Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama : Usep Budi Rohmana


B. Judul Modul : Makna Filosofis Materi Al-Qur'an Hadis
C. Kegiatan Belajar : Pendekatan Historis Sosiologis Dalam Kajian
Al-Qur’an (KB.2)

D. Refleksi : Setelah membaca, menela’ah dan mempelajari materi


Kegiatan belajar (KB.2) di modul Al-Qur’an Hadits ini, banyak ilmu dan wawasan
baru yang saya dapatkan. Pada KB.2 ini membahas tentang pengertian, konsep
dasar historis, pengertian dan konsep dasar sosiologis dalam kajian al-Qur’an,
biografi dan setting sosio kultural kehidupan Fazlur Rahman, konsep dan
pewahyuan al-Qur’an serta penerapan Fazlur Rahman terhadap ayat poligami dan
perbudakan. Menurut saya materi tentang ulum Hadits dan struktur hadits yang
patut untuk diketahui dan dipahami oleh peserta didik, supaya peserta didik
mendapatkan informasi dan pengetahuan yang akan menjadi bahan renungan
bagi mereka.

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


A. Pendekatan Historis

1. Pengertian Historis
Historis atau sejarah adalah suatu ilmu yang membahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar
belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Belajar sejarah sangat
penting, dikarenakan 4 hal, yaitu : (1) Kewajiban muslimin
meneladani Rasulullah Saw, (2) Sebagai alat menfsirkan dan
memahami Al-Qur'an, (3) Sebagai alat ukur sanad dan (4) Untu
merekam peristiwa penting baik pra maupun pasca Islam.
Sejarah, sebagai ilmu sosial, mempelajari perilaku manusia dari
masa ke masa dengan fokus pada waktu, individualitas, dan
Konsep (Beberapa istilah
1 perkembangan. Setiap individu adalah hasil masa lalu dan
dan definisi) di KB
mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, pendidikan, ekonomi,
dan politik. Pendekatan sejarah membantu melacak ideologi dan
pengaruh eksternal pada tindakan individu. Dengan memperhatikan
waktu, individualitas, dan perkembangan, pendekatan sejarah
memahami lahirnya ide-ide tokoh dan pengaruh dorongan internal
serta tekanan eksternal pada tindakan mereka.

2. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an


Al-Qur’an adalah wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw yang tidak bisa menulis apalagi membaca tulisan,
beliau adalah Nabi Muhammad Saw. Pengumpulan al-Qur’an (Jami’
al-Qur'an) oleh para ulama adalah salah satu dari dua pengertian
berikut: Pertama, Pengumpulan dalam arti hafazhahu
(menghafalnya dalam hati). Kedua, pengumpulan dalam arti
Kitabuhu Kullihi (penulisan al-Qur’an semuannya) baik dengan
memisahkan-misahkan ayat-ayat dan surat-suratnya.
a. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Rasulullah saw
Kodifikasi al-Qur'an dimulai sejak zaman Rasulullah, di mana
Nabi membacakannya di hadapan para sahabat dan
mengajarkannya. Setiap tahun, malaikat Jibril memeriksa
bacaan Nabi dan Nabi juga mengontrol bacaan sahabat.
Banyak sahabat yang menghafal al-Qur'an, termasuk Abu
Bakar, Umar, Usman, Ali, Aisyah, dan lainnya. Sahabat juga
menjadi juru tulis wahyu, termasuk Abu Bakar, Umar, Usman,
Ali, dan beberapa lainnya.

b. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Khalifah Abu Bakar


Abu Bakar memimpin pasukan melawan pemberontak Arab,
termasuk dalam Peperangan Yamamah. Umar menyarankan
pengumpulan dan penulisan Al-Qur'an untuk menjaga
keasliannya. Abu Bakar awalnya menolak, tetapi akhirnya
setuju dan menugaskan Zaid bin Tsabit. Zaid bekerja dengan
teliti, menggunakan hafalan dan tulisan para sahabat. Al-Qur'an
dikumpulkan, disusun sesuai petunjuk Rasulullah, dan diikat
menjadi satu mushhaf. Mushhaf ini dijaga oleh Abu Bakar.

c. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Khalifah Usman bin Affan


Pada masa Usman, Islam telah menyebar luas, dan setiap
kampung memiliki pengajar Al-Qur'an yang menggunakan
qiraah (cara membaca) berbeda. Perbedaan ini menyebabkan
pertentangan dan perpecahan di antara mereka. Selain itu,
terjadi perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an karena Rasulullah
memberikan kelonggaran kepada qabilah-qabilah Islam untuk
membaca sesuai dengan dialek mereka. Untuk mengatasi
perpecahan ini, Usman memilih empat sahabat terpercaya
untuk membukukan Al-Qur'an. Tugas mereka adalah menyalin
ayat-ayat Al-Qur'an dari lembaran-lembaran yang ada,
sehingga terciptalah mushhaf yang menjadi standar bagi umat
Islam.

