Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Perkembangan pemikiran modern Islam adalah salah satu mata kuliah yang berisi tentang
para tokoh Muslim modern yang pemikirannya berkembang di dunia Islam. Masing-masing
tokoh mempunyai latar belakang pendidikan, budaya dan orientasi yang satu sama lain
mempunyai ciri khas masing-masing, dan dengan cara masing-masing pula mereka
memperkenalkan Islam pada umat manusia. Berbicara mengenai tokoh, sangatlah banyak tokoh
pergerakan Muslim yang sudah berjasa untuk Islam, hanya saja sebagian besar diantara mereka
tidak tercatat dalam tinta emas sejarah Islam. Hal tersebut dikarenakan banyak sebab, yang di
antaranya karena kurangnya publikasi terhadap media dan teknologi pada masa itu, sehingga
menyebabkan tidak terpublish nya sebagian para pelaku sejarah Islam. Salah satu tokoh
pembaharuan dalam dunia Islam yakni Jamaluddin al-Afghani. Beliau adalah salah seorang
tokoh pembaharu Islam, bahkan dalam beberapa buku beliau disebutkan sebagai tokoh bapak
pembaharu Islam. Gelar itu tak ayal dinobatkan padanya sebagaimana gerak perjuangannya yang
tak kenal lelah terhadap perjuangan Islam. Untuk mengenal lebih jauh siapa beliau, akan kami
paparkan dalam makalah yang singkat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Jamaluddin al-Afghani?
2. Bagaimana Pergerakan Jalamuddin al-Afghani?
3. Apa Saja Pokok Pemikiran Jamaluddin al-Afghani?
4. Apa Saja Karya Yang Telah Ditorehkan Jamaluddin al-Afghani?

C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Jamaluddin al-Afghani.
2. Mengetahui Pergerakan Jamaluddin al-Afghani.
3. Mengetahui Pokok Pemikiran Jamaluddin al-Afghani.
4. Mengetahui Karya-karya Jamaluddin al-Afghani.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi Jamaluddin Al-Afghani

Jamaluddin al-Afghani, dilahirkan di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M.


Ia merupakan orang yang anti otokrat (diktator) , aktivis politik, nasionalis Islam, pencetus dan
perintis Pan Islamisme. Ia mempunyai pertalian darah dengan Husein bin Ali melalui Ali at-
Tirmidzi, seorang ahli hadis terkenal pada masanya dan background keagamaan keluarganya
yakni mengikuti mazhab Hanafi. Mulai kecil hingga usia 18 tahun, ia dibesarkan dan belajar di
Kabul, Afghanistan. Pada usia ini, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi
juga mendalami falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi.
Dia seorang yang sangat cerdas, jauh melampaui remaja se-usianya.

Setelah menguasai berbagai disiplin ilmu atau tepatnya menjelang usia 19 tahun, ia
berkelana ke India selama lebih dari satu tahun. Kemampuannya berbicara dan pengetahuannya
yang dalam membuatnya memukau banyak orang. Dia orator yang tangguh, sehingga dengan
kepiawaiannya mengolah kata, ia mampu mendorong rakyat India untuk bangkit melawan
kekuasaan Inggris. Beliau juga digambarkan sebagai pribadi yang lebih memperjuangkan kaum
muslimin terhadap dominasi politik Barat dibandingkan masalah teologi. Jamaluddin al-Afghani
berusaha memecah tembok ekslusif kaum muslimin dan membawa mereka memasuki dunia
lebih terbuka. Afghani tetap optimis meskipun menghadapi realitas adanya kemajemukan
bangsa, budaya dan agama.

Baginya agama itu sendiri, khususnya agama Yahudi, Kristen dan Islam, bukan
menjadikan faktor perpecahan. Menurutnya perpecahan hanya terjadi bila dieksploitasi oleh
kepentingan semata, orang yang berkepentingan. Menurut ia, perpecahan di kalangan penganut
agama lebih banyak dicetuskan oleh para pedagang agama, merekalah yang menimbulkan isu
perselisihan dan memperniagakannya di warung agama guna mengambil keuntungan pribadi. 
Rupanya kontak awal al-Afghani dengan pemikiran barat pertama kali terjadi di India. Dari
India, Al-afghani pergi haji dan melanjutkan perjalannya ke Mekkah, Mesir, Persia, Perancis dan
beberapa Negara lainnya. Baik di Istambul dan Afghanistan dia mampu menunjukkan
pemikirannya yang progresif dan mampu menembus kalangan tinggi di dua Negara tersebut.
Jamaluddin al-Afghani mulai menemukan ide-ide pembaharuannya yang banyak menitik tolak
untuk memperkuat kaum muslimin serta meningkatkan intelektual dan kesadaran mereka. 

Al-afghani tidak pernah berkompromi dengan apa yang tidak adil dan tidak demokratis.
Ia mencampakkan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan kepadanya oleh para penguasa yang
mementingkan diri sendiri. Sekalipun kadang-kadang tidak memiliki uang, ia tidak mau
menerima uang dari mereka yang menghendaki agar ia mengabdi kepada mereka. Sulit sekali
untuk menemukan kekurangan dalam sikap pribadi Jamaluddin, dalam tindakan-tindakannya,
maupun dalam pekerjaan dan programnya. Hampir semua penulis bersama-sama sepakat
mengenai kepemimpinannya yang tidak kenal takut.Pandangan W. Blunt, yang hidup pada
zaman itu dan merupakan sahabat al-Afghani, secara singkat ia menggambarkan kepribadian al-
Afghani, sebagaimana ungkapannya:

“Jamaluddin adalah orang yang terlalu besar. Orang dapat menemukan suatu pengaruh dan
seruan khusus dalam ajaran-ajarannya. Tidak ada cendekiawan yang lebih terkemuka daripada
dirinya dalam 30 tahun terakhir (tahun 1870) di seluruh dunia Islam. Saya merasa bangga dan
merasa diri saya mendapat kemuliaan serta diberi kepuasan oleh kenyataan bahwa ia telah
tinggal bersama saya selama tiga bulan tinggal di Inggris. Secara ideologis ia terlalu tabah dan
kuat (artinya tidak dapat diubah). Ia merupakan orang Asia yang sempurna (dalam pikiran
maupun prakter)”.
Perjuangan Jamaluddin Al-afghani akhirnya sampai juga ke Istambul, Turki. Tempat ini pula
yang menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir. Ia wafat di Istambul, pada 9 Maret 1897
dalam usia 59 tahun. Beberapa penulis mengemukakan bahwa pemakamannya dilakukan dengan
cara penguburan orang yang tidak dikenal yang meninggal. Ribuan pecinta al-Afghani tidak
dapat mengiringi jenazahnya karena takut mengalami pengejaran terus-menerus. Tidak satupun
tanda dipasang pada makamnya, semata-mata untuk menghindari makam itu sering diziarahi
orang. Pembangunan sebuah monumen untuk tokoh tersebut adalah jasa seorang Amerika dari
daerah Wilsonian, yang membangunnya dengan uang sendiri pada tahun 1919.

 
B. Pergerakan Jamaluddin Al-afghani

Beberapa perjalanan Jamaluddin Al-afghani dalam meneruskan perjuangan Islamnya,


diantaranya yakni:

a. India dan Afghanistan


Sebagaimana tertulis diatas, semenjak Al-afghani menginjak usia dewasa ia pergi dari
Kabul menuju ke India untuk mendapatkan pendidikan modern. Disini ia merasa tidak senang
melihat kaum kolonialis yang selalu menindas dan memeras rakyat. Terutama East India
Company (E.I.C) yang menyebabkan kehidupan kaum muslimin sangat menyedihkan. Di negara
ini, ia memulai kiprah awalnya sebagai tokoh aktivis politik yang ulung, hal itu dibuktikan
dengan kepiawaiannya sebagai orator yang mampu membakar semangat juang rakyat India,
sehingga mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada
tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India melawan penjajah, sehingga
perang kemerdekaan pertama di India pun meletus. Setelah menetap beberapa lama di India, ia
melanjutkan perjalanannya ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Sepulang menunaikan
ibadah haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan, Pangeran Dost Muhammad Khan untuk
membantunya dalam pemerintahan. Tahun 1864, Jamaluddin diangkat menjadi penasehat Sher
Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad
A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris dan kekalahannya atas golongan yang
disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris yang menilai
Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya karena ide-ide pembaharuannya, terus mengawasinya.
Ia tak diperkenankan melalui jalan darat, juga tak diperkenankan bertemu dengan pemimpin-
pemimpin India. Melalui jalan laut, Jamaluddin melanjutkan perjalanannya ke Kairo dan
menetap untuk beberapa waktu disana.
 b. Mesir
Ketatnya pengawasan Negara Inggris terhadap dirinya, ia pun pergi selama 40 hari dan
tinggal di Kairo serta berkenalan dengan para pencedekiawan dan mahasiswa Universitas Al-
Azhar. Dalam setiap ceramahnya, ia menarik perhatian semua orang Mesir terhadap bahaya
Eropa, Inggris yang bertekad untuk mempertahankan kedudukan mereka di India, dengan jalan
membangun kekuatan di Mesir untuk digunakan bagi kepentingan nasional mereka sendiri. Di
Kairo, pada awalnya Jamaluddin mencoba menjauhkan diri dari politik dengan memusatkan diri
mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Rumahnya dijadikan sebagai tempat pertemua
para berbagai kalangan, termasuk intelektual muda, mahasiswa dan tokoh-tokoh pergerakan.
Salah satu muridnya adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir.
Namun, politik tampaknya tidak pernah lepas dari kiprah perjuangannya. Melihat campur tangan
Inggris di Mesir, Jamaluddin akhirnya kembali berpolitik. Inggris menghasut kaum teolog
ortodoks untuk melawan Jamaluddin. Ini menjadi alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari
Mesir, 1897 dengan bantuan dari Kadhi yang sedang berkuasa saat itu. Jamaluddin kembali pergi
ke Hyderabad Deccau (India).

c. India dan Perancis


Setelah pengusirannya dari Kairo, Al-afghani berkunjung lagi ke India, ia singgah di
Bombay dan kemudian pindah ke Hyderabad yang merupakan pusat kebudayaan Islam pada
masa itu. Kalangan ilmuan sudah mengenalnya dari tulisan yang ia buat, salah satu tulisan yang
ia terbitkan di Hyderabad ini yakni risalah yang sangat terkenal, Pembuktian Kesalahan Kaum
Materialis. Risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan materialis. Seperti pada tahun
sebelumnya, ia kembali mengisi ceramah-ceramah disana, akan tetapi lebih condong pada kajian
politik.
Ia memulai dengan menyerang gagasan-gagasan Darwin dan kemudian menegaskan
bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin stabilitas masyarakat serta kekuasaan bangsa-
bangsa, sedangkan materialisme atheisme merupakan sumber-sumber kehancuran dan
kemerosotan nilai manusia. Ia menekankan penegasannya dengan memerinci bahwa kepercayaan
kepada Tuhan dan agama, memberikan kepada masyarakat, pertama-tama dalam arti kolektif,
kebanggaan memiliki pengetahuan tentang keunggulan manusia atas hewan dan kebanggaan
menjadi anggota masyarakat yang paling baik yakni Islam. Ia menyalahkan materialisme sebagai
penyebab kehilangan supremasi politik beberapa Negara (Epicurianisme di Yunani dan Rousseau
di Perancis, dsb).
Di Perancis kegiatan Al-afghani bermacam-macam. Ia menulis dan berbicara mengenai
prinsip-prinsip, lembaga-lembaga serta prestasi Islam. Dengan gigihnya ia menerangkan tentang
cita-cita Negara Islam dan perlunya pembaharuan negera itu. Ia tidak pernah berbicara
menentang kepercayaan lain, baik Kristen maupun Yahudi. Walaupun demikian, ketika
seseorang salah menggambarkan fakta tentang masa lampau Islam, ia dengan berani menghadapi
atas dasar intelektual.
Agar gagasan serta tujuan misinya dapat diketahui oleh masyarakat Islam maupun
penguasa mereka, Jamaluddin menerbitkan risalah mingguan yang bernama Urwatul Wustqa
(hubungan yang tak dapat dipisahkan) yang mengecam keras Barat. Penguasa barat akhirnya
melarang jurnal ini diedarkan di Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat
menimbulkan semangat persatuan Islam. Karena dilarang diedarkan, usia jurnal ini hanya 8
bulan dengan keseluruhan 18 nomor saja. Tujuan pokok risalah itu ialah: Pertama, memberikan
informasi kepada umat Muslim tentang tipu daya kaum imperialis dengan maksud untuk
menggugah mereka kembali ke arah persatuan politik dan untuk mengungkapkan kepada
Negara-negara Islam bahwa beberapa Negara Eropa sebenarnya mengambil keuntungan dari
pertikaian-pertikaian serta sikap naif terhadap Negara Islam itu sendiri. Kedua, untuk melindungi
perbatasan setiap Negara Islam terhadap setiap serangan ataupun pengacauan dari Negara lain
dan untuk menggunakan keseluruhan sumber mereka guna menghadapi agresi. Ketiga, untuk
berjuang bagi pembebasan semua Negara yang dikuasai oleh kekuatan kolonial Barat.
Salah satu tujuan misi Jamaluddin di Paris ialah untuk menjelaskan kepada Negara-negara Islam
agar mereka membangun pertahanan nasional mereka sendiri dan jangan menggantungkan diri
pada potensi militer Negara-negara Eropa.
 d. Istambul
Perjalanan perjuangan Jamaluddin akhirnya sampai juga ke Istambul, Turki. Kepergian
Jamaluddin ke Istambul atas permintaan Sultan Abdul Hamid, Khalifah Utsmaniyyah. Sultan
ketika itu ingin memanfaatkan pengaruh Jamaluddin atas negera-negara Islam untuk menentang
Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan kekhalifahan Utsmani di Timur Tengah.
Namun upaya Sultan itu gagal, karena keduanya ternyata berbedaan pendapat yang cukup tajam.
Abdul Hamid tetap mempertahankan kekuasaaan otokrasi lama yang ortodoks, sementara
Jamaluddin mencoba memasukkan ide-ide pembaharuan dalam pemerintahan. Sultan akhirnya
membatasi kegiatan-kegiatan Jamaluddin dan melarangnya keluar dari Istambul, sampai ajal
menjemputnya. 

C. Pemikiran Jamaluddin al-Afghani


Pandangan al-Afghani terhadap Islam sangat komprehensif. Menurutnya, Islam
mencakup segala aspek kehidupan, baik ibadah, hukum dan sosial. Persatuan umat Islam harus
diwujudkan kembali. Menurutnya, kekuatan umat Islam bergantung pada keberhasilan membina
persatuan dan kerjasama. Ia juga menyorot peran wanita.

Dalam pandangannya, kaum pria dan wanita, sama dalam beberapa hal, perempuan
adalah saudara kandung laki-laki. Keduanya mempunyai akal untuk berpikir, tidak ada halangan
bagi wanita untuk bekerja jika situasi menuntut untuk itu. Jamaluddin menginginkan pria dan
wanita meraih kemajuan dan bekerjasama mewujudkan Islam yang maju dan dinamis.
Perjuangan dan keyakinan akan persatuan umat gemanya terus berkumandang. Kebesaran dan
kiprahnya membahana hingga seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan
kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia Islam,
menjadikan dirinya tercatat dengan tinta emas sejarah perjuangan Islam, sebagai pencetus
persatuan Islam. Ide besar Jamaluddin al-Afghani adalah “Pan Islamisme”, sebuah gagasan
untuk membangkitkan dan menyatukan dunia Arab khususnya, dan dunia Islam umumnya untuk
melawan kolonialisme Barat. Yang dimaksud dengan barat adalah Inggris dan Perancis
khususnya yang kala itu banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan Negara-negara
berkembang.
Inti dari Pan Islamisme, terletak pada ide bahwa Islam adalah satu-satunya ikatan
kesatuan kaum Muslimin. Jika ikatan itu diperkokoh, jika dia menjadi sumber kehidupan dan
pusat loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar biasa akan memungkinkan
pembentukan dan pemeliharaan Negara Islam yang kuat dan stabil. Muhammad Iqbal, sastrawan
dan pemikir besar muslim abad ke 20 lainnya, menyatakan, “jiwa yang tak mau diam itu selalu
mengembara dari negera satu ke negera Islam lainnya. Memang, al-Afghani tak pernah menuntut
sebutan sebagai pembaharu, akan tetapi tidak ada seorang pun di zaman ini yang lebih mampu
mengungkapkan getaran jiwa agama Islam melebihi dirinya. Semangat dan pengaruhnya masih
tetap besar bagi dunia Islam, dan tak ada seorang pun tahu kapan berakhirnya”.
Pakar sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam Kontemporer, menilai ide
Jamaluddin tentang Pan Islamisme atau persatuan umat Islam sedunia, sebagai entitas politik
Islam Universal. Konsekuensinya, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu. 
Dengan idenya tersebut, al-Afghani menjadikan Islam sebagai ideologi anti-kolonialis yang
menyerukan aksi politik menentang Barat. Menurut beliau, Islam adalah faktor yang paling
esensial untuk perjuangan kaum Muslimin melawan Eropa dan Barat pada umumnya.
Al-Afghani berpendapat juga bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara lain
karena umat telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada dan qadar
telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menjadikan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain
lagi adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat
Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan akhlak,
berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis harus diubah menjadi demokratis, dan
persatuan umat Islam harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan
zaman. 
Ia juga menganjurkan umat Islam untuk mengembangkan pendidikan secara umum, yang
tujuan akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis dalam menghadapi dominasi dunia
barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam ajaran Islam yang tidak sesuai dengan akal/ilmu
pengetahuan, atau dengan kata lain Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. 

Ide-ide pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani tentang Negara dan sistem pemerintahan,
yaitu:
a. Membentuk Negara dan Sistem Pemerintahan
Menurut Al-Afghani, Islam menghendaki bahwa bentuk pemerintahan adalah Republik,
Jamaluddin al-Afghani berencana membentuk sebuah Negara modern dengan suatu sistem
pemerintahan yang di perbaharui, pada saat itu, beliau mengkoordinir para tentara dengan
membangkitkan semangat heroik dan mengerahkan tenaga muda serta menyusun sistem-sistem
Pemerintahan yang ada.

 b. Sistem Demokrasi


Di dalam pemerintahan kyang absulot dan otokratis tidak ada kebebasan berpendapat,
kebebasan hanya ada pada raja/kepala negara untuk bertindak yang tidak diatur oleh Undang-
undang. Karena itu al-Afghani menghendaki agar corak pemerintahan absulot diganti dengan
dengan corak pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokratis merupakan salah satu identitas
yang paling khas dari pemerintahan yang berbentuk republik. Pada tahun 1889, al-Afghani di
undang ke Persia untuk suatu urusan persengketaan politik antara Persia dengan Rusia.
Bersamaan dengan itu, al-Afghani melihat ketidakberesan terhadap politik dalam Negeri Persia
Sendri. Karenanya beliau mengajukan perombakan sistem yang masih otokratis. 
Menurut al-Afghani sebelum menangani politik luar Negeri harus dibenahi sistem politik dalam
Negerinya, rupanya pandangan politik Afghani yang sangat demokratis tidak bertemu dengan
kepentingan politik Sultan yang sangat otokratis.

D. Karya-karya Jamaluddin al-Afghani


Beberapa buku yang ditulis oleh al-Afghani antara lain Tatimmat al-bayan (Cairo, 1879).
Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani
Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah
karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu
kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam
Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap
Materialisme). 
Kemudian Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah (Cairo, 1968).
Berupa catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari Adud
al-Din al-'Iji yang berjudul Al-‘Aqa’id al-‘Adudiyyah. Berikutnya Risalat al-Waridat fi Sirr al-
Tajalliyat (Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya
Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir. Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut,
1931). Suatu buku hasil kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon.
Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya
Buku berisi informasi yang penting tentang gagasan dan hidup Afghani.

E. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam


1. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya mengikuti
ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam
2. Salah pengertian tentang maksud hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan
mengalami kemunduran di akhir zaman. Salah pengertian ini membuat umat Islam tidak
berusaha merubah nasib mereka.
3. Perpecahan yang terdapat di kalangan umat Islam, pemerintahan absolut, mempercayakan
pimpinan umat kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya, mengabaikan masalah
pertahanan militer, menyerahkan administrasi negara kepada orang-orang tidak kompeten
dan intervensi asing (bersifat politis).
4. Lemahnya rasa persaudaraan Islam.

 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jamaluddin al-Afghani merupakan seorang tokoh pejuang Islam yang banyak menyerahkan
waktu dalam hidupnya untuk mengabdikan diri pada perjuangan Islam sebagaimana telah
panjang lebar dijabarkan pada pembahasan diatas. Dalam berjuang ia tak kenal kompromi
terhadap ketidakadilan dan sifat otoriter suatu pemerintah. Hal tersebut yang menjadi ciri
khas tersendiri dalam karakternya yang tegas dalam menegakkan kebenaran.
2. Perjuangan beliau dalam ber-Islam sangatlah luar biasa, hal tersebut terlihat dengen sepak
terjangnya yang melalangbuana ke berbagai Negara guna menyelamatkan Islam dari
perangkap kaum materialisme untuk memecah-belah umat Muslim. Dengan demikian, al-
Afghani dengan Pan Islamisme nya mencoba untuk menyatukan kembali umat Muslim
sedunia, dan membuka cakrawala masyarakat Islam untuk dapat hidup mandiri tanpa
mengharap bantuan dari Barat, dalam berbagai aspek agar tak ada ketergantungan antara
umat Muslim dengan barat, dsb.
3. Karya tulis Jamaluddin al-Afghani berjumlah puluhan buku, yang di antara sebagaian besar
karyanya banyak membahas mengenai perjuangan-perjuangan Islam, tipu muslihat orientalis,
yang mana kesemuanya itu untuk membakar semangat juang Muslimin dan menyadarkan
umat Muslim akan ancaman-ancaman dari eksternal guna menghancurkan dan memecah
belah umat Muslim.

Anda mungkin juga menyukai