menegakkan kode etik
guru;memberikan bantuan hukum kepada guru;memberikan perlindungan profesi
guru;melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; danmemajukan pendidikan
nasional
Pasal 46 ayat 1
Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh melalui
pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.
Pasal 46 ayat 2
Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum: lulusan program magister untuk program
diploma atau program sarjana; danlulusan program doktor untuk program pascasarjana.
Pasal 46 ayat 3
    

Setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi dosen.
Pasal 46 ayat 4
Ketentuan lain mengenai kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dan keahlian dengan prestasi luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan
oleh masing-masing senat akademik satuan pendidikan tinggi.
Pasal 48 ayat 1
Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
Pasal 48 ayat 2
Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
Pasal 48 ayat 3
Persyaratan untuk menduduki jabatan akademik profesor harus memiliki kualifikasi
akademik doktor.
Pasal 48 ayat 4
Pengaturan kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen-tidak tetap ditetapkan oleh
setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 49 ayat 1
Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan tinggi yang
mempunyai kewenangan membimbing calon doktor.
Pasal 49 ayat 2
Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan
gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.
Pasal 49 ayat 3
Profesor yang memiliki karya ilmiah atau karya monumental lainnya yang sangat istimewa
dalam bidangnya dan mendapat pengakuan internasional dapat diangkat menjadi profesor
paripurna.
Pasal 49 ayat 4
Pengaturan lebih lanjut mengenai profesor paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Sejarah dan isu-isu pendidikan kontemporer
5.1 Sistem Pendidikan yang di Anut di Indonesia
Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional yang masih belum bisa
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di indonesia yang telah
dilaksanakan, diantaranya adalah sebagai berikut.
5.1.1 Sistem pendidikan yang berorietasi pada nilai
Sistem pendidikan ini diterapkan sejak SD. Disini peserta didik diberikan pengajaran
pengenai kejujuran, tenggang rasa, dan kedisiplinan. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran
Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan pada tingkat pendidikan menengah maupun
pendidikan tinggi.
5.1.2 Sistem pendidikan terbuka
Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik dituntut untuk dapat bersaing dengan
teman, berfikir kreatif dan inovatif.
    

5.1.3 Sistem pendidiakan beragam


Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, dan budaya yang terdiri dari
pendidikan formal, non formal, dan informal.
5.1.4 Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu
Di dalam kegiatan belajar mengajar, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik
tidak merasa terbebani dengan mata pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu
singkat atau sebaliknya.
5.1.5 Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman
Dalam sistem pendidikan ini, pemerintah harus menyesuaikan kurikulum dengan
keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan atau
pergantian dari waktu ke waktu sehingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum 2013.
5.2 Pemerataan Pendidikan
Indonesia saat ini masih mengalami masalah di bidang pemerataan pendidikan. Hal
ini disebabkan karena pendidikan yang masih didominasi oleh kaum menengah ke atas
sehingga ada beberapa kaum menengah ke bawah yang tidak bisa merasakan pendidikan.
Karena hal inilah muncul kesenjangan antara pendidikan di Kota dan di Desa terutama di
daerah perbatasan dan di luar pulau Jawa. Dengan demikian, untuk mewujudkan hal tersebut
maka pemerintah harus membuat atau mengambil kebijakan yang tepat, seperti adanya
kebijakan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan mulai dari SD hingga SMP
dengan pemerataan tenaga pendidik di setiap daerah.
5.3 Kualitas atau Mutu Pendidikan
Permasalahan yang paling mendasar dalam pendidikan adalah masalah mutu
pendidikan. Karena pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan
negara-negara lain. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tenaga pendidikan yang mengajar
namun tidak sesuai dengan bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan peserta
didik juga masih rendah. Contohnya, ketika sedang mengikuti ujian Nasional peserta didik
melakukan kecurangan dengan memilih jawaban secara instan. Misalnya, dengan membeli
kunci jawaban UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus diperbaiki dengan membuat
kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Semua itu dilakukan dengan cara
mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan syarat untuk menjadi pendidik.
Selain itu, pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana di sekolah, seperti
memperbaiki fasilitas gedung dan memperbanyak buku.
5.4 Biaya Pendidikan
Keadaan ekonomi di Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula pada
pendidikan di Indonesia. Banyak sekali anak yang tidak bisa merasakan pendidikan karena
biayanya yang mahal. Maka dari itu, agar bansa Indonesia tidak semakin terbelakang,
pemerintah mengeluarkan dana BOS, yang diberikan pada peserta didik di SD dan SMP. Hal
ini dilakukan dengan membebaskan biaya SPP atau membuat kebijakan free-school bagi
pendidikan dasar. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, diharapkan semua pendidikan
dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat yang ada di Indonesia.
5.5 Keadaan Lingkungan Belajar
    

Keadaan lingkungan belajar di Indonesia juga menjadi masalah dalam pendidikan di


Indonesia. Dengan fasilitas yang minim untuk sekolah tertentu memicu terciptanya suasana
belajar yang tidak efektif dan efisien. Namun sebaliknya, fasilitas yang terlalu berlebihan
juga akan mempengaruhi suasana belajar sehinggu muncul penyimpangan. Misalnya,
terjadinya kekerasan dan kejahatan seksual di lingkungan sekolah seperti Pemukulan guru
oleh orang tua siswa di Makasar dan Kejahatan seksual yang terjadi di JIS.
5.6 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang diambil pemerintah terutama menteri Pendidikan dan Kebudayaan
beberapa tahun terakhir yang mengalami resafle jabatan mengakibatkan perubahan beberapa
kebijakan sehingga mengganggu sistem pendidikan dan kurang efisien dalam melaksanakan
beberapa program baru. Kurangnya sosialisasi terhadap program baru juga menjadi
permasalahan dalam menyampaikan materi. Seperti halnya :
5.7 Perubahan KTSP menjadi K-13
5.8 Penghapusan Ujian Nasional
5.9 Diberlakukannya full day school yang masih menjadi pro kontra dari beberapa
pihak.
5.10 Pihak yang Terkait
Pihak yang terkait dalam problematika pendidikan di Indonesia yaitu, Kesejahteraan
guru yang relatif rendah terutama guru honorer, Rendahnya perhatian orang tua terhadap
pentingnya pendidikan untuk anak, Kemauan anak terhadap pendidikan yang rendah,
Keadaan lingkungan sekolah yang tidak mendukung.
A. Profesi Tenaga Pendidik
1. Pengertian pendidikan dan guru
1.1 Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1.2 Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga
pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Menurut Husnul
Chotimah (2008), pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu
pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
2. Kompetensi guru
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
(Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen) Kompetensi guru
merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual
yang secara menyeluruh membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup
    

penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,


pengembangan pribadi, dan profesionalisme.
2.1 Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
2.2 Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
2.3 Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam.
2.4 Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
3. Kriteria pendidik dalam islam
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru
yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para
muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan
mengarahkan anak-anak muridnya. Seorang guru harus memiliki sifat-sifat khusus atau
tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
3. Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka
sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang.
4. Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap
orang alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya
mengajarnya itu.
5. Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh
yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya
mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya.
6. Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang
simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya.
7. Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik
di hadapan murid-muridnya.
8. Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan
potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan
tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu.
9. Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping
memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami
bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.
10. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip
yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.
4. Konsep pendidikan dalam Al-Qu’an
Konsep pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran Al-Qur‟an, sangat jelas terurai
dalam kisah Luqman. ada tiga kaedah asasi pendidikan dalam Islam menurut Al-Qur‟an yang
    

dijalankan oleh Luqman kepada anaknya. Seperti diketahui, Luqman diberikan keutamaan
Allah berupa Hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar dan kemurnian fitrah.
1. Kaidah pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi dasar, yaitu penanaman
keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat
tauhid adalah focus utama pendidikannya.
2. Kaidah kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia
memerintahkan anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma‟ruf nahi munkar,
serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang
muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh ditinggalkan
selama masih berakal baik.
3. Kaidah ketiga adalah etika social. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab
yang luhur serta keutamaan-keutamaan adiluhung. Luqman menggambarkan hal itu untuk
putranya dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta
perintah untuk tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat dalam berjalan, dan
merendahkan suara.
Sebenarnya, pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya menjaga anak
keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal sempurna dan akhlak paripurna. Karena
itu, tanpa banyak diketahui, di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk mendapatkan
kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan belum terlahir. Apa
buktinya? Manhaj islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria dalam memilih pasangan
hidup adalah factor agama, bukan karena paras muka dan kekayaannya. Sebab, diyakini,
calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang baik tentu akan melahirkan anak-
anak yang juga baik.
Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik
dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan
satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam doa Rasulullah : “Ya Allah, ajarilah
aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah padaku ilmu yang bermanfaat”.
Dari doa tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah
kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah : “Iman itu bagaikan badan
yang masih polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah
ilmu.”
B. Kode Etik Profesi Guru
1.1 Pengertian Etik Guru
Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola
perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan
adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai
dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola
hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dsb
1.2 Pengertian Guru
    

UU RI No 14 tahun 2000 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama


mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevalusi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Zakiyah Daradja Guru adalah pendidik profesional karena secara
implisit ia telah merelakan dirinya menerima, dan memukul tanggung jawab
1.3 Kode Etik Guru Indonesia
1.3.1 Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan negara,serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut
bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan mendominasi dasar -dasar sebagai berikut:
1.3.2 Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesional.Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan danpembinaan.Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-
baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.Guru memelihara
hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina
peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.Guru secara pribadi
dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.Guru melaksanakan
segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan.
1.3.3 Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara
perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang tidak
menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenankan
1.3.4 Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin
ditangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut
bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang menjalan kan
suatu profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan
bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota
profesi yang melakukan pelanggaran serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
2. Nilai-nilai kode etik profesi guru
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1. Nilai-nilai agama dan Pancasila
2. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
    

3. Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,
C. Kurikulum
1. Penguasaan tentang kurikulum
Pengertian Kurikulum adalah kumpulan rencana, tujuan, materi pembelajaran, dan
bahkan cara mengajar yang digunakan sebagai pedoman oleh para pengajar demi tercapainya
tujuan akhir pembelajaran. Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata yang diambil dari
Bahasa Yunani yaitu curir yang berarti “pelari", serta curere yang artinya “tempat berpacu".
Istilah ini dahulunya digunakan dalam dunia olahraga. Jika ditinjau dari segi istilah, kata
kurikulum dapat diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari agar
dia bisa mendapatkan medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, hal tersebut diadaptasi ke
dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari atau
ditempuh oleh seorang peserta didik demi mendapatkan ijazah sebagai penghargaannya. Prof.
Dr. S. Nasution, M.A Dalam bukunya yang bertajuk Kurikulum dan Pengajaran, beliau
menyatakan bahwa kurikulum adalah serangkaian rencana yang disusun demi melancarkan
proses belajar-mengajar.
1.1 Fungsi Kurikulum
1.1.1 Fungsi Penyesuaian
Kurikulum memiliki sifat mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan yang cenderung dinamis.
1.1.2 Fungsi Integrasi
Kurikulum mampu menjadi alat pendidikan yang dapat membentuk pribadi-pribadi
yang utuh serta berintegritas di masyarakat.
1.1.3 Fungsi Diferensiasi
Kurikulum merupakan alat pendidikan yang memperhatikan pelayanan kepada setiap
peserta didik yang mana mereka memiliki perbedaan masing-masing yang patut untuk
dihargai.
1.1.4 Fungsi Persiapan
Sebagai alat pendidikan, kurikulum berfungsi untuk membantu mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menuju ke jenjang pendidikan berikutnya, serta siap untuk hidup
bermasyarakat apabila peserta didik tersebut tidak melanjutkan pendidikannya.
1.1.5 Fungsi Pemilihan
Kurikulum memfasilitasi para peserta didik dengan cara memberi mereka kesempatan
untuk memilih program belajar yang sesuai dengan minat serta bakatnya.
1.1.6 Fungsi Diagnostik
Kurikulum berfungsi untuk memahami dan mengarahkan potensi dari seorang peserta
didik agar dia dapat menggali terus potensinya dan memperbaiki kelemahannya. Sedangkan
untuk peserta didik, kurikulum berfungsi untuk membantu mereka agar dapat memahami
materi dan melaksanakan proses pembelajaran dengan mudah, sehingga target pembelajaran
dapat tercapai.
1.2 Tujuan Kurikulum
    

Tujuan utama kurikulum adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
menjadi pribadi serta warga negara yang kreatif, inovatif, beriman, dan juga afektif ketika dia
berada pada lingkungan masyarakat kelak. Selain itu, kurikulum juga bertujuan untuk
mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat berkontribusi secara positif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1.3 Komponen Kurikulum
1. Tujuan Kurikulum
2. Materi Kurikulum
3. Strategi Pembelajaran
4. Organisasi Kurikulum
5. Evaluasi
1.4 Konsep Kurikulum
1.4.1 Kurikulum Sebagai Substansi
Kurikulum dianggap sebagai suatu rencana kegiatan belajar yang dilakukan siswa di
sekolah. Kurikulum juga dianggap sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum
juga dapat diartikan sebagai suatu dokumen yang merumuskan tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar dan mengajar, jadwal, serta evaluasi.
1.4.2 Kurikulum Sebagai Sistem
Kurikulum adalah bagian dari sistem pendidikan. Sistem yang berlaku dalam
kurikulum terdiri dari struktur personalia dan prosedur kerja tentang cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, serta menyempurnakannya. Hasil dari sistem
tersebut adalah tersusunnya suatu kurikulum yang sesuai. Adapun fungsi dari sistem tersebut
adalah untuk memelihara kurikulum yang tengah atau akan diterapkan agar tetap dinamis.
1.4.3 Kurikulum Sebagai Bidang Studi
Kurikulum sebagai bidang studi memiliki tujuan untuk mengembangkan ilmu tentang
kurikulum beserta sistemnya.
1.5 Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Karena kurikulum bersifat dinamis, yaitu menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
tidak mengherankan jika kurikulum di Indonesia mengalami pergantian dari masa ke masa.
1. Kurikulum yang pertama di Indonesia disebut dengan Rentjana Pelajaran 1947 yang
menekankan pada pembentukan karakter masyarakat Indonesia sebagai manusia yang
merdeka dan berdaulat.
2. Kemudian, kurikulum tersebut disempurnakan oleh Rentjana Pelajaran Terurai 1952 yang
mulai menerapkan seorang guru mengajarkan satu mata pelajaran.
3. Pada tahun 1964, kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan dengan penekanan
pada program Pancawardhana (pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan, dan jasmani).
4. Pada tahun 1968, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan kembali yang
menekankan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
    

5. Pada tahun 1975, kurikulum yang baru pun menggantikan kurikulum 1968. Kurikulum
yang baru ini dikenal dengan sebutan satuan pelajaran yang maksudnya adalah rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum kembali mengalami pembaharuan di tahun 1984, 1994, 1999, 2004, 2006, dan
yang terakhir di tahun 2013. Kurikulum 2013 atau yang biasa dikenal dengan K13
menitik beratkan pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
2. Pemahaman tentang kerangka dasar kurikulum
2.1 Kerangka Dasar Kurikulum
2.1.1 Landasan Filosofis
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia
yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan
filosofi sebagai berikut.
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menajdikan kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta
didik.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuanintelektual, kemampuan berkomuni
kasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
2.1.2 Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atasteori “pendidikan berdasarkan , dan teori kur
ikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta
didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
2.1.3 Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
    

