HADITS
Pengertian Al-Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang
lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,
baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah
penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah
diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau
perbuatan, sedangkan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya,
dan atau melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga
dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang melakukan suatu
perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada
masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu
menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu
merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan
pada dua bentuk :
Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang
oleh Nabi. Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa
pelaku berketerusan melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang
itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan
tersebut boleh dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui
berketerusannya si pelaku itu melakukan perbuatan yang di benci dan
dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan
larangan sebelumnya.
Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak
diketahui pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan
hukumnya adalah meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena
seandainya perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia
mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi berbuat kesaahan ; sedangkan
Nabi terhindar bersifat terhindar dari kesalahan.
1. Kedudukan Hadits
Bahkan dalam tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa oang yang mentaati
Rasul berarti mentaati Allah, sebagaimana tersebut dalam surat An-Nisa :
80:
Dari ayat diatas jelaslah bahwa Hadits itu adalah juga wahyu. Bla wahyu
mempunyai kekuatan sebagai dalil hukum, maka hadits pun mempunyai
kekuatan hukum untuk dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum
ditentukan oleh dua segi: pertama, dari segi kebenaran materinya
dan keduadari segi kekuatan penunjukannya terhadap hukum. Dari segi
kebenaran materinya kekuatan hadits mengikuti kebenaran pemberitaannya
yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu: mutawatir,
masyhur, danahad sebagaimana dijelaskan diatas.
Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal
ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum
fiqh, maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya
sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan
fungsi senagai berikut :
“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda
Nabi yang artinya :
“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat.
Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an sangatlah
berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan hukum-
hukum dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya sebagaimana disebutkan di
atas. Allah SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk
diamalkan, karena dalam pengalaman itulah terletak tujuan yang digariskan.
Tetapi pengalaman hukum Allah diberi penjelasan oleh Nabi. Dengan
demikian bertujuan supaya hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam Al-
Qur’an secara sempurna dapat dilaksanakan oleh umat.