Abstrak
Jamaludin Al-Afghani merupakan seorang tokoh pembaharu yang muncul pada awal
abad ke 20. Pemikirannya mengenai nasib umat islam yang terpuruk akibat kolonialisme Barat di
Timur Tengah khususnya dan Dunia Islam secara umum membawanya melanglang buana ke
berbagai Negara untuk menyebarkan semangat pembaruan yang kemuadian dikenal dekenal
sebagai Pan Islamisme. Pemikirannya ini kemudian ditularkan kepada murid-muridnya yang
nanti pada akhirnya menghasilkan karya-karya yang menginspirasi semangat pergerakan
diseluruh dunia islam termasuk di Indonesia.
Jamaluddin Al Afghani lahir pada 1838 dari keluarga bangsawan yang menguasai
sebagian wilayah di Afghanistan sampai masa di mana raja Muhammad Khan mengambil alih
kekuasaannya. Dengan latar belakang yang demikian, ia memiliki kesempatan yang baik untuk
mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan, sehingga dalam usia 18 tahun ia sudah
menguasai bahasa Arab, bahasa Persia, sejarah, hukum, filafat, metafisika, kedokteran, sains,
astronomi dan astrologi.
Pada 1857 ia ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan tinggal di Hijaz selama
setahun. Setelah itu ia ke Palestina, melalui Irak dan Iran hingga ke Balluchistan. Dari sana ia
kembali ke Afghanistan dan menjabat sebagai pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan dan
pada tahun 1864, Jamaluddin diangkat menjadi penasehat Syir Ali Khan dan beberapa tahun
kemudian ia diangkat menjadi perdana menteri oleh Muhammad Azam Khan.
Saat pemerintahan Azam ditaklukkan oleh oposisi di bawah pimpinan Shir Ali yang
didukung Inggris, ia meninggalkan Afghanistan dan pergi ke India dan meneruskan perjuangan
politiknya disana. Karena dianggap mengganggu stabilitas politik di India, Inggris yang pada
saat itu telah menjajah India mengusirnya karena dianggap berbahaya. Oleh karena itu beliau
terus di awasi dan tidak di perkenankan untuk bepergian melalui jalan darat, juga tidak
diperkenankan bertemu dengan pemimpin-pemimpin di India.
Tapi akhirnya melalui jalur laut, jamaluddin pun dapat melanjutkan perjalanannya ke
kairo Mesir pada 1871 atas permintaan dari Risyad Pasya, Perdana Menteri Mesir waktu itu dan
menekuni bidang pendidikan dan pengajaran. Rumahnya pun dijadikan tempat pertemuan para
pengikutnya. Disinilah Jamaluddin memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan
termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya
yaitu Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir (Jenggis. 2011:60-63).
Pada waktu itu, Jamaluddin sedang tinggal di Mesir dan melihat kondisi Mesir yang amat
miskin dan kondisinya gersang padahal tanahnya begitu kaya dan subur. Kesulitan keuangan
yang pada waktu itu dihadapai oleh masyarakat Mesir. Dengan keadaan perekonomian yang
buruk tersebut, mesir berhutang banyak kepada Negara Barat. Keadaan ini diperparah dengan
dibentuknya Dewan Pengawas Tinggi yang beranggotakan negara-nergara Eropa untuk
mengawasi proses dan alur pembayaran hutang dari Mesir terhadap negara-negara yang
dihutanginya.
Dengan melihat keadaan Mesir pada waktu itu menjadikan niat Jamalaluddin untuk giat
dalam membangkitkan kesadaran akan bangsa Timur bahwa Negara Barat telah mengeksploitasi
bangsanya sendiri. Sedangkan muridnya, Muhammad Abduh, giat melakukan syiar-syiar lewat
tulisan dan melakukan pendekatan kepada para petinggi negara. Ia menginginkan rakyat disana
agar bisa berbicara dan berjuang untuk mendapatkan haknya. Berani berpendapat adalah hal
yang ditekankan oleh Jamaluddin kepada rakyat, terutama para kaum muda di Mesir. Mereka
berdua mengajarkan bagaimana menulis dan meluncurkan pendapatnya mengenai negara.
Karena tulisan menjadi jarang sebagai media untuk saling memberitakan. Padahal para
pujangga Mesir amatlah terkenal, tapi sastranya digunakan untuk hanya memuji para penguasa
yang sebenarnya hanya bisa menyengsarakan rakyatnya saja. Maka dari itu, mereka berdua
menerbitkan surat kabar bertajukkan at-Tijarah yang akhirnya juga digunakan untuk
menyuarakan keadaan timur yang sesungguhnya pada negara di timur lainnya dan berhasil
membakar semangat rakyat Mesir dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan.
Jamaluddin adalah seorang yang tidak suka dalam bidang menulis dan tidak banyak
menulis. Dan jika Jamalaluddin menulis, itu dilatarbelakangi dengan pengalaman-
pengalamannya yang ikut dalam pemberontakan suku-suku di Afganistan untuk melawan
Inggris, selain itu juga Jamlaluddin ingin mempelajari karya barat, sains Eropa dan membuat
majalah dalam bahsa Arab dan disebarkan ke seluruh penjuru Negara di Timur. Jamaluddin al-
Afghani pernah menerbitkan jurnal Al-Urwat-Al-Wuthqa yang mengecam keras Barat. Nama
jurnal tersebut juga nama perkumpulan yang didirikannya di Paris pada 1882. Penguasa Barat
akhirnya melarang jurnal ini diedarkan di Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat
menimbulkan semangat persatuan Islam. Karena dilarang diedarkan usia jurnal ini hanya delapan
bulan.
Dengan majalah ini, semangat dan jiwa kebangkitan dunia Islam sudah menyala
tersiarkan dengan baik, majalah ini berakhir dengan kecaman dimana-mana seperti oleh Inggris
yang merasa negara jajahannya (jajahan dalam bentuk pengaruh dan urusan rumah tangga
kenegaraan) yaitu munculnya pergerakan di India dan Mesir untuk menentang Inggris. Majalah
yang sudah tidak beredar tersebut ternyata tepat pada sasaran untuk membangkitkan semangat
pergerakan nasional di dunia timur. Tulisan-tulisannya yang menentang penjajahan, rasa benci
terhadap asing agaknya memupuk pemikiran dan semangat para kaum muda karena membahasa
persatuan (lagi-lagi persatuan dunia Islam), lalu masalah di Sudan, Mesir, dan India dibahas
dengan pandangan politik Internasional yang berisi penggerakan jiwa cinta tanah air yang terhina
dengan keadaan mereka dijajah Barat.
Pada tahun 1878, Sultan Abdul Hamid membubarkan parlemen dan menunda konstitusi.
Otokrasi kini menjadi idiologi resmi Sultan Hamid, dengan dikelurkannya hadis-hadis tentang
otokrasi khalifah (padhisa). Setelah dipadamkannya cita-cita dinasti Utsmani Muda yang
menginginkan kebebasan individu dan perwakilan parlementer, pemerintahan Utsmani berpaling
ke Islamisme untuk memperoleh dukungan dari mayoritas warga negara. Selain itu, berpalingnya
pemerintahan Utsmani ke Islamisme juga dikarenakan sebagai bentuk reaksi terhadap berbagai
peristiwa yang terjadi di dunia internasional. Peristiwa tersebut yaitu, perjanjian Berlin (1878)
yang memberikan kemerdekaan kepada Rumania, Bulgaria, dan Serbia. Hal ini merupakan
kemenangan bagi kekaisaran Rusia, yang menjadi rival utama pemerintahan Utsmani, pejuang
pan-Ortodoks, dan pan-Slavisme (Black. 2001: 540).
Namun upaya sultan itu gagal, karena keduanya ternyata memiliki perbedaan pendapat
yang cukup tajam. Abdul Hamid tetap mempertahankan kekuasaan otokrasi lama yang ortodoks,
sementara jamaluddin mencoba memasukkan ide-ide pembaharuan dalam pemerintahan. Sultan
akhirnya membatasi kegiatan-kegiaatan Jamaluddin dan melarangnya keluar Istanbul, sampai
ajal menjemputnya. Sepanjang hayatnya, Jamaluddin al-Afghani telah menulis puluhan karya
tulis dan buku, antara laian Pembahasan Tentang Sesuatu yang Melemahkan Orang-orang
Islam, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat Tanah Air.
Ya, ide besar Jamaluddin al-Afghani adalah Pan-Islamisme, sebuah gagasan untuk
membangkitkan dan menyatukan dunia Arab khususnya, dan dunia Islam umumnya untuk
melawan kolonialisme Barat. Yang dimaksut dnegan Barat adalah Inggris dan Perancis
Khususnya yang kala itu banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan Negara-negara
berkembang. Inti Pan-Islamisme terletak pad aide bahwa Islam adalah satu-satunya ikatan
kesatuan kaum Muslimin. Jika ikatan itu diperkokoh dan menjadi sumber kehidupan dan pusat
loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar biasa akan memungkinkan pembentukan
dan pemeliharaan Negara Islam yang kuat dan stabil.
Pakar sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam Kontemporer, menilai ide
jamaluddin tentang Pan-Islamisme atau persatuan umat Islam sedunia, sebagai entitas politik
Islam universal. Konsekuainsinya, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu.
Dengan idenya tersebut al-Afghani menjadikan Islam sebagai ideologi anti-kolonialis yang
menyerukan aksi politik menentang barat. Menurut beliau, Islam adalah faktor yang paling
esensial untuk perjuangan kaum Muslimin melawan Eropa, dan Barat pada umumnya.
Saat di Istanbul, Jamaluddin akan mendirikan Jamiyah Islamiyah (Pan-Islamisme)
dengan bantuan Sultan Abdul Hamid yang menghimpun negara-negara Persia, Afghanistan, dan
Turki dengan wilayah-wilayah lainnya yang berada dibawahnya. Dengan cara suatu perjanjian
dan persatuan untuk membenahi pemerintahan dan pendidikan. Ia juga menginginkan Iran masuk
arena. Iran adalah syiah dan menggunakan tradisinya untuk memerangi musuh bersama, yang
intinya gerakan ini dapat membendung serangan dan mencegah infiltrasi dari bangsa barat
(Eropa) pada masalah umat-umat Islam.
Tokoh utama Pan Islamisme adalah Al-Afghani yang memiliki murid yang kemudian
menggerakkan semangan Pan Islamismenya adalah Muhammad Abduh, sedang Muhammad
Abduh adalah guru Ridha. Pemikiran ketiganya yaitu berupaya menempatkan Islam sebagai
respons alamiah terhadap kemajuan barat yang mau tak mau kelak harus dicontoh Dunia Arab.
Mereka secara sadar menempatkan bahwa prinsip-prinsip dalam Islam sendiri, tidak
bertentangan dengan prinsip kemajuan peradaban barat.
Kesalahan umat Islam dalam memahami qadha dan qadar menurut al-Afghani, menjadi
factor yang ikut memundurkan umat Islam. Kesalahpahaman tersebut membuat umat Islam tidak
berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin menyebutkan, qadha dan qadar mengandung
pengertian bahwa segala sesuatu terjadi menurut sebab musabab(kausalitas). Lemahnya
pendidikan dan kekurangan pengetahuan uman tentang dasar-dasar ajaran agama, lemahnya
persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintahan yang absolute, mempercayakan
kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kuarangnya pertahanan militer, merupakan
factor-faktor yang membuat kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini menjdikan umat islam
statis, fatalis, dan Mundur.(Muhammad. 2006:215)
Muhammad Abduh juga memiliki tujuan yang serupa yaitu menunjukkan mengandung
pada dirinya kualitas agama rasional. Akan tetapi berbedan dengan gurunya yang revolusioner
dan menempuh pendekatan politik, Abduh yang seorang moderat dan lebih banyak memusatkan
perhatian pada bidang pendidikan daripada kegiatan politis. Ia mencoba menanggapi tantangan-
tantangan dunia modern dengan menunjukkan kesesuaian Islam untuk melakuakan intepretasi
baru terhadap Al-quran dan As-Sunnah khususnya tentang persoalan kemasyarakatan yang
digariskan oleh Allah pada prinsip-pronsip umum tanpa perincian (Romli. 33-34). Bahkan
Pengembaraan politiknya yang sangat padat dan beragam, sejak di Afganistan, India
hingga Mesir yang berada dalam cengkraman penjajahan Inggris, sebagaiman diuraikan di atas,
telah mengantarkan Al Afghani memfokuskan ide-ide pembaharuannya pada ide Pan Islamisme
(Kesatuan Islam/Jamaah Islamiyah). Ia berpendapat bahwa Barat adalah musuh umat Islam,
oleh karena itu, salah satu jalan agar umat Islam bangkit dari keterpurukannya adalah dengan
bersatu padu melawannya.
