Dosen Pengampu:
Hurnawijaya, M.Sy
Disusun oleh:
FAKULTAS SYARIAH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun. Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini..
Penyusun
Hardianti
2
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….5
a. PENGERTIAN ISTINBATH……………………………………………………….5
b. METODE ISTINBATH DARI SEGI BAHASA…………………………………...5
c. METODE PENETAPAN HUKUM MELALUI MAQASHID AL-SYARIAH……8
a. KESIMPULAN………………………………………………………………………9
b. SARAN………………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, sumber pokok Hukum Islam adalah wahyu, baik yang tertulis (kitab
Allah/Al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis (Sunnah Rasulullah). Materi-materi hukum yang
terdapat di dalam sumber tersebut, secara kuantitatif terbatas jumlahnya. Karena itu terutama setelah
berlalunya zaman Rasulullah, dalam penerapannya diperlukan penalaran.
Dengan jalan istinbath itu hukum Islam akan senantiasa berkembang seirama dengan
terjadinya dinamika perkembangan masyarakat guna mewujudkan kemaslahatan dan menegakkan
ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menjamin hak dan kewajiban masing-masing individu
yang berkepentingan secara jelas.
Bagi seseorang yang hendak melakukan ijtihad, maka ilmu ushul fikih mutlak diperlukan
karena ia merupakan alat atau bahan acuan dalam melakukan istinbath hukum. Dalam makalah ini
akan dibahas teori istinbath dan istidlal yang digunakan dalam studi hukum islam.
B. Rumusan Masalah
Adapaun masalah dari latar belakang diatas yang penulis ambil yaitu.
1. Apa pengertian istinbath?
2. Bagaimana Metode Istinbath dari segi bahasa?
3. Bagaimana Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian istinbath?
2. Untuk mengetahui Metode Istinbath dari segi bahasa?
3. Untuk mengetahui Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?
BAB II
4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istinbath
Istinbath” berasal dari kata “nabth” yang berarti : “air yang mula-mula memancar keluar dari
sumur yang digali”. Dengan demikian, menurut bahasa, arti istinbath ialah “mengeluarkan sesuatu
dari persembunyiannya”. Setelah dipakai sebagai istilah dalam studi hukum islam, arti istinbath
menjadi “upaya mengeluarkan hukum dari sumbernya”. Makna istilah ini hampir sama dengan ijtihad.
Fokus istinbath adalah teks suci ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi. Karena itu, pemahaman,
penggalian, dan perumusan hukum dari kedua sumber tersebut disebut istinbath.
Kata istinbat bila dihubungkandengan hukum seperti dijelaskan oleh Muhammad Bin Ali al-
fayyumi ahli bahasa arab dan fiqh, berarti upaya menarik hukum dari Al-quran dan Assunnah dengan
jalan ijtihad.
Ayat-ayat al-quran dalam menunjukkan pengertianya menggunakan berbagai cara ada yang
tegas dan ada yang tidak tegas ada yang melalui arti bahasanya dan ada pula yang melalui maksud
hukumnya disamping itu disatukali terdapat pula perbenturan antara satu dalil dengan lain dalil
yang memerlukan penyelesaian ushul fiq menyajikan berbagai cara dari berbagai aspeknya
untuk menimba pesan-pesan yang terkandung dalam al-quran dan sunnah rasullah.Secara garis besar
metode istimbat dapat dibagi kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertenta
Objek utama yang akan di bahas dalam ushul fiqh adalah al-quran dan sunah untuk
memahami teks-teks dua sumber yang berbahasa arab tersebut para ulama’ telah menyusun semacam
‘sematik’ yang akan digunakan dalam praktik penalaran fiqh bahasa arab menyampaikan suatu pesan
dengan berbagai cara dan dalam berbagai tinggkat kejelasanya untuk itu para ahlinya telah membuat
beberapa ketegori lafal atau redaksi diantanya yang sangat penting dan akan dikemukakan disini
adalah masalah amar, nahi dan takhir. Pembahasan lafal dari segi umum dan khisus pembahasan lafal
dari segi mutlak pembahasan lafal dari segi mantuk dan mafhumdaris, hal-hal tersebut berikut ini.
a) Amar.
