Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

METODE ISTINBATH HUKUM MELALUI MAQASHID AL-SYARIAH

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh

Dosen Pengampu:

Hurnawijaya, M.Sy

Disusun oleh:

HARDIANTI NIM 220202011

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun. Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini..

Mataram, 21 September 2022

Penyusun

Hardianti

2
DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..4

a. LATAR BELAKANG .................................................................................................4


b. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………4
c. TUJUAN PENULISAN……………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….5

a. PENGERTIAN ISTINBATH……………………………………………………….5
b. METODE ISTINBATH DARI SEGI BAHASA…………………………………...5
c. METODE PENETAPAN HUKUM MELALUI MAQASHID AL-SYARIAH……8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………9

a. KESIMPULAN………………………………………………………………………9
b. SARAN………………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Sebagaimana diketahui, sumber pokok Hukum Islam adalah wahyu, baik yang tertulis (kitab
Allah/Al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis (Sunnah Rasulullah). Materi-materi hukum yang
terdapat di dalam sumber tersebut, secara kuantitatif terbatas jumlahnya. Karena itu terutama setelah
berlalunya zaman Rasulullah, dalam penerapannya diperlukan penalaran.

Permasalahan-permasalahan yang tumbuh dalam masyarakat adakalanya sudah ditemukan


nashnya yang jelas dalam kitab suci Al-Qur’an atau Sunnah Nabi, tetapi adakalanya yang ditemukan
dalam Al-Qur’an atau Sunnah Nabi itu hanya berupa prinsip-prinsip umum. Untuk pemecahan
permasalahan-permasalahan baru yang belum ada nashnya secara jelas, perlu dilakukan istinbath
hukum, yaitu mengeluarkan hukum-hukum baru terhadap permasalahan yang muncul dalam
masyarakat dengan melakukan ijtihad berdasarkan dalil-dalil yang ada dalam Al-Qur’an atau Sunnah.

Dengan jalan istinbath itu hukum Islam akan senantiasa berkembang seirama dengan
terjadinya dinamika perkembangan masyarakat guna mewujudkan kemaslahatan dan menegakkan
ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menjamin hak dan kewajiban masing-masing individu
yang berkepentingan secara jelas.

Bagi seseorang yang hendak melakukan ijtihad, maka ilmu ushul fikih mutlak diperlukan
karena ia merupakan alat atau bahan acuan dalam melakukan istinbath hukum. Dalam makalah ini
akan dibahas teori istinbath dan istidlal yang digunakan dalam studi hukum islam.

B.  Rumusan Masalah
Adapaun masalah dari latar belakang diatas yang penulis ambil yaitu.
1. Apa pengertian istinbath?
2. Bagaimana Metode Istinbath dari segi bahasa?
3. Bagaimana Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?

C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian istinbath?
2.      Untuk mengetahui Metode Istinbath dari segi bahasa?
3.      Untuk mengetahui Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?
BAB II

4
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Istinbath
Istinbath” berasal dari kata “nabth” yang berarti : “air yang mula-mula memancar keluar dari
sumur yang digali”. Dengan demikian, menurut bahasa, arti istinbath ialah “mengeluarkan sesuatu
dari persembunyiannya”. Setelah dipakai sebagai istilah dalam studi hukum islam, arti istinbath
menjadi “upaya mengeluarkan hukum dari sumbernya”. Makna istilah ini hampir sama dengan ijtihad.
Fokus istinbath adalah teks suci ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi. Karena itu, pemahaman,
penggalian, dan perumusan hukum dari kedua sumber tersebut disebut istinbath.

Kata istinbat bila dihubungkandengan hukum  seperti dijelaskan oleh Muhammad Bin Ali al-
fayyumi ahli bahasa arab dan fiqh, berarti upaya menarik hukum dari Al-quran dan Assunnah dengan
jalan ijtihad.

Ayat-ayat al-quran dalam menunjukkan pengertianya menggunakan  berbagai cara ada yang
tegas dan  ada yang tidak tegas ada yang melalui arti bahasanya dan  ada pula yang melalui maksud
hukumnya disamping itu  disatukali terdapat pula  perbenturan antara  satu dalil dengan lain dalil
yang  memerlukan  penyelesaian  ushul fiq  menyajikan  berbagai cara dari   berbagai aspeknya 
untuk  menimba  pesan-pesan yang terkandung dalam al-quran dan sunnah rasullah.Secara garis besar 
metode istimbat dapat dibagi  kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertenta

B.     Metode Istimbath Dari Segi Bahasa

Objek utama  yang akan di bahas dalam  ushul fiqh adalah al-quran dan sunah untuk
memahami teks-teks dua sumber yang berbahasa arab tersebut para ulama’ telah menyusun semacam
‘sematik’  yang akan digunakan dalam praktik penalaran fiqh bahasa arab  menyampaikan suatu pesan
dengan berbagai cara dan dalam berbagai tinggkat kejelasanya untuk itu para ahlinya telah membuat
beberapa ketegori lafal atau redaksi diantanya yang sangat penting dan akan dikemukakan   disini
adalah  masalah amar, nahi dan takhir. Pembahasan lafal dari segi umum dan khisus pembahasan lafal
dari segi mutlak  pembahasan lafal dari segi mantuk dan mafhumdaris, hal-hal tersebut berikut ini.

1.      Amar, Nahi dan Takhyir

a)      Amar.

Menurut mayoritas ulamak ushul fiqh adalah. Suatu tuntutan(perintah)untuk melakukan


sesuatu dari pihak yang lebih tinggi  kedudukanya kepada pihak yang lebih rendah kedudukanya
Contoh amar yang secara tegas mengandung  makna menyuruh, didalam al-quran  surat an-nahal.
16:90.

5
Sesungguhnya  Allah menyuruh kamu  berlaku adil dan berbuat kebajikan , memberi kepada
kaum kerabat  dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan dia memberi
penggajarann kepadamu agar kamu dapat menggambil pelajaran.

b)      Nahi(larangan)

Pengertian nahi  versi ulamak ushul fiq. Adalah larangan melakukan suatu perbuatan dari
pihak yang lebih tinggi kedudukanya kepada pihak yang lebih rendah tingkatanya dengan kalimat
yang menunjukkan  atas hal itu.

Contoh nahi, dalam surat al-arf, ayat: 33

Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun tersembunyi, dan
perbuatan dosa,  melanggar  hak manusia tanpa alasan yang benar (mengharamkan),
mempersekutukan allah dengan sesuatu  yang allah tidak mengeluarkan hujjah  untuk itu dan,
(mengharamkan),  mengada-ngadakan terhadap allah  apa yang tidak kamu ketahui.

c)      Takhyir(memberi pilihan)

Yang dimaksud dengan takhyir adalah bahwa syari’(allah dan rasulnya) memberi pilihan
kepada hambanya antara melakukan dan tidak melakukanya suatu perbuuatan.

Contoh dalam memberikan pilihan. Dalam surat al-baqorah ayat, 182.

Dihalalkan bagimu dimalam hari puasa  bercampur dengan isteri-isteri kamu.

2.      Lafal Umum (‘am) Dan Lafal Khusus(khas)

a.       Lafal Umum

Lafal umum ialah  lafal yang diciptakan  untuk pengertian  umum sesuai dengan pengertian
lafal itu sendiri  tanpa dibatasi  dengan jumlah tertentu. Seperti yang terdapat dalam surat at-tur 21.
Tiap-tiap (kul)manusia terikat dengan apa yang ia kerjakan.

b.      Lafal Khusus

Lafal khusus adalah lafal yang  yang mengandung satu pengertian  secara tunggal  atau
beberapa pengertian yang terbatas . para ulamak  ushul fiq sepakat seperti  disebutkan abu Zahra
bahwa lafal khas dalam nash syara’  menunjukkan kepada pengertianya  yang khas secara qaht’i

6
(pasti) dan hukum yang dikandungnya  bersifat pasti  selama tidak ada indikasi yang menunjukkan
pengertian lain.

Contoh lafal khas, dalam ayat 89, surat al-maidah.

maka khafarat (melanggar) sumpah itu , ialah memberi makan sepuluh orang miskin ,  yaitu makanan
yang biasa  kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka.

3.      Mutlaq Dan Muqayyad

Secara bahasa mutlaq berarti bebas tanpa ikatan, sedangkan menurut  istilah seperti yang
dikemukakan oleh  Abd al-wahab Khllaf  ahli ushul fiq kebangsaan Mesir  dalam bukunya ‘Ilmu
Ushul Al fiqh, pengertian  mutlaq  adalah:  lafa yang menunjukkan  suatu satuan  tanpa dibatasi secara
harfiah  dengan suatu ketentuan. Misalnya lafal mutlaq yang terdapat dalam  ayat 234 surat al-
baqoarah. Orang-orang yang meninggal dunia diantara kamu  dengan meninggalkan isteri-
isteri(hendaklah para isteri itu)menangguhkan dirinya (beriddah)  empat bulan sepuluh hari.

Sedangkan lafal muqayyadah mengandung arti berarti terikat . contoh  lafal muqayyada
adalah yang terdapat dalam surat Al-Mujadillah  ayat 3 dan 4.

4.      Mantuq Dan Mafhum

a.       Pengertian Mantuq

Mantuq secara bahasa berarti “sesuatu yang di ucapkan” sedangkan menurut istilah ushul
fiqh  pengertian harfiah dari suatu lafal  yang di ucapkan , ada juga  yang mendefinisikan  pengertian
mantuq adalah”  makna yang secara tegas  di tunjukkan  oleh suatu lafal  sesuai dengan penciptaanya 
baik secara penuh  atau berupa bagianya .

Misalya Firman Allah dalam surat  an-nisa’   ayat 3 yang mencamtumkan hukum boleh kawin
lebih  dari satu orang  dengan syarat adil ,  jika tidak  wajib embatasi seorang saja.

b.      Pengertian Mafhum .

Mafhum secara bahasaØ ialah “ suatu yang dipahami  dari suatu teks”  dan menurut istilah
adalah “ pengertian tersirat dari  suatu lafal (mafhum muwafaqah) atau pengertian dari kebalikan  dari
pengertian lafal yang diucapkan (mafhum mukhlafah). Mafhum, menurut mayoritas ulama Ushul
Fiqh, seperti tergambar dalam devinisi di atas dapat dibagi kepada dua macam, yaitu Mafhum
muwafaqah, dan Mafhum mukhalafah.

C.    Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah

1.      Pengertian maqasid syari’ah

7
Maqasid syari’ah berarti  tujuan Aallah dan Rasulnya  dalam merumuskan hukum-hukum
islam.tujuan itu dapat di telusuri dalam ayat-ayat al-qur’an dan asunnah  sebagai alasan logis bagi
rumusan  suatu hukum yang berorientasi kepada ,kemaslahatan umat manusia. Peranan maqasid
syari’ah  dalm pengembangan hukum. Pengetahuan tentang maqasid syari’ah adalah  hal yang sangat
penting yang   dapat dijadikan alat  bantu untuk memahami ayat-ayat al-quran  dan sunnah ,
menyelesaika dalil-dalil yang bertentangan  dan yang sangat penting lagi adalh  untuk menetapkan
hukum  terhadap kasus yang tidak tertampung dalm al-quran dan sunnah secara kajian kebahasaan.

Metode istimbat seperti, qyas, istihsan,  dan masalah mursalah adalah metode-metode
pengembangan hukum islam  yang didasarkan atas maqasid syari’ah . sebagai contoh: tentang kasus
diharamkanya khamer(0qs-al-maidah ayat:90.) dari hasil penelitian ulamak ditemukan bahwa
maqasaid syari’ah  dari diharamkanya khamer  ialah karena sifat yang memabukkan  yang bisa
merusak akal pikiran dengan demikian yang menjadi alasan logis adalah  dari kharamnya khamer
adalah  sifat memabukkanya  sedangkan khamer sendiri hanyalah  hanyalah  salah satu contoh  dari
yangmemabukkan.

Dari sini dapat dikembangkan  dngan metode   analogi (qyas)  bahwa   setiap  yang sifatnya 
memabukkan  adalah juga  haram.  Dngan demikian ,(illat)  hukum dalam suatu ayat atau hadits bila
diketahui , maka terhadapnya dapat dlakukan  bilamana dapat dilakukan qyas (analogi)  artinya  qyas 
hanya  bisa dilakukan  bila mana  ada ayat atau hadits yang secara khusus dapat dijadikan  tempat
mengqyas –kanya almaqis alaih. Jika tidak ayat atau hadits secara khusus yang akan dijadikan al-
maqs-alaih,  tetapi termasuk kedalam tujuan  syari’at secara umum  seperti memelihara sekurangnya 
salah satu kebutuhan kebutuhan diatas tadi dalam hal ini dilakukan metode  masalah-mursalah . dalam
kajian ushul fiqh  apa yang dianggap maslahat  bila sejalan atau bertentanggan  dengan petunjuk-
petunjuk umum syari’at  , dapat diakui  sebagai landasan hukum   yang dikenal dengan  marsalahat
mursalah.

Jika yang akan diketahui hukumnya itu telah ditetapkan   hukumnya  dalam nash  atau melalui
qyas, kemudian  karena dalam satu kondisi  bila  ketentuan itu telah ditetapkan akan berbenturan 
dengan ketentuan  atau kepentinggan lain  yang lebih umum dan lebih layak menurut syara’  untuk di
pertahanan . maka ketentuan itu dapat di tinggalkan  khusus dalam kondisi tersebut . ijtihad seperti ini 
sering disebut dengan  istihsan .

BAB III

PENUTUP

8
A.    Kesimpulan

Istinbath adalah menggali hukum syara’ yang belum ditegaskan secara langsung oleh nash
Al-Qur’an atau Sunnah. Dilihat dari segi cakupannya, ada pernyataan hukum yang bersifat umum dan
ada juga yang bersifat khusus. Sasaran hukum dalam pernyataan hukum yang umum adalah tanpa
pengecualian, sedangkan pernyataan khusus mengandung pengertian tunggal atau beberapa
pengertian yang terbatas. Ada empat teknik analisa untuk menggali hukum melalui makna suatu
pernyataan hukum yaitu analisa makna terjemah, analisa pengembangan makna, analisa kata kunci
dari suatu pernyataan, dan analisa relevansi makna. Secara garis besar metode istimbat dapat dibagi 
kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertentangan.adapun metode-metodenya
adalah.penetapan hukum melalui maqasaid syari’ah,dan istimbat dari segi bahasa.

B.     Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

9
Blog Fauzul Online: Makalah Metode Istinbat. Diakses 16 November 2013.
Effendi,Satria.2009. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
http/www. Metode istimbath

10

Anda mungkin juga menyukai