STUDI AL-QUR’AN
Disusun Oleh:
Segala puji dan Syukur kehadirat allah SWT, karena atas leimpahan Rahmat serta anugrah d
arinya, kami bisa menyelesaikan penulisan makalah kami dengan judul konsep dan dasar pe
mikiran munasabah.solawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kia nabi
besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk allah allah SWT untuk kita semu
a yakni agama islam.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca makalah ini ag
ar selanjutnya dapat kami lakukan revisi Kembali.karena kami sangat menyadari,bahwa maka
lah yang kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan,kami haturkan terimakasih yang s
ebesar-besarnya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama p
roses penyusunan hingga rampungnya makalah ini,terutama kepada Dr.Muflikhatul Khoiroh,
M.Ag yang telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah study Al-quran .
Demikianlah yang dapat kami sampaikan ,kami sangat berharap agar makalah yang telah k
ami susun ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................................7
2.8 Ciri-ciri ayat Makkiyah dan Madaniyah dan Klasifikasi ayat Makkiyah dan Madaniyah 15
BAB III......................................................................................................................................17
KESIMPULAN........................................................................................................................1
7
SARAN..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Konsep dan dasar pemikiran munasabah
2. Macam-macam munasabah
3. Pendapat ulama tentang munasabah
4. Urganisasi dan Kegunaan mempelajari Munasabah
5. Konsep Makki dan Madani Al-Qur’an
6. Cara mengetahui Makki dan Madani suatu ayat/Al-Qur’an
7. Dasar penetapan Makki dan Madani suatu ayat/Al-Qur’an
8. Ciri-ciri ayat Makki dan Madani dan Klasifikasi ayat Makki dan Madani
9. Kegunaan mempelajarinya
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan munasabah
2. Untuk menjelaskan pendapat para ulama
3. Menjelaskan komsep makki dan madani al quran
4. Untuk menjelaskan ciri-ciri ayat makkiya dan madaniyah
5. Dan kegunaan mempelajarinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. . Munasabah antar s
urat dengan surat sebel
umnya
B. As-Suyuthi menyimpu
lkan bahwa munasaba
h antarsatu surat deng
an surat
C. sebekumnya berfung
si menerangkan atau
menyempurnakan ungk
apan pada surat
D. sebelumnya. Contoh :
dalam surat, Al-Fatihah
[1] ayat 1 terdapat ungk
apan Alhamdulillah.
E. Ungkapan ini berkoler
asi dengan surat Al-Baq
arah [2] ayat 152 dan 18
6 yang artinya:
F. “Maka ingatlah kepa
da-Ku, Aku pun akan ing
at kepadamu. Bersyukur
lah kepada-Ku,
G. dan janganlah kamu i
ngkar kepada-Ku.” (Q.S.
Al-Baqarah [2]: 152).
H. “Dan apabila hamba-
hamba-Ku bertanya kep
adamu (Muhammad) te
ntang Aku, maka
I. sesungguhnya Aku d
ekat. Aku Kabulkan per
mohonan orang yang b
erdoa apabila dia
J. berdoa kepada-Ku. He
ndaklah mereka itu me
menuhi (perintah)-Ku da
n beriman kepada-
K. Ku, agar mereka mem
peroleh kebenaran.” (Q.
S. Al-Baqarah [2]: 186
Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya.
Munasabah antarnama surat dan tujuan turunnya.
Munasabah antarbagian suatu ayat
Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antarsuatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya
Munasabah antarFashilah (Pemisah) dan isi ayat
Munasabah antarawal surat dengan akhir surat yang sama
Munasabah antarpenutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
Ada sebagian ulama yang menolak dan mengingkari munasabah al-Qur‟an, alasann
ya adalah karena terlalu dipaksa-paksakan (takalluf)) mencari korelasinya dan hal itu tida
k dianjurkan oleh syara‟ Di antara ulama yang paling kuat menolak keberadaan ilmu mu
nasabah adalah „Izzuddin bin abdi al-Salam dan Imam al-Syaukani „Izzuddin bin Abdi a
l-Salam berkata :”Munasabah adalah ilmu yang baik selama ada pertalian dan keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut disyaratkan jika kalamnya berada dalam sa
tu kesatuan yang berkaitan pada bahagian awal dan bahagian akhir saja. Apabila kalam te
rsebut terjadi dengan berbagai sebab yang berbeda, maka tidak dianjurkan untuk mencar
i-cari korelasinya. Barang siapa yang mencari-cari korelasinya, maka berarti ia memaksa
kan diri untuk itu pada sesuatu yang tidak ia kuasai dan korelasinya adalah lemah...”22 P
ada dasarnya, „Izzuddin hanya memberikan persyaratan yang sangat ketat untuk mencari
keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an, mengingat al-Qur‟an mengandung hukum yang berbed
a-beda dan syariat dengan berbagai sebab. Hampir senada dengan „Izzuddin, ulama hadis
Dr. Shubhi al-Sholih berpendapat bahwa ilmu munasabah hanya bisa terjadi pada satu ke
satuan hukum dan sebab yang berkaitan pada bahagian awal dan akhir saja. Jika terjadi p
ada sebab-sebab yang berbeda, maka munasabahnya tertolak dan tidak dapat diterima. Sh
ubhi al-Sholih, sebagai mana „Izzuddin, sebenarnya tidak menolak keberadaan ilmu mun
asabah, tetapi beliau hanya memberi syarat keharusan satu kesatuan dalam hukum dan se
bab, selain itu maka munasabahnya seperti dipaksa-paksakan.23 Dan hal tersebut tidak di
benarkan. Imam al-Syaukani berkata :” ...para ulama menghabiskan waktunya untuk urus
an munasabah al-Qur‟an yang tidak memberikan manfaat apapun. Mereka menjatuhkan
dirinya pada pembicaraan-pembicaraan yang berdasarkan semata-mata rasionalisasi yang
dilarang tentang persoalan yang berkaitan dengan kitab Allah SWT. Mereka mengkaji mu
nasabah antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan mencari rahasia disebalik susunan dan urutan
ayat, mereka datang dengan memaksakan diri menemukan munasabah atas nama sebuah
keadilan, retorika dan lebih-lebih atas nama kalam ilahi.”24 Jadi, al-Syaukani menolak k
eberadaan munasabah karena lebih mengutamakan akal semata dan terlalu memaksakan
kehendaknya. Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tafsir di atas, merupakan su
at
Nama Makkiyah dan Madaniyah diambil dari kata Makkah dan Madinah. Makka
h sebagai tempat Rasulullah dinobatkan sebagai utusan-Nya dan tempat beliau be
rinteraksi dengan kaum Quraisy, serta Madinah sebagai tempat Rasulullah berhijr
ah.
Kedua kata ini ditambahkan dengan “iyah” sebagai sebutan penisbahan. Fungsi d
ari nisbah yang juga bisa disebut sebagai atribut ini adalah untuk menerangkan se
cara spesifik tempat tersebut.
Terdapat tiga unsur perspektif yang membedakan surat atau ayat Makkiyah dan
Madaniyah. Para ulama meninjau ayat-ayat serta surat dan Al-Qur’an, kemudian
mengklasifikasikannya sebagai Makkiyah dan Madaniyah, melalui unsur-unsur b
erikut.
Pertama, tinjauan dari segi waktu. Makkiyah merupakan surat atau ayat yang turu
n sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah sebaliknya, ia mengka
tegorikan surat atau ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah.
Kedua, tinjauan dari segi tempat. Seperti namanya, Makkiyah mencakup surat ata
u ayat yang diturunkan di kota Makkah. Dan Madaniyah mencakup surat atau aya
t yang diturunkan di kota Madinah.
Ketiga, tinjauan dari segi khitob. Khitob adalah sasaran atau tujuan. Dalam kasus
ini, khitob yang dimaksud adalah ke penduduk mana ayat atau surat ini diturunka
n.
2.6 Cara mengetahui makkiyah dan madaniyah suatu ayat / surat
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah para ulama bersand
ar pada dua cara utama. Manhaj simâ’i naqli (metode pendengaran seperti apa ada
nya) dan Manhaj qiyâsi ijtihâdi (menganalogikan dan ijtihad).
MAKKIYAH
Setiap surah yang didalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu makkiyah.
Setiap surah yang mengandung lafaz “kallâ” berarti makkiyah. Lafaz ini hanya ter
dapat dalam separuh terakhir dari al-Qur`an dan disebutkan sebanyak tiga puluh ti
ga kali dalam lima belas surah.
Setiap surah yang mengandung “yâ ayyuhannâs” dan tidak mengandung “yâ ayyu
hâlladzîna âmanû”, berarti makkiyah. Kecuali surah al-Hajj yang pada akhir surah
terdapat ayat “yâ ayyuhâlladzîna âmanûr ka’û wasjudû”. Namun demikian sebagi
an besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah makkiyah.
Setiap surah yang menngandung kisah para nabi umat terdahulu adalah makkiyah,
kecuali surah al-Baqarah.
Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan iblis adalah makkiyah, kecuali su
rat al-Baqarah.
MADANIYAH
Setiap surah yang berisi kewajiban atas had (sanksi) adalah madaniyah.
Setiap surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madaniya
h, kecuali surah al-Ankabut adalah makkiyah.
Setiap surah yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madaniya
h.
Tema dan Gaya Bahasa surat Madaniyah
Dari segi ciri khas, tema dan gaya bahasa, dapatlah diringkaskan sebagai berikut :
Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosi
al, hubungan internasiaonal baik di waktu damai maupun perang, kaidah hukum d
an masalah perundang-undangan.
Seruan terhadap ahli kitab, dari kalangan yahudi dan nasrani. Dan ajakan kepada
mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka, terhada
p kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan perselisihan me
reka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mere
ka.
Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisi kejiwaannya, membuka kedok
nya, dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
Suku kata dan ayat-ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang mema
ntapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
Kedua, segi tempat turunnya Al-Qur’an . Makki adalah ayat atau surat
yang turun di Makkah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaib
iyah. Madani adalah ayat atau surat yang turun di Madinah dan sekitar
nya, seperti Uhud, Quba, dan Sala’.
Seperti contoh Surat Al-Fath yang diturunkan pada saat perjalanan. Sur
at at-Taubah ayat 2 yang diturunkan pada saat Nabi berada di Tabuk. A
tau Surat Az-Zukhruf ayat 45 yang diturunkan di Baitul Maqdis pada m
alam Isra Mi’raj. Adapun konsekuensi penetapan ini mengakibatkan sta
tusnya tidak jelas. Akibatnya ayat yang turun di Makkah walaupun Nab
i sesudah hijrah, tetap disebut Makkiyah.
2.8 Ciri-Ciri ayat makkiyah dan madaniyah dan klasifikasi makkiyah dan
madaniyah.
Sementara karakteristik umum yang terdapat pada surat Makkiyah menurut buku Perspektif
Baru Ilmu Alquran karya Dawud al-‘Attar, antara lain:
Peringatan terhadap prinsip-prinsip akidah, seperti iman kepada Allah, hari Akhir, ga
mbaran tentang hari pembalasan, penghuni surga dan neraka.
Ajakan untuk berpegang pada akhlak luhur dan berbuat baik.
Secara umum suratnya berisi ayat yang pendek-pendek.
Bantahan terhadap kaum musyrikin serta penegasan tentang batilnya akidah mereka.
Banyaknya menggunakan ya ayyuha al-nas dan jarang menggunakan ungkapan ya al-
ladzina amanuu.
Banyak kisah para nabi dan pengikutnya.
Kurang lebih lafadz kalla disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam suratnya.
Setiap surat yang di buka dengan huruf-huruf yang singkat, seperti: alif lam mim, alif
lam ra, hamim, dan lain-lainnya.
Menurut Dawud al-‘Attar dalam buku Perspektif Baru Ilmu Alquran, karakteristik yang umu
mnya terdapat pada Madaniyah menurut, antara lain:
Banyak menjelaskan tentang hukum-hukum, seperti had, faraidh, hak-hak, undang-un
dang politik, ekonomi, dam masalah ke-negaraan.
Suratnya berisi ayat-ayat yang panjang.
Berbicara mengenai kedudukan dan ancaman bagi orang-orang munafik.
Banyak menyebutkan tentang jihad serta pemberian ijin berperang dan hukum-hukum
nya.
Penentangan terhadap ahli alkitab dan seruan terhadap mereka untuk menghilangkan s
ikap berlebih-lebihan dalam agama mereka.
Ayatnya banyak menggunakan ungkapan ya al-ladzina amanuu dan jarang mengguna
kan kalimat ya ayyuha al-nas.
Kegunaan mempelajari ilmu munasabah ini banyak, antara lain sebagai berikut
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Munasabah adalah keterkaitan atau hubungan antara surah- s
urah, ayat-ayat dalam Alquran, baik awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan
makna antar ayat atau antar surah baik korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi a
tau imajinatif atau korelasi berupa sebab akibat.
B. SARAN
Jika ditinjau ulang, tentu didalam makalah ini tidak akan lepas dari koreksi para pembaca. Ka
rena kami menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh kare
na itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar nantiny
a makalah ini akan menjadi lebih sempurna dan baik untuk dikonsumsi otak kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://himaprodiesystais.wordpress.com/2017/01/05/makalah-munasabah-al-quran/#:~:
text=Jika%20ditinjau%20ulang,dikonsumsi%20otak%20kita.