Oleh :
RUHUL AMIN
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penyusun miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………;...…… i
DAFTAR ISI ………………………………………………....……………… ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Istinbath……………………………………………………… 3
B. Metode Istimbath Dari Segi Bahasa ……………………………… 3
C. Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah …………….. 7
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, sumber pokok Hukum Islam adalah wahyu, baik yang
tertulis (kitab Allah/Al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis (Sunnah Rasulullah). Materi-
materi hukum yang terdapat di dalam sumber tersebut, secara kuantitatif terbatas
jumlahnya. Karena itu terutama setelah berlalunya zaman Rasulullah, dalam
penerapannya diperlukan penalaran.
Dengan jalan istinbath itu hukum Islam akan senantiasa berkembang seirama
dengan terjadinya dinamika perkembangan masyarakat guna mewujudkan kemaslahatan
dan menegakkan ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menjamin hak dan
kewajiban masing-masing individu yang berkepentingan secara jelas.
Bagi seseorang yang hendak melakukan ijtihad, maka ilmu ushul fikih mutlak
diperlukan karena ia merupakan alat atau bahan acuan dalam melakukan istinbath
hukum. Dalam makalah ini akan dibahas teori istinbath dan istidlal yang digunakan dala
studi hukum islam.
4
B. Rumusan Masalah
Adapaun masalah dari latar belakang diatas yang penulis ambil yaitu.
1. Apa pengertian istinbath?
2. Bagaimana Metode Istinbath dari segi bahasa?
3. Bagaimana Metode Penetapan Hukum Melalui Maqasid Syari’ah?
4. Apa Ta’arud dan Tarjih?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Istinbath
1. Pengertian Istinbath
Istinbath” berasal dari kata “nabth” yang berarti : “air yang mula-mula
memancar keluar dari sumur yang digali”. Dengan demikian, menurut bahasa, arti
istinbath ialah “mengeluarkan sesuatu dari persembunyiannya”. Setelah dipakai sebagai
istilah dalam studi hukum islam, arti istinbath menjadi “upaya mengeluarkan hukum
dari sumbernya”. Makna istilah ini hampir sama dengan ijtihad. Fokus istinbath adalah
teks suci ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi. Karena itu, pemahaman,
penggalian, dan perumusan hukum dari kedua sumber tersebut disebut istinbath.
Objek utama yang akan di bahas dalam ushul fiqh adalah al-quran dan sunah
untuk memahami teks-teks dua sumber yang berbahasa arab tersebut para ulama’ telah
6
menyusun semacam ‘sematik’ yang akan digunakan dalam praktik penalaran fiqh
bahasa arab menyampaikan suatu pesan dengan berbagai cara dan dalam berbagai
tinggkat kejelasanya untuk itu para ahlinya telah membuat beberapa ketegori lafal atau
redaksi diantanya yang sangat penting dan akan dikemukakan disini adalah masalah
amar, nahi dan takhir. Pembahasan lafal dari segi umum dan khisus pembahasan lafal
dari segi mutlak pembahasan lafal dari segi mantuk dan mafhumdaris, hal-hal tersebut
berikut ini.
a) Amar.
b) Nahi(larangan)
Pengertian nahi versi ulamak ushul fiq. Adalah larangan melakukan suatu
perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukanya kepada pihak yang lebih rendah
tingkatanya dengan kalimat yang menunjukkan atas hal itu.
7
Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar
(mengharamkan), mempersekutukan allah dengan sesuatu yang allah tidak
mengeluarkan hujjah untuk itu dan, (mengharamkan), mengada-ngadakan terhadap
allah apa yang tidak kamu ketahui.
c) Takhyir(memberi pilihan)
Yang dimaksud dengan takhyir adalah bahwa syari’(allah dan rasulnya) memberi
pilihan kepada hambanya antara melakukan dan tidak melakukanya suatu perbuuatan.
Contoh dalam memberikan pilihan. Dalam surat al-baqorah ayat, 182.
Dihalalkan bagimu dimalam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu.
a. Lafal Umum
Lafal umum ialah lafal yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan
pengertian lafal itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu. Seperti yang terdapat
dalam surat at-tur 21. Tiap-tiap (kul)manusia terikat dengan apa yang ia kerjakan.
b. Lafal Khusus
Lafal khusus adalah lafal yang yang mengandung satu pengertian secara
tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas . para ulamak ushul fiq sepakat seperti
disebutkan abu Zahra bahwa lafal khas dalam nash syara’ menunjukkan kepada
pengertianya yang khas secara qaht’i (pasti) dan hukum yang dikandungnya bersifat
pasti selama tidak ada indikasi yang menunjukkan pengertian lain.
8
...............maka khafarat (melanggar) sumpah itu , ialah memberi makan sepuluh orang
miskin , yaitu makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi
pakaian kepada mereka.
Secara bahasa mutlaq berarti bebas tanpa ikatan, sedangkan menurut istilah
seperti yang dikemukakan oleh Abd al-wahab Khllaf ahli ushul fiq kebangsaan Mesir
dalam bukunya ‘Ilmu Ushul Al fiqh, pengertian mutlaq adalah: lafa yang
menunjukkan suatu satuan tanpa dibatasi secara harfiah dengan suatu ketentuan.
Misalnya lafal mutlaq yang terdapat dalam ayat 234 surat al-baqoarah. Orang-orang
yang meninggal dunia diantara kamu dengan meninggalkan isteri-isteri(hendaklah para
isteri itu)menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.
Sedangkan lafal muqayyadah mengandung arti berarti terikat . contoh lafal
muqayyada adalah yang terdapat dalam surat Al-Mujadillah ayat 3 dan 4.
a. Pengertian Mantuq
9
b. Pengertian Mafhum .
Mafhum secara bahasa ialah “ suatu yang dipahami dari suatu teks” dan
menurut istilah adalah “ pengertian tersirat dari suatu lafal (mafhum muwafaqah) atau
pengertian dari kebalikan dari pengertian lafal yang diucapkan (mafhum
mukhlafah).Mafhum, menurut mayoritas ulama Ushul Fiqh, seperti tergambar dalam
devinisi di atas dapat dibagi kepada dua macam, yaitu Mafhum
muwafaqah, dan Mafhum mukhalafah.
Metode istimbat seperti, qyas, istihsan, dan masalah mursalah adalah metode-
metode pengembangan hukum islam yang didasarkan atas maqasid syari’ah . sebagai
contoh: tentang kasus diharamkanya khamer(0qs-al-maidah ayat:90.) dari hasil
penelitian ulamak ditemukan bahwa maqasaid syari’ah dari diharamkanya khamer
ialah karena sifat yang memabukkan yang bisa merusak akal pikiran dengan demikian
yang menjadi alasan logis adalah dari kharamnya khamer adalah sifat memabukkanya
sedangkan khamer sendiri hanyalah hanyalah salah satu contoh dari
yangmemabukkan.
10
Dari sini dapat dikembangkan dngan metode analogi (qyas) bahwa setiap
yang sifatnya memabukkan adalah juga haram. Dngan demikian ,(illat) hukum dalam
suatu ayat atau hadits bila diketahui , maka terhadapnya dapat dlakukan bilamana dapat
dilakukan qyas (analogi) artinya qyas hanya bisa dilakukan bila mana ada ayat
atau hadits yang secara khusus dapat dijadikan tempat mengqyas –kanya almaqis alaih.
Jika tidak ayat atau hadits secara khusus yang akan dijadikan al-maqs-alaih, tetapi
termasuk kedalam tujuan syari’at secara umum seperti memelihara sekurangnya salah
satu kebutuhan kebutuhan diatas tadi dalam hal ini dilakukan metode masalah-mursalah
. dalam kajian ushul fiqh apa yang dianggap maslahat bila sejalan atau bertentanggan
dengan petunjuk-petunjuk umum syari’at , dapat diakui sebagai landasan hukum yang
dikenal dengan marsalahat mursalah.
Jika yang akan diketahui hukumnya itu telah ditetapkan hukumnya dalam nash
atau melalui qyas, kemudian karena dalam satu kondisi bila ketentuan itu telah
ditetapkan akan berbenturan dengan ketentuan atau kepentinggan lain yang lebih
umum dan lebih layak menurut syara’ untuk di pertahanan . maka ketentuan itu dapat di
tinggalkan khusus dalam kondisi tersebut . ijtihad seperti ini sering disebut dengan
istihsan .
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istinbath adalah menggali hukum syara’ yang belum ditegaskan secara langsung
oleh nash Al-Qur’an atau Sunnah. Dilihat dari segi cakupannya, ada pernyataan hukum
yang bersifat umum dan ada juga yang bersifat khusus. Sasaran hukum dalam
pernyataan hukum yang umum adalah tanpa pengecualian, sedangkan pernyataan
khusus mengandung pengertian tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas. Ada
empat teknik analisa untuk menggali hukum melalui makna suatu pernyataan hukum
yaitu analisa makna terjemah, analisa pengembangan makna, analisa kata kunci dari
suatu pernyataan, dan analisa relevansi makna. Secara garis besar metode istimbat dapat
dibagi kepada syari’ah dan segi penyelesaian beberapa dalil yang bertentangan.adapun
metode-metodenya adalah. Ta’arud dan tarjih,penetapan hukum melalui maqasaid
syari’ah,dan istimbat dari segi bahasa.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya
12
DAFTAR PUSTAKA
13