Anda di halaman 1dari 3

PENDALAMAN MATERI

(LEMBAR KERJA ANALISIS BAHAN AJAR)

A. Nama : Muhammad Taufik


B. Judul Bahan Ajar : Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur`an
C. Kegiatan Belajar : KB 4

D. Hasil Analisis Bahan Ajar

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR`AN

Dalam hukum Islam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah


al-Qur`an. Penetapan hadits sebagai sumber kedua iniditunjukan oleh
tiga hal, yaitu al-Qur`an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika
akal sehat (ma`qul)
Al-Quran menekankan bahwa RasulullahSAW berfungsi menjelaskan
maksud firman-firman Allah (QS. 16:44)
Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan
kenyataan bahwa AlQur`an hanya memberikan garisgaris besar dan
petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut
untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Karena itu,
keabsahan hadits sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima.

FUNGSI HADITS TERHADAP ALQUR`AN


Konsep (Beberapa
1 istilah dan definisi) Fungsi al-Hadits terhadap alQur`an yang paling pokok adalah sebagai
di Bahan Ajar bayân,
Pada QS 16:44 menunjukkan bahwa Rasul SAW bertugas memberikan
penjelasan tentang kitab Allah. Penjelasan Rasul itulah yang
dikategorikan kepada alhadîts. Umat manusia tidak akan bisa
memahami al-Qur`ân tanpa melalui al-hadîts tersebut.

Contoh serta gambaran tentang bagaimana al-hadîts menjelaskan isi


al-Qur`ân:
1) Al-Qur`ân telah menghalalkan makanan yang baik-baik (Qs.5:1),
dan megharamkan yang kotorkotor (Qs.7:156); tetapi di antara
keduanya (di antara yang baikbaik dan yang kotor-kotor) itu ada
terdapat beberapa hal yang tidak jelas atau syuhbat, yang
samarsamar (tidak nyata baik dan tidak nyata buruknya). Oleh
sebab itu, Rasul SAW yang menetapkan mana yang baik dan
mana yang buruk itu, dengan istilah halal dan haramnya.
2) Al-Qur`ân telah menghalalkan segala minuman yang tidak
memabukan, dan mengharamkan segala minuman yang
memabukkan. Di antara yang tidak memabukkan dan yang
memabukkan ada beberapa macam minuman, yang sebenarnya
tidak memabukkan, tetapi dikuatirkan kalau-kalau memabukkan
juga.

Fungsi al-Hadits terhadap alQur`ân sebagai bayân itu difahami oleh


ulama dengan berbagai pemahaman, antara lain sebagai berikut:
1) Bayan Taqrir
Bayân taqrir ialah al-Hadits yang berfungsi menetapkan,
memantapkan, dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan
alQur`ân, sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan lagi.
2) Bayan Tafsir
Bayân tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci
ayat yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang
maknanya umum.
● Tafshîl- al-mujmal,
Hadits yang berfungsi tafshîl- almujmal, ialah yang
merinci ayat al-Qur`ân yang maknanya masih global.
● Tabyîn al-Musytarak
Tabyîn al-Musytarak ialah menjelas kan ayat al-Qur`ân
yang mengandung kata bermakna ganda.
3) Takhshish Al-’am
Takhshîsh al-’âm ialah sunnah yang mengkhususkan atau
mengecualikan ayat yang bermakna umum.
4) Bayan Tabdilla
Bayân Tabdîl ialah mengganti hukum yang telah lewat
keberlakuannya. Dalam istilah lain dikenal dengan nama nâsih
wa al- mansûh. Banyak ulama yang berbeda pendapat tentang
keberadaan hadits atau sunnah men-tabdil al-Qur`ân. Namun
pada dasarnya bukan berbeda dalam menyimpulkan hukum,
melainkan hanya terletak pada penetapan istilahnya saja.

Fungsi hadist terhadap al-Quran adalah sebagai bayan dan muhaqiq


(penjelas dan penguat) bagi al Quran. Karena hukum merupakan
produk hadits yang tidak ditunjukan oleh al-Qur’an secara langsung.
Oleh karena itu, hadits berperan sebagai penjelas dan penguat al-Qur’an
seperti larangan-larangan secara tidak langsung antara lain memadu
perempuan dengan bibinya dari pihak ibu, haram memakai cincin emas,
dan kain sutra bagi laki-laki.
Hadits adalah sumber hukum islam yang kedua setelah Al-quran. Hadits
berfungsi sebagai penjelas, penguat atau menetapkan hukum yang belum
ada ketentuan hukumnya di dalam Al-Qur’an. Namun ada beberapa
kelompok umat Islam yang tidak mau menggunakan hadits sebagai sumber
hukum. Maka dari itu ada beberapa hal produk hukum yang berbeda
Kontekstualisasi dengan kebanyakan umat muslim. Diantaranya adalah mereka
materi dalam menghalalkan daging anjing. Mereka beralasan keharaman daging anjing
2
bahan ajar dengan tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an.
realitas sosial Padahal pengharaman daging anjing itu sumbernya adalah dari Al-Quran
juga, meskipun tidak secara langsung, yaitu al-Quran menyuruh kita untuk
memakan makanan yang halal dan baik (al-Baqarah : 168). Yang thayyib
inilah yang dijadikan dalil pengharaman anjing untuk dikonsumsi. Bisa
karena jijik, pemakan kotoran, rawan terkena penyakit rabies dan lain
sebagainya.

Sebagai guru, yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin memberikan


pemahaman kepada murid bahwa fungsi hadits adalah sebagai bayan taqrir,
bayan tafsir, takhsis al amm dan bayan tabdilla.
Refleksikan hasil
Hadist adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Makanya
kontekstualisasi
posisinya amatlah kuat sebagai dasar atau dalil dalam penetapan hukum
materi bahan ajar
3 Islam.
dalam
Jangan sampai murid salah dalam memahami fungsi hadits. Hadits tak akan
pembelajaran
bertentangan dengan Al-Quran karena fungsi hadits sebagai bayan taqrir
bermakna
dan bayan tafsir. Hadits menjelaskan, menerangkan, menegaskan,
mengkhususkan hukum yang sudah ada di dalam al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai