Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

METODE ISTIMBATUL AHKAM

Oleh :

RUHUL AMIN

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI) HAMZAR


LOMBOK TIMUR
2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penyusun miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………;...…… i
DAFTAR ISI ………………………………………………....……………… ii
BAB I PENDAHULUAN     

A.   Latar Belakang ……………………..……………............………………        1


B.   Rumusan Masalah ……..............……………………….……………… 2
C.   Tujuan Penulisan ………………………………………………………… 2 

BAB II PEMBAHASAN     
A.    Teori Istinbath……………………………………………………… 3
B.     Metode Istimbath Dari Segi Bahasa ……………………………… 3
C.    Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah …………….. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………….……………….. 9
B. Saran……………………………………………………………………… 9 
DAFTAR PUSTAKA 

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Sebagaimana diketahui, sumber pokok Hukum Islam adalah wahyu, baik yang
tertulis (kitab Allah/Al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis (Sunnah Rasulullah). Materi-
materi hukum yang terdapat di dalam sumber tersebut, secara kuantitatif terbatas
jumlahnya. Karena itu terutama setelah berlalunya zaman Rasulullah, dalam
penerapannya diperlukan penalaran. 

Permasalahan-permasalahan yang tumbuh dalam masyarakat adakalanya sudah


ditemukan nashnya yang jelas dalam kitab suci Al-Qur’an atau Sunnah Nabi, tetapi
adakalanya yang ditemukan dalam Al-Qur’an atau Sunnah Nabi itu hanya berupa
prinsip-prinsip umum. Untuk pemecahan permasalahan-permasalahan baru yang belum
ada nashnya secara jelas, perlu dilakukan istinbath hukum, yaitu mengeluarkan hukum-
hukum baru terhadap permasalahan yang muncul dalam masyarakat dengan melakukan
ijtihad berdasarkan dalil-dalil yang ada dalam Al-Qur’an atau Sunnah.

Dengan jalan istinbath itu hukum Islam akan senantiasa berkembang seirama
dengan terjadinya dinamika perkembangan masyarakat guna mewujudkan kemaslahatan
dan menegakkan ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menjamin hak dan
kewajiban masing-masing individu yang berkepentingan secara jelas.

Bagi seseorang yang hendak melakukan ijtihad, maka ilmu ushul fikih mutlak
diperlukan karena ia merupakan alat atau bahan acuan dalam melakukan istinbath
hukum. Dalam makalah ini akan dibahas teori istinbath dan istidlal yang digunakan dala
studi hukum islam.

4
B.  Rumusan Masalah

Adapaun masalah dari latar belakang diatas yang penulis ambil yaitu.
1.      Apa pengertian istinbath?
2.      Bagaimana Metode Istinbath dari segi bahasa?
3.      Bagaimana Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?
4.      Apa  Ta’arud dan Tarjih?

C.  Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian istinbath?


2.      Untuk mengetahui Metode Istinbath dari segi bahasa?
3.      Untuk mengetahui Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?
4.      Untuk mengetahui Ta’arud dan Tarjih?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Istinbath
1.      Pengertian Istinbath

Istinbath” berasal dari kata “nabth” yang berarti : “air yang mula-mula
memancar keluar dari sumur yang digali”. Dengan demikian, menurut bahasa, arti
istinbath ialah “mengeluarkan sesuatu dari persembunyiannya”. Setelah dipakai sebagai
istilah dalam studi hukum islam, arti istinbath menjadi “upaya mengeluarkan hukum
dari sumbernya”. Makna istilah ini hampir sama dengan ijtihad. Fokus istinbath adalah
teks suci ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi. Karena itu, pemahaman,
penggalian, dan perumusan hukum dari kedua sumber tersebut disebut istinbath.

Kata istinbat bila dihubungkandengan hukum  seperti dijelaskan oleh


Muhammad Bin Ali al-fayyumi ahli bahasa arab dan fiqh, berarti upaya menarik hukum
dari Al-quran dan Assunnah dengan jalan ijtihad.

Ayat-ayat al-quran dalam menunjukkan pengertianya menggunakan  berbagai


cara ada yang tegas dan  ada yang tidak tegas ada yang melalui arti bahasanya dan  ada
pula yang melalui maksud hukumnya disamping itu  disatukali terdapat pula 
perbenturan antara  satu dalil dengan lain dalil yang  memerlukan  penyelesaian  ushul
fiq  menyajikan  berbagai cara dari   berbagai aspeknya  untuk  menimba  pesan-pesan
yang terkandung dalam al-quran dan sunnah rasullah.Secara garis besar  metode istimbat
dapat dibagi  kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertenta

B.     Metode Istimbath Dari Segi Bahasa

Objek utama  yang akan di bahas dalam  ushul fiqh adalah al-quran dan sunah
untuk memahami teks-teks dua sumber yang berbahasa arab tersebut para ulama’ telah

6
menyusun semacam ‘sematik’  yang akan digunakan dalam praktik penalaran fiqh
bahasa arab  menyampaikan suatu pesan dengan berbagai cara dan dalam berbagai
tinggkat kejelasanya untuk itu para ahlinya telah membuat beberapa ketegori lafal atau
redaksi diantanya yang sangat penting dan akan dikemukakan  disini adalah  masalah
amar, nahi dan takhir. Pembahasan lafal dari segi umum dan khisus pembahasan lafal
dari segi mutlak  pembahasan lafal dari segi mantuk dan mafhumdaris, hal-hal tersebut
berikut ini.

1.      Amar, Nahi dan Takhyir

a)      Amar.

Menurut mayoritas ulamak ushul fiqh adalah. Suatu tuntutan(perintah)untuk


melakukan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi  kedudukanya kepada pihak yang lebih
rendah kedudukanya 
Contoh amar yang secara tegas mengandung  makna menyuruh, didalam al-
quran  surat an-nahal. 16:90.

Sesungguhnya  Allah menyuruh kamu  berlaku adil dan berbuat kebajikan ,


memberi kepada kaum kerabat  dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan dia memberi penggajarann kepadamu agar kamu dapat menggambil
pelajaran.

b)      Nahi(larangan)

Pengertian nahi  versi ulamak ushul fiq. Adalah larangan melakukan suatu
perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukanya kepada pihak yang lebih rendah
tingkatanya dengan kalimat yang menunjukkan  atas hal itu.

Contoh nahi, dalam surat al-arf, ayat: 33

7
Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun
tersembunyi, dan perbuatan dosa,  melanggar  hak manusia tanpa alasan yang benar
(mengharamkan), mempersekutukan allah dengan sesuatu  yang allah tidak
mengeluarkan hujjah  untuk itu dan, (mengharamkan),  mengada-ngadakan terhadap
allah  apa yang tidak kamu ketahui.

c)      Takhyir(memberi pilihan)

Yang dimaksud dengan takhyir adalah bahwa syari’(allah dan rasulnya) memberi
pilihan kepada hambanya antara melakukan dan tidak melakukanya suatu perbuuatan.
Contoh dalam memberikan pilihan. Dalam surat al-baqorah ayat, 182.
Dihalalkan bagimu dimalam hari puasa  bercampur dengan isteri-isteri kamu.

2.      Lafal Umum (‘am) Dan Lafal Khusus(khas)

a.       Lafal Umum

Lafal umum ialah  lafal yang diciptakan  untuk pengertian  umum sesuai dengan
pengertian lafal itu sendiri  tanpa dibatasi  dengan jumlah tertentu. Seperti yang terdapat
dalam surat at-tur 21. Tiap-tiap (kul)manusia terikat dengan apa yang ia kerjakan.

b.      Lafal Khusus

Lafal khusus adalah lafal yang  yang mengandung satu pengertian  secara
tunggal  atau beberapa pengertian yang terbatas . para ulamak  ushul fiq sepakat seperti 
disebutkan abu Zahra bahwa lafal khas dalam nash syara’  menunjukkan kepada
pengertianya  yang khas secara qaht’i (pasti) dan hukum yang dikandungnya  bersifat
pasti  selama tidak ada indikasi yang menunjukkan pengertian lain.

Contoh lafal khas, dalam ayat 89, surat al-maidah.

8
...............maka khafarat (melanggar) sumpah itu , ialah memberi makan sepuluh orang
miskin , yaitu makanan yang biasa  kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi
pakaian kepada mereka.

3.      Mutlaq Dan Muqayyad

Secara bahasa mutlaq berarti bebas tanpa ikatan, sedangkan menurut  istilah
seperti yang dikemukakan oleh  Abd al-wahab Khllaf  ahli ushul fiq kebangsaan Mesir 
dalam bukunya ‘Ilmu Ushul Al fiqh, pengertian  mutlaq  adalah:  lafa yang
menunjukkan  suatu satuan  tanpa dibatasi secara harfiah  dengan suatu ketentuan.
Misalnya lafal mutlaq yang terdapat dalam  ayat 234 surat al-baqoarah. Orang-orang
yang meninggal dunia diantara kamu  dengan meninggalkan isteri-isteri(hendaklah para
isteri itu)menangguhkan dirinya (beriddah)  empat bulan sepuluh hari.
Sedangkan lafal muqayyadah mengandung arti berarti terikat . contoh  lafal
muqayyada adalah yang terdapat dalam surat Al-Mujadillah  ayat 3 dan 4.

4.      Mantuq Dan Mafhum

a.       Pengertian Mantuq

Mantuq secara bahasa berarti “sesuatu yang di ucapkan” sedangkan menurut


istilah ushul fiqh  pengertian harfiah dari suatu lafal  yang di ucapkan , ada juga  yang
mendefinisikan  pengertian mantuq adalah”  makna yang secara tegas  di tunjukkan 
oleh suatu lafal  sesuai dengan penciptaanya  baik secara penuh  atau berupa bagianya .
Misalya Firman Allah dalam surat  an-nisa’   ayat 3 yang mencamtumkan hukum
boleh kawin lebih  dari satu orang  dengan syarat adil ,  jika tidak  wajib embatasi
seorang saja.

9
b.      Pengertian Mafhum .

Mafhum secara bahasa ialah “ suatu yang dipahami  dari suatu teks”  dan
menurut istilah adalah “ pengertian tersirat dari  suatu lafal (mafhum muwafaqah) atau
pengertian dari kebalikan  dari pengertian lafal yang diucapkan (mafhum
mukhlafah).Mafhum, menurut mayoritas ulama Ushul Fiqh, seperti tergambar dalam
devinisi di atas dapat dibagi kepada dua macam, yaitu Mafhum
muwafaqah, dan Mafhum mukhalafah.

C.    Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah

1.      Pengertian maqasid syari’ah

Maqasid syari’ah berarti  tujuan Aallah dan Rasulnya  dalam merumuskan


hukum-hukum islam.tujuan itu dapat di telusuri dalam ayat-ayat al-qur’an dan asunnah 
sebagai alasan logis bagi rumusan  suatu hukum yang berorientasi kepada ,kemaslahatan
umat manusia. Peranan maqasid syari’ah  dalm pengembangan hukum. Pengetahuan
tentang maqasid syari’ah adalah  hal yang sangat penting yang   dapat dijadikan alat 
bantu untuk memahami ayat-ayat al-quran  dan sunnah , menyelesaika dalil-dalil yang
bertentangan  dan yang sangat penting lagi adalh  untuk menetapkan hukum  terhadap
kasus yang tidak tertampung dalm al-quran dan sunnah secara kajian kebahasaan.

Metode istimbat seperti, qyas, istihsan,  dan masalah mursalah adalah metode-
metode pengembangan hukum islam  yang didasarkan atas maqasid syari’ah . sebagai
contoh: tentang kasus diharamkanya khamer(0qs-al-maidah ayat:90.) dari hasil
penelitian ulamak ditemukan bahwa maqasaid syari’ah  dari diharamkanya khamer 
ialah karena sifat yang memabukkan  yang bisa merusak akal pikiran dengan demikian
yang menjadi alasan logis adalah  dari kharamnya khamer adalah  sifat memabukkanya 
sedangkan khamer sendiri hanyalah  hanyalah  salah satu contoh  dari
yangmemabukkan.

10
Dari sini dapat dikembangkan  dngan metode   analogi (qyas)  bahwa   setiap 
yang sifatnya  memabukkan  adalah juga  haram.  Dngan demikian ,(illat)  hukum dalam
suatu ayat atau hadits bila diketahui , maka terhadapnya dapat dlakukan  bilamana dapat
dilakukan qyas (analogi)  artinya  qyas  hanya  bisa dilakukan  bila mana  ada ayat
atau hadits yang secara khusus dapat dijadikan  tempat mengqyas –kanya almaqis alaih.
Jika tidak ayat atau hadits secara khusus yang akan dijadikan al-maqs-alaih,  tetapi
termasuk kedalam tujuan  syari’at secara umum  seperti memelihara sekurangnya  salah
satu kebutuhan kebutuhan diatas tadi dalam hal ini dilakukan metode  masalah-mursalah
. dalam kajian ushul fiqh  apa yang dianggap maslahat  bila sejalan atau bertentanggan 
dengan petunjuk-petunjuk umum syari’at  , dapat diakui  sebagai landasan hukum   yang
dikenal dengan  marsalahat mursalah.

Jika yang akan diketahui hukumnya itu telah ditetapkan   hukumnya  dalam nash 
atau melalui qyas, kemudian  karena dalam satu kondisi  bila  ketentuan itu telah
ditetapkan akan berbenturan  dengan ketentuan  atau kepentinggan lain  yang lebih
umum dan lebih layak menurut syara’  untuk di pertahanan . maka ketentuan itu dapat di
tinggalkan  khusus dalam kondisi tersebut . ijtihad seperti ini  sering disebut dengan 
istihsan .

11
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan  

Istinbath adalah menggali hukum syara’ yang belum ditegaskan secara langsung
oleh nash Al-Qur’an atau Sunnah. Dilihat dari segi cakupannya, ada pernyataan hukum
yang bersifat umum dan ada juga yang bersifat khusus. Sasaran hukum dalam
pernyataan hukum yang umum adalah tanpa pengecualian, sedangkan pernyataan
khusus mengandung pengertian tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas. Ada
empat teknik analisa untuk menggali hukum melalui makna suatu pernyataan hukum
yaitu analisa makna terjemah, analisa pengembangan makna, analisa kata kunci dari
suatu pernyataan, dan analisa relevansi makna. Secara garis besar metode istimbat dapat
dibagi  kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertentangan.adapun
metode-metodenya adalah.  Ta’arud dan tarjih,penetapan hukum melalui maqasaid
syari’ah,dan istimbat dari segi bahasa.

B.     Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Blog Fauzul Online: Makalah Metode Istinbat. Diakses 16 November 2013.


Effendi,Satria.2009. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
http/www. Metode istimbath.

13

Anda mungkin juga menyukai