Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Dr.Muflikhatul Khoiroh,M.Ag

Disusun Oleh:

1. MUAWINATUR HOIR : ( 05040423131 )

2. NAJMA HAWADAH SYARIFAH : ( 05040423137 )

3. DWI NUR MASYITHOH : ( 05040423120 )

PROGRAM STUDY HUKUM TATANEGARA

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kehadirat allah SWT, karena atas leimpahan Rahmat serta anugrah d
arinya, kami bisa menyelesaikan penulisan makalah kami dengan judul konsep dan dasar pe
mikiran munasabah.solawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kia nabi
besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk allah allah SWT untuk kita semu
a yakni agama islam.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca makalah ini ag
ar selanjutnya dapat kami lakukan revisi Kembali.karena kami sangat menyadari,bahwa maka
lah yang kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan,kami haturkan terimakasih yang s
ebesar-besarnya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama p
roses penyusunan hingga rampungnya makalah ini,terutama kepada Dr.Muflikhatul Khoiroh,
M.Ag yang telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah study Al-quran .

Demikianlah yang dapat kami sampaikan ,kami sangat berharap agar makalah yang telah k
ami susun ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................6

1.3 Tujuan..............................................................................................................................6

BAB II.........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN...........................................................................................................................7

2.1 Konsep dan dasar pemikiran Munasabah Al-Qur’an.......................................................8

2.2 Macam-macam Munasabah Al-Qur’an............................................................................9

2.3 Pendapat Ulama tentang Ilmu Munasabah...................................................................10

2.4 Urganisasi dan Kegunaan mempelajari Munasabah......................................................11

2.5 Konsep Makki dan Madani Al-Qur’an............................................................................12

2.6 Cara mengetahui Makki dan Madani suatu ayat/Al-Qur’an...........................................13

2.7 Dasar penetapan Makki dan Madani suatu ayat/Al-


Qur’an...........................................14

2.8 Ciri-ciri ayat Makkiyah dan Madaniyah dan Klasifikasi ayat Makkiyah dan Madaniyah 15

2.9 Kegunaan mempelajarinya............................................................................................16

BAB III......................................................................................................................................17

KESIMPULAN........................................................................................................................1
7
SARAN..................................................................................................................................18

DAFTAR PUSAKA......................................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alquran adalah permulaan Islam dan manifestasinya yang begitu penting. Ia me


ngidentifikasi dirinya sebagai petunjuk bagi umat manusia. Di dalamnya terdapat penjel
asan mengenai petunjuk dan pembeda antara hak (kebenaran) dan batil (kepalsuan).1 K
eagungan dan kesempurnaan Alquran bukan hanya diketahui atau dirasakan oleh merek
a yang memercayai dan mengharapkan petunjukpetunjuknya, tetapi ia juga dikenal deka
t oleh semua orang yang merasakannya. Alquran dengan bacaan yang amat sempurna la
gi mulia2 ini mempunyai kesatuan yang utuh, teratur dan saling berhubungan. Karena te
ntunya ada keterikatan antara seluruh surat-suratnya.3 Dalam bidang Ulumul Quran hal i
ni dinamakan dengan munasabah, yang merupakan ilmu yang membantu dalam memah
ami keutuhan makna Alquran itu sendiri4 sehingga dapat mempertebal keimanan umat
manusia. Menurut Manna Al-Qathan, “Munasabah adalah sisi keterikatan antara bebera
pa ungkapan di dalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat (di
dalam Alquran).”5 . Padahal hal seperti itu merupakan kesalahan besar yang dihasilkan d
ari kebodohan dan kesempitan berfikir. Allah SWT telah menata dan mengatur letak aya
t-ayat dalam setiap surat. Rasulullah Saw. menata letak seluruh ayat dan surat sesuai de
ngan perintah Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep dan dasar pemikiran munasabah
2. Macam-macam munasabah
3. Pendapat ulama tentang munasabah
4. Urganisasi dan Kegunaan mempelajari Munasabah
5. Konsep Makki dan Madani Al-Qur’an
6. Cara mengetahui Makki dan Madani suatu ayat/Al-Qur’an
7. Dasar penetapan Makki dan Madani suatu ayat/Al-Qur’an
8. Ciri-ciri ayat Makki dan Madani dan Klasifikasi ayat Makki dan Madani
9. Kegunaan mempelajarinya
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan munasabah
2. Untuk menjelaskan pendapat para ulama
3. Menjelaskan komsep makki dan madani al quran
4. Untuk menjelaskan ciri-ciri ayat makkiya dan madaniyah
5. Dan kegunaan mempelajarinya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan dasar pemikiran munasabah al-quran


Keberadaan ilmu munasabah dianggap signifikan oleh para ahli ilmu-ilmu Al-Qur‟
an. Beberapa ahli ‘ulum Al-Qur’an menjuluki ilmu munasabah dengan beberapa juluk
an, yakni sebagai ilmu yang baik, ilmu yang mulia dan ilmu yang agung. Semua juluka
n ini mengisyaratkan betapa ilmu munasabah mendapatkan tempat dan penghargaan
yang cukup tinggi dalam lapangan ilmu-ilmu Al-Qur‟an dan sekaligus memiliki fungsi
atau peran yang cukup signifikan dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an.1 Na
mun tidak berarti semua ulama setuju untuk menempatkan ilmu ini sebagai syarat m
utlak dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Manna‟ al-Qaththan (1925-1999 M) da
n Subhi as-Shalih (1926-1986 M) tidak menyetujui pemaksaan ilmu munasabah untuk
seluruh ayat-ayat Al-Qur‟an. Menurut keduanya, sungguh tidak pada tempatnya seor
ang memaksakan tali hubungan (keberadaan munasabah) untuk seluruh ayat Al-Qur‟
an. Karena selain ayat-ayat Al-Qur‟an itu diturunkan dalam rangka menjawab berbag
ai pertanyaan dan kasus yang berbeda-beda, juga terutama disebabkan pewahyuan A
l-Qur‟an itu sendiri yang memakan waktu cukup lama.2 Seiring dengan banyaknya pr
o kontra mengenai munasabah, ada juga ulama yang berhati-hati dalam menanggapi
permasalahan mengenai hal ini. Seperti hal nya Izzuddin bin Abdus-Salam (577-660
H), ia mengakui keberadaan munasabah sebagai ilmu yang baik (ilmu hasan), akan tet
api pada saat yang bersamaan ia juga mengingatkan agar penggunaannya dibatasi dal
am hal yang objek (pembicaraannya) benarbenar memiliki keterkaitan sejak awal hin
gga akhir. Jika rangkaian pembicaraan itu menunjukkan pada sebab-sebab yang berlai
nan dan tidak konsisten apa yang menjadi objek pembicaraannya sejak awal hingga a
khir, maka ilmu munasabah tidak perlu dipaksakan penggunaannya. Orang yang tetap
melakukan pendekatan demikian, kata Izzuddin, maka berarti dia telah memaksakan
hal-hal yang diluar kemampuannya.
2.2 Macam-Macam munasabah al-quran

A. . Munasabah antar s
urat dengan surat sebel
umnya
B. As-Suyuthi menyimpu
lkan bahwa munasaba
h antarsatu surat deng
an surat
C. sebekumnya berfung
si menerangkan atau
menyempurnakan ungk
apan pada surat
D. sebelumnya. Contoh :
dalam surat, Al-Fatihah
[1] ayat 1 terdapat ungk
apan Alhamdulillah.
E. Ungkapan ini berkoler
asi dengan surat Al-Baq
arah [2] ayat 152 dan 18
6 yang artinya:
F. “Maka ingatlah kepa
da-Ku, Aku pun akan ing
at kepadamu. Bersyukur
lah kepada-Ku,
G. dan janganlah kamu i
ngkar kepada-Ku.” (Q.S.
Al-Baqarah [2]: 152).
H. “Dan apabila hamba-
hamba-Ku bertanya kep
adamu (Muhammad) te
ntang Aku, maka
I. sesungguhnya Aku d
ekat. Aku Kabulkan per
mohonan orang yang b
erdoa apabila dia
J. berdoa kepada-Ku. He
ndaklah mereka itu me
menuhi (perintah)-Ku da
n beriman kepada-
K. Ku, agar mereka mem
peroleh kebenaran.” (Q.
S. Al-Baqarah [2]: 186
 Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya.
 Munasabah antarnama surat dan tujuan turunnya.
 Munasabah antarbagian suatu ayat
 Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan
 Munasabah antarsuatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya
 Munasabah antarFashilah (Pemisah) dan isi ayat
 Munasabah antarawal surat dengan akhir surat yang sama
 Munasabah antarpenutup suatu surat dengan awal surat berikutnya

2.3. Pendapat ulama tentang ilmu munasabah


Terdapat dua sikap ulama memandang keberadaan ilmu munasabah yaitu
ada ulama yang mendukung dan ada pula ulama yang menolaknya.

Ulama Yang Mendukung Para ulama yang mendukung keberadaan munasabah a


l-Qur‟an berpendapat bahwa sesungguhnya al-Qur‟an mendorong seseorang untu
k terus mencari rahasia dan hikmah disebalik susunan ayat-ayatnya. Ia bagaikan b
intang-bintang dilangit yang terpisah dan menyebar dimana-mana namun bersatu
dalam cahaya dan saling berkaitan. Ulama yang berada di barisan ini adalah Abu
Bakar Ibnu al-„Arabi, Fakhr al-Din al-Razi, al-Biqa‟i, alZarkasyi, al-Sayuthi, al-
Zarqani dan lain-lain. Abu Bakar Ibnu al-„Arabi dalam karyanya “Siraj al-Muridi
n” berkata :”Pertalian dan keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an sebahagiannya dengan
sebahagian yang lain adalah seperti satu kalimat yang memiliki makna yang konsi
sten, penjelasan yang taratur dan ilmu yang agung” Sementara Fakhr al-Din al-Ra
zi (wafat 606 H) mengatakan bahwa ilmu munasabah berupaya mencari kehalusa
n susunan kata yang tersimpan dalam al-Qur‟an.17 Muhyi al-Din Ibnu „Arabi ber
kata :”Adalah suatu kepastian bahwa terdapat munasabah antara ayat-ayat dalam
al-Qur‟an baik ayat-ayat tersebut terletak sebelumnya maupun sesudahnya, karen
a merupakan kalam ilahi. Ayat-ayat al-Qur‟an menjadi sempurna makna maupun
kandungannya karena adanya ayat-ayat lain”.18 Al-Biqa‟i berkata :”Ilmu munasa
bah alQur‟an adalah ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan susunan baha
gian-bahagian alQur‟an, mengetahui rahasia retorika al-Qur‟an yang tinggi untuk
menemukan kesesuaian makna yang terkandung, mengetahui maksud surat-surat
dan semua kalimat dan jumlah yang ada dalam al-Qur‟an. Oleh karena itu, ilmu
munasabah merupakan ilmu pemuncak untuk mendapatkan maksud-maksud al-Q
ur‟an. Dan perbandingan ilmu munasabah dan ilmu tafsir adalah sama seperti ilm
u bayan dan ilmu nahwu.” 19 Ilmu bayan adalah ilmu munasabahnya sedangkan i
lmu nahwu adalah ilmu tafsirnya.

Ada sebagian ulama yang menolak dan mengingkari munasabah al-Qur‟an, alasann
ya adalah karena terlalu dipaksa-paksakan (takalluf)) mencari korelasinya dan hal itu tida
k dianjurkan oleh syara‟ Di antara ulama yang paling kuat menolak keberadaan ilmu mu
nasabah adalah „Izzuddin bin abdi al-Salam dan Imam al-Syaukani „Izzuddin bin Abdi a
l-Salam berkata :”Munasabah adalah ilmu yang baik selama ada pertalian dan keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut disyaratkan jika kalamnya berada dalam sa
tu kesatuan yang berkaitan pada bahagian awal dan bahagian akhir saja. Apabila kalam te
rsebut terjadi dengan berbagai sebab yang berbeda, maka tidak dianjurkan untuk mencar
i-cari korelasinya. Barang siapa yang mencari-cari korelasinya, maka berarti ia memaksa
kan diri untuk itu pada sesuatu yang tidak ia kuasai dan korelasinya adalah lemah...”22 P
ada dasarnya, „Izzuddin hanya memberikan persyaratan yang sangat ketat untuk mencari
keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an, mengingat al-Qur‟an mengandung hukum yang berbed
a-beda dan syariat dengan berbagai sebab. Hampir senada dengan „Izzuddin, ulama hadis
Dr. Shubhi al-Sholih berpendapat bahwa ilmu munasabah hanya bisa terjadi pada satu ke
satuan hukum dan sebab yang berkaitan pada bahagian awal dan akhir saja. Jika terjadi p
ada sebab-sebab yang berbeda, maka munasabahnya tertolak dan tidak dapat diterima. Sh
ubhi al-Sholih, sebagai mana „Izzuddin, sebenarnya tidak menolak keberadaan ilmu mun
asabah, tetapi beliau hanya memberi syarat keharusan satu kesatuan dalam hukum dan se
bab, selain itu maka munasabahnya seperti dipaksa-paksakan.23 Dan hal tersebut tidak di
benarkan. Imam al-Syaukani berkata :” ...para ulama menghabiskan waktunya untuk urus
an munasabah al-Qur‟an yang tidak memberikan manfaat apapun. Mereka menjatuhkan
dirinya pada pembicaraan-pembicaraan yang berdasarkan semata-mata rasionalisasi yang
dilarang tentang persoalan yang berkaitan dengan kitab Allah SWT. Mereka mengkaji mu
nasabah antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan mencari rahasia disebalik susunan dan urutan
ayat, mereka datang dengan memaksakan diri menemukan munasabah atas nama sebuah
keadilan, retorika dan lebih-lebih atas nama kalam ilahi.”24 Jadi, al-Syaukani menolak k
eberadaan munasabah karena lebih mengutamakan akal semata dan terlalu memaksakan
kehendaknya. Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tafsir di atas, merupakan su
at

2.4. Urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah

Mengenai hubungan antara suatu ayat / surah dengan ayat / surah l


ain ( sebelum/sesudahnya), tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahu
i sebab nuzulul ayat. Sebab mengetahui adanya hubungan antara ayat-ay
at dan surah itu dapat pula membantu kita memahami dengan tepat ayat-
ayat dan surah-surah yang bersangkutan.
Ilmu ini dapat berpesan mengganti Ilmu Asbabun Nuzul, apabila kit
a tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa men
getahui adanya relevansi ayat itu dengan ayat lainnya. Sehingga dikalang
an ulama timbul masalah : mana yang didahulukan antara mengetahui se
bab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan
ayat lain.
Golongan yang pertama beralasan : oleh karena ayat-ayat Al-Qur’a
n itu di dalam surah-surahnya tidak dijadikan berbab-bab dan berpasal-pa
sal dan pada nampaknya memang tidak teratur, bahkan kadang didapati s
atu ayat yang berisi perintah dengan satu ayat lain yang berisi larangan, y
ang di antaranya sudah diselingi ayat lain yang berisi qisshah, maka tidak
mungkin jadi ayat-ayat itu satu dengan yang lain ada hubungannya. Selan
jutnya dikatakan pula oleh mereka : “Bahwa perbuatan orang yang memp
erhubungkan satu ayat dengan ayat yang lain itu, adalah suatu perbuatan
yang memberatkan diri sendiri”.
Golongan yang kedua beralasan : oleh karena letak tiap-tiap ayat d
an surah Al-Qur’an itu dari sejak diturunkan sudah diatur dan ditertibkan o
leh Allah dan Nabi SAW, tinggal memerintahkan kepada para penulisnya
pada waktu ayat-ayat itu diturunkan tentang letak dan tempatnya tiap-tiap
ayat dan surah, maka sudah barang tentu pimpinan yang sedemikian itu
mengandung arti, bahwa tiap-tiap ayat di dalam Al-Qur’an itu satu dengan
lainnya ada hubungannya. Selanjutnya oleh mereka dikatakan : “Bahwa s
ekalipun pada lahirnya ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak teratur dan tidak tersu
sun, tetapi dalam hakikatnya sangat teratur dan tersusun rapi”.

Kedua pendapat itu baiknya kita pikirkan bersama, karena kedu


a-duanya adalah dari buah pikiran mereka masing-masing. Han
ya kami berpendapat dan berpendirian, bahwa kemungkinan b
esar ayat-ayat yang tertulis di dalam tiap-tiap surah Al-Qur’an it
u ada hubungannya satu dengan yang lain.

2.5 Konsep makki dan madani al quran

Nama Makkiyah dan Madaniyah diambil dari kata Makkah dan Madinah. Makka
h sebagai tempat Rasulullah dinobatkan sebagai utusan-Nya dan tempat beliau be
rinteraksi dengan kaum Quraisy, serta Madinah sebagai tempat Rasulullah berhijr
ah.

Ayat-ayat Makkiyah diturunkan lebih awal daripada ayat-ayat Madaniyah. Metod


e Makkiyah dan Madaniyah ini akan sangat relevan apabila dihubungkan dengan
perjalanan dakwah Nabi yang berlangsung selama 23 tahun. 13 tahun pertama ber
ada di Makkah, dan 10 tahun terakhir berada di Madinah.

Kedua kata ini ditambahkan dengan “iyah” sebagai sebutan penisbahan. Fungsi d
ari nisbah yang juga bisa disebut sebagai atribut ini adalah untuk menerangkan se
cara spesifik tempat tersebut.

Konsep Makkiyah dan Madaniyah digunakan untuk memberikan pemahaman tent


ang kronologi latar belakang ayat. Manakah ayat yang turun lebih dahulu, dan ma
na yang lebih belakangan. Ini terkait dengan konsep nasikh dan mansukh dalam
Al-Qur’an, mana ayat yang menghapus dan mana ayat yang dihapus.
 Tiga unsur pembeda makkiyah dan madaniyah

Terdapat tiga unsur perspektif yang membedakan surat atau ayat Makkiyah dan
Madaniyah. Para ulama meninjau ayat-ayat serta surat dan Al-Qur’an, kemudian
mengklasifikasikannya sebagai Makkiyah dan Madaniyah, melalui unsur-unsur b
erikut.

Pertama, tinjauan dari segi waktu. Makkiyah merupakan surat atau ayat yang turu
n sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah sebaliknya, ia mengka
tegorikan surat atau ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah.

Kedua, tinjauan dari segi tempat. Seperti namanya, Makkiyah mencakup surat ata
u ayat yang diturunkan di kota Makkah. Dan Madaniyah mencakup surat atau aya
t yang diturunkan di kota Madinah.

Ketiga, tinjauan dari segi khitob. Khitob adalah sasaran atau tujuan. Dalam kasus
ini, khitob yang dimaksud adalah ke penduduk mana ayat atau surat ini diturunka
n.
2.6 Cara mengetahui makkiyah dan madaniyah suatu ayat / surat
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah para ulama bersand
ar pada dua cara utama. Manhaj simâ’i naqli (metode pendengaran seperti apa ada
nya) dan Manhaj qiyâsi ijtihâdi (menganalogikan dan ijtihad).

 Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah


Untuk membedakan makkiyah dan madaniyah, para ulama mempunyai tiga cara
pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.1) Dari segi waktu t
urunnya. Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di M
akkah. Madaniyah adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di Madinah.
Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Makkah atau Arafah adalah madaniy
ah seperti ayat yang diturunkan pada tahun penaklukan kota makkah,

 MAKKIYAH

Ketentuan dan Ciri Khas Makkiyah


Para ulama telah meneliti surah-surah makkiyah dan madaniyah, menyimpulkan b
eberapa ketentuan analogis bagi keduanya yang menerangkan ciri-ciri khas gaya
bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat men
ghasilkan kaedah-kaedah dengan ciri-ciri tersebut.
Ketentuan Surah Makkiyah:

Setiap surah yang didalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu makkiyah.
Setiap surah yang mengandung lafaz “kallâ” berarti makkiyah. Lafaz ini hanya ter
dapat dalam separuh terakhir dari al-Qur`an dan disebutkan sebanyak tiga puluh ti
ga kali dalam lima belas surah.

Setiap surah yang mengandung “yâ ayyuhannâs” dan tidak mengandung “yâ ayyu
hâlladzîna âmanû”, berarti makkiyah. Kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah
terdapat ayat “yâ ayyuhâlladzîna âmanûr ka’û wasjudû”. Namun demikian sebagi
an besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah makkiyah.

Setiap surah yang menngandung kisah para nabi umat terdahulu adalah makkiyah,
kecuali surah al-Baqarah.
Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan iblis adalah makkiyah, kecuali su
rat al-Baqarah.

 MADANIYAH

Ketentuan Surah Madaniyah

Setiap surah yang berisi kewajiban atas had (sanksi) adalah madaniyah.
Setiap surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madaniya
h, kecuali surah al-Ankabut adalah makkiyah.
Setiap surah yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madaniya
h.
Tema dan Gaya Bahasa surat Madaniyah
Dari segi ciri khas, tema dan gaya bahasa, dapatlah diringkaskan sebagai berikut :
Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosi
al, hubungan internasiaonal baik di waktu damai maupun perang, kaidah hukum d
an masalah perundang-undangan.
Seruan terhadap ahli kitab, dari kalangan yahudi dan nasrani. Dan ajakan kepada
mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka, terhada
p kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan me
reka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mere
ka.
Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisi kejiwaannya, membuka kedok
nya, dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
Suku kata dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang mema
ntapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.

2.7 Dasar penetapan makki dan madaniyah suatu ayattps://www.naataudio.com/

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berupa Al-Quran secara beran


gsur-angsur dalam jangka waktu kurang lebih selama 23 tahun. Kondis
i ini mengakibatkan ayat yang turun tidak dalam satu tempat dan situas
i saja. Akan tetapi sebagian ayat ada yang diturunkan pada saat di kota
Makkah dan kota Madinah. Selanjutnya disebut makki dan madani. Be
gitu juga pada saat perjalanan, pada waktu musim dingin dan panas, da
n turun pada waktu siang hari dan malam hari

 Waktu turunnya ayat

Pertama, segi waktu turunnya Al-Qur’an. Disebut dengan Makki adalah


ayat atau surat yang turun sebelum Nabi Muhammad hijrah meskipun d
iturunkannya bukan di Makkah. Kemudian, disebut Madani karena ayat
atau surat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah meskipun diturun
kannya bukan di Madinah. Baik yang turun di Makkah, pada tahun futu
h makkah, dan haji wada’.

Seperti contoh didalam surat An-Nisa ayat 58:


‫ِإ َّن ال َّل َه َي ْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن ُت َؤ ُّد وا ا َأْل َم اَنا ِت ِإ َل ٰى َأ ْه ِلَه ا َو ِإ َذ ا َح َك ْم ُت ْم َب ْي َن ال َّن ا ِس َأ ْن َتْح ُك ُم وا ِب ا ْل َع ْد ِل ۚ ِإ َّن ال َّل َه ِنِع َّم ا َيِع ُظ ُك ْم ِب ِه‬
‫ۗ ِإ َّن ال َّل َه َك اَن َس ِم يًع ا َبِص يًر ا‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada ya


ng berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hu
kum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungg
uhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesu
ngguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

 Tempat turunnya ayat

Kedua, segi tempat turunnya Al-Qur’an . Makki adalah ayat atau surat
yang turun di Makkah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaib
iyah. Madani adalah ayat atau surat yang turun di Madinah dan sekitar
nya, seperti Uhud, Quba, dan Sala’.

Namun, pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara


spesifik dan batasan yang jelas. Ada posisi ayat atau surat yang turun d
itengah-tengah, artinya bahwa apa yang diturunkan pada saat perjalana
n seperti di Tabuk dan Baitul Maqdis. Maka statusnya tidak jelas dan ti
dak termasuk dalam salah satu bagian ini.

Seperti contoh Surat Al-Fath yang diturunkan pada saat perjalanan. Sur
at at-Taubah ayat 2 yang diturunkan pada saat Nabi berada di Tabuk. A
tau Surat Az-Zukhruf ayat 45 yang diturunkan di Baitul Maqdis pada m
alam Isra Mi’raj. Adapun konsekuensi penetapan ini mengakibatkan sta
tusnya tidak jelas. Akibatnya ayat yang turun di Makkah walaupun Nab
i sesudah hijrah, tetap disebut Makkiyah.

2.8 Ciri-Ciri ayat makkiyah dan madaniyah dan klasifikasi makkiyah dan
madaniyah.

ciri-ciri surat Makkiyah selengkapnya:

 Terdapat lafadz kalla di sebagian besar atau seluruh ayatnya.


 Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayatnya.
 Diawali huruf tahajji, seperti: qaf, nun, dan ha mim.
 Memuat kisah Adam dan iblis (kecuali surat Al-Baqarah).
 Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
 Di dalamnya terdapat seruan kepada semua manusia (wahai semua manusia).
 Isi suratnya berupa seruan dengan kalimat "Anak Adam".
 Isinya memberi penekanan pada masalah akidah.
 Ayatnya pendek-pendek.

Sementara karakteristik umum yang terdapat pada surat Makkiyah menurut buku Perspektif
Baru Ilmu Alquran karya Dawud al-‘Attar, antara lain:

 Peringatan terhadap prinsip-prinsip akidah, seperti iman kepada Allah, hari Akhir, ga
mbaran tentang hari pembalasan, penghuni surga dan neraka.
 Ajakan untuk berpegang pada akhlak luhur dan berbuat baik.
 Secara umum suratnya berisi ayat yang pendek-pendek.
 Bantahan terhadap kaum musyrikin serta penegasan tentang batilnya akidah mereka.
 Banyaknya menggunakan ya ayyuha al-nas dan jarang menggunakan ungkapan ya al-
ladzina amanuu.
 Banyak kisah para nabi dan pengikutnya.
 Kurang lebih lafadz kalla disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam suratnya.
 Setiap surat yang di buka dengan huruf-huruf yang singkat, seperti: alif lam mim, alif
lam ra, hamim, dan lain-lainnya.

Ciri-Ciri Surat Madaniyah

 Terdapat kalimat "orang-orang yang beriman" pada ayat-ayatnya.


 Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishash dan jihad di dalamnya.
 Ayatnya banyak menyebut kalimat “orang-orang munafik" (kecuali surat Al-Ankabut).
 Membuat bantahan terhadap ahli Alkitab (Yahudi dan Nasrani).
 Memuat hukum syara', seperti: ibadah, mu'amalah, al-ahwal dan al-syakhshiyah.
 Ayatnya panjang-panjang.

Menurut Dawud al-‘Attar dalam buku Perspektif Baru Ilmu Alquran, karakteristik yang umu
mnya terdapat pada Madaniyah menurut, antara lain:
 Banyak menjelaskan tentang hukum-hukum, seperti had, faraidh, hak-hak, undang-un
dang politik, ekonomi, dam masalah ke-negaraan.
 Suratnya berisi ayat-ayat yang panjang.
 Berbicara mengenai kedudukan dan ancaman bagi orang-orang munafik.
 Banyak menyebutkan tentang jihad serta pemberian ijin berperang dan hukum-hukum
nya.
 Penentangan terhadap ahli alkitab dan seruan terhadap mereka untuk menghilangkan s
ikap berlebih-lebihan dalam agama mereka.
 Ayatnya banyak menggunakan ungkapan ya al-ladzina amanuu dan jarang mengguna
kan kalimat ya ayyuha al-nas.

2.9 Kegunaan mempelajarinya

Kegunaan mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut

1. Mengetahui persambungan hubungan antara bagian al-Qur’an, baik antara kalimat-kal


imat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lainnya. Sehingga l
ebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an dan mempe
rkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan. Karena itu, Izzudin Abdul Sa
lam mengatakan, bahwa ilmu munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika men
ghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Beliau mensyaratkan harus j
atuh pada hal-hal yang berkaitan betul-betul, baik di awal atau diakhirnya.
2. Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan bahasa al-
Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain. Serta persesuaian
ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih meyakinkan kemukjizat
annya, bahwa al-Qur’an itu betul-betul wahyu dari Allah SWT, dan bukan buatan Nab
i Muhammad Saw. Karena itu imam Arrazi mengatakan, bahwa kebanyakan keindaha
n-keindahan al-Qur’an itu terletak pada susunan dan persesuaiannya, sedangkan susun
an kalimat yang paling baligh (bersastra) adalah yang sering berhubungan antara bagi
an yang satu dengan bagian yang lainnya.
3. Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’
an. Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat dengan kalimat / ayat ya
ng lain, sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-hukum atau isi kandu
ngannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Munasabah adalah keterkaitan atau hubungan antara surah- s
urah, ayat-ayat dalam Alquran, baik awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan
makna antar ayat atau antar surah baik korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi a
tau imajinatif atau korelasi berupa sebab akibat.

B. SARAN

Jika ditinjau ulang, tentu didalam makalah ini tidak akan lepas dari koreksi para pembaca. Ka
rena kami menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh kare
na itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar nantiny
a makalah ini akan menjadi lebih sempurna dan baik untuk dikonsumsi otak kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://himaprodiesystais.wordpress.com/2017/01/05/makalah-munasabah-al-quran/#:~:
text=Jika%20ditinjau%20ulang,dikonsumsi%20otak%20kita.

Anda mungkin juga menyukai