B. Judul Bahan Ajar : Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur`an C. Kegiatan Belajar : KB 4
D. Hasil Analisis Bahan Ajar
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR`AN
Dalam hukum Islam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah
al-Qur`an. Penetapan hadits sebagai sumber kedua iniditunjukan oleh tiga hal, yaitu al-Qur`an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul) Al-Quran menekankan bahwa RasulullahSAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS. 16:44) Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa AlQur`an hanya memberikan garisgaris besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Karena itu, keabsahan hadits sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima.
FUNGSI HADITS TERHADAP ALQUR`AN
Konsep (Beberapa 1 istilah dan definisi) Fungsi al-Hadits terhadap alQur`an yang paling pokok adalah sebagai di Bahan Ajar bayân, Pada QS 16:44 menunjukkan bahwa Rasul SAW bertugas memberikan penjelasan tentang kitab Allah. Penjelasan Rasul itulah yang dikategorikan kepada alhadîts. Umat manusia tidak akan bisa memahami al-Qur`ân tanpa melalui al-hadîts tersebut.
Contoh serta gambaran tentang bagaimana al-hadîts menjelaskan isi
al-Qur`ân: 1) Al-Qur`ân telah menghalalkan makanan yang baik-baik (Qs.5:1), dan megharamkan yang kotorkotor (Qs.7:156); tetapi di antara keduanya (di antara yang baikbaik dan yang kotor-kotor) itu ada terdapat beberapa hal yang tidak jelas atau syuhbat, yang samarsamar (tidak nyata baik dan tidak nyata buruknya). Oleh sebab itu, Rasul SAW yang menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk itu, dengan istilah halal dan haramnya. 2) Al-Qur`ân telah menghalalkan segala minuman yang tidak memabukan, dan mengharamkan segala minuman yang memabukkan. Di antara yang tidak memabukkan dan yang memabukkan ada beberapa macam minuman, yang sebenarnya tidak memabukkan, tetapi dikuatirkan kalau-kalau memabukkan juga.
Fungsi al-Hadits terhadap alQur`ân sebagai bayân itu difahami oleh
ulama dengan berbagai pemahaman, antara lain sebagai berikut: 1) Bayan Taqrir Bayân taqrir ialah al-Hadits yang berfungsi menetapkan, memantapkan, dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan alQur`ân, sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan lagi. 2) Bayan Tafsir Bayân tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci ayat yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang maknanya umum. ● Tafshîl- al-mujmal, Hadits yang berfungsi tafshîl- almujmal, ialah yang merinci ayat al-Qur`ân yang maknanya masih global. ● Tabyîn al-Musytarak Tabyîn al-Musytarak ialah menjelas kan ayat al-Qur`ân yang mengandung kata bermakna ganda. 3) Takhshish Al-’am Takhshîsh al-’âm ialah sunnah yang mengkhususkan atau mengecualikan ayat yang bermakna umum. 4) Bayan Tabdilla Bayân Tabdîl ialah mengganti hukum yang telah lewat keberlakuannya. Dalam istilah lain dikenal dengan nama nâsih wa al- mansûh. Banyak ulama yang berbeda pendapat tentang keberadaan hadits atau sunnah men-tabdil al-Qur`ân. Namun pada dasarnya bukan berbeda dalam menyimpulkan hukum, melainkan hanya terletak pada penetapan istilahnya saja.
Fungsi hadist terhadap al-Quran adalah sebagai bayan dan muhaqiq
(penjelas dan penguat) bagi al Quran. Karena hukum merupakan produk hadits yang tidak ditunjukan oleh al-Qur’an secara langsung. Oleh karena itu, hadits berperan sebagai penjelas dan penguat al-Qur’an seperti larangan-larangan secara tidak langsung antara lain memadu perempuan dengan bibinya dari pihak ibu, haram memakai cincin emas, dan kain sutra bagi laki-laki. Hadits adalah sumber hukum islam yang kedua setelah Al-quran. Hadits berfungsi sebagai penjelas, penguat atau menetapkan hukum yang belum ada ketentuan hukumnya di dalam Al-Qur’an. Namun ada beberapa kelompok umat Islam yang tidak mau menggunakan hadits sebagai sumber hukum. Maka dari itu ada beberapa hal produk hukum yang berbeda Kontekstualisasi dengan kebanyakan umat muslim. Diantaranya adalah mereka materi dalam menghalalkan daging anjing. Mereka beralasan keharaman daging anjing 2 bahan ajar dengan tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an. realitas sosial Padahal pengharaman daging anjing itu sumbernya adalah dari Al-Quran juga, meskipun tidak secara langsung, yaitu al-Quran menyuruh kita untuk memakan makanan yang halal dan baik (al-Baqarah : 168). Yang thayyib inilah yang dijadikan dalil pengharaman anjing untuk dikonsumsi. Bisa karena jijik, pemakan kotoran, rawan terkena penyakit rabies dan lain sebagainya.
Sebagai guru, yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin memberikan
pemahaman kepada murid bahwa fungsi hadits adalah sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, takhsis al amm dan bayan tabdilla. Refleksikan hasil Hadist adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Makanya kontekstualisasi posisinya amatlah kuat sebagai dasar atau dalil dalam penetapan hukum materi bahan ajar 3 Islam. dalam Jangan sampai murid salah dalam memahami fungsi hadits. Hadits tak akan pembelajaran bertentangan dengan Al-Quran karena fungsi hadits sebagai bayan taqrir bermakna dan bayan tafsir. Hadits menjelaskan, menerangkan, menegaskan, mengkhususkan hukum yang sudah ada di dalam al-Qur’an.