5
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan , memberi kepada
kaum kerabat dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan dia memberi
penggajarann kepadamu agar kamu dapat menggambil pelajaran.
b) Nahi(larangan)
Pengertian nahi versi ulamak ushul fiq. Adalah larangan melakukan suatu perbuatan dari
pihak yang lebih tinggi kedudukanya kepada pihak yang lebih rendah tingkatanya dengan kalimat
yang menunjukkan atas hal itu.
Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar (mengharamkan),
mempersekutukan allah dengan sesuatu yang allah tidak mengeluarkan hujjah untuk itu dan,
(mengharamkan), mengada-ngadakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui.
c) Takhyir(memberi pilihan)
Yang dimaksud dengan takhyir adalah bahwa syari’(allah dan rasulnya) memberi pilihan
kepada hambanya antara melakukan dan tidak melakukanya suatu perbuuatan.
a. Lafal Umum
Lafal umum ialah lafal yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian
lafal itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu. Seperti yang terdapat dalam surat at-tur 21.
Tiap-tiap (kul)manusia terikat dengan apa yang ia kerjakan.
b. Lafal Khusus
Lafal khusus adalah lafal yang yang mengandung satu pengertian secara tunggal atau
beberapa pengertian yang terbatas . para ulamak ushul fiq sepakat seperti disebutkan abu Zahra
bahwa lafal khas dalam nash syara’ menunjukkan kepada pengertianya yang khas secara qaht’i
6
(pasti) dan hukum yang dikandungnya bersifat pasti selama tidak ada indikasi yang menunjukkan
pengertian lain.
maka khafarat (melanggar) sumpah itu , ialah memberi makan sepuluh orang miskin , yaitu makanan
yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka.
Secara bahasa mutlaq berarti bebas tanpa ikatan, sedangkan menurut istilah seperti yang
dikemukakan oleh Abd al-wahab Khllaf ahli ushul fiq kebangsaan Mesir dalam bukunya ‘Ilmu
Ushul Al fiqh, pengertian mutlaq adalah: lafa yang menunjukkan suatu satuan tanpa dibatasi secara
harfiah dengan suatu ketentuan. Misalnya lafal mutlaq yang terdapat dalam ayat 234 surat al-
baqoarah. Orang-orang yang meninggal dunia diantara kamu dengan meninggalkan isteri-
isteri(hendaklah para isteri itu)menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.
Sedangkan lafal muqayyadah mengandung arti berarti terikat . contoh lafal muqayyada
adalah yang terdapat dalam surat Al-Mujadillah ayat 3 dan 4.
a. Pengertian Mantuq
Mantuq secara bahasa berarti “sesuatu yang di ucapkan” sedangkan menurut istilah ushul
fiqh pengertian harfiah dari suatu lafal yang di ucapkan , ada juga yang mendefinisikan pengertian
mantuq adalah” makna yang secara tegas di tunjukkan oleh suatu lafal sesuai dengan penciptaanya
baik secara penuh atau berupa bagianya .
Misalya Firman Allah dalam surat an-nisa’ ayat 3 yang mencamtumkan hukum boleh kawin
lebih dari satu orang dengan syarat adil , jika tidak wajib embatasi seorang saja.
b. Pengertian Mafhum .
Mafhum secara bahasaØ ialah “ suatu yang dipahami dari suatu teks” dan menurut istilah
adalah “ pengertian tersirat dari suatu lafal (mafhum muwafaqah) atau pengertian dari kebalikan dari
pengertian lafal yang diucapkan (mafhum mukhlafah). Mafhum, menurut mayoritas ulama Ushul
Fiqh, seperti tergambar dalam devinisi di atas dapat dibagi kepada dua macam, yaitu Mafhum
muwafaqah, dan Mafhum mukhalafah.
7
Maqasid syari’ah berarti tujuan Aallah dan Rasulnya dalam merumuskan hukum-hukum
islam.tujuan itu dapat di telusuri dalam ayat-ayat al-qur’an dan asunnah sebagai alasan logis bagi
rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada ,kemaslahatan umat manusia. Peranan maqasid
syari’ah dalm pengembangan hukum. Pengetahuan tentang maqasid syari’ah adalah hal yang sangat
penting yang dapat dijadikan alat bantu untuk memahami ayat-ayat al-quran dan sunnah ,
menyelesaika dalil-dalil yang bertentangan dan yang sangat penting lagi adalh untuk menetapkan
hukum terhadap kasus yang tidak tertampung dalm al-quran dan sunnah secara kajian kebahasaan.
Metode istimbat seperti, qyas, istihsan, dan masalah mursalah adalah metode-metode
pengembangan hukum islam yang didasarkan atas maqasid syari’ah . sebagai contoh: tentang kasus
diharamkanya khamer(0qs-al-maidah ayat:90.) dari hasil penelitian ulamak ditemukan bahwa
maqasaid syari’ah dari diharamkanya khamer ialah karena sifat yang memabukkan yang bisa
merusak akal pikiran dengan demikian yang menjadi alasan logis adalah dari kharamnya khamer
adalah sifat memabukkanya sedangkan khamer sendiri hanyalah hanyalah salah satu contoh dari
yangmemabukkan.
Dari sini dapat dikembangkan dngan metode analogi (qyas) bahwa setiap yang sifatnya
memabukkan adalah juga haram. Dngan demikian ,(illat) hukum dalam suatu ayat atau hadits bila
diketahui , maka terhadapnya dapat dlakukan bilamana dapat dilakukan qyas (analogi) artinya qyas
hanya bisa dilakukan bila mana ada ayat atau hadits yang secara khusus dapat dijadikan tempat
mengqyas –kanya almaqis alaih. Jika tidak ayat atau hadits secara khusus yang akan dijadikan al-
maqs-alaih, tetapi termasuk kedalam tujuan syari’at secara umum seperti memelihara sekurangnya
salah satu kebutuhan kebutuhan diatas tadi dalam hal ini dilakukan metode masalah-mursalah . dalam
kajian ushul fiqh apa yang dianggap maslahat bila sejalan atau bertentanggan dengan petunjuk-
petunjuk umum syari’at , dapat diakui sebagai landasan hukum yang dikenal dengan marsalahat
mursalah.
Jika yang akan diketahui hukumnya itu telah ditetapkan hukumnya dalam nash atau melalui
qyas, kemudian karena dalam satu kondisi bila ketentuan itu telah ditetapkan akan berbenturan
dengan ketentuan atau kepentinggan lain yang lebih umum dan lebih layak menurut syara’ untuk di
pertahanan . maka ketentuan itu dapat di tinggalkan khusus dalam kondisi tersebut . ijtihad seperti ini
sering disebut dengan istihsan .
BAB III
PENUTUP
8
A. Kesimpulan
Istinbath adalah menggali hukum syara’ yang belum ditegaskan secara langsung oleh nash
Al-Qur’an atau Sunnah. Dilihat dari segi cakupannya, ada pernyataan hukum yang bersifat umum dan
ada juga yang bersifat khusus. Sasaran hukum dalam pernyataan hukum yang umum adalah tanpa
pengecualian, sedangkan pernyataan khusus mengandung pengertian tunggal atau beberapa
pengertian yang terbatas. Ada empat teknik analisa untuk menggali hukum melalui makna suatu
pernyataan hukum yaitu analisa makna terjemah, analisa pengembangan makna, analisa kata kunci
dari suatu pernyataan, dan analisa relevansi makna. Secara garis besar metode istimbat dapat dibagi
kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertentangan.adapun metode-metodenya
adalah.penetapan hukum melalui maqasaid syari’ah,dan istimbat dari segi bahasa.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
9
Blog Fauzul Online: Makalah Metode Istinbat. Diakses 16 November 2013.
Effendi,Satria.2009. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
http/www. Metode istimbath
10