Dari sinilah lahir pemikiran Pan-Islamisme yang sangat dikenal sampai sekarang ini. Pan
islamisme menurut Jamaluddin adalah suatu pembaharuan dan kebangkitan dari dunia islam
sendiri sedangkan istilah awalnya yang berasal dari dunia barat. Disini dapat disimpulkan bahwa
pan islamisme adalah suatu pembaharuan atau gagasan untuk menyatukan dunia Arab
khususnya, dan dunia Islam umumnya untuk melawan kolonialisme Barat (inggris dan Prancis)
yang mana telah menduduki dan menjajah Dunia Islam dan negara-negara berkembang. Ide-ide
pembaharuannya yang dituliskan Afghani dalam majalah Al Urwatul Wutsqa bersama muridnya
Muhammad Abduh terbit di Paris hanya selama delapan edisi dari 13 Maret hingga 17 Oktober
1884 karena dilarang pemerintah Inggris yang merasa politiknya terancam. (Mohammad,
2006 :215)
Salah satu ide moderen Al Afghani terwujud dalam penolakannya terhadap teori evolusi
Darwin dalam bukunya Ar Raddu aladdahriyyin. Ia menganggap bahwa aliran evolusi Darwin
melahirkan pengingkaran akan adanya Tuhan sekalipun Darwin sendiri bukan orang yang
mengingkari Tuhan karena pada masa Darwin inilah tersebar materialisme yang mengatakan
bahwa alam ini mempunyai satu dasar, yaitu materi, dan tidak ada yang lainnya, dan segala
sesuatu dalam kehidupan ini merupakan manifestasi dari materi itu, termasuk pikiran dan
perasaan. Materi itu tidak akan hilang dan tidak akan rusak. Dan hukum-hukum yang
mengenainya abadi, tidak akan berubah. Dan sebenarnya di alam semesta ini tidak ada sesuatu
yang binasa, tetapi segala sesuatu itu berubah dalam bentuk. Karena itu tidak ada jiwa, tidak ada
ruh, tidak ada agama dan tidak ada Tuhan.
Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir yang
didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang sosial
kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat Kheir membangun
sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar biasa dengan kurikulum agama,
berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran
wajib, pengganti bahasa Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat
untuk memahami sumber-sumber Islam.(Rahmat.M.I, 2005:24).
Hal yang paling berkesan dalam diri Ahmad Dahlan adalah ketika beliau bertemu secara
langsung dengan Rasyid Ridha ketika pergi ke Mekkah untuk mendalami ilmu agama pada tahun
1902. Tafsir Al-Manar adalah tulisan Rasyid Ridha yang pernah dipelajari oleh Ahmad Dahlan.
Gerakan Islam radikal juga pernah terjadi di Indonesia paska kemerdekaan yakni gerakan
Darul Islam(DI) yang dipimpin RM Kartosoewirjo. Gerakan ini tidak hanya menggagas dan
menyebarakan Pan Islamisme, Persaudaraan muslim namun mendirikan Negara Islam. Akibat
kurangnya dukungan dari mayoritas muslim di Indonesia, gerakan DI ini dicap sebagai
pemberotak dan dapat ditumpas pada tahun 1962(INSEP, 2011)
Kesimpulan
Seluruh kiprah Jamaluddin al-Afghani ini membuat dirinya tercatat sebagai satu
pahlawan besar dan putra terbaik Islam. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadar umat
Islam dan gerakan revolusinernya yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya orang
yang paling dicari oleh pemerintah colonial ketika itu, pemerintahan Inggris. Namun, komitmen
dan konsekuensinya yang sangat tinggi terhadap nasib umat Islam, membuat dirinya terus
berjuang, tiada kenal lelah, hingga akhir hayatnya.
Pan-Islamisme sendiri tidak pernah terjadi dan tidak terealisasikan dalam suatu bentuk
organisasi atau wadah apapun yang struktural untuk menjalankan misi-misinya, tetapi hanya
sebatas ide dan semangatnyalah yang berhasil disebarluaskan oleh Jamaluddin dan muridnya,
Muhammad Abduh. Cita-cita sesungguhnya dari Jamaluddin mengenai pan-islamisme adalah
terciptanya satu pemerintahan Islam yang dipimpin oleh pemimpin Islam beserta ajaran-
ajarannya. Ia membayangkan sebuah liga internasional berisikan umat Islam.
- Ali, M. 1995. Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah. Jakarta: Djambatan.
- Black, A. 2001. Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Jakarta: PT.
Serambi
- Hourani, A. 2004. Pemikiran Liberal di Dunia Arab. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
- Karimi, A. F. 2012. Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan. Gresik:
MUHI press
- Mohammad, H. 2006. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema
Insani