B. Pendekatan Sosiologis

1. Pengertian Sosiologis
Auguste Comte merupakan pendiri sosiologi yang memasukkan
disiplin ini dalam klasifikasi ilmu. Sosiologi Comte berfokus pada
aspek sosial manusia yang dapat diamati secara positivistik. Emile
Durkheim mengembangkan pemikiran evolusioner tentang
masyarakat manusia dan menekankan fungsi agama dalam
menjaga solidaritas sosial. Karl Marx menyatakan bahwa agama
adalah produk sosial yang membius masyarakat dan tidak
diperlukan dalam masyarakat modern. Max Weber menekankan
bahwa agama bukan hanya produk sosial, tetapi juga sumber ide
yang dapat memiliki pengaruh independen terhadap dunia sosial.
2. Konsep Dasar Pendekatan Sosiologi
Ada 4 asumsi dasar dari perspektif sosiologi, diantaranya :
a. Evolusionisme, menitikberatkan kepada perubahan dan
perkembangan yang muncul.
b. Interaksionisme, interaksi antar individu dan kelompok dengan
simbol atau isyarat tertentu.
c. Fungsionalisme, adanya jaringan kerjasama yang harmonis.
d. Konflik, kerjasama dikarenakan kekuatan kelompok atau kelas
yang dominan.

C. Pendekatan Historis-Sosiologis dalam Studi Al-Qur’an:


Telaah Pemikiran Fazlur Rahman

1. Biografi

Fazlur Rahman lahir tanggal 21 September 1919 di wilayah Hazara.


Fazlur Rahman, atau lebih dikenal dengan nama panggilan
Rahman, lahir dalam keluarga yang kental dengan nilai-nilai agama.
Ia mendapatkan pendidikan agama yang intens dari kedua orang
tuanya dan mampu menghafal al-Qur'an pada usia sepuluh tahun.
Selain itu, ia juga mendapatkan didikan dalam bidang tafsir, hadis,
dan fiqh dari ayahnya. Rahman melanjutkan pendidikan formalnya
di Seminari Deoband India dan kemudian di Universitas Punjab
Lahore, di mana ia meraih gelar sarjana dan gelar magister. Pada
tahun 1951, ia memperoleh gelar Ph.D. di bidang filsafat Islam dari
Oxford University dengan disertasinya tentang Filsafat Ibnu Sina.
Pada tahun 1962, Rahman dipilih oleh Presiden Pakistan sebagai
direktur Institut Riset Islam dan menjadi profesor tamu di institut
tersebut. Dia juga menjadi anggota Advisory Council of Islamic
Ideology pemerintah Pakistan. Dalam peran ini, dia aktif terlibat
dalam upaya untuk menafsirkan kembali Islam sesuai dengan
tantangan dan kebutuhan masa kini, dan mengusulkan ide-ide
pembaruan yang kontroversial di kalangan ulama Pakistan. Akibat
tantangan keras dari ulama konservatif, Rahman akhirnya
memutuskan untuk meninggalkan Pakistan dan kembali ke Barat
untuk menikmati kebebasan intelektual.
Di Barat, Rahman menjadi profesor di University of California, Los
Angeles, dan kemudian di University of Chicago. Pada tahun 1986,
ia dianugerahi gelar Harold H. Swift Distinguished Professor di
University of Chicago. Rahman wafat pada tahun 1988 akibat
serangan jantung. Selama hidupnya, ia telah menghasilkan
beberapa karya monumental dalam berbagai bidang, termasuk
psikologi Avicenna, kenabian dalam Islam, metodologi Islam dalam
sejarah, filsafat Mulla Sadra, tema-tema utama dalam al-Qur'an,
Islam dan modernitas, dan masih banyak lagi.