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana pembangunan jangka
Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan rencana jangka menengah;
dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
3. Pendekatan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang
terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah
satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai.
3.1 Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subyek akademis adalah pendekatan yang sangat praktis, mudah
digabungkan dengan pendekatan lain bila diperlukan. Pendekatan subyek akademis
bersumber pada aliran pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata
pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik yang diperlukan untuk
persiapan pengembangan disiplin ilmu.[
Dalam pendekatan subyek akademis guru sebagai penyampai bahan pelajaran
memegang peranan yang sangat penting. Guru harus menguasai seluruh bahan atau materi
pelajaran yang ada dalam kurikulum. Mereka harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi
tertentu yang diajarkan dan diampunya. Lebih dari itu, guru adalah model dari para siswanya,
segala yang disampaikan dan segala tindakan harus menjadi bagian dari kepribadian guru
yang akan diikuti dan menjadi panutan bagi siswanya. Guru adalah orang yang harus bisa
dipercaya apa yang dikatakannya, tindakannya harus dapat ditiru dan dicontoh oleh siswanya.
3.2 Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini
bertolah pada asumsi bahwa anak didik adalah individu yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Mereka adalah subyek dan pusat kegiatan pendidikan. Anak didik itu memiliki
potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Pendidikan Humanis juga berpegang
pada teori Gestalt yang memandang bahwa anak adalah merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang utuh bukan saja segi
fisik, intelektual tetapi juga segi social dan afektif(sikap,emosi, perasaan, dan nilai).
3.3 Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan pendekatan subyek akademis,yang
menekankan pada isi dan materi kurikulum. Tetapi mempunyai perbedaan, yaitu diarahkan
pada penguasaan kompetensi bukan diarahkan pada pengawetan dan pemeliharaan ilmu
pengetahuan. Suatu kompetensi yang besar atau standar diuraikan menjadi kompetensi-
kompetensi yang lebih sempit atau kompetensi dasar, yang ada pada akhirnya menjadi
perilaku-perilaku yang bisa diamati dan diukur.
    

3.4 Pendekatan Rekonstruksi Sosial


Pendekatan rekonstruksi social bersumber pada aliran interaksional. Pandangannya
adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya sendirianm tetapi adalah usaha bersama, kerja
sama dan interaksi. Interaksi ini bukan hanya antara guru dengan murid tetapi juga antara
murid dengan murid, antara murid dengan orang-orang disekitarnya dan dengan berbagai
sumber belajar. Melalui interaki dan kerjasama ini para murd berusaha memecahkan
masalah-masalah dalam masyarakar, menuju tatanan masyarakat yang lebih baik.
    

MATERI KOMPETENSI KEILMUAN PRODI PAI


1.1 Teori dan Desain Pembelajaran PAI
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi
untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan
metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan
dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang dikehendaki.
1.1.1 Fungsi Desain Pembelajaran
Fungsi perencanaan dan desain pembelajaran adalah sebagai petunjuk arah kegiatan
dalam mencapai tujuan.Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan.Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru
maupun muridSebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketetapan dan kelambatan kerja. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja.Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.Meningkatkan kemampuan
Pembelajar (instruktur, guru, widya iswara, dosen, dan lain-lain).Menghasilkan sumber
belajar.Mengembangkan sistem belajar mengajar.Mengembangkan Organisasi menjadi
organisasi belajar.
1.1.2 Model - Model Desain Pembelajaran
1. rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan
berbagai persoalan sosial kemasyarakat.
2. Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada
pengusaan disiiplin ilmu.
3. Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan
kepribadian peserta belajar. Selanjutnya model
4. Behaviorism Joyce (2000:28) yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku.
1.2 Keilmuan Al-Qur’an –Hadist dan Pembelajaran Di Madrasah
Pembelajaran Al-Qur‟an-Hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak
dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan Al-
Qur‟an-Hadits melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an-Hadits di
Madrasah Ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan,
memahami, dan terampil melaksanakan isi kandungan Al-Qur‟an-Hadits dalam kehidupan
sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti
ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
1.2.1 Tujuan Pembelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah
Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah agar murid
mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, menjelaskan, dan terampil
melaksanakan isi kandungan Al-Qur‟an-Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti ketakwaan itu ialah
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
    

1.2.2 Tujuan Pembelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah


Melaksanakan al-Qur‟an dan hadis sebagai pedoman hidup umat Islam.Meningkatkan
pemahaman al-Qur‟an, al-Faatihah, dan surat pendek pilihan melalui upaya penerapan cara
membacanya, menangkap maknanya, memahami kandungan isinya, dan mengaitkannya
dengan fenomena kehidupan.Menghafal dan menjelaskan makna hadis-hadis yang terkait
dengan tema isi kandungan surat atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
1.2.3 Tujuan Pembelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah
Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur‟an dan hadits. Membekali
peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur‟an dan hadits sebagai pedoman
dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi
kandungan al-Qur‟an dan hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur‟an
dan hadits.
1.3 Keilmuan Aqidah-Akhlak dan Pembelajaran di Madrasah
1.3.1 Dasar Akidah Akhlak
Dasar Akidah Akhlak dalam hukum Islam yaitu Al Qur‟an dan Al Hadits. Al Qur‟an
dan Al Hadits adalah pedoman hidup dlm Islam yg menjelaskan kriteria atau ukuran baik
buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al
Qur‟an dan ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.”
Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah Al Hadits atau Sunnah
Rasul. Untuk memahami Al Qur‟an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti
ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat
dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
1.3.2 Hubungan Antara Aqidah dan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap
alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran dirinya. Oleh karena
itu, jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun tidak akan
benar. Aqidah seseorang benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap
Allah juga lurus dan benar.
1.3.3 Ruang lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajarn
yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik
untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasan
perilaku dalam berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan
kehidupan sehari hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
1.3.4 Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
1. Aspek akidah (keimanan) meliputi:
2. Aspek akhlak meliputi:
3. Aspek adab Islami, meliputi:
4. Aspek kisah teladan,
    

1.4.5 Model, Metode dan Pendekatan dalam pembelajaran Akidah Akhlak


1. Model pembelajaran Akidah Akhlak
Jadi Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan
untuk mengoperasikan kurikulum, merancang materi pembelajaran dan untuk membimbing
belajar dalam setting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan memberi pengalaman belajar
peserta didik untuk mengenal, memahami menghayati dan mengimani Allah dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari – hari.
a. Model Interaksi Sosial
b. Model Pemrosesan informasi
c. Model Personal ( Personal models),
d. Model modifikasi tingkah laku (Behavioral)
e. Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
2. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Pendekatan Keimanan
Yaitu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan
tentang adanya Allah Swt sebagai sumber kehidupan.
b. Pendekatan Pengalaman
Yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil
pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pendekatan Pembiasaan
Yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang
sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits serta dicontohkan
oleh para ulama.
d. Pendekatan Rasional
Yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlak
dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang
ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
e. Pendekatan Emosional
Yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan
akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Pendekatan Fungsional
Yaitu menyajikan materi aqidah dan Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pendekatan Keteladanan
Yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen
madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu (siswa) yang memiliki
keimanan teguh dan berakhlak mulia.
3. Implementasi Pembelajaran Aqidah akhlak di MI
Pendidikan akidah akhlak pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) terfokus pada
bahan – bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta
didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan
    

pembiasaaan berakhlak islami secara sederhana, untuk dapat dijadikan landasan perilaku
dalam kehidupan sehari – hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Mata
pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta
didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan
akhlak islam.
1.5 Keilmuan Fiqhi dan Pembeljaran di Madrasah
Dari pengertian diatas maka pembelajaran Fiqih adalah jalan yang dilakukan secara
sadar, terarah dan terancang mengenai hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan
perbuatan mukallaf baik bersifat ibadah maupun yang bertujuan agar anak didik mengetahui,
memahami serta melaksanakan ibadah sehari-hari.
1.5.5 Tujuan Dasar Pembelajaran Fiqih di Madrasah
Pembelajaran Fiqih merupakan bagian dari pendidikan agama Islam yang bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik dalam aspek hukum baik yang berupa ajaran ibadah maupun
muamalah sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
1.4.2 Fungsi Dasar Pembelajaran Fiqih
1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT.
sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia
peserta didik seoptimal mungkin.
3. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
4. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui melalui
ibadah dan muamalah.
5. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan di hadapinya
sehari-hari.
7. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
a. Ruang lingkup materi Fiqih
a) Kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari‟at dalam Islam.
b) Hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan
cara pengelolaannya.
c) Hikmah kurban dan akikah.
d) Ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah.
    

e) Hukum Islam tentang kepemilikan.


f) Konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya.
g) Hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya.
h) Hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta hikmahnya
i) Hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta hikmahnya
j) Riba, Bank dan Asuransi
k) Ketentuan Islam tentang Jinaayah, Huduud dan hikmahnya
l) Ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya
m) Hukum Islam tentang keluarga, waris
n) Ketentuan Islam tentang siyaasah syar‟iyah
1.6 Keilmuan SPI dan Pembelajarannya
Dari definisi sejarah, kebudayaan, Islam dapat disimpulkan bahwa sejarah
kebudayaan Islam adalah peristiwa atau kejadian umat-umat Islam terdahulu yang dijadikan
sebagai kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia saat ini sebagai pedoman untuk menjadi
lebih baik serta bahagia dunia akhirat.
1.5.1 Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
1. Ruang lingkup tentang dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Mekkah dan
Madinah ini ditandai dengan perjuangan Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan
dan saat masa kerasulan dalam menyampaikan dakwah Islam baik secara sembunyi-
sembunyi maupun terang-terangan di kota Makkah hingga peristiwa hijrahnya beliau
bersama kaum muslimin ke kota Madinah dan membentuk negara Islam di kota
tersebut sampai peristiwa wafatnya Rasulullah SAW.
2. Ruang lingkup tentang masa kepemimpinan umat Islam setelah Rasulullah SAW
wafat ditandai dengan pengangkatan empat sahabat Rasul yakni Abu Bakar Ash-
Shiddiq, Umar ibn Khatab, Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Khalifah
Rasulillah(pengganti Rasul) untuk memimpin umat Islam dan sistem pemerintahan
Islam selama kepemimpin empat sahabat Rasul ini disebut sebagai masa Khalifatur
Rasyidin (pemimpin yang diberikan petunjuk).
3. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan
(tahun 650 M-1250 M) merupakan masa permulaan Islam yang ditandai dengan
lahirnya dinasti bani Umayyah di Damaskus, dinasti bani Abbasiyyah di Baghdad,
dinasti bani Umayyah II di Andalusia sampai hancurnya dinasti bani Abbasiyyah IV
yang sering disebut sebagai masa disintegrasi.
4. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad pertengahan atau kemunduran
(tahun 1250 M-1800 M) dibagi ke dalam dua fase, yaitu: a.) fase kemunduran (tahun
1250 M-1500 M) yang ditandai dengan hancurnya kerajaan Islam oleh serangan
bangsa Mongol dan lahirnya dinasti Ilkhan, serangan-serangan Timur Lenk terhadap
wilayah kerajaan Islam sampai bertahannya dinasti Mamalik di Mesir dari serangan
bangsa Mongol maupun Timur Lenk. b.) fase tiga kerajaan besar (1500 M-1800 M)
yang dimulai dengan zaman kemajuan (tahun 1500 M-1700 M) kerajaan Utsmani,
    

Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India sampai zaman kemunduran tiga
kerajaan ini (tahun 1700 M-1800 M).
5. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad modern atau zaman
kebangkitan (tahun 1800 M-sekarang) ditandai dengan lahirnya para tokoh
pembaharu Islam dengan segala macam bentuk pemikiran dan kontribusinya terhadap
perkembangan Islam.
6. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan proses
masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di
Indonesia, lahirnya ulama-ulama di Indonesia, peranan walisongo dalam penyebaran
Islam dan sejarah berdirinya organisasi keIslaman seperti: a.) Muhammadiyah, dan b.)
Nahdatul Ulama (NU).
1.5.2 Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
1. Untuk menyelidiki dan mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh
Umat Islam terdahulu dalam lapangan peradaban.
2. Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam diberbagai negara, terutama
negara-negara Islam.
3. Untuk menggali dan meninjau kembali faktor-faktor apa yang menyebabkan
kemajuan Islam dalam lapangan peradaban dan faktor apa pula yang menyebabkan
kemundurannya, yang kemudian menjadi cermin bagi masa-masa sesudahnya.
4. Untuk mengetahui dan memperbandingkan antara peradabaan yang dijiwai oleh Islam
dengan peradaban yang lepas dari jiwa Islam, dan dari sini akan diketahui mana
peradaban Islam dan mana pula peradaban non Islam yang dicetuskan oleh hasil karya
umat Islam.
5. Dengan mempelajari sejarah peradaban Islam kita akan mengetahui sumbangan Islam
dan umat Islam dalam lapangan peradaban umat manusia di permukaan bumi ini.
1.7 Keilmuan PAI dan Pembelajarannya di Sekolah.
Pembicaraan tentang konsep dasar pendidikan islam ini mencangkup pengertian
istilah tarbiyah, ta‟lim, ta‟dib, dan pendidikan islam. Analisis term ini dimaksudkan untuk
mendapatkan konsep yang lebih tepat tentang pendidikan islam.
1.6.1 Tarbiyyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus bahasa arab, lafal
At-Tarbiyah berasal dari tiga kata:
1. Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.
2. Kedua, rabiya-yarba dengan wazan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti menjadi
besar.
3. Ketiga, rabba-yarubbu dengan wazan (bentuk) madda-yamuddu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara.
1.6.2 Ta’dib
Ta‟dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan
kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan
    

penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan
kekuasaan dan keagungan tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
1.6.3 Ta’lim
Ta‟lim berasal dari kata „allama yang berarti Proses transmisi ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Muhammad Nuquib al-attas
memberi makna at-ta‟lim sebagai proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara
mendasar.
1.6.3 Dasar – dasar pelaksanaan pendidikan agama islam
1. Segi yuridis / Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal.
2. Segi religious
Yang dimaksud dengan dasar religious adalah dasar yang bersumber dari ajaran islam.
Dasar pradigma pendidikan islam identik dengan dasar islam itu sendiri. Keduanya berasal
dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur‟an dan Al-hadis.
3. Segi psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.
1.6.4 Bentuk-Bentuk Pengajaran PAI
Seperti yang telah diuraikan di muka, bahwa perencanaan pengajaran khusus di
bidang Pendidikan Agama Islam ditetapkan sekarang dan dilaksanakan serta digunakan untuk
waktu yang akan datang. Dalam ilmu manajemen, perencanaan tersebut memiliki bentuk-
bentuk sebagai berikut:
1. Tujuan(objektif)
Merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan untuk
sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2. Kebijakan(policy)
Yaitu suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam mengambil
keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Karena kebijakan ini biasanya
tidak tertulis, maka seringkali sulit untuk difahami oleh para peserta didik.
3. Strategi
Merupakan tindakan penyesuaian dari rerncana yang telah dibuat. Disebabkan oleh
adanya berbagai macam reaksi. Oleh karena itu dalam membuat strategi haruslah
memperhatikan beberapa faktor seperti: ketepatan waktu mengajar, ketepatan tindakan yang
akan dilakukan dan sebagainya.
4. Prosedur
Merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu mendatang. Ini
lebih menitikberatkan pada suatu tindakan.
5. Aturan
    

Meruapakan suatu tindakan yang spesifik dan merupakan bagian dari prosedur.
6. Program
Yaitu campuran antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas yang disertai
dengan suatu anggaran; semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan.
1.6.5 Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. PAI Dengan Pendekatan Indisipliner dan Pembelajarannya
3. Membaca Teks Berbahasa Arab dan Ingris Tentang Pendidikan
    

MATERI KECAKAPAN PUBLIC SPEAKING


1. Pengertian dakwah dan jenis dakwah
Dakwah yaitu kegiatan yang bersifat mengajak,memanggil,dan menyeru seseorang
untuk beriman dan taat kepada Allah SWT.
1.1 Macam dan Jenis Dakwah
1.1.1 Dakwah Fardiah : Dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain.
1.1.2 Dakwah Ammah : dilakukan oleh seseorang dengan media lisan kepada banyak orang.
Seperti pidato.
1.1.3 Dakwah bil lisan : penyampaian pesan/informasi melalui lisan,yaitu ceramah atau
komunilasi yang dilakukan secara langsung.
1.1.4 Dakwah bil hal : dengan mengedepankan perbuatan nyata.
1.1.5 Dakwah bit Tadwin : Pola dakwahnya melalui tulisan, baik dalam
buku,majalah,internet,dll.
1.1.6 Dakwah bil Hikmah : Berdakwah dengan cara arif bijaksana, seperti melakukan
pendekatan sedemikian rupa sehingga yang didakwahi mampu melaksanakan dakwah
atas kemauannya sendiri dan tidak merasa ada paksaan
2. Alquran dan dakwah
3. Metode Dakwah Rasulullah
3.1 Metode dakwah Rasulullah Saw
Dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, nabi sangat memperhatikan situasi
dsn kondisi audien. Oleh karena itu, nabi menggunakan metode tertentu untuk satu kelompok
masyarakat dan menggunakan metode menggunakan metode lain untuk masyarakat lainnya.
Satu saat beliau menggunakan metode hikmah, disaat lain menggunakan metode mauidzah
hasanah, atau kalau diperlukan tidak segan-segan menggunakan metode mujadalah bi al-
ahsan. Disamping itu, terdapat sejumplah metode yang nabi lakukan dan ajarkan kepada para
sahabat dalam berdakwah, yakni ;
3.1.1 Memberi kabar yang menyenangkan bagi mad‟u dan tidak membuat mad‟u frustasi.
Bertahap
3.1.2 Menggunakan sarana baru yang dianggap maslahat
3.1.3 Menyentuh jiwa mad‟u
3.1.4 Mengundang kaum kerabat sambil makan dan minum, pendekatan kepada keluarga,
pidato terbuka, dan hijrah.
3.2 Jenis-jenis metode dakwah Rasulullah Saw.
3.2.1 Al-Hikma (menyentuh dan menyejukkan kalbu)
3.2.2 Al-Mauidza Al-Hasanah (ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan,
pengajaran,kisah-kisah, berita gembira, peringatan , pesan-pesan positif yang bisa
dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatn dunia dan
akhirat.)
3.2.3 Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan (tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberi argumen dan bukti yang kuat)
    

1. Perjalanan Dakwah rasulullah Dakwah secara Sembunyi-sembunyi


2. Dakwah secara Terang-terangan
Aplikasi Dakwah Rasulullah
1. Pendekatan personal
2. Pendekatan pendidikan
3. Pendekatan diskusi
4. Pendekatan penawaran
5. Pendekatan Misi
4. Media dan sarana dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak
dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan
media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih
spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau
pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan
untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u atau penerima. Dengan
banyaknya media yang ada, maka da‟i harus memilih media yang paling efektif untuk
mencapai tujuan dakwah.
5.1 Macam-macam Media Dakwah, baik Cetak ataupun Elektronik
Media di bagi dua yaitu:
1.1.1 Media Cetak
Media cetak adalah untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak.
Media ini sudah lama di kenal dan mudah di jumpai dimana-mana.
1. Buku, Surat kabar, Majalah
1.1.2 Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang memerlukan alat elektronik untuk membuka
kontennya.
1. Radio, Tape recorder, Internet, Televisi
5.2 Subyek, Materi, Tujuan Dakwah
5.2.1 Subyek Dakwah
Subjek dakwah adalah setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan yang telah
balig dan beraqal dan memahami ajaran agama, menyampaikan dan mengajarkan sesuai
dengan keahliannya serta mengamalkan ajaran-ajaran dan memperaktekkannya dalam
kehidupannya sehari-hari.
5.2.2 Materi Dakwah
1. Keyakinan atau Akidah
Akidah merupakan fundamen bagi setiap muslim. Akidah inilah yang menjadi dasar
dan memberi arah bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Akidah merupakan tema bagi
dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekah. Hal
ini dapat dilihat di dalam kandungan ayat-ayat makiyah. Akidah juga merupakan tema bagi
dakwah para rasul yang diutus sebelumnya. Akidah ini merupakan keimanan kepada Allah
    

SWT, para malaikat , kitab-kitab yang diwahyukan kepada para rasul, adanya hari kiamat,
dan adanya qodha dan Qodar serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok
keimanan.
2. Hukum-hukum
Hukum-hukum itu merupakan peraturan atau sistem yang disyari‟atkan oleh Allah
SWT untuk manusia,baik secara terperinci maupun pokok-pokoknya saja, kemudian
Rasulullah SAW yang memberi keterangan dan penjelasan hukum-hukum ini meliputi lima
bagian:
a. Bagian pertama ialah ibadah,
b. Bagian kedua hukum keluarga
c. Bagian ketiga hukum almuamalatul maliyah : hukum yang mengatur tentang ekonomi,
meliputi hukum jual beli, gadai, perburuhan, pertanian dan masalah-masalah yang
berada dalam lingkupnya.
d. Bagian keempat hukum pidana
e. Bagian kelima hukum-hukum ketatanegaraan
5.2.3 Tujuan Dakwah
3. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang
kuat. Berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari‟atkan Allah SWT dan
berakhlaq karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi
muslim secara tuntas, dari ujung rambut ke dua tumit telapak kakinya,sebagaimana
diperintahkan Allah SWT
4. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera yang penuh
dengan suasana ke-islaman. Suatu masyarakat dimana anggota-anggota mematuhi
peraturan-peraturan yang telah disyari‟atkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, saling bantu membantu,penuh
rasa persaudaraan, senasib sepenanggungan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam
sebagai berikut :
5. Tujuan untuk umat manusia ,yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan
kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan ekploitasi,
saling tolong-menolong dan hormat menghormati. Dengan demikian alam smesta ini
seluruhnya dapat menikmati islam sebagai rahmat bagi mereka .
5.3 Tatacara, syarat dan rukun khutbah
5.3.1 Syarat:
1. Orang yang melaksanakan khutbah harus laki-laki
2. Berdiri bagi yang mampu, jika tidak mampu berdiri maka boleh dengan duduk, bila
duduk tidak mampu maka boleh dengan tidur miring sebagaimana urutan dalam
melaksanakan shalat.
3. Duduk diantara dua khutbah. Lamanya duduk disyaratkan tidak sampai
memutus muwalah (berturut-turut) khutbah][l\, dan durasi yang paling utama adalah
setara waktu lamanya membaca surat al-Ikhlas.
4. Khatib dalam keadaan suci, baik badan maupun mimbarnya
    

5. Khatib harus tertutup auratnya


6. Rukun khutbah harus diperdengarkan kepada 40 orang (isma'), (Catatan: jumlah 4 0
orang ini menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan menurut
Imam Abu Hanifah, diperbolehkan dengan jumlah minimalnya 4 orang. Imam Malik
membolehkan dengan kurang dari 4 orang. Bahkan, Abu Tsauri membolehkan hanya
2 orang; yaitu 1 orang khatib/imam dan 1 orang makmum saja. Maka, kalau tidak
memenuhi jumlah minimalnya, maka gugur kewajiban melaksanakan shalat jumat,
namun tetap berkewajiban melaksanakan shalat dzuhur dengan jumlah 4 rakaat,
Sumber: Abu Abdullah Muhammad bin Abdurrahman al-Dimasyqi al-Utsmani al-
Syafii, Rahmathul ummah fii ikhtilaafil Ummah, Darul Fikr, tt.: hal. 70).
7. Rukun khutbah harus dapat didengarkan oleh 40 orang (sima')
8. Semua rukun khutbah harus menggunakan bahasa Arab
9. Kedua khutbah harus dilaksanakan pada waktu dhuhur
10. Harus muwalah (berurut-urut), yakni pada tiga tempat, yaitu :
a. Di antara rukun khutbah
b. Di antara dua khutbah
c. Di antara khutbah dan shalat
5.2.2 Tata Cara
4. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian
memberi salam dan duduk.
5. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
6. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan
hamdalah dan pujian kepada Allah Swt. serta membaca shalawat kepada Rasulullah
saw. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama'ah, mengingatkan mereka
dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah Swt. dan
Rasul-Nya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka
dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta
ancaman-ancaman Allah Swt., kemudian duduk sebentar di antara dua khutbah.
7. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian
kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama
dengan khutbah pertama sampai selesai
8. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat
untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama'ah dua rakaat
dengan mengeraskan bacaan.
5.2.3 Rukun Khutbah Jumat
1. Rukun Pertama: Hamdalah
2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi SAW
3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk Taqwa
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat
4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua

Anda mungkin juga menyukai