CARA MENGAMBIL UKURAN PRIA

1. Panjang kemeja : diukur dari bahu tertinggi depan sampai ke bawah pada tekuk atau ruas
tengah ibu jari (dari titik A sampai titik B)
2. Lingkar badan :
a. Cara I diukur melingkar pada badan yang terbesar dibawah ketiak (dari titik C-D-E sampai C
kembali)
b. Cara II besar kemeja diukur dari belahan depan kemeja sampai jahitan sisi ketiak (dari titik C
sampai titik D)
3. Panjang Lengan :
a. Lengan pendek diukur dari ujung bahu sampai 5 cm diatas siku (dari titik F sampai G)
b. Lengan panjang diukur dari ujung bahu sampai batas ruas pergelangan
4. Kebesaran Lengan
a. Diukur dari sisi lengan sampai ½ lingkar lengan/batas seterikaan lipatan lengan (titik G
sampai titik I)
b. Kebesaran lengan diukur melingkar pada batas panjang lengan ditambah 6 cm untuk lengan
pendek (dari G-I sampai titik G kembali)
5. Lingkar leher / krah :
Diukur melingkar sekeliling pangkal leher.
6. Rendah punggung : ketiak diukur melingkar pada sekeliling ketiaknya dibagi dibagi dua (dari titik
K-D-P sampai titik kembali)
7. Lebar punggung / pundak : diukur dari ujung bahu sebelah kiri sampai ujung bahu sebelah kanan
(dari titik K ke titik D)
8. Rendah bahu : diukur dari ruas tulang leher ke bawah sampai garis lurus sejajar bahu (dari titik
M sampai titik N)
9. Panjang punggung : diukur dari ruas tulang leher belakang sampai batas pinggang (dari titik M
sampai O)
Contoh ukuran kemeja pendek :

1. Panjang kemeja : 70 cm
2. Besar badan : 100 cm
3. Pundak : 44 cm
4. Lebar bahu : 15 cm
5. Panjang lengan : 23 cm
6. Lebar lengan : 18 cm
7. Lingkar leher : 40 cm
8. Lingkar ketiak : 52,5 cm

Garis – garis pertolongan

1. A – C : Panjang kemeja
2. A – D : 3 cm rendah bahu
3. D – H : 1/3 ketiak + 2 cm
4. C – C1 : 3 cm (lipatan bawah)

POLA BADAN DEPAN

1. A – A1 : 1/6 lingkar leher = 1/6 x 40 cm = 6,6 cm
2. A – A2 : 1/6 lingkar leher + 2 cm = 8,5 cm
3. A2 – P : lebar bahu = 15 cm
4. H – H1 : ¼ besar badan = ¼ x 100 cm = 25 cm
5. C - C2 : ¼ besar badan = ¼ x 100 cm = 25 cm
6. C - C2 : A – A2
7. Tarik garis dari P – C2
8. Kerongan lengan ketiak diambil 1/3 dari kerongan badan depan
9. Lipatan bawah 3 cm
10. A1 – A2 : 2 cm (untuk tempat kancing)
11. A2 keluar 4 cm (untuk lipatan)

POLA BADAN BELAKANG

1. B1 = ½ (A-D) = 1, 5 cm (naik)
2. B – B1 = ½ pundak = ½ x 44 cm = 22 cm
3. H2 - H1 = ¼ besar badan = ¼ x 100 cm = 25 cm
4. B - C2 = ¼ besar badan = ¼ x 100 cm = 25 cm
5. Titik B1 garis tegak lurus ke bawah
6. Kerongan dapat diambil 1/3 bagian bawah dan masuk ½ cm

POLA PLAT PUNDAK

1. A – B = ½ panjang pundak = ½ x 44 cm = 22 cm
2. A – D = B – C = 6 cm
3. A – A2 = 1 cm (keluar)
4. A1 – E = lebar bahu = 15 cm
 5. B – F = 3 cm atau 4 cm (naik)
6. B – G = 1 cm (turun)

POLA LENGAN
1. B – C = panjang lengan = 23
2. C – C1 = 3 cm (lipatan)
3. A – B = 1/3 ketiak x 52,5 cm + 2 cm + 4 cm = 24,5 cm
4. A – A1 = 1/3 (A – B) + 1 cm
= 1/3 x 24 cm + 1 cm
= 8 cm + 1 cm = 9 cm
5. C – C2 = lebar lengan = 18 cm