2. Setting Sosio-Kultural Fazlur Rahman

a. Al-Qur’an dan Pewahyuannya


Menurut Rahman, al-Qur'an terdiri dari 114 bab atau surat yang
memiliki panjang yang bervariasi. Surat-surat awal, yang disebut
surat-surat makkiyah, merupakan surat-surat yang paling pendek,
sedangkan surat-surat yang makin lama diturunkan, yang disebut
surat-surat madaniyah, semakin panjang. Ayat-ayat awal memiliki
momen psikologis yang kuat dan ledakan yang singkat, tetapi
seiring waktu, gaya ayat-ayat tersebut menjadi lebih tenang dan
lancar. Tugas ayat-ayat ini juga mengalami perubahan, dari
dorongan moral dan seruan religius menjadi penyusunan tata
kemasyarakatan yang aktual.
Gagasan Rahman tentang proses pewahyuan kreatif yang unik dan
kontroversial menuai gugatan dan protes. Ia berpendapat bahwa
meskipun al-Qur'an adalah firman Allah, secara harfiah semua kata-
kata tersebut juga berasal dari Muhammad. Rahman mendasarkan
argumennya pada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa wahyu
diterima secara spiritual melalui hati Nabi. Ia menolak pandangan
bahwa Jibril hanya sebagai perantara fisik. Rahman juga
menganggap al-Qur'an sebagai buku prinsip dan seruan moral,
bukan dokumen hukum. Contohnya, larangan mengonsumsi
alkohol tidak muncul secara langsung, tetapi dengan penekanan
pada bahaya dan pengaruh negatifnya.

b. Double Movement: Menafsirkan Al-Qur’an Secara Historis


Sosiologis
Fazlur Rahman mengatakan bahwa al-Qur’an seperti gunung es
yang mengapung, hanya sepersepuluh bagiannya sajalah yang
terlihat, sedangkan sembilan persepuluhnya terendam dalam lautan
sejarah. Fazlur Rahman mengusulkan pendekatan historis
sosiologis dalam memahami al-Qur'an. Dia menekankan
pentingnya menggunakan pendekatan historis yang serius dan jujur
untuk menemukan makna teks al-Qur'an. Rahman membedakan
antara ketetapan legal al-Qur'an dan tujuan moralnya, serta
pentingnya memahami sasaran-sasaran al-Qur'an dengan
memperhatikan latar belakang sosiologisnya.
Ia mengkritik penulis tafsir yang cenderung memahami al-Qur'an
secara literal dan terfragmentasi. Rahman menyajikan metode
penafsiran yang menghubungkan situasi masa sekarang dengan
masa al-Qur'an diturunkan, dengan progresivitas pewahyuan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman terhadap ayat-ayat spesifik
dalam konteks historis, serta menggeneralisasikan tujuan moral-
sosial umum dari ayat-ayat tersebut.

c. Terapan Pendekatan Rahman Atas ayat Poligami dan


Perbudakan
Reformasi al-Qur'an yang penting adalah terkait poligami dan
perbudakan.
1) Al-Qur'an meningkatkan kedudukan perempuan dan mengatur
poligami secara ketat dengan batasan empat istri. Poligami sulit
dilakukan karena persyaratan yang ketat dan tujuan Islam
sebenarnya adalah monogami.
2) Terkait perbudakan, al-Qur'an menerima lembaga perbudakan
sebagai solusi pada masa itu. Meski demikian, upaya moral dan
hukum dilakukan untuk membebaskan budak-budak dan
menghilangkan perbudakan sepenuhnya. Al-Qur'an mendorong
pembebasan budak sebagai jalan naik yang harus ditempuh
manusia. Fenomena perbudakan yang melembaga dalam
budaya Arab pra-Islam terjadi melalui peperangan dan penawan
suku. Islam menangani masalah perbudakan secara persuasif,
mengedepankan pembebasan budak, dan memiliki tujuan
menghilangkan perbudakan sepenuhnya.

Materi yang mungkin sulit dipahami oleh siswa madrasah aliyah


Daftar materi pada KB
2 adalah "Double Movement: Menafsirkan Al-Qur'an Secara Historis
yang sulit dipahami
Sosiologis".

Beberapa materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam


pembelajaran adalah:
Daftar materi yang sering 1. Al-Qur'an sebagai dokumen hokum
3 mengalami miskonsepsi 2. Wahyu hanya melalui perantara Jibril secara fisik,
dalam pembelajaran 3. Poligami tanpa batasan,
4. Al-Qur'an mendukung perbudakan tanpa usaha untuk
menghapusnya sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai