Anda di halaman 1dari 34

PAPER

DASAR KONTRUKSI POLA BUSANA


Dosen Pengampu :
Ria maisalinia,S.Pd.,M.Sc

Disusun oleh
Salwa Maulidia Munjidha
NPM : 231102040797

UNIVERSITAS IBN KHALDUN


Jl.Sholeh Iskandar RT.01/RW.10 Kedungbadak,Kec.Tanah Sereal,Kota
Bogor,Provinsi Jawa Barat 16162
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah nya, sehingga saya bisa menyelesaikan paper "Dasar Kontruksi Pola Busana"
tepat pada waktunya. Penyelesaian tugas ini saya buat berdasarkan materi yang telah
disampaikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Dasar Kontruksi Pola Busana
Dalam sebuah penyusunan tugas paper ini, tidak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Ria Maisalinia. S.pd,M.Sc. selaku dosen Mata kuliah Teknik Menjahit Lanjutan.
2. Orang tua saya yang telah memberikan doa, motivasi dan semangat kepada saya.
3. Kakak saya yang senantiasa membantu dalam penyelesaian tugas paper ini

Saya menyadari bahwa tugas yang saya buat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu,saya harap kritik dan saran yang dapat membantu untuk menyempurnakan
tugas paper saya. Saya berharap tugas paper ini bermanfaat bagi saya untuk
kedepannya.

Bogor,09 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


BAB II PENGUKURAN2
BAB III POLA DASAR BADAN DAN LENGAN POLA
BAB IV POLA DASAR ROK, ROK SEMI SPAN, DAN ROK SPAN
BAB V PECAH POLA KUPNAT .................................................................
BAB VI PENGEMBANGAN POLA LENGAN
BAB VII GARIS LEHER
BAB VIII POLA KERAH
BAB IX PENUTUP

LEMBAR PENILAIAN
BAB I
PENDAHULUAN

Dasar Kontruksi Pola Busana adalah suatu busana bentuk yang dibuat berdasarkan
ukuran badan seseorang yang akan digunakan sebagai pedoman membuat pola busana.
Dasar Kontruksi Pola Busana juga merupakan salah satu mata kuliah yang
dipelajari teknik pola sehingga dapat menghasilkan sebuah pola busana yang baik untuk
membuat sebuah busana/pakaian.
Pola mata kuliah Dasar Kontruksi Pola Busana ini yang dipelajari yaitu;
1. Pengukuran
2. Pola dasar badan dan lengan
3. Pola dasar rok,rok semi span,dan rok span
4. Pecah pola kupnat
5. Pengembangan pola lengan
6. Garis leher
7. Pola kerah
BAB II
PENGUKURAN

Secara umum, pengukuran adalah kegiatan untuk menentukan kuantitas atau


mendeskripsikan suatu tingkatan dari objek yang akan diukur menurut kriteria tertentu.
Kesalahan dalam hasil pengukuran haruslah sekecil mungkin. Hal ini berkaitan dengan
kehandalan alat ukur yang digunakan. Alat ukur yang baik dan handal memberi hasil
yang konstan bila digunakan berulang, asalkan kemampuan yang diukur tidak berubah
(Mardapi, 2008). Jadi dalam melakukan suatu pengukuran harus meminimalkan tingkat
kesalahan sekecil mungkin agar pengukuran yang dilakukan dapat memberikan hasil
yang baik.

Cara mengaambil ukuran badan wanita :


Ikatlah seutus tali ban (petar ban) atau ban elastik kecil pada pinggang sebagai
batas badan atas dan bawah.

1) Lingkar Leher (L.L)

Diukur sekeliling batas leher,dengan meletakan jari telunjuk dilekuk leher.

2) Lingkar Badan (L.B)

Diukur sekeliling badan atas yang terbesar melalui puncak dada,ketiak letak
sentimeter pada badan belakang harus datar dari ketiak sampai ketiak. Diukur pas
dahulu,kemudian ditambah 4cm atau diselakan 4 jari
3) Lingkar Pinggang (L.P)

Diukur sekeliling pinggang pas dahulu,kemudian ditambah 1cm atau


diselakan 1 jari. Untuk pinggang ban rok dan slack boleh dikurangi 1cm

4) Lingkar panggul (L.P)

Diukur sekeliling badan bawah yang terbesar + 2cm sebelah atas puncak
pantat dengan sentimeter datar.Diukur pas dahulu kemudian ditambah 4cm atau 4
jari.

5) Tinggi panggul (T.Pa)

Diukur dari bawah ban petar pinggang sampai dibawah ban sentimeter di panggul
6) Panjang Punggung (P.P)

Diukur dari tulang leher yang nonjol di tengah belakang lurus kebawah
sampai dibawah ban petar pinggang.

7) Lebar Punggung (L.P)

Diukur 9cm dibawah tulang leher nonjol atau pertengahan jarak bahu
terendah dan ketiak dari batas lengan kiri sampai batas lengan yang kanan

8) Panjang Sisi (P.S)

Diukur dari ketiak kebawah ban petar pinggang dikurangi 2 a 3cm

9) Lebar Muka (L.M)

Diukur pada 5cm dibawah lekuk leher atau pertengahan jarak bahu terendah
dan ketiak dari batas lengan yang kanan sampai batas lengan yang kiri
10) Panjang Muka (P.M)

Diukur dari lekuk leher tengah muka kebawah sampai dibawah petar
pinggang.

11) Tinggi Dada (T.D)

Diukur dari bawah ban petar pinggang tegak lurus keatas sampai di puncak
belah dada

12) Panjang Bahu (P.B)

Diukur pada jurusan di belakang daun telinga dari batas leher kepuncak
lengan atau bahu yang terendah.
BAB III
POLA DASAR BADAN DAN LENGAN POLA

Pola meyneke adalah salah satu jenis pola dasar kontruksi datar yang mempunyai
lebih dari satu kupnat yaitu kupnat bahu depan dan belakang serta pinggang
Ukuran pola badan meyneke :
1. Lingkar Badan : 92
2. Lingkar Leher : 36
3. Panjang Bahu : 12
4. Panjang Sisi : 16
5. Lingkar Pinggang : 70
6. Tinggi Dada : 17
7. Panjang Punggung : 37
8. Panjang Muka : 32
9. Lebar Punggung : 33
10. Lebar Muka : 32

Keterangan Pola Meyneke Bagian Depan :


• A-B : ¼ lingkar badan + 1 cm atau 2 cm : 25 cm
• A-D : Panjang Muka : 32 cm
• D-E : 1/6 lingkar leher + 2,5 cm : 8,5 cm
• E-F : 1/6 lingkar leher + 0,5 cm : 6,5 cm
• G-H 1/3 panjang bahu + 1cm (Tarik garis datar dari H (garis pertolongan) : 5 cm
• F-L : Panjang Bahu (L titik diisi, terusan F.L) : 5 cm
• F-K : ½ panjang bahu – 1 cm
• L1-L2 : ½ panjang bahu + 1cm : 6 cm
• B-B1 : Panjang Sisi : 16 cm
• B-M1 masuk 3 cm
• A-A1 1/10 Lingkar Pinggang 7,0 cm
• M1-M ¼ lingkar pinggang + 1 atau 2cm – (A-A1) 19,5 cm
• Tarik garis dari K-A1
• A-C tinggi dada, C-C1 turun 2cm, C-C2 naik 2cm
• Hubungkan titik C1-M



• C2-K = C2-L • C2-O = C2-O

• C2-O1 : ambil garis pertolongan siku

• O1-D2 : ½ lebar muka – (D1-O)

Keterangan Pola Meyneke Bagian Belakang :

• B-C : ½ lingkar badan - 1 atau 2cm : 21cm

• C-N : panjang punggung : 37cm

• N-N1 : 1/6 lingkar leher :6cm

• N1-O : naik 1cm

• G1-H2 : ¼ G1-N -1cm (Tarik garis datar (garis pertolongan)

• C-C1 : 1/10 lingkar pinggang – 1cm (Tarik garis C1 ke O1) : 6cm

• B-B1 : panjang sisi

• B-R : masuk 3cm

• R-R1 : ¼ lingkar pinggang – 1 atau 2cm – (C-C1)

• Q-Q1 : ½ lebar punggung (Tarik garis pertolongan ke atas)

• Tarik garis bantu O-P

• O-O1 : ½ panjang bahu – 1cm

• O1-P1 : 1cm turun 7cm

• P-P1 : ½ panjang bahu + 1cm

Keterangan Pola Lengan


Menggambar pola lengan dimulai dai titik A yang merupakan puncak lengan.

A - B = panjang lengan.

A - C = ukuran tinggi puncak lengan, buat garis sampai ke titik D dan E, setelah diukur
dari titik A ½ lingkar kerung lengan yang ukurannya bertemu dengan garis dari tititk C.

Buat garis putus-putus (garis bantu) dari A ke D dan dari A ke E.

Garis bantu dari A ke D dan A ke E dibagi tiga. 1/3 dari A ke D

diberi titik A1 dan dari A ke E dinamakan titik A2.

A1 - A4 = A2 - A3 = 1,5 cm.

Titik D1 = 1/3 D - A

D ke D1 dibagi dua dinamakan titik D2.

D2 - D3 = 0,5 cm.

Hubungkan A dengan A4 dengan D1, D3 dan D seperti gambar (lingkar kerung lengan
bagian muka).

Hubungkan A dengan A3 dan E seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian


belakang).

G - G1 = E1 - E2 = 1,5 cm.

Hubungkan E dengan E2 (sisi lengan bagian belakang), dan D dengan G seperti gambar
(sisi lengan bagian muka)

HASIL PRESENTASI

POLA DASAR PRAKTIS


Ukuran Pola Dasar (M)

 Lingkar Badan 96
 Lingkar Pinggang 72
 Panjang Muka 34
 Lebar Muka 34
 Tinggi Dada 14
 Panjang Sisi 18
 Pajang Punggung 38
 Lebar Punggung 36
 Lebar Bahu 13

1.1 Keterangan Pola Badan Bagian Muka

A – B = 8 Cm

B – C = Panjang Muka

C – D = Panjang Sisi

B–F = Turun 5 Cm

A–E = 7 Cm

E–B = Hubungkan melingkar

E – E1 = Panjang Bahu

F – F1 = 1/2 Lebar Muka

D – D1 = 1/4 Lingakar badan+1

C – C1 = 1/4 Lingkar pinggang+3+1

C–G = 1/2 C – C1
G – G1 = Naik 12 cm

G – G1 – G2 = 1Cm

1.2 Keterangan Pola Bagian Belakang

G – H = 1 Cm

H–I = Panjang Punggung

I –J = Panjang Sisi

J – J1 = ¼ Lingkar Badan – 1 Cm

I – II = ¼ Lingkar Pinggang – 1 Cm + 3 Cm (Kup)

G – K = 6 Cm

G – H1 = 3 Cm

K – K1 = Panjang Bahu

H–L = 11 Cm

L – L1 = ½ Lebar Punggung

I – I2 = ½ Jarak Dada

I2 – I3 = 13 a 15 Cm

1.3 Ukuran Yang Diperlukan

1) Lingkar kerung lengan = 40cm (diukur dari pola badan)


2) Tinggi puncak lengan = 12 cm
3) Panjang lengan = 25 cm
Prosedur Pembuatan Pola Dasar Wanita Sistem Porrie

Ukuran Pola Dasar

 L. BADAN = 92
 L. PINGGANG = 70
 L. LEHER = 36
 P. MUKA = 32
 L. MUKA = 32
 P. BAHU = 12

Keterangan:

Bagian Depan

A – B = Panjang Muka

B – C = Dalam leher =1/6 L. Leher + 2 ½ cm

C – D = Lebar Leher = 1/6 L. Leher + ½ cm

A – E = ¼ L. Badan + 1 cm

E – F = Panjang sisi

C–G =A–E

G – H = 1/3 Panjang Bahu +1 cm

D – I = Panjang Bahu, dan titik I harus jatuh pada garis datar dari H

Garis D – I ditarik terus sampai digaris sisi E – G dapat titik J

D – K = ½ Panjang bahu - 1cm

J–L = ½ Panjang bahu + 1cm


A – M = 1/10 Lingkar pinggang, Tarik garis M – K teruskan dengan K – K`= N

M – N = Tinggi dada. Tarik garis N – L, truskan sehingga N – L` = N – K`

E – P = 3 cm

P – O = ¼ Lingkar Pinggang + 1 cm, dikurangi jarak A – M

B – Q = 4 cm, Tarik garis ke Q – R

Ukur N – R, lalu N – S =N – R

S – T = ½ Leber muka dikurangi Q – R Sambungkan J – T, tarik garis bahu D


– K` dan J – L garis lipat kup pinggang N – O dan garis lubang lengan

Bagian Belakang

A – B = Panjang Punggung

B – C = Dalam Leher = 1½ cm

C – D = Lebar Leher = 1/6 L. Leher

A – E = ¼ L.Badan – 1 cm

C–G =A–E

G – H = ¼ Panjang bahu F – G – 1cm

D – I = Panjang Bahu, dan titik I harus jatuh pada garis datar dari H

Garis D – I ditarik terus dengan ditambah 1 atau 1½ cm untuk lipit kup bahu
belakang

D – K = ½ Panjang bahu – 1 cm
J–L = ½ Panjang bahu + 1 cm

A – M = 1/10 Lingkar pinggang - 1 cm, tarik garis M – K

Titik N letaknya 4 cm dibawah garis datar dan F

M – O = 2 cm untuk lipit kup pinggang

O – P = ¼ Lingkar pinggang + 1 cm, dikurang jarak A – M

F – Q = Garis datar

Q – R = ½ Lebar punggung

Taris garis R – S tegak lurus

Gambar lubang lengan menurul gambar contoh

Tarik garis lipit kup N – O

K – T = 6 cm. panjang lipil kup bahu

Tarik garis L – T

Tepi pola badan belakang gambar dengan garis biru dan tengah belakang dengan
garis, titik, garis, titik.

Prosedur Pembuatan Pola Lengan Wanita Sistem Porrie

Keterangan:

1. Tarik garis datar tidak diukur


2. Ambil satu titik ditengah-tengah, titik A. Ukur A– B = Tinggi Kepala
Lengan
3. Dari F dan G diukur masuk 1 cm
4. Bagi garis miring B – C dalam 3 bagian dan garis miring B – D dalam 4
bagian
5. Pada 1/3 bagian dari B dikukur ke atas 1 ½ cm dan pada ¼ bagian dari
diukur 1 ½ atau 2 cm dan pada pertengahan
6. B – D diukur ke atas 1 cm. pada tengah 1/3 B – C dari C diukur ke bawah ½
cm atau ¼ cm
7. Bentuk kerung lengan sesuai dengan gambar menurut contoh melalui titik-
titik yang telah diukur, dan
8. Bagian bawah lengan dari lengan panjang dibentuk seperti gambar, yaitu
bagian muka dilengkungkan 1 cm bagian belakang dibulatkan 1 cm ke
bawah

Langkah pembuatan pola dasar wanita sistem bunka:

1. Buat titik A dari atas 3 cm dari samping ke kiri 3 cm lalu beri titik A
2. Dari titik A tarik garis tegak lurus kebawah dan ke samping kanan
3. Dari titik A ke kanan ½ lingkar badan + 4 cm beri tanda titik B = 47 cm
4. Dari titik B tarik garis lurus ke bawah garis menggunakan garis putus
5. Dari titik A ke bawah panjang punggung beri tanda titik D = 36
6. Dari titik B ke bawah sama panjang A ke D beri tanda titik C
7. Hubungkan titik D ke C menggunakan garis putus – putus
8. Dari titik A ke B di bagi 2 menjadi titik E, beri tanda titik E = 23,5
9. Dari titik E garis tegak lurus ke bawah menggunakan garis putus-putus beri
tanda titik F

Membuat pola dasar bagian belakang :

1. Dari titik A ke bawah = 1/6 lingkar badan + 7 cm, beri tanda titik D = 21,3
2. Dari titik B kebawah = titik A menuju D1, beri tanda C1
3. Hubungkan titik D1 menuju C1 menggunakan garis putus-putus
4. Dari titik E menuju titik A dan dari titik D1 menuju C1 beri tanda titik G
5. Dari titik A ke kanan = 1/20 lingkar badan+2,9 cm, beri tanda titik A1 = 7,2 Cm
6. Dari titik A menuju titik A1 kita beri tanda simbol x.
7. Dari titik A1 tarik garis lurus ke atas, panjang titik A1 = 1/3 (x) beri tanda
1. titik A2. = 2,4
8. Hubungkan titik A menuju A2 menggunakan penggaris pola
9. Dari titik A ke kanan= 1/6 lingkar badan + 4 cm, beri tanda titik H = 18,3 cm
10. Dari titik H tarik garis tegak lurus ke bawah beri tanda titik G1.
11. Dari titik H ke bawah= panjang titik A1 menuju A2, beri tanda titik A2, beri
tanda titik H1 = 2,4 cm
12. Hubungkan titik A2 menuju H1 menggunakan garis putus-putus.
13. Dari titik A ke bawah 4 cm beri tanda titik A3.
14. Hubungkan titik A2 menuju titik A3 menggunakan garis lurus.
15. Dari titik A3 tarik garis tegak lurus ke bawah, garis menggunakan skala 6 cm
16. Dari titik A3 ke bawah 6 cm, beri tanda titik A4
17. Dari titik A4 geser ke kiri 0,5, beri tanda titik A5
18. Hubungkan titik A3 menuju A5 menggunakan garis lurus
19. Dari titik A3 turun ke bawah = 1,8 cm, beri tanda titik A6
20. Hubungkan titik A5 menuju titik A6 menggunakan garis lurus
21. Hubungkan titik A6 menuju titik H1 menggunakan garis lurus
22. Dari titik H1 keluarkan 2 cm, beri tanda titik H2
23. Dari titik H1 menuju titik G1dibagi 2, beri tanda titik H3 = 7 cm x
24. Hubungkan titik H2, H3 dan G untuk membentuk kerung lengan belakang
25. Dari titik D1 menuju titik G1 di bagi 2, beri tanda titik A2
26. Dari titik D2 tarik garis lurus ke bawah, beri tanda titik D3
27. Dari titik D2 tarik garis ke atas 2 cm, beri tanda titik D4
28. Dari titik D3 geser ke kiri 2 cm dan ke kanan 2 cm untuk membentuk kupnat
belakang
29. Beri tanda titik D5 dan D6
30. Hubungkan titik D4 ke D5 kemudian D4 ke D6 untuk membentuk kupnat
belakang
31. Dari titik D ke kanan = ¼ lingkar pinggang + 0,5 cm – 1 cm, beri tanda
2. titik D7
32. Titik D7 ke kanan = panjang D5 menuju D6, beri tanda titik D8
33. Hubungkan titik G menuju titik D8 menggunakan garis lurus untuk membentuk
garis sisi belakang
34. Hubungkan titik A menuju titik D menggunakan garis lurus
35. Hubungkan titik D menuju titik D5 menggunakan garis lurus
36. Hubungkan titik D6 menuju titik D8 menggunakan garis lurus
37. Beri tanda TB yang berarti tengah belakang dan garis arah serat benang

Membuat pola bagian depan:

1. Dari titik B ke bawah = (×) + 1 cm, (×) di dapat dari A menuju A1, beri tanda
titik B1
2. Dari titik B ke kiri = (×) – 0,2 cm, (×) di dapat dari A menuju A1, beri tanda titik
B2
3. Hubungkan titik B2 menuju B1 menggunakan penggaris siku
4. Dari titik B2 turun 0,5 cm, beri tanda titik B3
5. Hubungkan titik B3 menuju titik B1 menggunakan penggaris pola untuk
membentuk kerung leher depan
6. Dari titik B ke kiri = 1/6 lingkar badan + 2,5 cm, Beri tanda titik J
7. Dari titik J tarik garis lurus ke bawah, beri tanda titik G2
8. Dari titik J ke bawah = 2x panjang titik H menuju titik H1, Beri tanda titik J1
9. Hubungkan titik B3 menuju J1 menggunakan garis lurus
10. Dari titik J1 keluarkan 2 cm, beri tanda titik J2
11. Dari titik J1 menuju titik G2 di bagi 2, Beri tanda titik J3
12. Panjang titik J1 ke J3 = panjang G2 ke J3
13. Hubungkan titik J2, J3 dan G untuk membentuk kerung lengan bagian depan
14. Dari titik C turun 3 cm, Dari titik F turun 3 cm
15. Hubungkan titik C ke bawah, ke samping kiri, kemudian ke atas menuju F
menggunakan garis putus-putus, beri tanda titik C2, beri tanda titik F1
16. Dari titik G2 menuju titik C1 di bagi 2, beri tanda titik C3
17. Dari titik C3 tarik garis tegak lurus ke bawah, beri tanda titik C4
18. Dari titik C3 ke 4 cm, beri tanda titik C5
19. Dari titik C4 geser kanan 1,5 cm, beri tanda titik C6
20. Hubungkan titik C5 dan C6 menggunakan garis lurus
21. Hubungkan titik C6 dan C2 menggunakan garis lurus
22. Dari titik F ke kiri 1 cm, Beri tanda titik F2
23. Hubungkan titik G menuju titik F2 menggunakan menggunakan garis lurus
untuk membentuk garis sisi badan depan
24. Hubungkan titik F2 ke C4 menggunakan garis putus-putus
25. Dari titik F2 ke bawah = ¼ lingkar pinggang + 0,5 cm + 1 cm – (panjang C6 ke
C2), beri tanda titik C7
26. Hubungkan titik F2 ke C7 menggunakan garis lurus
27. Hubungkan titik C5 menuju titik C7 menggunakan garis lurus
28. Beri tanda TM yang berarti tengah muka dan beri tanda arah serat benang

Pola Dasar Lengan Sistem Bunka

1. Garis besar lengan dibuat hanya dengan menarik garis lurus mendatar atau
horizontal tanpa ukuran (tidak diukur)
2. Garis tinggi puncak ditentukan dengan cara
3. Ukur kerung lengan muka ditambah kerung lengan belakang (ABC)
4. Hitung tinggi garis puncak ABC/4 + 2,5
5. Contoh ABC = 44 maka tinggi puncaknya ⇒ 44/4 + 2,5 = 13,5 cm
6. Kerung lengan bagian belakang adalah garis sisi segi tiga bagian kiri dengan
ukuran kerung lengan bagian belakang ditambah 1 cm ⇒ AB + 1
7. Kerung lengan bagian muka adalah garis sisi segitiga bagian kanan dengan
ukuran sama dengan kerung lengan bagian muka (BC)
8. Panjang lengan diukur dari tinggi puncak sampai panjang yang diinginkan
9. Sisi lengan bagian belakang sama dengan sisi lengan bagian muka
10. Sisi lengan bagian muka panjangnya sama dengan sisi lengan bagian belakang
11. Garis batas panjang lengan, di ukur dari batas puncak lengan sampai panjang
yang diinginkan
12. Membentuk kerung lengan bagian belakang dengan cara:
13. Garis sisi segitiga bagian kiri dibagi 3
14. Pada titik 1/3 pertama dari titik puncak lengan, buat garis tegak lurus = 1,5 cm
15. Bentuk kerung lengan bagian belakang
16. Membentuk kerung lengan bagian belakang
17. Garis sisi segitiga bagian kanan di bagi 4
18. Pada titik ¼ pertama dari titik puncak lengan, buat garis tegak lurus ke atas = 1,8
19. Pada titik ¼ yang ke tiga buat garis tegak lurus ke bawah = 1,3
20. Bentuk kerung lengan bagian muka
21. Membentuk garis sisi lengan bagian kiri adalah dari garis lurus, masuk ke dalam
1cm
22. Membentuk garis sisi lengan bagian kanan adalah dari garis lurus masuk ke
dalam 1 cm
23. Pola dasar lengan selesai dengan keterangan bagian kiri adalah pola belakang
dan bagian kanan adalah pola muka

BAB IV

POLA DASAR ROK, ROK SEMI SPAN, DAN ROK SPAN

Menurut Ernawati (2008: 240) rok merupakan bagian pakaian yang berada pada
bawah badan. Umumnya dipakai mulai dari pinggang melewati panggul sampai
kebawah sesuai yang diingankan. Biasanya rok dipakai sebagai pasangannya blus.
Disain rok sangat bervariasi, mulai dari bentuk siluet maupun dari panjang rok. Menurut
Riyanto (2009:49) menjelaskan bahwa rok adalah busana wanita yang dipakai pada
badan bagian bawah, mulai dari pinggang dengan panjang bervariasi sesuai model yang
umumnya dibuat dengan cara dijahit bagian sisi. Sedangkan menurut Pratiwi (2001:59),
rok adalah bagian dari pakaian yang dipakai dari batas pinggang sampai ke bawah,
panjangnya bervariasi. Busana atau rok ini dibuat terpisah dengan busana bagian
atasnya dan dikenakan oleh wanita sebagai pasangan blus.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa rok merupakan


salah satu bagian dari busana wanita yang dikenakan mulai dari pinggang hingga batas
panjang yang diinginkan dan sesuai dengan model yang dikehendaki.

1. ROK POLA DASAR


Menurut pola dasar rok dapat dibuat dengan ritsluiting disisi atau tengah
belakang. Rok dengan modelnya seperti pola dasar tanpa lipit atau kerut.
2. ROK SPAN
Rok span merupakan rok yang bagian sisi bawahnya dimasukan 2-5 cm
kedalam sehingga terlihat kecil kebawah
3. ROK SEMI SPAN
Semi span Rok semi span yaitu rok yang bagain bawahnya lurus atau
lebarnya sama dengan lebar panggul.

UKURAN POLA DASAR ROK :

 Lingkar Pinggang : 70cm


 Lingkar Panggul : 96cm
 Tinggi Panggul : 18cm
 Panjang Rok : 60cm

KETERANGAN POLA ROK DEPAN :

 A-B : ¼ L.Pinggang + 2cm : 19,5cm


 A-C : Panjang Rok + 2cm : 62cm
 A-A1 : 2cm
 A1-E : Tinggi Panggul : 18cm
 A-B1 : ¼ L.Pinggang +2cm+3cm : 22,5cm
 A1-F : 1/10 L.Pinggang : 7cm
 F-F1 / F-F2 : 1cm

KETERANGAN POLA ROK BELAKANG :

 A-B : ¼ L. Panggul – 2cm : 15,5cm


 A-C : Panjang Rok + 2cm : 62cm
 A-A1 : 2cm
 A1-E : Tinggi Panggul : 18cm
 A-B1 : ¼ L.Pinggang - 2cm + 3cm : 18,5cm
 A-F : 1/10 L.Pinggang : 7cm
 F-F1/F-F2 : 1cm
BAB V

PECAH POLA KUPNAT


BAB VI
PENGEMBANGAN POLA LENGAN
BAB VII

GARIS LEHER

Garis leher merupakan bagian dari sbeuah busana yang terdiri dari bermacam-
macam, ada yang bulat pas leher, bulat melebar, bulat memancang dengan berbagai
variasi. Selain bentuk bulat, ada juga terdapat bentuk menyudut seperti bentuk segitiga,
segiempat, segilima, maupun kombinasi dari bentuk bulat dan menyudut. Bentuk garis
leher pada pakaian selain berfungsi untuk memasukan kepala, juga dapat menambah
nilai keindahan pada busana atau pakaian.

1. Leher Bulat
Adalah garis leher yang berbentuk bulat dan cocok digunakan untuk wajah oval
dan leher panjang.
Caranya adalah :
1) Menurunkan 5 cm dari bagian depan ke bagian belakang dan tengah
2) Tarik garis agar membentuk leher bulat.
2. Leher Perahu
Adalah garis leher yang bentuknya perahu.
Caranya adalah :
1) Turunkan 3 cm bagian depan dan belakang
2) Pada bagian tengah turunkan 7 cm
3) Tarik garis agar membentuk garis leher
3. Leher Runcing Lebar
Adalah garis leher berbentuk runcing namun melebar kesamping.
Caranya adalah :
1) Pada bagian depan, turunkan 10 cm
2) Lalu bagian tengah turunkan 5 cm
3) Dan bagian belakang turunkan 4 cm.
4. Leher Segi Empat
Adalah garis leher bersudut empat.
Caranya adalah :

26
1) Pada bagian depan, turunkan 6 cm
2) Lalu bagian samping kanan/kiri 8 atau 9 cm
3) Tarik garis hingga membentuk garis leher
5. Leher Segi Lima
Adalah garis leher bersudut lima.
Caranya adalah :
1) Turunkan bagian depan 5 cm
2) Kesamping 8 cm
3) Turun 5 cm dengan tarik garis kebagian tengah
4) Sehingga turun 4 cm dan bagian belakang 5 cm.
6. Leher Perahu + Leher Runcing
Adalah garis leher berbentuk seperti perahu namun agak runcing ke bawah.
Caranya adalah :
1) Pola depan turun 8 cm
2) Kesamping 10 cm
3) Tarik garis lengkung dari titik tengah
7. Leher Variasi Segi Empat
Adalah garis leher variasi bersudut empat
Caranya adalah:
1) Pola depan turun 8 cm
2) Samping 10 cm
3) Tarik garis lengkung dari titik tengah
8. Leher Sabrina
Adalah garis leher yang melebar kearah bahu
Caranya adalah:
1) Bagian pola depan naikan 2 cm
2) Pada bagian belakang turun 2 cm
3) Lalu tarik garis hingga membentuk garis leher
9. Leher Tinggi
Adalah garis leher yang melingkar pas pada lingkar leher.
Caranya adalah:

27
1) Bagian depan naikan 6 cm
2) Dititik tangah naikan 3 cm
3) Dan dibagian belakang naik 2 cm
4) Bagian tengah naik 3 cm
5) Lalu tarik garis hingga membentuk garis leher.

28
BAB VIII

POLA KERAH

Kerah merupakan bagian dari suatu pakaian yang dijahitkan atau dipasangkan
pada garis leher. Macam-macamnya seperti kerah kemeja, kerah tegak, kerah shanghai,
kerah rebah.

1. Kerah Kemeja

Ialah kerah berdiri yang terdiri dari dua bagian yaitu : Kerah dan kaki
kerah. Kerah semacam ini dikenal dengan sebutan boord kraah.

Cara membuat:

A – B 33 cm` = C – D = lingkar leher


A – C 4 cm = Tinggi kerah
B – D 4 cm = A – C. Bisa kurang atau lebih
C – E 1,5 cm = D – G
E – F 7 cm + G – H, tidak tetap. Titik F dan H bentuknya bisa diubah
menurut keinginan.

Cara membuat kaki kerah :

29
X – W 33 cm = Y – Z

X – Y 3 cm = W – Z. Harus lebih kecil 1 cm dari tinggi kerah.

X – K 2 cm = W – M = Tambahan untuk kancing.

K – L 2 cm = M – N (bisa diubah-ubah).

2. Kerah Tegak

Adalah kerah yang dapat berdiri tegak mengikuti bentuk leher.

Cara membuat:

Sama seperti cara membuat kerah shanghai.


A – B 33 cm = C – D
A – C 4 cm =B–D
C – E 2 cm =D–G
E – F 3,5 cm = G – H
E–I 2 cm =F–J=G–K = H – I (tambahan untuk kancing).

30
3. Kerah Shanghay

Ialah kerah polos yang berdiri diseputar leher. Kerah semacam ini juga
dikenal dengan nama kerah cina.
Cara membuat:

A - B 33 cm = Ukuran lingkar leher


C – D 33 cm = A – B
A – C 5 cm = B – D = Tinggi kerah. Ukuran ini tidak tetap, bisa lebih atau
kurang
C – E 2 cm =D–G
D – G 2 cm = C – E. Hubungkanlah E melengkuh ke garis C – D dan
mengenai titik G.
E – F 4,5 cm = A – C dikurangi 0,5 cm
G – H 4,5 cm = E – F. Bentuklah garis seperti pada contoh, atau sudut F dan H
dibuat agak bundar.

4. Kerah Rebah

Ialah kerah yang terletak datar / pipih pada leher sejajar dengan garis bahu.
Cara membuat:

31
Buatlah garis A – B – C – D
C – E 3 cm = D – F. Hubungkan E dan F ke garis C –D berbentuk garis
lengkung.
E – G 8 cm = F – H. Bentuklah garis seperti contoh atau berbentuk agak
bundar.

32
BAB IX

PENUTUP

Dasar Kontruksi Pola Busana juga merupakan salah satu mata kuliah yang
dipelajari teknik pola sehingga dapat menghasilkan sebuah pola busana yang baik untuk
membuat sebuah busana/pakaian. Pada bagian ini tentunya pengukuran hal yang paling
penting untuk menciptakan pakaian yang sesuai bagi individu. Suatu pengukuran harus
meminimalkan tingkat kesalahan sekecil mungkin agar pengukuran yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang baik.

Selain itu dalam pola busana ini, ada macam-macam pola untuk memperindah
suatu busana, seperti dari pola dasar badan, lengan, rok, kupnat, garis leher, hingga pola
kerah leher yang harus sesuai dengan rancangan busana yang ingin dibuat.

33
LEMBAR PENILAIAN

DASAR KONTRUKSI POLA BUSANA

34

Anda mungkin juga menyukai