POLA DAUN KRAH

1. A–D = B – C = 5 cm
2. A–B = D – C = ½ lingkar leher = ½ X 40 cm = 20 cm
3. A – A1 = 1 cm (naik)
4. D – D1 = 1 cm (turun)
5. C – C1 = 1 cm (keluar)
6. C1 – C2 = 1 cm atau 2 cm (naik)

POLA KAKI KRAH

1. A – B = D – C = ½ LINGKAR LEHER + 3 cm
= ½ x 40 cm x 3 cm = 23 cm
2. A–D = B – C = 3 cm
3. C–E = B – F = 3 cm (masuk)
4. E – E1 = 1/3 x (E – D) = 1/3 x 20 cm = 6,5 cm
5. C – C1 = ½ x (C – E) = ½ X 3 cm = 1,5 cm
6. C2 = ½ x (B – C) = ½ x 3 cm = 1,5 cm
7. A – A2 = ½ cm (naik)

UKURAN SAKU (A)

1. A – B = D – C = 11, 5 cm
2. A – D = B – C = 13,5 cm
3. E = ½ (C – D)
4. C – C1 = D – D1 = 1 cm (naik)

UKURAN SAKU (B)

1. A–B = 12 cm
2. A–D = B – C = 14 cm
3. D – D1 = C – C1 = 1 cm (masuk)
4. D – D2 = C – C2 = 1 cm (naik)
TUTUP SAKU (B)

1. A – B = D – C = 12 cm
2. A – D = B – C = 5 cm
3. D – D2 = C – C2 = 1 cm (masuk)

DEK

1. A–B = D – C = 12 cm
2. A–D = B – C = 2,5 cm
3. B–C dibagi dua = E
4. B – B1 = C – C1 = 1 cm (masuk)
5. C1 – C2 = B1 – B2 = 1 cm (masuk)
MENGAMBIL UKURAN CELANA

1. PANJANG CELANA
Diukur melingkar dari batas pinggang sebelah kanan sampai batas panjang celana yang
diinginkan
2. LINGKAR PINGGANG
Diukur melingkar pas sekeliling pinggang yang terbesar
3. LINGKAR PESAK
Diukur dari pinggang ban depan melalui selangkangan sampai ban pinggang ban belakang
4. TINGGI DUDUK
Diukur dari ban pinggang atas sampai batas panggul yang terendah
5. LINGKAR PANGGUL
Diukur melingkar sekeliling panggul yang terbesar
6. LINGKAR KAKI
Diukur melingkar sekeliling panjang celana yang dikehendaki ditambah 3 cm
7. LINGKAR LUTUT
Diukur melingkar pas pada sekeliling lutut ditambanh 3 cm

CELANA PANJANG BAN SAMBUNG

CONTOH UKURAN
1. Panjang celana : 96 cm
2. Pinggang : 88 cm
3. Lutut : 24 cm
4. Paha : 32 cm
5. Kaki : 23 cm
6. Selangkangan : 60 cm

GARIS- GARIS PERTOLONGAN

1. B–C = panjang celana – 4 = 96 cm – 4 cm = 92 cm

2. B–D = 1/3 selangkangan + 1 = 1/3 x 60 cm + 1 cm = 21 cm
3. D – D1 = 6 cm (naik)
4. D–E =

POLA BADAN DEPAN

1. B – B1 = 2 cm (masuk)
2. D – D0 = 1 cm (masuk)
3. E – E1 = 2 cm (masuk)
4. C – C1 = 2,5 cm (masuk)
5. B1 – B2 = ¼ pinggang = ¼ x 88 cm = 22 cm
6. D0 – D2 = paha – 3 cm = 32 cm – 3 cm = 29 cm
7. D2 – F = 1/6 x (D0 – D2) = 1/6 x 29 cm = 5 cm
8. E1 – E2 = lutut – 2 cm = 24 cm – 2 cm = 21 cm
 9. C1 – C2 = lebar kaki – 2 cm = 23 cm – 2 cm = 21 cm
10. Hubungkan titik = B2 – D2 – E2 – C2 – C1 – E1 – D0 – B1 – B2

POLA BADAN BELAKANG

1. D0 – G
= 6 cm (keluar)
2. G = 1 cm (masuk)
3. E2 – H
= 4 cm (keluar)
4. C1 – I
= 4 cm (keluar)
5. B1 – P
= 12 cm
6. B2 = 2,5 cm
7. B1 – R
= ¼ pinggang + 3 cm
= ¼ x 88 cm + 3 cm = 25 cm
8. S = ½ x (B1 – R) = 12,5 cm
9. S = 6 cm (turun)
10. Hubungkan titik = R – G – H – E – C2 – C1 – E1 - D0 - B1 – S – R
POLA KEMEJA LENGAN PENDEK

Panjang kemeja = 70 cm
Besar badan = 26 cm
Pundak = 46 cm
Lebar bahu = 15 cm
Panjang lengan = 25 cm
Lebar lengan = 17 cm

A – E = panjang kemeja = 70 cm
A – D = turun 3 cm dari A
D – H = turun 22 cm dari D
E – E1 = lipatan bawah 3,5 cm
A – C = 7,5 cm
A – B = 8,5 cm
B – B1 = lebar bahu = 15 cm
H – H1 = ¼ besar badan = ¼ x 104 cm = 26 cm
H – F = dihubungkan dengan gari lurus
Tarik garis pertolongan B1 menuju pertolongan (h-h1)
I = ½ B1-H
CARA MENGAMBIL UKURAN BADAN WANITA DEWASA

1. LINGKAR BADAN / BESAR BADAN / BBA / LB :

Diukur badan yang paling besar melingkari buah dada, melalui ketiak terus kebelakang biasa saja
kemudian ditambah satu genggam tangan ( 4 – 8 ) cm
2. PANJANG DADA / PANJANG MUKA / PD / PM :
Diukur dari lekuk leher sampai pada batas pinggang ( bagian muka )
3. LEBAR DADA / LEBAR MUKA / LD / LM :
Diukur dari lekuk leher turun ± 5 cm dan diukur lurus kekanan dan kekiri sampai pada urat
jahitan tangan depan kanan
4. PANJANG SISI / PS :
Ketiak diberi mistar/penggaris dan diukur dari bawah mistar sampai pada batas pinggang atau
diukur dari ketiak turun 3 cm sampai batas pinggang
5. LEBAR BAHU / LB :
Diukur dari batas jahitan pundak kiri atau jahitan pundak kanan sampai pada pangkal leher kiri
dan pada kanan juga sampai kanan
6. LINGKAR LEHER / LL :
Diukur melingkar pas ditambah 1 cm ( 2 cm )
7. TINGGI DADA / TTD :
Diukur dari tinggi payudara sampai pada batas pinggang
8. JARAK PAYUDARA / JP :
Diukur dari puncak payudara sebelah kiri sampai kesebelah kanan
9. LINGKAR KETIAK
Lingkarkan meteran pada batas pundak kiri atau kanan kemudian ditambah 2 cm sampai 4 cm
untuk kelonggaran / menurut pesanan
10. PANJANG LENGAN / PL :
Diambil dari batas pundak kiri / kanan sampai panjang lengan yang dipesan. Khusus untuk puteri
(lengan panjang) mengukur lengannya harus dilipat / ditekuk kira-kira 60o
11. LEBAR LENGAN / LL :
Ukurlah pada batas panjang lengan lingkarkan meteran pas ditambah 2 cm sampai 4 cm /
menurut pesanan
12. PUNDAK / PUNGGUNG ATAS / PU :
Diukur dari batas pundak kiri sampai kanan ( urat jahitan lengan kiri sampai kanan / bagian atas )
13. PANJANG PUNGGUNG / PPU :
Diukur dari tekuk leher ( belakang ) sampai pada batas pinggang
14. LEBAR PUNGGUNG / LPU :
Diukur dari tengkuk leher turun ± 8 cm ke bawah lalu diukur kekanan dan kekiri sampai pada
urat jahitan lengan kiri atau kanan. Atau dapat diukur ½ dari rendah bahu kebawah sampai garis
ketiak ( besar badan )
15. LINGKAR PINGGANG / BESAR PINGGANG / LPI :
Ukurlah pada perut yang paling kecil dan lingkarkan meteran tambah 1 cm (untuk kelonggaran)
16. TINGGI PANGGUL / TPA :
Diukur dari pinggang sampai batas pantat yang paling besar
17. BESAR PANGGUL / PINGGUL / BPA :
 Diukur dari tinggi panggul kemudian lingkarkan meteran pada pantat yang paling besar
ditambah satu genggaman tangan (4 cm – 8 cm )
18. PANJANG ROK SELURUHNYA :
a. Diukur dari pangkal leher belakang sampai panjang yang dipesan
b. Diukur dari ujung jahitan badan muka sampai panjang yang dipesan
19. PANJANG ROK BAWAH :
Diukur dari pinggang sampai panjang yang dipesan
20. PANJANG BLUS / ATASAN :
Diukur dari ujung jahitan badan muka sampai panjang yang dipesan
21. UKURAN PEMERIKSA :
Diukur dari batas tengah muka ½ pinggang serong ke buah dada melalui bahu yang terendah
terus ke tengah belakang ½ pinggang
 MEMBUAT ROK

TUJUAN :

Setelah menyelesaikan latihan ini siswa mampu :

- Mengukur rok dengan benar

- Membuat pola rok dengan benar
- Membaca gambar dengan benar
- Menjahit rok dengan benar

BAHAN :

- Kain rok 1,25 m ( lebar kain 150 cm ) = 1 potong

- Resleting 20 cm = 1 buah
- Benang jahit = 1 gulung
- Kain keras 3 cm
- Hak besar = 1 pasang

ALAT, MESIN DAN PERLENGKAPAN :

- Gunting = 1 buah
- Meteran kain
- Kapur kain
- Karbon kain
- Pensil warna
- Skoci dan spool
- Pendedel

LANGKAH KERJA :

1. Menjahit coup nad rok bagian depan dan bagian belakang

2. Menjahit rok bagian belakang sebatas resleting
3. Menjahit resleting dengan menggunakan sepatu kaki satu
4. Menggandengkan rok bagian depan dan bagian belakang sebelah samping
5. Memasang ban rok
6. Memasang hak, mengesum bagian bawah rok dan menyetrika

UKURAN YANG DIPERLUKAN

LINGKAR PINGGANG : 62 cm

LINGKAR PANGGUL : 92 cm

TINGGI PANGGUL : 15 cm

PANJANG ROK : 90 cm
GARIS GARIS PERTOLONGAN

A–D : PANJANG ROK - 3

A–C : TURUN 1½ cm

C–E : TINGGI PANGGUL

KEMUDIAN TARIK GARIS PERTOLONGAN TIDAK USAH DIUKUR

KETERANGAN POLA MUKA

A–B : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

E–F : ¼ LINGKAR PANGGUL

D–G : ¼ LINGKAR PANGGUL

G – G1 : 1½ cm NAIK

H :½(C–B)

H – H1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

H – H2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

GARIS GARIS PERTOLONGAN

I–L : PANJANG ROK

I–K : TURUN 1½ cm

K – M : TINGGI PANGGUL

KEMUDIAN TARIK GARIS PERTOLONGAN TIDAK USAH DIUKUR

KETERANGAN POLA BELAKANG

I–J : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

M – N : ¼ LINGKAR PANGGUL

K–O : ¼ LINGKAR PANGGUL

O – O1 : 1½ cm NAIK

P :½(C–B)

P – P1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

P – P2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

KETERANGAN BAN PINGGANG

A–B : LEBAR BAN PINGGANG 10 cm

A- C : LINGKAR PINGGANG DITAMBAH 10 cm

MEMBUAT BLUS

TUJUAN :

Setelah menyelesaikan latihan ini siswa mampu :

- Mengukur blus dengan benar

- Membuat pola blus dengan benar
- Membaca gambar dengan benar
- Menjahit blus dengan benar

BAHAN :

- Kain blus 2 m ( lebar kain 115 cm ) = 1 potong

- Kain kapas visiline 30 cm
- Benang jahit = 1 gulung
- Kain keras 10 cm
- Kancing hias 6 biji
- Karbon kain

ALAT, MESIN DAN PERLENGKAPAN :

- Mesin jahit = 1 buah

- Gunting kain
- Meteran kain
- Rader
- Kapur kain
- Pendedel

LANGKAH KERJA

1. Menjahit atau menggandeng bahu depan dengan bahu belakang

2. Menjahit atau menggandeng badan depan bagian sisi dengan badan belakang
3. Menjahit lingkar lengan sebelum dipasang
4. Menjahit atau menggandeng bagian sisi lengan
5. Menjahit atau memasang lengan pada badan
6. Menjahit manset kemudian memasang manset pada lengan bagian bawah
7. Menjahit krah kemudian memasang krah pada leher
8. Menjahit saku pada badan depan bagian kanan
9. Mengesum, membuat lubang kancing, memasang kancing
POLA DASAR BADAN WANITA DEWASA

