KEILMUAN ISLAM
1. Al-Qur’an dan Hadis
1.1 Membaca dan menulis dimulai dari surah adh-dhuha sampai an-naas
1.2 Menghafal surah-surah juz amma
1.3 Bacaan dalam sholat
1.4 Pengertian, Kedudukan, Fungsi dan Ruanglingkup Kandungan Al-Qur’an
Menurut bahasa Al-Qur‟an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata
benda (masdar) dari kata kerja qar‟a-yaqra‟u-qur‟anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang
dapat di baca berulang-ulang, inilah pengertian al qur‟an dalam bahasa arab, dan Allah
memilih bahasa arab menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa kata bahasa arab tidak dapat
dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka maknanya akan berbeda. Jadi bisa di bilang
Al-Qur‟an adalah bacaan suci (membacanya bernilai ibadah dan mendapatkan pahala),
tentunya sesuai dengan tata aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf
(mahroj) ataupun tajwidnya.
Dan secara istilah Al-Qur‟an berarti bacaan mulia yang merupakan wahyu yang di
turunkan oleh Allah untuk Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril AS dan merupakan
penutup kitab suci dari agama samawi (yang diturunkan dari langit). Al-Qur‟an adalah wahyu
murni dari Allah SWT, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad Saw. Subhi as-
Salih mendefinisikan Al-Qur‟an adalah kalam Allah Swt merupakan mukzijat yang di
turunkan kepada nabi muhammad saw ditulis dalam mushaf dan di riwayatkan dengan
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
1.4.1 Pokok Ajaran dalam isi Kandungan Al-Qur’an
1. Akidah
Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan. Akidah islam adalah keyakinan atau
kepercayaan yang di yakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.
2. Ibadah dan Muamalah
3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur‟an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti
hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana, hukum musyawarah,
hukum perang, hukum antar bangsa.
4. Akhlak
5. Kisah-kisah umat terdahulu
1.4.2 Fungsi dan Peran Al-Qur’an
1. Sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
2. Sebagai rahmat atau sebuah bentuk kasih sayang dari Allah bagi umat manusia.
3. Sebagai sumber pokok ajaran islam.
4. Sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenaranya oleh segenap
hukum islam.
5. Sebagai mukzijat nabi muhammad saw. Turunya Al-Qur‟an merupakan mukzijat
terbesar yang Allah karuniakan kepada nabi muhammad saw.
3. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh
Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu
adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap
perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang
melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada
masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya,
namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari
Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
a. Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi.
Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan
melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam
bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya.
Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya si pelaku itu melakukan
perbuatan yang di benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini
menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.
b. Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui
pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah
meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu dilarang,
tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi
berbuat kesaahan ; sedangkan Nabi terhindar bersifat terhindar dari kesalahan.
1.5.3 Kedudukan Hadits
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas hukum
dalam Al-Qur‟an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang ditentukan Allah dalam
Al-Quran. Kedudukan Hadits sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan
hukum Al-Quran, tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena memang
untuk itulah Nabi di tugaskan Allah SWT. Namun dalam kedudukan hadits sebagai dalil yang
berdiri sendiri dan sebagai sumber kedua setelah Al-Quran, menjadi bahan perbincangan
dikalangan ulama. Perbincangan ini muncul di sebabkan oleh keterangan Allah sendiri yang
menjelaskan bahwa Al-Quran atau ajaran Islam itu telah sempurna. Oleh karenanya tidak
perlu lagi ditambah oleh sumber lain.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk semua
umat Islam.
1.5.4 Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat
hukum dalam Al-Qur‟an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum dapat
dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah
untuk menjelaskan Al-Qur‟an. Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya
sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-Qur‟an, ia menjalankan fungsi senagai
berikut :
Klasifikasi tingkat keaslian hadis adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan
kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadis tersebut. Tingkatan
hadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni:
1. Hadis Sahih
Yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis. Hadis shahih memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Sanadnya bersambung
b. Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak
baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
c. Pada saat menerima hadis, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan
beragama Islam.
d. Matannya tidak bertentangan serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang
mencacatkan hadis.
2. Hadis Hasan
Bila hadis yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada
rawi(-rawi)nya. Misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna
ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat.
3. Hadis Dhaif
Ialah hadis yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadis mauquf, maqthu‟,
mursal, mu‟allaq, mudallas, munqathi‟ atau mu‟dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang
tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
4. Hadis Maudlu‟
Bila hadis dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur
yang dikenal sebagai pendusta.
2. Akidah Akhlak
2.1 Pengertian aqidah, pemahaman tentang pokok-pokok akidah dan keimanan
Akidah adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan keyakinan, karenanya dalam
penggunaannya, akidah sering disebut dengan keimanan. Mengapa keyakinan? Karena
sebagian besar pembahasannya banyak berkaitan dengan sesuatu yang ghaib yang lebih
membutuhkan keyakinan ketimbang penalaran logis. Lantas apa alasan menerimanya jika tak
bisa dinalar secara logis? Alasannya adalah sumber informasinya. Nabi Muhammad SAW
dan al-Quran adalah sumber informasi yang akurat. Kenabian Muhammad dan kemukjizatan
al-Quran bisa diuji bahkan secara ilmiah bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Al-Quran
adalah satu-satunya kitab suci yang sampai sekarang masih terjaga kemurniannya.
2.1.1 Penggunaan Istilah
Selanjutnya ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menyebut ajaran
akidah ini, yaitu:
1. Akidah
Seperti telah disinggung di atas, akidah berasal dari kata aqidah yang artinya simpul.
Mengapa dikatakan simpul? Karena ajaran-ajaran yang berkenaan dengan akidah merupakan
simpul utama ajaran Islam. Akidah adalah ajaran pokok yang menjadi titik tolak dan kunci
diterima ajaran-ajaran Islam yang lain. Jadi akidahlah simpulnya, akidahlah pengikatnya.
2. Tauhid
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhida yang artinya “esa/tunggal”. Ini
merujuk pada sifat Allah yang tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah? Karena inti
utama dari ajaran ini adalah mengesakan Allah, makanya orang sering menyebut disiplin
ajaran ini dengan ilmu tauhid.
3. Ushuluddin
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya pokok-pokok agama. Ajaran ini
merupakan ajaran pokok agama. Orang yang akan memeluk Islam pertama-tama harus
memahami tentang ajaran ini. Jadi ini adalah ilmu dasar yang harus dipahami oleh setiap
orang yang memeluk Islam. Tanpa memahami dan meyakini ajaran ini, kebersilaman kita tak
ada gunanya.
4. Fikih Akbar
Fiqh akbar artinya pemahaman terbesar, atau pemahaman yang paling penting. Ajaran
ini adalah ajaran yang harus mendapat prioritas, pemahaman yang sangat penting sehingga
disebut fiqh akbar. Namun istilah ini sekarang jarang digunakan.
2.1.2 Urgensi Akidah dan Makna Lillahi Ta’ala
Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran
Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa
darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh
ajaran Islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya,
imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat,
haji, puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga
kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan
kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benar-
benar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah kalau
kita sedang shalat kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah saat kita
mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?
Karena itulah dalam Islam ada ajaran lillahi ta‟ala (semua hal harus didasarkan karena
Allah atau untuk Allah). Lillahi ta‟ala artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
penyembahan, pemujaan, tempat bergantung, tempat berserah diri, dan tempat memohon
pertolongan. Terkadang orang salah memahami kalimat lillahi ta‟ala. Ia menyangka Allah itu
egois. Mengapa? Karena semuanya katanya harus ditujukan untuk Allah. Pemahaman
semacam ini jelas keliru. Beriman, memuja, dan berserah diri pada Allah sejatinya untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Mengapa demikian? Manusia adalah makhluk yang tak bisa
hidup sendiri. Dalam memenuhi hajatnya ia akan bergantung pada obyek lain. Seandainya
Allah tidak memerintahkan agar manusia bergantung pada-Nya, pasti manusia akan
bergantung pada yang lain? Apa yang lain itu? Mungkin teman, atasan, uang atau mitos-
mitos tertentu yang ia percayai.
Jika manusia bergantung pada semua ini apa jadinya? Selama masih ada teman, ada
atasan, ada uang, barangkali ia tenang. Tapi bagaimana kalau temannya berkhianat, atasannya
mati, uangnya habis? Galau, kan? Stress? Karena semua itu sesuatu yang labil, mudah
berubah, mudah datang dan mudah pergi. Jadi berbahaya bergantung pada sesuatu yang labil.
Tapi Allah tetap, tak berubah. Dia adalah Tuhan yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya,
bahkan sekalipun hamba-Nya pernah mencaci maki-Nya. Tuhan adalah tempat bersandar
yang stabil. Manusia akan merasa tenteram dan matap dalam hidupnya ketika ia bergantung
pada Allah. Ia akan senantiasa optimis, bahkan saat ia gagal sekali pun.
2.1.3 Ruang Lingkup Akidah
Apa yang akan kita pelajari dalam akidah ini? Ulama telah membagi ruang lingkup
pembahasan akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan utamanya
pembahasan tentang Allah.
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah, yaitu para
nabi dan para rasul Allah.
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti Jin,
Malaikat, dan Iblis.
4. Sam‟iyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti alam kubur,
akhirat, surge, neraka, dan lain-lain
4.1 Pengertian Akhlak, Pemahaman Tentang Macam-Macam dan Fungsi Akhlak
Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia
yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan
paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak secara terminologi
berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal
dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak
yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Menurut Abu Hamid Al Ghazali Akhlak ialah
sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang
dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan
terlebih dahulu.
4.1.1 Tujuan Akhlak
Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan
sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang
harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik sesama manusia apalagi
kepada Allah sebagai pencipta. Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan
mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat
memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai
yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat.
4.1.2 Macam Macam Akhlak
Bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
faktor luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak baik, maka baiklah anak itu.
Demikian juga sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh
dunia pendidikan dan pengajaran. Menurut aliran ini, manusia-manusia dapat dididik menjadi
apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidikannya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan
nama optimisme pedagogis.
3. Aliran Konvergensier
Bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawan si anak,
dan faktor luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada
dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
4.1.4 Hubungan antara akidah dan akhlak
5. Fiqhi Ibadah
3.1 Pengertian Taharah, Pemahaman Tentang Macam-Macam, Alat Yang Digunakan
Dalam Bertaharah
3.1.1 Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara‟ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-
cara yang ditentukan oleh syariat islam. Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus
dilakukan dalam beberapa macam ibadah.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya.
2. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan
perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan
nashoha yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
3.1.2 Macam-Macam Alat Thaharah
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci
misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah,
batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak
ditemukan. Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh
dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.
1. Air
Macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air mutlak yaitu air
yang suci dan mensucikan, yaitu air :
a. Air hujan
b. Air sumur
c. Air laut
d. Air sungai
e. Air danau/ telaga
f. Air salju
g. Air embun
A. Jenis Jenis Air
Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi
tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.
Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan
perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh
digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya
Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan
baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah
2. Permukaan bumi
3. Istinja‟ dengan Batu
3.1.3 Cara-Cara Thaharah
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:
1. Najis ringan (najis mukhafafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum
makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara
membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
2. Najis sedang (najis mutawassitah)
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).
3. Najis berat (najis mughalazah)
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang
pasti (qat‟i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan
barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan
salah satunya dengan tanah atau batu.
3.1.4 Macam-Macam Tahara
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki
adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang
ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak terbebas dari ketidak
sucian secara hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel baik
pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya bermacam-macam
tergantuk level kenajisannya.bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja, maka
najis itu dianggap sudah lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah
satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara, mencusikanya
dengan air biasa hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya dan hilang rasa
najisnya.
2. Thaharah Hukmi.
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran yang
menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara berwudhu, bila ia ingin
melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya. Demikian pula dengan
orang yang keluar mani. Meski dia telah membersihkannya dengan bersih, lalu mengganti
bajunya dengan yang baru, dia tetap belum dikatakan suci dari hadas besar hingga selesai dari
mandi janabah. Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana
secara fisik memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci
untuk melakukan ibadah ritual. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau
mandi janabah.
3.2 Pengertian Sholat, Pemahaman Tentanjenis-Jenis, Syarat-Syarat, Fungsi, Tujuan
Dan Tatacara Serta Kemudahan Dalam Sholat
3.2.1 Pengertian Sholat
Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya ''do'a''. Sedangkan menurut isltilah
sholat adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan
mengucap salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang
termasuk rukun sholat mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk
mendekatkan hamba dengan Penciptannya.
3.2.2 Tujuan Sholat
Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena
sholat adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat
merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang
Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan penciptannya yang
disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut
habluminannas.
Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan
menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya adalah
sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah penentu
kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal
selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun
neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horizontal.
Oleh sebab itu, zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat manusia, terutama umat
Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, yaitu antara
lain:
1. Menolong, membantu, membina, dan membangun kaum duafa, dan lemah papa,
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup mereka. Dengan kondisi tersebut, mereka
akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt.
2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci, dan dengki dari diri manusia yang biasa
timbul di kala ia melihat orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi
mewah. Sedang ia sendiri tidak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari
mereka (orang kaya) kepadanya.
3. Dapat menyucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan
akhlak mulia, menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi) dan
mengikis sifat-sifat kikir dan serakah yang menjadi tabiat manusia. Sehingga dapat
merasakan ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah dan tuntutan
kewajiban kemasyarakatan.
4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri di atas
prinsip-prinsip: umat yang satu, persamaan derajat, hak, dan kewajiban, persaudaraan
Islam, dan solidaritas sosial.
5. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi harta,
kepemilikan harta, dan tanggung jawab individu dalam masyarakat.
6. Zakat adalah ibadah harta yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau
pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas sosial, pembuktian
persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan umat dan bangsa sebagai penghubung
antara golongan kuat dan lemah.
7. Dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera sehingga hubungan seorang
dengan lainnya menjadi rukun, damai, harmonis dan dapat menciptakan situasi yang
tenteram, aman lahir dan batin.
3.3.3 Mustahiq Zakat
1. Yaitu orang-orang yang berhak menerima zakat. Adapun mustahiq zakat harta ada
delapan ashnaf sesuai dalam firman Allah Q.S. At-Taubah ayat 60, yakni:
2. Fakir Adalah orang-orang yang tidak memiliki harta untuk kebutuhan hidupnya
sehari-hari dan tak mampu bekerja ataupun berikhtiar.
3. Miskin Adalah orang-orang yang memiliki penghasilan, namun tidak mencukupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari atau kekurangan.
4. Amil Mereka adalah orang-orang yang bertugas untuk mengumpulkan dan membagi-
bagikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Bisa juga disebut
dengan panitia zakat.
5. Muallaf Orang yang baru masuk kedalam Agama Islam dan masih membutuhkan
bimbingan karena keimanannya masih lemah.
6. Gharim Yakni orang yang memiliki hutang piutang, namun tidak mampu untuk
membayarnya.
7. Hamba Sahaya Atau disebut juga budak. Yakni orang-orang yang belum merdeka dan
dimerdekakan.
8. Sabilillah Adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT, seperti para
syuhada‟, para ulama, ustadz ustadzah yang mengarkan ilmu agama di pesantren
ataupun di musholla dll.
9. Ibnu Sabil Yakni orang-orang musafir atau yang sedang dalam perjalanan seperti
contoh, orang yang sedang bertholabul „ilmi, melakukan dakwah dls.
3.3.4 Muzakki
Adalah orang yang dikenai kewajiban membayar zakat atas kepemilikan harta yang
telah mencapai nishab dan haul. Seseorang terkena kewajiban membayar zakat jika
memenuhi kriteria berikut ini.
1. Beragama Islam
Kewajiban zakat hanya diwajibkan kepada orang Islam. Hadits Rasulullah SAW
menyatakan, “Abu Bakar Shidiq berkata, „inilah sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh
Rasulullah kepada kaum Muslim.” (HR Bukhari).
2. Merdeka
Kewajiban membayar zakat hanya diwajibkan kepada orang-orang yang merdeka.
Hamba sahaya tidak dikenai kewajiban berzakat.
3. Dimiliki secara sempurna
Harta benda yang wajib dibayarkan zakatnya adalah harta benda yang dimiliki secara
sempurna oleh seorang Muslim.
4. Mencapai nishab
Seorang Muslim wajib membayar zakat jika harta yang dimilikinya telah mencapai
nishab. Nishab zakat harta berbeda-beda, tergantung jenis harta bendanya.
5. Telah haul
Harta benda wajib dikeluarkan zakatnya jika telah dimiliki selama satu tahun penuh.
Hadits Rasulullah menyatakan, “Abdullah ibnu Umar berkata, „Rasulullah SAW bersabda
„Tidak ada zakat pada harta seseorang yang belum sampai satu tahun dimilikinya.” (HR
Daruquthni).
3.3.5 Hukum Zakat
Zakat adalah kewajiban dan satu dari rukun Islam yang lima rukun seperti dalam
hadits Rasulullah saw., “Islam didirikan di atas lima hal, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan
kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah jika mampu.” (muttafaq alaih) Dalam hadits Ibnu
Abbas diterangkan bahwa Rasulullah saw. ketika mengutus Mu‟adz bin Jabal ke Yaman
berpesan kepadanya, “Sesungguhnya kamu akan menemui kaum Ahli Kitab, maka ajaklah
mereka untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya aku utusan Allah.
Jika mereka sudah menerima hal ini, maka ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menerimanya, maka
ajarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat hartanya, diambil
dari yang lebih kaya dan dibagikan kepada yang fakir di antara mereka. Jika mereka
menerima hal ini, maka hati-hati dengan harta mereka yang bagus. Dan waspadailah doanya
orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada sekat antara dia dengan Allah.”
(riwayat al-jamaah)
3.3.6 Macam-macam Zakat
1. Zakat nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah.
2. Zakat mal (harta).
3.3.7 Syarat-syarat Wajib Zakat
1. Muslim.
2. Berakal.
3. Balig.
4. Memiliki harta sendiri dan sudah mencapai nisab.
3.3.8 Syarat-syarat Harta yang Wajib Dizakati
1. Kepemilikan sempurna
2. Berkembang (produktif atau berpotensi produktif)
3. Mencapai nisab
4. Melebihi kebutuhan pokok
5. Terbebas dari utang
6. Kepemilikan satu tahun penuh (haul)
3.3.9 Harta yang Wajib Dizakati
1. Binatang ternak, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
Peternakan telah berlangsung selama satu tahun.Binatang ternak digembalakan di
tempat-tempat umum dan tidak dimanfaatkan untuk kepentingan alat produksi (pembajak
sawah).Mencapai nisab. Nisab untuk unta adalah 5 (lima) ekor, sapi 30 ekor, kambing atau
domba 40 ekor.Ketentuan volume zakatnya sudah ditentukan sesuai karakteristik tertentu dan
diambil dari binatang ternak itu sendiri.
2. Harta Perniagaan, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
Muzakki harus menjadi pemilik komoditas yang diperjualbelikan, baik
kepemilikannya itu diperoleh dari hasil usaha dagang maupun tidak, seperti kepemilikan yang
didapat dari warisan dan hadiah.Muzakki berniat untuk memperdagangkan komoditas
tersebut.Harta zakat mencapai nisab setelah dikurangi biaya operasional, kebutuhan primer,
dan membayar utang.Kepemilikan telah melewati masa satu tahun penuh.
3. Harta Perusahaan
Yang dimaksud perusahaan di sini adalah sebuah usaha yang diorganisir sebagai
sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan kepemilikan dan dibuktikan dengan kepemilikan
saham. Para ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan dengan zakat perniagaan.
Sebab, bila dilihat dari aspek legal dan ekonomi (entitas) aktivitas sebuah perusahaan pada
umumnya berporos pada kegiatan perniagaan. Dengan demikian, setiap perusahaan di bidang
barang maupun jasa dapat menjadi objek wajib zakat.
4. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis,
seperti biji bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman keras, tanaman hias,
rerumputan, dan dedaunan, ditanam dengan menggunakan bibit bebijian di mana hasilnya
dapat dimakan oleh manusia dan hewan.
5.Barang Tambang dan Hasil Laut
Yang dimaksud dengan barang tambang dan hasil laut adalah segala sesuatu yang
merupakan hasil eksploitasi dari kedalaman tanah dan kedalaman laut. Yang termasuk
kategori harta barang tambang dan hasil laut, yaitu:
Semua barang tambang hasil kerja eksploitasi kedalaman tanah pada sebuah negara
yang dilakukan oleh pihak swasta ataupun pemerintah.Harta karun yang tersimpan pada
kedalaman tanah yang banyak dipendam oleh orang-orang zaman dahulu, baik yang berupa
uang, emas, perak, maupun logam mulia lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan orang dan mempunyai nilai materi yang tinggi.Hasil laut seperti mutiara, karang,
dan minyak, ikan, dan hewan laut.
6. Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi, selain merupakan
tambang elok sehingga sering dijadikan perhiasan, emas dan perak juga dijadikan mata uang
yang berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak sebagai harta
yang potensial atau berkembang. Oleh karena itu, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran
atau yang lainnya termasuk dalam kategori emas atau harta wajib zakat.
Termasuk dalam kategori emas dan perak yang merupakan mata uang yang berlaku
pada waktu itu adalah mata uang yang berlaku saat ini di masing-masing negara. Oleh sebab
itu, segala macam bentuk penyimpanan uang, se-perti tabungan, deposito, cek atau surat
berharga lainnya termasuk dalam kriteria penyimpanan emas dan perak.Demikian pula pada
harta kekayaan lainnya seperti rumah, vila, tanah, dan kendaraan yang melebihi keperluan
menurut syarak atau dibeli dan dibangun dengan tujuan investasi sehingga sewaktu-waktu
dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lainnya, jika dipakai dalam bentuk perhiasan
yang tidak berlebihan, barang-barang tersebut tidak dikenai wajib zakat.
7. Properti Produktif
Yang dimaksud adalah harta properti yang diproduktifkan untuk meraih keuntungan
atau peningkatan nilai material dari properti tersebut. Produktivitas properti diusahakan
dengan cara menyewakannya kepada orang lain atau dengan jalan menjual hasil dari
produktivitasnya. Properti tidak dikhususkan sebagai komoditas perniagaan.Properti tidak
dikhususkan sebagai pemenuhan kebutuhan primer bagi pemiliknya, seperti tempat tinggal
dan sarana transportasi untuk mencari rezeki.Properti yang disewakan atau dikembangkan
bertujuan mendapatkan penghasilan, baik sifatnya rutin maupun tidak.
3.3.10 Golongan yang Haram Menerima Zakat
1. Orang kafir dan atheis
Orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian harta zakat, tetapi boleh menerima
sedekah (sunah), kecuali mereka termasuk dalam kategori mualaf.
2. Orang kaya dan orang mampu berusaha
Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki sejumlah harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya, sampai ia mendapatkan harta berikutnya.
Atau seseorang yang memiliki harta yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya
dari waktu ke waktu.
3. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Mutalib (Ahlulbait)
Keluarga Bani Hasyim adalah keluarga Ali bin Abi Talib, keluarga Abdul Mutallib,
keluarga Abbas bin Abdul Mutalib, dan keluarga Rasulullah saw. Hal ini berlaku apabila
negara menjamin kebutuhan hidup mereka, tetapi apabila negara tidak menjaminnya,
kedudukan mereka sama dengan anggota masyarakat yang lain, yaitu berhak menerima zakat
manakala termasuk dalam kategori mustahiq.
4. Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat (muzakki)
Muzakki adalah orang kaya. Ia masih memiliki kelebihan harta setelah digunakan
untuk mencukupi diri dan keluarganya (orang yang menjadi tanggung jawabnya). Maka dari
itu, jika ia melihat anggota keluarganya masih ada yang kekurangan, ia berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih memiliki kelebihan
(mencapai nisab), barulah ia terkena kewajiban zakat. Jadi, tidak dibenarkan seorang suami
berzakat kepada istri atau orang tuanya.
3.4 Pengertian, Pemahaman Rukun, Syarat-Syarat, Maacam-Macam Dan
Kemudahan Dalam Melaksanakan Puasa
Puasa atau yang dalam bahasa Arabnya disebut dengan ص ْْم َ (shaum) secara bahasa
mempunyai arti mencegah atau menahan diri. Seperti menahan makan, menahan minum, atau
menahan dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Adapun secara istilah, puasa
atau shaum artinya adalah menahan diri dari segala sesuatu baik makan, minum atau sesuatu
yang membatalkannya, dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, diawali niat
dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut
3.4.1 Macam-Macam Puasa (Puasa Wajib)
1. Puasa Ramadhan
2. Puasa Qadha
3. Puasa Nazar
4. Puasa Kafarat
Puasa kafarat masuk dalam puasa yang wajib dikerjakan, dikarenakan seseorang telah
melanggar suatu larangan yang telah ditetapkan dalam suatu ibadah tertentu. Puasa kafarat ini
sebagai wujud denda atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh seseorang tersebut. Adapun
yang menyebabkan seseorang untuk mengerjakan puasa kafarat adalah sebagai berikut:
a. Berkumpul dengan istri (jima‟) di siang hari pada bulan Ramadhan.
b. Melanggar aturan-aturan ihram yang telah ditetapkan.
Aturan yang telah ditetapkan dalam ihram antara lain seperti: memotong kuku,
memakai minyak wangi-wangi, mencukur rambut, berkumpul dengan istri (jima‟) dan lain
sebagainya.
c. Membunuh secara tidak sengaja.
Maksudnya secara tidak sadar atau di luar kendali, apa yang diperbuatnya menjadikan
seseorang hilang nyawanya. Seperti terjadinya suatu kecelakaan kendaraan bermotor yang
sampai mengakibatkan terbunuhnya seorang pejalan kaki di trotoar. Maka pengendara motor
tersebut wajib membayar kafarat (memerdekakan budak) dan diyat (santunan) kepada pihak
korban. Jikalau tidak mampu memerdekakan budak, maka diganti dengan berpuasa selama
dua bulan berturut-turut.
d. Melakukan zihar kepada istrinya.
Zihar adalah suatu perbuatan yang jelas diharamkan, karena menyamakan seorang
istri dengan ibunya sendiri. Hingga pada akhirnya menyakiti hati istrinya sendiri. Hal seperti
ini jelas dilarang dalam agama Islam, karena bisa merusak hubungan pernikahan. Sehingga
apabila seorang suami terlanjur melakukannya. Maka, ia wajib membayar kafarat dengan
memerdekakan budak dan berpuasa dua bulan berturut-turut.
e. Tidak mampu memenuhi nazar (melanggar sumpahnya sendiri).
Artinya, ketika seseorang telah bersumpah atau bernadzar. Maka, orang tersebut
mempunyai kewajiban untuk memenuhinya. Akan tetapi, ketika nazar atau sumpahnya itu
sudah terwujud, namun seseorang tersebut tidak mampu akan janji yang disertakan dalam
sumpahnya tersebut. Maka, orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah, dengan
memberi makan sepuluh orang miskin. Adapun jika kita tidak mampu membayarnya, diganti
dengan berpuasa tiga hari.
3.4.2 Syarat Wajib Puasa
Syarat wajib puasa ini adalah syarat yang menyebabkan seseorang dihukumi wajib
untuk mengerjakan ibadah puasa. Adapun syarat wajib puasa ini terdiri dari:
1. Berakal sehat
2. Sudah baligh atau dewasa
3. Mampu untuk menjalankan puasa
3.4.3 Syarat Sah Puasa
Syarat sah puasa tentu berbeda dengan syarat wajib puasa. Artinya, syarat sah puasa
ini adalah syarat yang menyebabkan ibadah puasa menjadi sah secara syara‟ atau aturan yang
berlaku.
1. Beragama Islam
2. Mumayyiz, artinya mempunyai kemampuan membedakan antara baik dan buruk.
3. Suci dari haid (khusus bagi wanita)
4. Mengetahui waktu-waktu berpuasa (diwajibkan, disunnahkan, atau diharamkan
puasa) .
3.4.4 Rukun Puasa
1. Niat puasa
“Nawaitu shauma ghadin „an ada‟i fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi ta‟aala”
Artinya:
“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun ini,
karena Allah Ta‟ala”
3.4.5 Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
d. Sa'i adalah berjalan atau berlari - lari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali
dilakukan setelah Thawaf Ifada
e. Cukur atau tahalul, yakni bercukur atau menggunting rambut setelah melakukan
Sa'iTertib, artinya mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak ada yang
tertinggal.
2. Rukun Umrah
a. Ihram (berniat untuk melakukan umroh)
b. Thawaf (mengelilingi Ka‟bah sebanyak 7 kali dengan posisi Ka‟bah berada disebelah
kiri jama‟ah)
b. Sa‟i (berlari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali
yang berakhir di bukit Marwah)
c. Tahalul (mencukur rambut minimal 3 helai)
d. Tertib (melakukan umroh sesuai aturan yang ada)
3.5.3 Wajib Haji
Wajib haji merupakan rangkaian amalan yang dikerjakan dalam ibadah haji, bila tidak
dikerjakan sah hajinya, akan tetapi harus membayar Dam. Berdosa jika sengaja
meninggalkan dengan tidak ada unsur syar'i
Berikut adalah 5 macam wajib haji:
1. Ihram, yakni niat berhaji dari miqat
2. Mabit di Muzdalifah
3. Mabit di Mina
4. Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
5. Tawaf Wada (bagi yang meninggalkan Mekkah)
3.5.4 Macam - macam Haji
Ada tiga macam haji, yakni :
1. Haji Tamattu, yaitu mengerjakan umrah terlebih dahulu baru haji
2. Haji Ifrad, yakni mengerjakan haji terlebih dahulu baru umrah diselingi tahallul
3. Haji Qiran, yaitu mengerjakan haji dan umrah bersama - sama diselingi tahallul
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
1.3.4 Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan
memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi
petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai
sumebr moral nilai. Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya
mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata,
melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik („amaliyyah) yang
bermuatan nilai dan moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian
(ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-
ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
1.3.5 Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki
ditentukan oleh amal perbuatan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya
bersifat terbuka, demokratis, dan universal. menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari
Umar menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk
mengadopsi unsur-unsur positif dar luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber
pada Al-Qur‟an dan Hadist
1.3.6 Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku
karena setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-
Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta didik.
1.3.7 Prinsip Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat
Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut
mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlak al-
karinah. Pembentukan itu membutuhkan waktu yang panjang, yaitu sepanjang hayat manusia.
Tidak hanya itu, Prinsip pendidikan islam paling tidak mengacu kepada lima Aspek:
1. Selalu mengacu kepada Al-Qur‟an dan Hadist
2. Selalu mengarah kepada dunia dan akhirat
3. Bersifat teoritis dan praktis
4. Sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia
5. Berorientasi pada hamlum Minallah Wa Hamlum Minannas
1.3 Landasan Pendidikan Islam
1.3.1 Al-Qur’an
Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-
Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan
yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut SYARI‟AH.
1.3.2 As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT. Yang
dimaksud dengan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketaui
Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah
merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an, Sunnah juga berisi
aqidah dan syari‟ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa.
1.3.3 Ijtihad
1.4 Ayat-ayat tarbawiyah
1.4.1 Surah al-Hajj ayat 41
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawakkal pada Allah.
1.4.2 Ar-Rahman ayat 1-4
(tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran, Dia menciptakan manusia,
Mengajarnya pandai berbicara.
Kaitannya dengan Subjek Pendidikan sebagai berikut:
1. Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati,
penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan
siapa saja (Kompetensi Personal)
2. Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi paedagogis yang baik sebagaimana
Allah mengajarkan al-Quran kepada Nabi-NYA
3. Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah
kebenaran/ ilmu dari Allah (Kompetensi Profesional)
4. Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan
mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang
memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana penjelasan AI-
Bayan.
1.4.3 Surah al-Kahfi ayat 66
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya:
1. Menuntun anak didiknya
2. Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu,
3. Mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui
bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
1.4.4 Surah asy-Syu‟ara: 214
dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih
kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan dan
pendidikan
1.4.5 Surat Ar-Rahman ayat 47-48
Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh
padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah (Al-Qur‟an) dan Sunnah
Nabi-Nya.”
َِ ّالر ْفقَ ِف ْي ْال َ ْه ِر ُك ِل
ّ ِ ُِّإ َّى هللاَ ي ُِحة
Sesungguhnya Allah mencintai berlaku lemah lembut dalam segala sesuatu.
2 Komponen utama pendidikan islam
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau
terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 4 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan,
2) peserta didik, 3) pendidik, 4) isi pendidikan dan 5) konteks yang mempengaruhi suasana
pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.
2.1 Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri identik dengan tujuan Islam sendiri.
Tujuan pendidikan Islam adalah memebentuk manusia yang berpribadi muslim kamil serta
berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah QS. Ali Imran ayat 102.
Mengenai tujuan pendidikan, menurut Klaus Mollenhaver yang memunculkan “Teori
Interaksi” menyatakan bahwa “di dalam pendidikan itu selalu ada (dijumpai) mengenai
masalah tujuan pendidikan”.
2.2 Peserta Didik
2.3 Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa
jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidikan sekolah saja.. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal
sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
2.3.1 Orang Dewasa
2.3.2 Orang Tua
2.3.3 Guru/Pendidik di Sekolah
2.3.4 Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
2.4 Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut
kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan
berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal
yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi
dengan bahan pendidikan.
2.5 Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan
Lingkungan Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.
Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak
membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan
berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis,
lingkungan sosial politis, lingkungan sosial.
2.6 Sarana
` Sarana atau media pendidikan berguna untuk membantu dalam proses pendidikan
sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan.
1.7 Metode
Metode dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah transfer nilai pendidikan oleh
pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu pemakaian metode dalam pendidikan Islam
mutlak dibutuhkan.
2.8 Sistem/Kurikulum
Sistem pembelajaran yang baik akan semakin menambah peluang untuk berhasilnya
sebuah pendidikan. Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Ilmu dan teori pendidikanteori dan prinsip belajar dan pembelajaran
Berikut ini akan dibahas mengenai teori -teori balajar dan pembelajaran:
3.1 Teori pendidikan
3.1.1 Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
3.1.2 Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif memandang bahwa proses belajar akan dapat nerjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh seseorang. Dengan kata lain teori belajar kognitif mengemukakan bahwa belajar
merupakan proses dimana seorang manusia yang memiliki otak dengan dilengkapi akal
pikirannya dapat memproses suatu pemahaman dan persepsi tentang suatu informasi.
3.1.3 Teori Belajar Sosial
Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis atas
stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar social dan moral terjadi melalui
peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu diharapkan akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang akan
dilakukannya.
3.1.4 Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Oleh sebab itu
teori humanisme lebih menekankan pada bagimana memahami persoalan manusia dari
berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Teori ini
Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 24 ayat 1
Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada perguruan
tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan.
Pasal 24 ayat 2
Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pasal 24 ayat 3
Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya
dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.
Pasal 24 ayat 4
Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 29 ayat 1
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen
atau lembaga pemerintah nondepartemen
Pasal 29 ayat 2
Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau
lembaga pemerintah non-departemen.
Pasal 29 ayat 3
Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
Pasal 29 ayat 4
Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 36 ayat 1
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 45 ayat 1
Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Pasal 45 ayat 2
Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 58 ayat 1
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Pasal 58 ayat 2
Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan.
4.3 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen
Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 10 ayat 1
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Pasal 10 ayat 2
Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11 ayat 1
Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan.
Pasal 11 ayat 2
Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 11 ayat 3
Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Pasal 11 ayat 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15 ayat 1
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain
berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan
yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas
dasar prestasi.
Pasal 15 ayat 2
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15 ayat 3
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
Pasal 19 ayat 1
Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) merupakan tambahan
kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi
putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
Pasal 19 ayat 2
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 19 ayat 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 24 ayat 1
Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik,
maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan satuan
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah.
Pasal 24 ayat 2
Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan menengah dan pendidikan khusus sesuai dengan kewenangan.
Pasal 24 ayat 3
Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan.
Pasal 24 ayat 4
Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib
memenuhi kebutuhan guru-tetap, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.
Pasal 42
Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan: menetapkan dan menegakkan kode etik
guru;memberikan bantuan hukum kepada guru;memberikan perlindungan profesi
guru;melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; danmemajukan pendidikan
nasional
Pasal 46 ayat 1
Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh melalui
pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.
Pasal 46 ayat 2
Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum: lulusan program magister untuk program
diploma atau program sarjana; danlulusan program doktor untuk program pascasarjana.
Pasal 46 ayat 3
Setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi dosen.
Pasal 46 ayat 4
Ketentuan lain mengenai kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dan keahlian dengan prestasi luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan
oleh masing-masing senat akademik satuan pendidikan tinggi.
Pasal 48 ayat 1
Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
Pasal 48 ayat 2
Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
Pasal 48 ayat 3
Persyaratan untuk menduduki jabatan akademik profesor harus memiliki kualifikasi
akademik doktor.
Pasal 48 ayat 4
Pengaturan kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen-tidak tetap ditetapkan oleh
setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 49 ayat 1
Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan tinggi yang
mempunyai kewenangan membimbing calon doktor.
Pasal 49 ayat 2
Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan
gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.
Pasal 49 ayat 3
Profesor yang memiliki karya ilmiah atau karya monumental lainnya yang sangat istimewa
dalam bidangnya dan mendapat pengakuan internasional dapat diangkat menjadi profesor
paripurna.
Pasal 49 ayat 4
Pengaturan lebih lanjut mengenai profesor paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Sejarah dan isu-isu pendidikan kontemporer
5.1 Sistem Pendidikan yang di Anut di Indonesia
Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional yang masih belum bisa
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di indonesia yang telah
dilaksanakan, diantaranya adalah sebagai berikut.
5.1.1 Sistem pendidikan yang berorietasi pada nilai
Sistem pendidikan ini diterapkan sejak SD. Disini peserta didik diberikan pengajaran
pengenai kejujuran, tenggang rasa, dan kedisiplinan. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran
Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan pada tingkat pendidikan menengah maupun
pendidikan tinggi.
5.1.2 Sistem pendidikan terbuka
Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik dituntut untuk dapat bersaing dengan
teman, berfikir kreatif dan inovatif.
dijalankan oleh Luqman kepada anaknya. Seperti diketahui, Luqman diberikan keutamaan
Allah berupa Hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar dan kemurnian fitrah.
1. Kaidah pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi dasar, yaitu penanaman
keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat
tauhid adalah focus utama pendidikannya.
2. Kaidah kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia
memerintahkan anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma‟ruf nahi munkar,
serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang
muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh ditinggalkan
selama masih berakal baik.
3. Kaidah ketiga adalah etika social. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab
yang luhur serta keutamaan-keutamaan adiluhung. Luqman menggambarkan hal itu untuk
putranya dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta
perintah untuk tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat dalam berjalan, dan
merendahkan suara.
Sebenarnya, pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya menjaga anak
keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal sempurna dan akhlak paripurna. Karena
itu, tanpa banyak diketahui, di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk mendapatkan
kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan belum terlahir. Apa
buktinya? Manhaj islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria dalam memilih pasangan
hidup adalah factor agama, bukan karena paras muka dan kekayaannya. Sebab, diyakini,
calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang baik tentu akan melahirkan anak-
anak yang juga baik.
Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik
dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan
satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam doa Rasulullah : “Ya Allah, ajarilah
aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah padaku ilmu yang bermanfaat”.
Dari doa tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah
kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah : “Iman itu bagaikan badan
yang masih polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah
ilmu.”
B. Kode Etik Profesi Guru
1.1 Pengertian Etik Guru
Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola
perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan
adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai
dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola
hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dsb
1.2 Pengertian Guru
3. Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,
C. Kurikulum
1. Penguasaan tentang kurikulum
Pengertian Kurikulum adalah kumpulan rencana, tujuan, materi pembelajaran, dan
bahkan cara mengajar yang digunakan sebagai pedoman oleh para pengajar demi tercapainya
tujuan akhir pembelajaran. Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata yang diambil dari
Bahasa Yunani yaitu curir yang berarti “pelari", serta curere yang artinya “tempat berpacu".
Istilah ini dahulunya digunakan dalam dunia olahraga. Jika ditinjau dari segi istilah, kata
kurikulum dapat diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari agar
dia bisa mendapatkan medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, hal tersebut diadaptasi ke
dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari atau
ditempuh oleh seorang peserta didik demi mendapatkan ijazah sebagai penghargaannya. Prof.
Dr. S. Nasution, M.A Dalam bukunya yang bertajuk Kurikulum dan Pengajaran, beliau
menyatakan bahwa kurikulum adalah serangkaian rencana yang disusun demi melancarkan
proses belajar-mengajar.
1.1 Fungsi Kurikulum
1.1.1 Fungsi Penyesuaian
Kurikulum memiliki sifat mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan yang cenderung dinamis.
1.1.2 Fungsi Integrasi
Kurikulum mampu menjadi alat pendidikan yang dapat membentuk pribadi-pribadi
yang utuh serta berintegritas di masyarakat.
1.1.3 Fungsi Diferensiasi
Kurikulum merupakan alat pendidikan yang memperhatikan pelayanan kepada setiap
peserta didik yang mana mereka memiliki perbedaan masing-masing yang patut untuk
dihargai.
1.1.4 Fungsi Persiapan
Sebagai alat pendidikan, kurikulum berfungsi untuk membantu mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menuju ke jenjang pendidikan berikutnya, serta siap untuk hidup
bermasyarakat apabila peserta didik tersebut tidak melanjutkan pendidikannya.
1.1.5 Fungsi Pemilihan
Kurikulum memfasilitasi para peserta didik dengan cara memberi mereka kesempatan
untuk memilih program belajar yang sesuai dengan minat serta bakatnya.
1.1.6 Fungsi Diagnostik
Kurikulum berfungsi untuk memahami dan mengarahkan potensi dari seorang peserta
didik agar dia dapat menggali terus potensinya dan memperbaiki kelemahannya. Sedangkan
untuk peserta didik, kurikulum berfungsi untuk membantu mereka agar dapat memahami
materi dan melaksanakan proses pembelajaran dengan mudah, sehingga target pembelajaran
dapat tercapai.
1.2 Tujuan Kurikulum
Tujuan utama kurikulum adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
menjadi pribadi serta warga negara yang kreatif, inovatif, beriman, dan juga afektif ketika dia
berada pada lingkungan masyarakat kelak. Selain itu, kurikulum juga bertujuan untuk
mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat berkontribusi secara positif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1.3 Komponen Kurikulum
1. Tujuan Kurikulum
2. Materi Kurikulum
3. Strategi Pembelajaran
4. Organisasi Kurikulum
5. Evaluasi
1.4 Konsep Kurikulum
1.4.1 Kurikulum Sebagai Substansi
Kurikulum dianggap sebagai suatu rencana kegiatan belajar yang dilakukan siswa di
sekolah. Kurikulum juga dianggap sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum
juga dapat diartikan sebagai suatu dokumen yang merumuskan tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar dan mengajar, jadwal, serta evaluasi.
1.4.2 Kurikulum Sebagai Sistem
Kurikulum adalah bagian dari sistem pendidikan. Sistem yang berlaku dalam
kurikulum terdiri dari struktur personalia dan prosedur kerja tentang cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, serta menyempurnakannya. Hasil dari sistem
tersebut adalah tersusunnya suatu kurikulum yang sesuai. Adapun fungsi dari sistem tersebut
adalah untuk memelihara kurikulum yang tengah atau akan diterapkan agar tetap dinamis.
1.4.3 Kurikulum Sebagai Bidang Studi
Kurikulum sebagai bidang studi memiliki tujuan untuk mengembangkan ilmu tentang
kurikulum beserta sistemnya.
1.5 Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Karena kurikulum bersifat dinamis, yaitu menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
tidak mengherankan jika kurikulum di Indonesia mengalami pergantian dari masa ke masa.
1. Kurikulum yang pertama di Indonesia disebut dengan Rentjana Pelajaran 1947 yang
menekankan pada pembentukan karakter masyarakat Indonesia sebagai manusia yang
merdeka dan berdaulat.
2. Kemudian, kurikulum tersebut disempurnakan oleh Rentjana Pelajaran Terurai 1952 yang
mulai menerapkan seorang guru mengajarkan satu mata pelajaran.
3. Pada tahun 1964, kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan dengan penekanan
pada program Pancawardhana (pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan, dan jasmani).
4. Pada tahun 1968, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan kembali yang
menekankan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
5. Pada tahun 1975, kurikulum yang baru pun menggantikan kurikulum 1968. Kurikulum
yang baru ini dikenal dengan sebutan satuan pelajaran yang maksudnya adalah rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum kembali mengalami pembaharuan di tahun 1984, 1994, 1999, 2004, 2006, dan
yang terakhir di tahun 2013. Kurikulum 2013 atau yang biasa dikenal dengan K13
menitik beratkan pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
2. Pemahaman tentang kerangka dasar kurikulum
2.1 Kerangka Dasar Kurikulum
2.1.1 Landasan Filosofis
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia
yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan
filosofi sebagai berikut.
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menajdikan kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta
didik.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuanintelektual, kemampuan berkomuni
kasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
2.1.2 Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atasteori “pendidikan berdasarkan , dan teori kur
ikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta
didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
2.1.3 Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
pembiasaaan berakhlak islami secara sederhana, untuk dapat dijadikan landasan perilaku
dalam kehidupan sehari – hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Mata
pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta
didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan
akhlak islam.
1.5 Keilmuan Fiqhi dan Pembeljaran di Madrasah
Dari pengertian diatas maka pembelajaran Fiqih adalah jalan yang dilakukan secara
sadar, terarah dan terancang mengenai hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan
perbuatan mukallaf baik bersifat ibadah maupun yang bertujuan agar anak didik mengetahui,
memahami serta melaksanakan ibadah sehari-hari.
1.5.5 Tujuan Dasar Pembelajaran Fiqih di Madrasah
Pembelajaran Fiqih merupakan bagian dari pendidikan agama Islam yang bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik dalam aspek hukum baik yang berupa ajaran ibadah maupun
muamalah sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
1.4.2 Fungsi Dasar Pembelajaran Fiqih
1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT.
sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia
peserta didik seoptimal mungkin.
3. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
4. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui melalui
ibadah dan muamalah.
5. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan di hadapinya
sehari-hari.
7. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
a. Ruang lingkup materi Fiqih
a) Kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari‟at dalam Islam.
b) Hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan
cara pengelolaannya.
c) Hikmah kurban dan akikah.
d) Ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah.
Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India sampai zaman kemunduran tiga
kerajaan ini (tahun 1700 M-1800 M).
5. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam pada abad modern atau zaman
kebangkitan (tahun 1800 M-sekarang) ditandai dengan lahirnya para tokoh
pembaharu Islam dengan segala macam bentuk pemikiran dan kontribusinya terhadap
perkembangan Islam.
6. Ruang lingkup tentang perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan proses
masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Islam di
Indonesia, lahirnya ulama-ulama di Indonesia, peranan walisongo dalam penyebaran
Islam dan sejarah berdirinya organisasi keIslaman seperti: a.) Muhammadiyah, dan b.)
Nahdatul Ulama (NU).
1.5.2 Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
1. Untuk menyelidiki dan mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh
Umat Islam terdahulu dalam lapangan peradaban.
2. Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam diberbagai negara, terutama
negara-negara Islam.
3. Untuk menggali dan meninjau kembali faktor-faktor apa yang menyebabkan
kemajuan Islam dalam lapangan peradaban dan faktor apa pula yang menyebabkan
kemundurannya, yang kemudian menjadi cermin bagi masa-masa sesudahnya.
4. Untuk mengetahui dan memperbandingkan antara peradabaan yang dijiwai oleh Islam
dengan peradaban yang lepas dari jiwa Islam, dan dari sini akan diketahui mana
peradaban Islam dan mana pula peradaban non Islam yang dicetuskan oleh hasil karya
umat Islam.
5. Dengan mempelajari sejarah peradaban Islam kita akan mengetahui sumbangan Islam
dan umat Islam dalam lapangan peradaban umat manusia di permukaan bumi ini.
1.7 Keilmuan PAI dan Pembelajarannya di Sekolah.
Pembicaraan tentang konsep dasar pendidikan islam ini mencangkup pengertian
istilah tarbiyah, ta‟lim, ta‟dib, dan pendidikan islam. Analisis term ini dimaksudkan untuk
mendapatkan konsep yang lebih tepat tentang pendidikan islam.
1.6.1 Tarbiyyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus bahasa arab, lafal
At-Tarbiyah berasal dari tiga kata:
1. Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.
2. Kedua, rabiya-yarba dengan wazan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti menjadi
besar.
3. Ketiga, rabba-yarubbu dengan wazan (bentuk) madda-yamuddu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara.
1.6.2 Ta’dib
Ta‟dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan
kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan
kekuasaan dan keagungan tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
1.6.3 Ta’lim
Ta‟lim berasal dari kata „allama yang berarti Proses transmisi ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Muhammad Nuquib al-attas
memberi makna at-ta‟lim sebagai proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara
mendasar.
1.6.3 Dasar – dasar pelaksanaan pendidikan agama islam
1. Segi yuridis / Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal.
2. Segi religious
Yang dimaksud dengan dasar religious adalah dasar yang bersumber dari ajaran islam.
Dasar pradigma pendidikan islam identik dengan dasar islam itu sendiri. Keduanya berasal
dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur‟an dan Al-hadis.
3. Segi psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.
1.6.4 Bentuk-Bentuk Pengajaran PAI
Seperti yang telah diuraikan di muka, bahwa perencanaan pengajaran khusus di
bidang Pendidikan Agama Islam ditetapkan sekarang dan dilaksanakan serta digunakan untuk
waktu yang akan datang. Dalam ilmu manajemen, perencanaan tersebut memiliki bentuk-
bentuk sebagai berikut:
1. Tujuan(objektif)
Merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan untuk
sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2. Kebijakan(policy)
Yaitu suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam mengambil
keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Karena kebijakan ini biasanya
tidak tertulis, maka seringkali sulit untuk difahami oleh para peserta didik.
3. Strategi
Merupakan tindakan penyesuaian dari rerncana yang telah dibuat. Disebabkan oleh
adanya berbagai macam reaksi. Oleh karena itu dalam membuat strategi haruslah
memperhatikan beberapa faktor seperti: ketepatan waktu mengajar, ketepatan tindakan yang
akan dilakukan dan sebagainya.
4. Prosedur
Merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu mendatang. Ini
lebih menitikberatkan pada suatu tindakan.
5. Aturan
Meruapakan suatu tindakan yang spesifik dan merupakan bagian dari prosedur.
6. Program
Yaitu campuran antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas yang disertai
dengan suatu anggaran; semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan.
1.6.5 Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. PAI Dengan Pendekatan Indisipliner dan Pembelajarannya
3. Membaca Teks Berbahasa Arab dan Ingris Tentang Pendidikan
SWT, para malaikat , kitab-kitab yang diwahyukan kepada para rasul, adanya hari kiamat,
dan adanya qodha dan Qodar serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok
keimanan.
2. Hukum-hukum
Hukum-hukum itu merupakan peraturan atau sistem yang disyari‟atkan oleh Allah
SWT untuk manusia,baik secara terperinci maupun pokok-pokoknya saja, kemudian
Rasulullah SAW yang memberi keterangan dan penjelasan hukum-hukum ini meliputi lima
bagian:
a. Bagian pertama ialah ibadah,
b. Bagian kedua hukum keluarga
c. Bagian ketiga hukum almuamalatul maliyah : hukum yang mengatur tentang ekonomi,
meliputi hukum jual beli, gadai, perburuhan, pertanian dan masalah-masalah yang
berada dalam lingkupnya.
d. Bagian keempat hukum pidana
e. Bagian kelima hukum-hukum ketatanegaraan
5.2.3 Tujuan Dakwah
3. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang
kuat. Berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari‟atkan Allah SWT dan
berakhlaq karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi
muslim secara tuntas, dari ujung rambut ke dua tumit telapak kakinya,sebagaimana
diperintahkan Allah SWT
4. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera yang penuh
dengan suasana ke-islaman. Suatu masyarakat dimana anggota-anggota mematuhi
peraturan-peraturan yang telah disyari‟atkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, saling bantu membantu,penuh
rasa persaudaraan, senasib sepenanggungan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam
sebagai berikut :
5. Tujuan untuk umat manusia ,yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan
kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan ekploitasi,
saling tolong-menolong dan hormat menghormati. Dengan demikian alam smesta ini
seluruhnya dapat menikmati islam sebagai rahmat bagi mereka .
5.3 Tatacara, syarat dan rukun khutbah
5.3.1 Syarat:
1. Orang yang melaksanakan khutbah harus laki-laki
2. Berdiri bagi yang mampu, jika tidak mampu berdiri maka boleh dengan duduk, bila
duduk tidak mampu maka boleh dengan tidur miring sebagaimana urutan dalam
melaksanakan shalat.
3. Duduk diantara dua khutbah. Lamanya duduk disyaratkan tidak sampai
memutus muwalah (berturut-turut) khutbah][l\, dan durasi yang paling utama adalah
setara waktu lamanya membaca surat al-Ikhlas.
4. Khatib dalam keadaan suci, baik badan maupun mimbarnya