SKALA 1:4

UKURAN YANG DIPERLUKAN

LINGKAR BADAN : 88 cm

LINGKAR PINGGANG : 62 cm

PANJANG MUKA : 31 cm

LEBAR MUKA : 33 cm

LEBAR BAHU : 13 cm

JARAK DADA : 16 cm

PANJANG LENGAN : 57 cm

LEBAR LENGAN : 12 cm

GARIS – GARIS PERTOLONGAN POLA DEPAN :

A–H : TURUN 3 cm

A–C : 8½ cm

C–F : TURUN 5 cm

C–D : PANJANG MUKA

D–E : PANJANG MUKA DIBAGI 2 NAIK 1 cm

KETERANGAN POLA MUKA

A–B : 7½ cm

A–C : 8½ cm

B – B1 : LEBAR BAHU

F – F1 : ½ LEBAR MUKA

E – E1 : ¼ LINGKAR BADAN

D – D1 : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

HUBUNGKAN B1 – F1– E1 MENGGUNAKAN PENGGARIS SIKU MEMBENTUK KERUNG LENGAN

HUBUNGKAN E1– D1 MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

E–G : ½ JARAK DADA

D–I = E – G (TITIK G TARIK GARIS LURUS KE BAWAH MENJADI TITIK I)

I – I1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

I – I2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

TITIK G TURUN 4 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN I1 DAN I2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

GARIS – GARIS PERTOLONGAN POLA BELAKANG :

J–Q : TURUN 3 cm

J–L : 8 ½ cm

L–O : TURUN 5 cm

L–M : PANJANG MUKA

M – N : PANJANG MUKA DIBAGI 2 NAIK 1 cm

KETERANGAN POLA BELAKANG

J–K : 7 ½ cm

J – J1 : 2 ½ cm

K – K1 : LEBAR BAHU

O – O1 : ½ LEBAR MUKA ( KELUAR 1 CM – 1½ CM )

N – N1 : ¼ LINGKAR BADAN

M – M1 : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

N–P : ½ JARAK DADA

M–R = N – P ( TITIK P TARIK GARIS LURUS KE BAWAH MENJADI TITIK R)

R – R1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

R – R2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

TITIK P NAIK 3 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN R1 DAN R2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LURUS

KETERANGAN POLA LENGAN

A–D = PANJANG LENGAN

A–B = TINGGI PUNCAK LENGAN = 13 cm

 𝑇𝑀+𝑇𝐵−10
A–C = 2

D–E = LEBAR LENGAN

POLA BLUS / PAKAIAN PUTRI

LINGKAR BADAN : 88 cm

LINGKAR PINGGANG : 62 cm

PANJANG MUKA : 31 cm

LEBAR MUKA : 33 cm

LEBAR BAHU : 13 cm

JARAK DADA : 16 cm

PANJANG LENGAN : 57 cm

LEBAR LENGAN : 12 cm

PANJANG BLUS : 70 cm

TINGGI PANGGUL : 15 cm

LINGKAR PANGGUL : 92 cm

GARIS - GARIS PERTOLONGAN POLA MUKA

A–J : PANJANG BLUS

A–H : TURUN 3 cm

A–C : 8½ cm

C–F : TURUN 5 cm

C–D : PANJANG MUKA

D–E : PANJANG MUKA DIBAGI 2 NAIK 1 cm

D–K : TINGGI PANGGUL

KETERANGAN POLA MUKA

A–B : 7½ cm

A–C : 8½ cm

B – B1 : LEBAR BAHU

F – F1 : ½ LEBAR MUKA
E – E1 : ¼ LINGKAR BADAN

D – D1 : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

K – K1 : ¼ LINGKAR PANGGUL

HUBUNGKAN B1 – F1– E1 MENGGUNAKAN PENGGARIS SIKU MEMBENTUK KERUNG LENGAN

HUBUNGKAN E1– D1 MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

HUBUNGKAN D1– K1 DENGAN GARIS PERTOLONGAN J MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

E–G : ½ JARAK DADA

D–I = E – G (TITIK G TARIK GARIS LURUS KE BAWAH MENJADI TITIK I)

I – I1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

I – I2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

TITIK G TURUN 4 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN I1 DAN I2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

TITIK I TURUN 10 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN I1 DAN I2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LURUS

GARIS – GARIS PERTOLONGAN POLA BELAKANG :

L–U : PANJANG BLUS

L–S : TURUN 3 cm

L–N : 8½ cm

N – Q : TURUN 5 cm

N–O : PANJANG MUKA

O–P : PANJANG MUKA DIBAGI 2 NAIK 1 cm

O–V : TINGGI PANGGUL

KETERANGAN POLA BELAKANG

J–K : 7½ cm

J–L : 2½ cm

K – K1 : LEBAR BAHU

O – O1 : ½ LEBAR MUKA ( KELUAR 1 CM – 1½ CM )

N – N1 : ¼ LINGKAR BADAN

M – M1 : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

N–P : ½ JARAK DADA

M–R = N – P (TITIK P TARIK GARIS LURUS KE BAWAH MENJADI TITIK R)

R – R1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

R – R2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

TITIK P NAIK 3 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN R1 DAN R2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LURUS

KETERANGAN POLA MUKA

L–M : 7½ cm

L–N : 8½ cm

M – M1 : LEBAR BAHU

Q – Q1 : ½ LEBAR MUKA

P – P1 : ¼ LINGKAR BADAN

O – O1 : ¼ LINGKAR PINGGANG + 3

V – V1 : ¼ LINGKAR PANGGUL

HUBUNGKAN M1 – Q1– P1 MENGGUNAKAN PENGGARIS SIKU MEMBENTUK KERUNG LENGAN

HUBUNGKAN P1– Q1 MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

HUBUNGKAN O1– V1 DENGAN GARIS PERTOLONGAN U MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

P–R : ½ JARAK DADA

O–T = P – R (TITIK R TARIK GARIS LURUS KE BAWAH MENJADI TITIK T)

T – T1 : 1½ cm ( ke kiri ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

T – T2 : 1½ cm ( ke kanan ) BESAR COUP NAD / JUPITAN / SEKENG

TITIK R NAIK 3 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN T1 DAN T2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LENGKUNG

TITIK T TURUN 10 CM LALU HUBUNGKAN DENGAN T1 DAN T2 MENGGUNAKAN PENGGARIS LURUS

PENGETAHUAN MESIN JAHIT

BAGIAN UTAMA DARI MESIN JAHIT

A. BAGIAN LUAR
1. TUTUP MESIN MUKA (MELINDUNGI ALAT – ALAT DI DALAMNYA)
2. RUMAH MESIN JAHIT
3. BADAN MESIN
4. TIANG SEPATU MESIN
5. TIANG JARUM
6. TIANG BENANG
7. SETELAN BENANG ATAS
8. PELATUK
9. LUBANG TEMPAT OLIE / MINYAK PELUMAS
10. GIGI MESIN
11. SEPATU MESIN
12. PENJEPIT JARUM
13. RODA PENGGERAK ATAS DAN MUR / PEN PENGUNCI RODA ATAS
14. SETELAN GIGI MESIN (EMBR, SILK, NORM)
15. SETELAN JARAK JAHIT

B. BAGIAN DALAM MESIN JAHIT

1. RUMAH SEKOCI DAN KUKU MACAN
2. SKOCI DAN SPOOL
3. KUKU MACAN
4. AS POKOK PENGGERAK ATAS
5. AS PENGHUBUNG GIGI MESIN
6. AS PENGGERAK KUKU MACAN DAN SKOCI
7. AS ENGKOL PENGHUBUNG TIANG JARUM
8. AS PENERUS GERAKAN KUKU MACAN
9. AS PENGGERAK GIGI MESIN

C. BAGIAN BAWAH MESIN JAHIT

1. TEMPAT PIJAKAN
2. RODA BESAR
3. ENGKOL PENGGERAK
 PERAWATAN MESIN JAHIT

TUJUAN POKOK ADALAH :

1. PENCEGAHAN KERUSAKAN
A. MESIN DIPERIKSA DAN DILUMASI
B. DIGUNAKAN DENGAN CARA YANG BAIK
C. HARUS SELALU MENGAWASI MESIN ITU DENGAN BAIK / TELITI
2. KEGUNAAN MINYAK PELUMAS / OLIE
A. REPARASI RINGAN (DIPERBAIKI SENDIRI)
B. REPARASI BERAT ( DIPERBAIKI TENAGA AHLI)

KEGUNAAN MINYAK PELUMAS / OLIE

1. MENGHILANGKAN SUARA YANG KASAR

2. MENDINGINKAN MESIN / PERALATAN
3. MELUMASI
4. MENCEGAH KEAUSAN KARENA GESEKAN

PEMERIKSAAN MESIN JAHIT

SEBELUM MENJAHIT TERLEBIH DAHULU KITA PERIKSA:

A. APAKAH SUDAH DISTEL DENGAN BAIK (SEKRUP JARUM, SKOCI)

B. DIBERSIHKAN DAHULU DARI KOTORAN-KOTORAN SERTA DIBERI MINYAK MESIN
C. APAKAH JARUM MESIN DENGAN SETIKAN SESUAI DENGAN YANG KITA HARAPKAN

MAKSUD PEMERIKSAAN :

YAITU AGAR KITA DALAM MEMPERGUNAKAN MESIN JAHIT TIDAK MENDAPAT GANGGUAN SUATU APA
DALAM MENJAHIT
PERIKSALAH

1. APAKAH NOMOR JARUM JAHIT SUDAH SESUAI DENGAN KAIN YANG AKAN KITA JAHIT

NO NOMOR JARUM KETERANGAN

1. JARUM NO. 9 UNTUK KAIN SUTERA DAN SATIN
2. JARUM NO. 11 KAIN POPLIN (UNTUK MEMBORDIR)
3. JARUM NO. 13 DAN 14 KAIN SATEN, KAIN BLACO, KAIN RUMAH TANGGA
4. JARUM NO. 16 KAIN DRILL / KAIN WOLL
5. JARUM NO. 18 KAIN KASAR / KAIN LEVIS
6. JARUM NO. 17 KAIN TERPAL

2. CARA MEMASUKKAN JARUM KEDALAM TIANG JARUM HARUS DENGAN TEPAT

3. APAKAH BENANG SUDAH SESUAI DENGAN JARUMNYA ?
A. BENANG NO. 50 / NO. 60 COCOK UNTUK JARUM NO. 13, 14, 15
B. BENANG NO. 18 / NO. 20 COCOK UNTUK JARUM NO. 18, 19, 20
4. APAKAH TEKANAN BENANG ATAS DENGAN BAWAH SUDAH SEIMBANG
5. BENANG HARUS DIMASUKAN DALAM ALUR YANG PANJANG
6. MESIN YANG KERAS BUNYINYA BERILAH / TETESI MINYAK PADA BAGIAN - BAGIAN YANG
BERGERAK / PADA LUBANG – LUBANG TEMPAT MINYAK
7. PENYETELAN MOTOR MESIN (DINAMO) MESIN JAHIT HARUS SESUAI DENGAN TEGANGAN ATAU
ALIRAN LISTRIK YANG ANDA PAKAI DENGAN TEPAT ( MEMASUKKANNYA PADA STOP KONTAK)
KERUSAKAN – KERUSAKAN / GANGGUAN PADA MESIN JAHIT

1. MESIN TIDAK DAPAT BERPUTAR

A. TALI MESIN TERLALU KENDOR
B. PEDAL ENGKOL TERLALU KE BAWAH
C. RUMAH SEKOCI MACET
D. ENGKOL PADA AS PENJEPIT JARUM MACET
E. LEHER ENGKOL RUSAK

CARA MENGATASINYA

A. PERIKSA TERLEBIH DAHULU KENCANG KENDURNYA TALI MESIN

B. STEL PEDAL ENGKOL
C. RUMAH SEKOCI DIBERSIHKAN DARI KOTORAN – KOTORAN YANG TERDAPAT DI DALAMNYA
D. ENGKOL PADA AS PENJEPIT JARUM DILURUSKAN, BILA PERLU DIGANTI
E. KLAKER PADA ENGKOL DIMINYAKI / DIPERBAIKI, BILA PERLU DIGANTI DENGAN YANG BARU

2. BENANG TIDAK DAPAT MENARIK

A. SETELAN JARUM TERLALU TINGGI
B. AS PENJEPIT JARUM TERLALU TINGGI
C. BAUT PENJEPIT AS KENDOR
D. SEKOCI RUSAK
E. KUKU MACAN AUS / PUTUS

CARA MENGATASINYA
A. JARUM DISETEL / DITURUNKAN
B. AS PENJEPIT JARUM DISETEL RENDAH
C. BAUT PENYETEL DIKERASKAN
D. SEKOCI DIGANTI DENGAN YANG BARU
E. KUKU MACAN DIGANTI BARU

3. KAIN TIDAK DAPAT BERJALAN

A. SEPATU MESIN BELUM DITURUNKAN (PELATUKNYA)
B. GIGI MESIN KURANG NAIK / POSISI TURUN
C. SEPATU MESIN KURANG KERAS TEKANANNYA
D. JARAK JAHITAN PADA POSISI NOL

CARA MENGATASINYA

A. PELATUK SEPATU DITURUNKAN

B. GIGI MESIN DISETEL NAIK
C. TEKANAN SEPATU MESIN DIKERASKAN
D. SETEL JARAK JAHITAN PADA POSISI NORMAL

4. BENANG BUNDET ATAS

A. PER SEKOCI TERLALU KENDOR
 B. PENYETEL BENANG TERLALU KERAS

CARA MENGATASINYA

A. PER SEKOCI DIKERASKAN BAUTNYA, BILA PERLU DIGANTI YANG BARU

B. PENYETEL BENANG DIATUR JANGAN TERLALU KERAS

5. BENANG BUNDET PADA SEKOCI

A. PUTARAN SEKOCI KURANG TEPAT
B. JARUM PUTUS KENA KUKU MACAN

CARA MENGATASINYA

A. PUTARAN SEKOCI DISETEL SAMPAI TEPAT

B. GERAK DARI KUKU MACAN DISETEL

6. JARUM SERING PUTUS

A. WAKTU MENJAHIT BAHAN DITARIK
B. PUTARAN MESIN BOLAK – BALIK
C. SKRUP / MUR JEPITAN JARUM KURANG KENCANG
D. JARUM TIDAK TEPAT PADA LOBANG TURUN BAWAH SEKOCI
E. SETELAN KUKU MACAN KURANG TEPAT

CARA MENGATASINYA

A. PADA WAKTU BAHAN DIJAHIT / BERJALAN JANGAN DITARIK

B. PUTARAN MESIN HARUS BENAR
C. KERASKAN MUR / SEKRUP JEPITAN JARUM
D. LOBANG JARUM DISETEL / DISESUAIKAN
E. SETELAN KUKU MACAN DISETEL KEMBALI

7. JAHITAN SELALU BERJERAT – JERAT ( MESTINYA BAGIAN BAWAH)

A. SETELAN BENANG ATAS TERLALU KENDOR
B. SETELAN JARUM TERLALU BAWAH
C. TIDAK MEMASUKAN KEDALAM PENJEPIT BENANG YANG TEPAT

CARA MENGATASINYA

A. SETEL BENANG ATAS DENGAN CARA DIKENCANGKAN

B. NAIKKAN JARUM DENGAN POSISI YANG PAS
C. BENANG DIMASUKAN KEDALAM PENJEPIT DENGAN BENAR SESUAI JALUR YANG SUDAH
DITENTUKAN

8. JAHITAN MELONCAT – LONCAT

A. SETELAN JARUM KURANG KE ATAS / KURANG KE BAWAH
B. JAHITAN TERLALU TEBAL
C. JARUM SALAH MEMASANGNYA
 CARA MENGATASINYA

A. SETEL JARUM YANG PAS

B. KETEBALAN KAIN HARUS DISESUAIKAN DENGAN NOMOR BENANG DAN JARUM
C. POSISI JARUM HARUS BENAR (BAGIAN YANG RATA HARUS MENGHADAP KE TIANG JARUM

9. BENANG ATAS PUTUS – PUTUS

A. BENANG ATAS SALAH MEMASANG
B. SETELAN BENANG ATAS TERLALU KENCANG
C. UKURAN BENANG DAN JARUM TIDAK SESUAI DENGAN KAIN YANG DIJAHIT

CARA MENGATASINYA

A. PEMASANGAN BENANG HARUS DIBETULKAN SESUAI JALUR

B. SETELAN BENANG DIKENDURKAN
C. SESUAIKAN UKURAN JARUM, BENANG DAN KAIN YANG DIJAHIT

10. BENANG BAWAH PUTUS – PUTUS

A. PER SEKOCI RUSAK
B. LOBANG JARUM PADA GIGI BESAR
C. BENANG BAWAH TERLALU TEGANG
D. TEKANAN PADA TIANG SEPATU KUAT DAN PERMUKAANNYA KASAR

11. SETIKAN MESIN TIDAK TERATUR

A. JARUM TERPASANG SALAH (TERLALU TINGGI / TERLALU RENDAH)
B. SEKOCI JAUH DARI JARUM
C. UKURAN JARUM TIDAK COCOK DENGAN KAIN

12. KAIN TIDAK BISA BERJALAN / BERGERAK

A. TIANG TEKANAN SEPATU KURANG KUAT
B. GIGI MESIN DALAM KEADAAN TERKUNCI

13. MESIN SELALU BERBUNYI

A. BAGIAN – BAGIAN YANG POKOK PENGGERAK MESIN KURANG MINYAK
B. ADA ALAT / ONDERDIL YANG KENDOR